KESIMPULAN DAN SARAN Analisis framing pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori pada Republika online dan kompas.com

elektronik, dan juga pada media Online. Hingga hari ke tujuh meninggalnya ustadz Jefri, pemberitaan tersebut masih menyita perhatian masyarakat. Semua media seakan kompak menayangkan awal peristiwa kejadian atas kecelakaan yang dialami ustadz Jefri Al-Buchori, proses pemandian jenazah beliau, lalu solat jenazah, pemakaman, sampai pada pendapat para keluarga, sahabat, tokoh, dan umat muslim yang sangat amat merasakan kehilangan ustadz muda yang hangat dan ramah. Semua yang diberitakan media mengenai meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori tentunya memberikan umat Islam suatu pelajaran dan hikmah yang dapat diambil atas kejadian ini. Seperti berita di beberapa media online yaitu Republika Online dan KOMPAS.com. Republika online termasuk salah satu media massa yang berskala nasional serta bersegmentasi ke-Islaman. Hal tersebut dapat dilihat dari berita-berita yang dibahas Republika Online banyak memasukan unsur Islam dalam pemberitaannya, termasuk dalam pemberitaan tentang meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Republika Online termasuk salah satu media yang turut menyajikan banyak berita terkait atas meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Dalam hal ini, Republika Online lebih banyak memuat berita tersebut pada tanggal 26 April 2013 atau tepat pada hari meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Sama halnya dengan Republika Online, pada KOMPAS.com juga turut andil dalam pemberitaan meninggalnya ustadz Jefri Al-Buchori. Antara Republika Online dan KOMPAS.com memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing diantaranya memiliki cara yang berbeda dalam mengemas atau membingkai suatu berita dengan tema yang sama, seperti pada pemberitaan atas meninggalnya ustadz Jefri Al Buchori. Semua yang diberitakan media mengenai meninggalnya ustadz Jefri Al- Buchori tentunya memberikan umat Islam suatu pelajaran dan hikmah yang dapat diambil. Di dalam kehidupan ini, manusia mengenal akan adanya kematian. Segala sesuatu akan kembali kepada pemiliknya. 5 Manusia berasal dari Tuhan dan akan kembali pada Tuhan. Mereka sejatinya tidak akan pernah tahu kapan, dimana dan dalam kondisi yang seperti apa sebuah ajal akan menjemput. Kapan pun kita semua pasti akan menyaksikan peristiwa kematian, baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia itu sendiri, karena kita sebagai manusia harus meyakini bahwa setiap yang hidup pasti akan mati. Kenyataan ini harus selalu tertanam di dalam diri, kenyataan bahwa kehidupan di bumi ini hanya sementara dan dibatasi dengan ajal, bahwa akhir kehidupan pasti datang, bahwa orang saleh maupun orang durhaka sama-sama akan mati. 6 Seperti yang disebutkan dalam Al- Qur‟an pada surat Al-Hijr15:99:       Artinya: “Dan sembahlah Tuhanmu, sampai tiba kepadamu kematian yang meyakinkan ”. Dilihat dari ayat di atas menggambarkan datangnya kematian dengan kalimat “sampai datang kepadamu keyakinan”. Ini berarti suka atau tidak suka, cepat atau lambat, kematian pasti datang menjemput kita. Ia diibaratkan dengan anak panah yang telah dilepas dari busurnya ia terus akan mengejar sasarannya, dan begitu ia tiba pada sasaran saat itu pula kematian yang ditujunya tiba. 7 5 Rita Rosita, Mengingat Kematian, Ciputat : Mediatama Publishing Group, 2010, h.11 6 Ali Muhammad Lagha, Perjalanan Kematian, Tripoli : PT Serambi Ilmu Semesta, 2002, h.18 7 Sudirman Tebba, Kiat Sukses Menjemput Maut, Jakarta : Pustaka Irvan, 2006, h.16