Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)

POTENSI ANTI FUNGI EKSTRAK KASAR BUAH MAHKOTA
DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] UNTUK
MENGENDALIKAN CENDAWAN PATOGEN TERBAWA
BENIH UBI GEMBILI (Dioscorea spp.)

ZAKARIAS WENS PIKINDU

DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Potensi
Antifungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl] Untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili
(Dioscorea spp.)” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka akhir
skripsi ini.

Bogor, Juni 2014

Zakarias Wens Pikindu
A34080099

ABSTRAK
ZAKARIAS WENS PIKINDU. Potensi Antifungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota
Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan
Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.). Dibimbing oleh BONNY
POERNOMO WAHYU SOEKARNO.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi cendawan
patogen terbawa benih pada umbi gembili serta menguji potensi ekstrak kasar
buah mahkota dewa untuk mengendalikan cendawan patogen pada umbi gembili.
Hasil menunjukkan bahwa cendawan Fusarium sp. merupakan yang paling
dominan pada umbi gembili. Uji potensi ekstrak kasar buah mahkota dewa secara
in vitro dengan konsentrasi 10%, 5%, 2%, dan 1%, menunjukkan hasil yang
signifikan dibanding kontrol negatif. Perlakuan ekstrak kasar daging buah dan biji

mahkota dewa secara terpisah dengan konsentrasi 10 % lebih efektif dibanding
dengan perlakuan lainnya dalam menghambat pertumbuhan dan perkembangan
koloni Fusarium sp. dengan daya hambat masing-masing sebesar 43.9% dan
45.4%. Berdasarkan uji in vivo, ekstrak kasar daging buah dan biji mahkota dewa
dengan konsentrasi 10% secara terpisah dapat memperpanjang masa inkubasi
Fusarium sp. secara signifikan dengan masa inkubasi masing-masing 3.3 dan 2.8
hari. Selain itu, kedua ekstrak tersebut dapat memperpanjang masa busuk total
pada umbi yaitu 7.9 dan 8.5 hari pada ekstrak kasar daging buah dan biji mahkota
dewa 10% secara berturut-turut, dan 6.6 hari pada kontrol negatif. Berdasarkan uji
in vitro dan in vivo, ekstrak kasar buah mahkota dewa memiliki aktivitas antifungi
untuk untuk mengendalikan cendawan Fusarium sp. pada umbi gembili.

Keyword: Buah Mahkota Dewa, Fusarium sp. Gembili

ABSTRACT
ZAKARIAS WENS PIKINDU. Antifungal Potential of Crude Extract of Phaleria
[Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] Fruit for Controlling Pathogens Carried
Fungus Dioscorea Seed potato (Dioscorea spp.). Superivised by BONNY
POERNOMO WAHYU SOEKARNO.
This study was aimed to detect and identify the seed-borne fungal pathogens

on gembili tubers and examine the potential of the phaleria crude extract to
control fungal pathogens on gembili tubers. The results showed that the fungus
Fusarium sp. was most dominant on gembili tubers. The potential assay of
phaleria crude extract in vitro with a concentration of 10, 5, 2, and 1% showed the
significant result compared to the control,and treatment of the fruit flush and seed
crude extract of phaleria separately with a concentration of 10% more effective
than others treatments in inhibiting the growth and development of colonies of
Fusarium sp. Colonies 43.9 and 45.4% respectively. Bassed on in vivo test, the
fruit flesh and seed crude extract of phaleria at a concentration of 10% could
prolong the incubation period of Fusarium sp. Significantly with incubation
period 3.3 and 2.8 days in addition compared to the negative control, both extract
could prolong the total rot incubation period on tubers, i.e 7.9 and 8.5 days in the
fruit flesh and seed crude extract of of phaleria respectively, and 6.6 days in the
negative control. Based on in vitro and in vivo assays, crude extract of phaleria
had antifungal activity to control Fusarium sp. on gembili tubers.

Keyword: Dioscorea, Fusarium sp. Phaleria Macrocarpa,

@Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentigan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

POTENSI ANTI FUNGI EKSTRAK KASAR BUAH MAHKOTA
DEWA [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] UNTUK
MENGENDALIKAN CENDAWAN PATOGEN TERBAWA
BENIH UBI GEMBILI (Dioscorea spp.)

ZAKARIAS WENS PIKINDU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Proteksi Tanaman


DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa [Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl] untuk Mengendalikan Cendawan
Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)
Nama

: Zakarias Wens Pikindu

NIM

: A34080099

Disetujui oleh


Dr Ir Bonny Poernomo Wahyu Soekarno, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Abdjad Asih Nawangsih, MSi
Ketua Departemen

Tanggal lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih anugrah dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Potensi Anti Fungi Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl) untuk Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa
Benih Ubi Gembili (Dioscorea spp.)”. Penelitian dan penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi
Tanaman dari bulan Maret 2013 sampai Februari 2014. Pembuatan skripsi ini

tentunya tidak terlepas dari bantuan dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu penulis menyampaikan terimakasih kepada Dr Ir Bonny Poernomo
Wahyu Soekarno MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran, dan pengetahuan kepada penulis. Ucapan terima kasih
juga kepada Dr Ir Idham Sakti Harahap MSi selaku dosen penguji tamu serta
kepada seluruh dosen dan staf pegawai Departemen Proteksi Tanaman yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, motivasi dan pengetahuan yang sangat
luas kepada penulis. Tidak lupa juga penulis menyampaikan terima kasih kepada
bapak Dadang Surachman sebagai laboran di Laboratorium Mikologi yang telah
memberikan masukan dan membantu fasilitas dalam penelitian ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta khususnya kedua orangtua
tercinta ayah Kostan Pikindu (almr.) dan Mama Theresia Nabar Pikindu dan
keluarga Sakir, BA, beserta kakak-kakak tersayang Martinus Pikindu S.Kom,
Yustus Pikindu, Marthen Pikindu, dan Laurensius Pikindu, SAP, Drs Celsius
Watae,M Hum, Drs Anton Sumel, Natalia Nabar SPd(almarhuma), Arbin Siagian,
SSos, Laurens Borotian SP serta keluarga besar Yuruf dan Jifanggri yang selalu
memberikan doa, semangat, dan kasih sayangnya kepada penulis. Tidak lupa juga
penulis mengucapkan terimakasih kepada PEMDA Kabupaten Keerom Papua
yang telah membiayai kuliah dan kebutuhan selama menempuh pendidikan di
Institut Pertanian Bogor, Kakak-kakak senior IMAPA Bogor: Zackeus Z.

Rumpeday SE, Yunus Yumte, S Hut, drh Kukuh Galih Waskita, Semuel Pattiran.
AmdKom, Zeth Tabuni serta teman-teman PTN 45, 46, dan 47 beserta rekan kerja
di Laboratorium Mikologi dan teman-teman seperjuangan yaitu Bush Airi, SP,
Rado Puji Santoso SP, Syaiful Khoiri SP, Nicko Surya Putra Siswoyo SP, Aris
Pracoyo SP, Rikardo Sembiring SP, Risa SA, SP. Gusto Sitomorang, Meirza
Safitri Risky SP, Desni Roham MS, SP. Dian Marhamma SE. Irma Suryani
Kawai, ST, Novelin Rawar ST, drh Siti Astuti, Iwan Sarjono, Robert Dese Bobii
SSi , Yuliana Fatie, Fenny Hindom SHut, Risman R, Serfasius Kotouki, Jhon
Pekei, Fuadi Rois, Hery Bert, kakak-kakak Pascasarjana Papua, kakak Ai Rosa
SHut MSi dan adik-adik IMAPA Bogor yang selalu memberikan dukungan,
semangat, dan doanya. Penulis menyadari karya ini mungkin masih terdapat
kekurangan, namun penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap pertanian berkelanjutan di
Papua dan Indonesia.
Bogor, Juni 2014
Zakarias Wens Pikindu.

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi
PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
Latar Belakang ......................................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ............................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ........................................................................................... 3
BAHAN DAN METODE ................................................................................... 4
Tempat Penelitian ............................................................................................ 4
Bahan dan Alat ................................................................................................ 4
Metode ............................................................................................................. 4
Pengambilan Sampel Bibit Ubi Gembili .......................................................... 4
Penyiapan Media Tumbuh PDA .................................................................. 4
Deteksi, Identifikasi, dan Isolasi cendawan ..................................................... 4
Penyiapan Isolat Cendawan ......................................................................... 5
Uji Sifat Patogenitas .................................................................................... 5
Pembuatan Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa ............................................ 5
Pengujian In Vitro ........................................................................................ 5
Pengujian In Vivo ......................................................................................... 6
Rancangan Percobaan dan Analisi Data............................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 7
Isolaso Cendawan Patogen .............................................................................. 7

Uji In Vitro ...................................................................................................... 8
Uji In Vivo ..................................................................................................... 11
PENUTUP ......................................................................................................... 13
Simpulan ........................................................................................................ 13
Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 14
LAMPIRAN ...................................................................................................... 16
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... 19

DAFTAR TABEL
1 Kejadian penyakit pada umbi gembili (Dioscorea spp.) yang disebabkan oleh
cendawan
2
2 Hasil penapisan fitokimia pada berbagai ekstrak buah mahkota dewa
3
3 Hasil deteksi dan identifikasi cendawan patogen terbawa benih ubi gembili 7
4 Rata-rata diameter koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan
ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai perlakuan
secara in vitro pada 7 HSP
9

5 Rata-rata diameter koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan
ekstrak kasar biji buah mahkota dewa (BBMD) dengan berbagai perlakuan
secara in vitro pada 7 HSP
10
6 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging dan biji buah
mahkota dewa terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada
media tumbuh PDA setelah 7 HSP
11
7 Rata-rata masa inkubasi Fusarium sp dan kemampuan Fusarium sp.
menimnulkan busuk total pada potongan umbi gembili
11
DAFTAR GAMBAR
1 Uji patogenitas Fusarium sp. pada potongan umbi gembili
2 Gejala awal serangan Fusarium sp. di lapang
3 Koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA umur 10 hari (A) dan
makrokonidia serta mikrokonidia cendawan Fusarium sp. dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 (B)
4 Koloni Fusarium sp.pada uji in vitro 7 HSP yaitu kontrol negatif (a),
perlakuan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa konsentrasi 1%
(b), 2% (c), 5% (d), 10% (e), dan kontrol positif (f) perlakuan
ekstrak biji mahkota dewa dengan konsentrasi 1% (g), 2% (h), 5%
(i), dan 10 % (j)
5 Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
dan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) selama 7 HSP

7
7

9

6 Pertumbuhan dan perkembangan koloni cendawan Fusarium sp. pada
campuran media tumbuh PDA dan ekstrak kasar biji buah mahkota
dewa (BBMD) selama 7 HSP

10

7 Uji in vivo secara prefentif; Kontrol Negatif (a), Kontrol positif (b),
Ekstrak Kasar BBMD 10% (c), dan Ekstrak kasar DBMD 10% (d)

12

8

8

DAFTAR LAMPIRAN
1. Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA
danEkstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai
perlakuan secara in vitro pada 7 HSP
2.

17

Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh
PDA dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah
mahkota dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP

17

3. Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah
mahkota dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD) terhadap
pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
setelah 7 HSP

18

4. Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp.
dalam menimbulkan busuk total pada potongan umbi gembili 7 HSP

18

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gembili (Dioscorea spp.) merupakan tanaman pangan yang memiliki
kandungan gizi tinggi, terutama kandungan karbohidrat. Tanaman ini belum
dimanfaatkan sebaik-baiknya di Indonesia. Dioscorea spp. termasuk jenis
tanaman ubi-ubian yang berasal dari Asia Tenggara yang telah lama
dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai salah satu bahan pangan oleh penduduk
di beberapa daerah Indonesia seperti Jawa, Sulawesi dan Papua (Solikin 2003).
Papua merupakan salah satu daerah di Indonesia yang masih memiliki
sumberdaya hayati yang tinggi, namun pengelolaannya belum dilakukan secara
maksimal. Perlu dilaksanakan pengembangan potensi lokal untuk bahan baku
pangan dan industri sebagai usaha meningkatkan ketahanan pangan nasional
(Rofiq dan Subagio 2009 dalam Wardah 2010). Ubi gembili mengandung
karbohidrat 15 sampai 25%, protein 1 sampai 2.5% dan lemak 0.05 sampai
0.25% (Purseglove 1972) dan kalsium 10 sampai 62 mg, fosfor 35 sampai 53 mg,
besi 0.3 sampai 1.0 mg, 0.10 thiamin mg, 0.10 riboflavin mg, 0.8 niacin mg dan
10 sampai 15 asam askorbat mg (Coursey1967). Tanaman Dioscorea spp
memiliki sejumlah jenis antara lain spesies uwi (D.alata L.),
gembili (D. esculenta (Lour) Miq.), gembolo (D. blbifera L.), gadung (D. hispida
Dennst.), tomboreso (D. pentaphyllaL.), dan jebubuk (D. numularia L.) (Purnomo
et al .2008). Balai Penelitian Teknologi Papua (BPTP) Papua telah melakukan
survei dan mengidentifikasi keanekaragaman tanaman gembili yang terdapat di
Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Merauke untuk ditanam di Kebun Percobaan
(BPTP 2008). Tanaman gembili dikembangkan juga oleh beberapa negara di
benua Afrika seperti Nigeria, telah dilaporkan bahwa tanaman Dioscorea
merupakan makanan utama sebagian besar masyarakat Nigeria dengan produksi
yang mencapai 65 sampai 70% (FAO.2007).
Benih merupakan salah satu komponen utama menjadi faktor pembatas
dalam sistem produksi pertanian. Selain mutu genetis dan mutu fisiologis,
kesehatan benih juga menjadi kriteria kualitas benih. Kesehatan benih
menggambarkan potensi benih sebagai pembawa mikroorganisme penyebab
penyakit tanaman. Dewasa ini telah diketahui berbagai mikroorganisme terbawa
benih mampu menimbulkan penyakit ketika benih berkecambah, tanaman muda,
dan tanaman dewasa (Soekarno 2003; Hidayat 2006). Oleh sebab itu perlu
dilakukan deteksi dan identifikasi dengan metode yang tepat.
Hama dan penyakit merupakan faktor utama yang memberikan efek negatif
secara langsung yang dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil.
Cendawan adalah kelompok terbesar patogen terbawa dan tertular benih dan
merupakan penyebab sebagian besar penyakit tanaman. Cendawan terbawa benih
dapat menyebabkan gejala busuk benih, rebah kecambah, lodoh pada bibit, busuk
akar dan batang, hangus, hawar daun, dan puru.sebagian menunjukkan gejala khas
dan sebagian tidak menunjukkan gejala pada benih.
Virus, cendawan, bakteri dan nematoda dapat menyerang secara tunggal
atau kombinasi dapat memberikan respon kehilangan hasil (Onwueme 1978;
Brunt et al. 1990; Hughes et al. 1997; Odu et al.1999). Organisme pengganggu
tanaman (OPT) Dioscorea spp. yang telah dilaporkan di Negeria yaitu dari

2

golongan penyakit yang disebabkan cendawan meliputi Aspergilus niger Van
Tiegh, Hendersonula rotuloidea, Macrophoma phaseoli, Rhizopus nodosus
Namyslowski, Botrodiploidia theobrome, Fusarium monoliform var
subgluctinanus Wollenw dan dan Reinking, Penicellium sclerotigenum Yammota
dan Rosella bundodes (Berk & Br) sacc. (Ogundana et al. 1970; Adeniji1970;
Ogundana 1972; Okigbo and Ikediugwu 2000) (Table 1). Cendawan lain yang
dilaporkan dapat menyerang tanaman Dioscorea yaitu Fusarium oxysporum
Schlecht, Geotrichum candidum, Cladosporium spearospermum, Fusarium solani
(Okafor 1996; Coursey 1967).
Cendawan patogen terbawa umbi Dioscorea spp. yang telah diidentfikasi
dan diketahui (Okigbo dan Nmeka. 2005), mempunyai tingkat kejadian penyakit
seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 1 Kejadian penyakit pada umbi gembili (Dioscorea spp.) yang
disebabkan oleh cendawan
Jenis cendawan patogen
Kejadian (%)
Fusarium oxysporum
13.96
Aspergillus niger
11.51
Aspergillus flavus
3.62
Rhizopus sp.
13.58
Penicilium sp.
15.21
Penicilium chrysogenum
1.25
Botrydioplodia theobromae
5.70
Fusarium solani
2.13
Rhizoctonia solani
2.38
Geotrichum spp.
1.31
T. viridae
14.14
Sumber : Okigbo dan Nmeka, 2005
Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah satu tanaman
penghasil obat tradisional dan telah digunakan secara luas di Indonesia telah
digunakan sebagai obat alternatif kanker pada manusia. Secara empirik, mahkota
dewa digunakan untuk pengobatan medis. Bagian batang digunakan untuk
pengobatan kanker tulang, daun digunakan untuk pengobatan impotensi, alergi,
diabetes mellitus, dan tumor, sedangkan cangkang biji buah mahkota dewa
digunakan untuk pengobatan penyakit kanker payudara, kanker rahim, penyakit
paru-paru, dan penyakit hati (Aditama 2002). Berdasarkan evaluasi fitokimia,
simplisa buah mahkota dewa mengandung alkaloid, flavonoid, fenol/polifenol,
tannin, saponin dan terpenoid/sterol (Lisdawati 2002). Menurut Gotama et al.
(1999) dalam Pertamawati (2008), juga kulit buah mahkota dewa masak fisiologis
yang sudah berwarna merah mengandung senyawa alkaloid, saponin, fenol dan
flavonoid, sedangkan menurut Willaman (1995) dan de Padue et al (1999)
flavonoid bersifat anti HIV, immunostimulan, antioksidan, analgesik, anti radang,
anti virus, anti bakteri, anti fungal, anti diare, antihepatotoksik, antihiper-glikemik
dan sebagai vasodilatot.
Asam fenolik dan tannin berperan sebagai pelindung tanaman dari patogen
dan flavonoid sebagai pengatur pertumbuhan berbagai tumbuhan (Dadang &
Prijono 2008). Berdasarkan hasil penelitian Sri Sugiwati (2005) menunjukkan

3

kandungan kimia tumbuhan yang terdapat di dalam buah mahkota dewa dengan
berbagai perlakuan ekstrak, kandungan flavonoid dan fenol sangat positif dalam
berbagai ekstrak , seperti terlihat pada table berikut:
Tabel 2 Hasil penapisan fitokimia pada berbagai ekstrak buah mahkota dewa
Uji Fitokimia
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak
Ekstrak air Ekstrak air
methanol etil asetat n-butanol hasil fraknasi hasil rebusan
Uji Alkaloid
Uji Flavonoid
+
Uji Fenol
+
Uji Saponin
Uji Tannin
+
Uji Stroidtriterpenoid
Uji Molih
+
Uji Buret
Uji Ninhidrin
Sumber : Sri Sugiwati,2005

+
+
+
+

+
+
+
-

+
+
+
-

+
+
+
-

+
-

+
-

+
-

+
-

Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka buah mahkota dewa berpotensi
menjadi agen pengendali hayati yang efektif dan ramah lingkungan.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi dan mengidentifikasi cendawan
patogen terbawa benih umbi gembili serta menguji potensi ekstrak kasar buah
mahkota dewa untuk mengendalikan cendawan patogen terbawa benih gembili.
Manfaat Penelitian
Hasil peneltian ini diharapkan dapat diketahui potensi antifungal ekstrak
kasar buah mahkota dewa sebagai solusi alternatif dalam usaha pengendalian
penyakit pada tanaman ubi gembili maupun tanaman lainnya.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikologi Departemen Proteksi
Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai dari bulan Maret
2013 sampai dengan bulan Maret 2014.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh bibit ubi
gembili dari daerah endemik penyakit di Kabupaten Keerom dan Kabupaten
Jayapura Provinsi Papua, dan buah mahkota dewa diambil dari kebun tanaman
obat dan keluarga Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, media tumbuh Potato Dextrose Agar (PDA), air destilata
steril, fungisida mankozeb 80%, dan alkohol 70%,
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cawan petri, labu Erlenmeyer,
tabung reaksi, vortex, pipet mikro, shaker, tabung eppendorf, laminar air flow,
spektrofotometer, haemacytometer, jarum inokulasi, autoklaf, mikroskop, mortar,
sprayer, gelas ukur, sarung tangan, plastik wrap, kertas label, kertas whatman no
1, plastik bening, blender, kain saring, dan aluminium foil.
Metode
Pengambilan Sampel Bibit Ubi Gembili (Dioscorea spp.)
Contoh bibit ubi gembili diambil dari lokasi endemik penyakit di
Kabupaten Keerom dan Jayapura Papua. Setiap jenis contoh ubi gembili diambil
pada 5 lokasi kebun yang berbeda, masing-masing sebanyak 1 kg.
Penyiapan Media PDA sebagai Media Tumbuh
Pembuatan media tumbuh (PDA) dilakukan dengan cara menyiapkan umbi
kentang sebanyak 200 gram, selanjutnya umbi kentang dicuci dengan air bersih,
dikuliti dan dipotong-potong, dimasukkan ke dalam panci penangas, ditambah air
akuades sebanyak 1000 ml (1liter) kemudian dimasak, ditunggu ± 30 menit
mendidih lalu diangkat dan didinginkan selam 3 menit setelah itu air rebusan
tersebut disaring dan dilarutkan dengan dextrose sebanyak 20 gram dan agar 20,
gram kemudian dimasak lagi sampai mendidih, dituangkan ke dalam labu
Erlenmeyer, disumbat dengan kapas berlemak dan aluminium foil. Kemudian
disterilkan dalam autoklaf selama 180 menit (3 jam) pada suhu 1210C dan tekanan
1 atm selama 15 menit (Navitasari 2007).
Deteksi, Identifikasi, dan Isolasi Cendawan Patogen
Contoh umbi gembili dicuci dengan air bersih dan dikeringanginkan,
kemudian dibilas tiga kali dengan air steril, selanjutya umbi dipotong menjadi
tiga bagian yaitu bagian tumbuh, bagian tengah dan bagian tanam. Potonganpotongan umbi diletakkan pada cawan petri yang beralaskan tiga lembar kertas
saring lembab, kemudian diinkubasikan pada suhu ruang dengan penyinaran
lampu NUV 12 jam terang dan 12 jam gelap selama tujuh hari. Pengamatan
dilakukan pada hari ke delapan terhadap struktur dan morfologi cendawan dengan
bantuan mikroskop. Identifikasi cendawan terbawa ubi gembili dengan
menggunakan kunci identifikasi cendawan Booth (1971) serta Watanabe (2002)

5

untuk mengetahui jenis-jenis cendawan terbawa benih. Cendawan yang tumbuh
pada jaringan umbi selanjutnya diisolasi pada media tumbuh PDA untuk
dilakukan pemurnian sebagai isolat yang akan digunakan pada uji in vitro dan uji
in vivo.
Penyiapan Isolat Cendawan Patogen
Isolat cendawan murni dipelihara pada media tumbuh PDA di dalam cawan
petri. Isolat tersebut akan digunakan pada uji in vitro dan in vivo.
Uji Patogenitas
Ubi yang segar dicuci dengan air steril, selanjutnya umbi dipotong
melintang setebal 1 cm, rendam di dalam larutan kloroks 5,25% selama 3 menit
dan dibilas dengan air steril sebanyak tiga kali, kemudian dikeringanginkan,
selanjutnya potongan umbi dimasukkan ke dalam cawan petri yang beralaskan 3
lembar kertas lembab. Inokulasi dilakukan dengan cara meneteskan 10 µl suspensi
konidia cendawan dengan kerapatan 108 pada permukaan potongan ubi.
Percobaan diulang sebanyak 10 kali atau 10 ulangan. Selanjutnya dilakukan
pengamatan tiap hari selama 1 minggu (6-7 hari). Pengamatan terdiri atas masa
inkubasi dan gejala yang timbul.
Pembuatan Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (BMD)
Pembuatan ekstrak buah mahkota dewa dilakukan dengan metode maserasi
yaitu 50 gram daging buah dan 50 gram biji mahkota dewa masing-masing
ditambah 50 cc (50 ml) air steril kemudian dihancurkan dengan ”blender”dan
dilakukan penyaringan bertahap. Pertama ekstrak disaring dengan kain kasa
berlapis tiga, kemudian disaring dengan tiga lembar kertas Whatman No 1, dan
terakhir disaring dengan saringan selulosa sehingga akan diperolah ekstrak kasar
dengan konsentrasi 100%.
Pengujian In vitro
Pengujian in vitro dilakukan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kasar buah
mahkota dewa dengan konsentrasi 10%, 5% , 2% dan 1% terhadap pertumbuhan
dan pekembangan koloni cendawan patogen terbawa umbi gembili pada media
tumbuh PDA. Satu potongan isolat cendawan berdiameter 1 mm diletakkan pada
media PDA yang telah diberi perlakuan ekstrak kasar BMD. Sebagai kontrol
positif cendawan ditumbuhkan pada media PDA yang diberi perlakuan fungisida
mankozeb 80% dengan konsentrasi anjuran 0.02% (v/v), sedangkan kontrol
negatif adalah media tumbuh PDA tanpa perlakuan fungisida maupun ekstrak
kasar BMD. Tiap perlakuan diulang 10 kali. Selanjutnya cendawan uji tersebut
diinkubasi pada suhu ruang dengan penyinaran lampu NUV 12 jam terang dan 12
jam gelap. Pengamatan dilakukan tiap hari sampai koloni cendawan pada kontrol
negatif memenuhi cawan petri. Keefektifan ekstrak kasar buah mahkota dewa
menghambat pertumbuhan dan perkembangan koloni Fusarium sp. dihitung
dengan rumus :
Daya hambat
DK = Diameter koloni cendawan Fusarium sp. pada kontrol (mm)
DP = Diameter koloni Cendawan Fusarium sp. pada perlakuan (mm)

6

Pengujian In Vivo secara Preventif
Potongan ubi dicuci dengan air steril dan dikeringanginkan, selanjutya di
rendam dala larutan kloroks selama tiga menit dan dibilas tiga kali dengan air
steril, selanjutnya potongan umbi direndam dalam ekstrak kasar daging dan biji
buah mahkota dewa terpilih (10%) selama 30 menit, potongan umbi
dikeringanginkan dalam laminar air flow dan diinkubasi dalam baki yang telah
diberi tiga lapis kertas saring lembab dan selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang
dengan penyinaran lampu NUV 12 jam terang dan 12 jam gelap selama 24 jam.
Setelah inkubasi, suspensi konidia cendawan Fusarium sp. dengan kerapatan 108
diteteskan pada permukaan potongan umbi gembili. Percobaan diulang sebanyak
tiga kali dan tiap ulangan terdiri dari 5 potongan umbi. Sebagai kontrol positif
(Kp), umbi gembili direndam dalam suspensi fungisida mankozeb 80% dengan
konsentrasi 0.02% (v/v) selama 30 menit. Sedangkan sebagai kontrol negatif
(Kn), potongan umbi direndam dalam air steril selama 5 menit. Pengamatan
dilakukan tiap hari terhadap gejala yang muncul pertama kali ( masa inkubasi
pada setiap potongan ubi dan perkembangan penyakit selama 14 hari).
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk menentukan intensitas serangan
cendawan dengan rumus sebagai berikut :
IS
Keterangan :
IS = Intensitas serangan
V = Jumlah umbi yang terserang
n = Nilai skor setiap kelas
Z = Jumlah umbi yang diamati
N = Nilai skor kelas luas yang tertinggi
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL). Pada uji in vitro terdapat 4 perlakuan konsentrasi ekstrak kasar buah
mahkota dewa (BMD) yang dilakukan secara terpisah, kontrol positif, dan kontrol
negatif. Setiap perlakuan terdapat 10 ulangan. Pada uji in vivo dilakukan dua cara
aplikasi ekstrak kasar buah mahkota dewa (BMD), masing-masing perlakuan ada
3 ulangan dan setiap ulangan ada 5 potong umbi gembili. Data yang diperoleh
dianalisis dengan Microsoft Office Exel 2010 dan analisis sidik ragam
menggunakan program Statistical Analysis System (SAS) versi 9.1.3. Perlakuan
yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan dengan taraf α = 0.05
(Mattjik & Sumertajaya 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Isolasi Cendawan Patogen
Cendawan yang dapat diisolasi dari umbi gembili asal Keerom adalah
Fusarium spp. dan Alternaria sp. sedangkan asal Jayapura adalah Fusarium spp. (
Tabel 3).
Table 3 Hasil deteksi dan identifikasi cendawan patogen terbawa benih umbi
gembili
Jenis ubi gembili
Daerah endemik
Jenis patogen
Kabupaten Keerom I – V

Fam rasi

Fusarium spp.
Alternaria sp.

Maninggombu

Kabupaten Jayapura : I-V

Fusarium spp.

Uji patogenisitas menunjukkan bahwa isolat Fusarium spp. merupakan
cendawan patogen utama yang menyebabkan busuk pada potongan umbi gembili
(Gambar 1).

Gambar 1 Uji patogenitas Fusarium sp. pada potongan umbi gembili
Serangan Fusarium sp. pada umbi gembili menyebabkan umbi menjadi
mengkerut dan busuk (Gambar 2). Busuk umbi merupakan penyakit pada umbi
gembili yang tersebar luas di Keerom dan Jayapura Papua. Hal ini sangat terkait
dengan pola budidaya masyarakat Papua yang berpindah-pindah dan mereka
mempunyai hubungan kekerabatan antar keluarga sehingga mereka saling
membagi bibit atau benih ubi gembili untuk ditanam di daerah yang berbeda.
Kejadian ini memberikan bukti bahwa benih atau bibit berperan dalam kejadian
penyakit tanaman di lapang karena benih atau bibit sebagai sarana potensial dan
efektif dalam penyebaran penyakit dan patogen.

Gambar 2 Gejala awal serangan Fusarium sp. di lapang

8

Koloni miselium Fusarium sp. pada media tumbuh PDA berwarna putih
dengan bentuk dasar koloni bulat melingkar sesuai masa inkubasi dan
perkembangan miselium dengan hifa berwarna putih (Gambar 3A). Berbagai
spesies dari cendawan Fusarium, merupakan cendawan patogen tanaman yang
sering menyebabkan berbagai penyakit tanaman, seperti busuk pangkal batang,
tumor akar (root crown), penyakit pembulu xylem, dan penyakit pascapanen
(Wang dan Jeffer 2000; Ploetz 2005).

A

B
Gambar 3 Koloni cendawan Fusarium sp. pada media PDA umur 10 hari
(A) dan makrokonidia serta mikrokonidia cendawan Fusarium
sp. dibawah mikroskop dengan perbesaran 40 x 10 (B).
Uji In Vitro
Hasil uji in vitro menunjukkan bahwa penambahan ekstrak kasar daging
buah mahkota dewa (DBMD) maupun ekstrak kasar biji mahkota dewa (BBMD)
pada media PDA mampu menekan pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp.
secara signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada akhir pengamatan
(hari ke 7), persentase daya hambat ekstrak kasar DBMD terhadap pertumbuhan
koloni cendawan Fusarium sp. berkisar 28.1 sampai 439%. Konsentrasi ekstrak
kasar DBMD merupakan konsentrasi ekstrak yang paling efektif menekan
pertumbuhan cendawan Fusarium sp. (Gambar 4).

a.

b.

c.

d.

f.
g
h
i
Gambar 4 Koloni Fusarium sp.pada uji in vitro 7 HSP: kontrol negatif (a),
perlakuan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa dengan
konsentrasi 1% (b), 2% (c), 5% (d), 10% (e), dan kontrol positif (f),
perlakuan ekstrak biji mahkota dewa dengan konsentrasi 1% (g), 2%
(h), 5% (i), dan 10 % (j)

e.

j

9

5
4,62

Diameter cendawan patogen (mm)

4,5
4

3,99
3,54

3,5
3

2,9

2,5

2,43
2,16

2
1,5
0,79
0,87
0,78
0,76
0,59

1
0,5

1,83
1,82 1,85
1,34
1,35
1,57
1,07

2,81
2,62

2,45
2,2
2,2
1,98

3,32
3,23
3,2
2,59

3,17
2,99
2,96
2,38

2,2

Kontrol
DBMD 1%
DBMD 2%
DBMD 5%
DBMD 10%
Fungisida

0
H1

H2

H3

H4
Hari Ke-

H5

H6

H7

Gambar 5 Pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
dan ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) selama 7 HSP
Tabel 4 Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA dan
Ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan berbagai
perlakuan secara in vitro pada 7 HSP
Perlakuan
Kontrol
DBMD 1%
DBMD 2%
DBMD 5%
DBMD 10%
Fungisida

H1
0.87 a
0.76 b
0.78 b
0.79 b
0.59 c
0d

Dimeter Cendawan Fusarium sp. 7HSP
H2
H3
H4
H5
H6
2.16 a
2.43 a
2.9 a
3.54 a
3.99 a
1.35 b
1.83 b
2.45 b
2.81 b
3.17 b
1.35 b
1.85 b
2.2 c
2.62 c
2.99 c
1.34 b
1.82 b
2.2 c
2.62 c
2.96 c
1.07 c
1.57 c
1.98 d
2.2 d
2.38 d
0d
0d
0e
0e
0e

H7
4.62 a
3.32 b
3.23 b
3.2 b
2.59 c
0 d

a

( Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%.

Senyawa yang terkandung di dalam ekstrak kasar BMD yaitu alkaloid,
saponin, fenol, tanin, dan flavonoid. Senyawa alkaloid berperan sebagai pelindung
dari serangan herbivora yang mempengaruhi tingkah laku dan fisiologi serangga,
namun umumnya akan lebih toksik pada vertebrata. Asam fenolik dan tannin
berperan sebagai pelindung tanaman dari patogen dan juga flavonoid sebagai
pengatur pertumbuhan berbagai tumbuhan (Dadang dan Prijono 2008). Seperti
halnya ekstrak DBMD, penambahan ekstrak kasar biji buah mahkota dewa
(BBMD) pada media tumbuh PDA mampu menekan pertumbuhan koloni
Fusarium sp. dibandingkan dengan kontrol negatif (Gambar 6 dan Tabel 5).

10

4,5

Diameter cendawan patogen (mm)

4

3,88
3,53

3,5

2,87
2,68

2,5
2
1,74
1,47
1,44
1,34
1

1,5
1,1
0,95
0,79
0,7
0,59

1

0,5
0

3,17
3,03
2,82

3,14

3

0,65
0,25
0,27 0,240,24
0
0
H1
H2

0
H3

2,32
2,39

2,03
1,85

0
H4
Hari Ke-

BBMD 1%

2,52
2,5
2,12

2,01

BBMD 2 %
BBMD 5 %

1,76

BBMD 10%

1,39

1,27

Kontrol

Fungisida

0
H5

0
H6

0
H7

Gambar 6 Pertumbuhan dan perkembangan koloni cendawan Fusarium sp. pada
campuran media tumbuh PDA dan ekstrak kasar biji buah mahkota
dewa (BBMD) selama 7 HSP
Tabel 5 Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah mahkota
dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP
Perlakuan
Kontrol
BBMD 1%
BBMD 2%
BBMD 5%
BBMD 10%
Fungisida

H1
0.65 a
0.25 b
0.24 b
0.27 b
0.24 b
0c

H2
1.1 a
0.95 b
0.79 c
0.7 c
0.59 d
0e

Dimeter Cendawan Patogen 7 HSP
H3
H4
H5
H6
1.74 a
2.68 a
3.14 a
3.53 a
1.44 b
2.03 b
2.39 b
2.87 b
1.47 b
2.03 b
2.32 b
2.52 c
1.34 b
1.85 c
2.01 c
2.50 c
1c
1.27 d
1.39 d
1.76 d
0d
0e
0e
0e

H7
3.88 a
3.17 b
3.03 b
2.82 c
2.12 d
0e

a

( Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%.

Secara keseluruhan daya hambat ekstrak kasar BBMD terhadap
pertumbuhan koloni Fusarium sp. lebih rendah dibandingkan ekstrak kasar
DBMD. Persentase daya hambat BBMD terhadap pertumbuhan koloni Fusarium
sp. berkisar 18.3 sampai 45.4%. Konsentrasi ekstrak kasar BBMD 10%
merupakan konsentrasi paling efektif menekan pertumbuhan dan perkembangan
Fusarium sp. pada media tumbuh PDA yaitu sebesar 45.4% pada akhir
pengamatan (hari ke 7) (Tabel 6).

11

Tabel 6 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah mahkota
dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD) terhadap
pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh PDA
setelah 7 HSP
Perlakuan
Daya hambat (%)
Ekstrak kasar DBMD
Ekstrak kasar BBMD
Kontrol Negatif (-)
0
0
P1: 1%
28.1
18.3
P2: 2%
30.1
21.9
P3: 5%
30.7
27.3
P4: 10%
43.9
45.4
Kontrol Positif(Fungisida)
100
100
Ket: Ekstrak kasar BMD dengan konsentrasi 10% (P4), konsentrasi 5 % (P3), konsentrasi 2%(P2)
dan konsentrasi 1% (P1).

Menurut Wati (2007), ekstrak air dan ekstrak etanol biji mahkota dewa
mempunyai aktivitas anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa, dan sebagai anti jamur terhadap Candida albicans
tidak menunjukkan aktivitas anti fungal. Sedangkan menurut Pertamawati (2007),
ekstrak pekat buah mahkota dewa mempunyai efek dapat menghambat
pertumbuhan sel Hela (sel kanker rahim) secara in vitro.
Uji In Vivo
Berdasarkan daya hambat yang paling efektif terhadap pertumbuhan
Fusarium sp. pada media tumbuh PDA (uji in vitro), ekstrak kasar DBMD 10%
dan BBMD 10% digunakan pada uji in vivo, yaitu perlakuan preventif pada
potongan umbi gembili. Pada perlakuan umbi gembili dengan ekstrak kasar
DBMD 10% dan BBMD 10% secara terpisah mampu memperpanjang masa
inkubasi Fusarium sp. secara signifikan dibanding dengan kontrol negatif,
masing-masing 3.3 hari, 2.8 hari dan 1.9 hari (Tabel 7, Gambar 7). Pada
pengamatan selanjutnya menunjukkan bahwa umbi gembili yang diberi perlakuan
ekstrak kasar DBMD 10% maupun BBMD 10% lebih lama untuk mencapai
kondisi busuk total dibanding dengan kontrol negatif. Pada perlakuan DBMD
10% dan BBMD 10% busuk total pada umbi terjadi setelah 7.9 hari dan 8,5 hari
setelah perlakuan dibanding dengan kontrol negatif 6.6 hari ( Tabel 7, Gambar 7)
Tabel 7 Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp. dalam
menimbulkan busuk total pada potongan umbi gembili 7 HSP
Perlakuan
Kontrol Negatif (-)
Kontrol Positif (Fungisida)
Daging BMD 10%
Biji BMD 10%

Masa inkubasi (hari)
1.9 c
8.1 a
3.3 b
2.8 b

Busuk total (hari)
6.6 c
9.9 a
7.9 b
8.5 b

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata 5%.

12

a

c

b

d

Gambar 7 Uji in vivo secara prefentif; Kontrol negatif (a), Kontrol positif
(b), Ekstrak kasar BBMD 10% (c), dan Ekstrak kasar DBMD
10% (d)
Masa inkubasi patogen merupakan salah satu indikator ketahanan tanaman
terhadap infeksi suatu patogen, semakin lama masa inkubasi suatu patogen pada
suatu tanaman inang, maka semakin tinggi ketahanan tanaman tersebut semakin
baik menekan serangan patogen.
Menurut Sinaga (2003), secara umum sistem pertahanan tanaman terhadap
infeksi patogen dapat terjadi melalui satu atau kombinasi secara struktural dan
reaksi biokimia. Ketahanan secara struktural dengan membentuk penghambat
fisik yang menyebabkan patogen tidak dapat berpenetrasi dan berkembang.
Sedangkan ketahanan secara reaksi biokimia dengan menghasilkan senyawa yang
bersifat toksik atau menghambat pertumbuhan patogen. Senyawa fenolik
merupakan produk metabolism sekunder dari tanaman, pada tanaman sehat,
senyawa fenolik terdapat dalam jumlah yang sedikit, jika tanaman terinfeksi, akan
terjadi peningkatan atau akumulasi senyawa fenolik. Contoh senyawa fenolik
yaitu fitoaleksin, asam kafein, asam khlorogenik, skopoletin yang semuanya
bersifat toksik bagi patogen. Dengan demikian ekstrak kasar buah mahkota dewa,
DBMD maupun BBMD bersifat anti fungal. Menurut Gotama et al. (1999) dalam
Pertamawati (2008), kulit buah mahkota dewa masak fisiologis yang sudah
berwarna merah mengandung senyawa alkaloid, saponin, fenol dan flavonoid,
sedangkan menurut Willaman (1995) dan de Padue et al. (1999) flavonoid
bersifat anti HIV, immunostimulan, antioksidan, analgesik, antiradang, anti virus,
anti bakteri, anti fungal, antidiare, antihepatotoksik, antihiper-glikemik dan
sebagai vasodilatot.

PENUTUP
Simpulan
Cendawan Fusarium sp. merupakan cendawan patogen utama yang terbawa
benih atau bibit umbi gembili dari Keerom dan Jayapura. Ekstrak kasar daging
buah mahkota dewa (DBMD) 10% dan biji buah mahkota dewa (BBMD) 10%
sangat potensial untuk digunakan dalam pengendalian Fusarium sp. terbawa benih
umbi gembili.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh, perlu dilakukan pengujian aplikasi ekstrak
kasar buah mahkota dewa (BMD) secara langsung di lapang sehingga dapat
diketahui kemampuan ekstrak BMD menekan serangan cendawan Fusarium sp.
pada ubi gembili.

DAFTAR PUSTAKA
Aditama TY. Kanker 2001. Medisinal Jurnal Kedokteran, 2. 1-5
Booth C. 1971. The genus Fusarium. Commonw. Mycol. Inst., Kew. 237 pp.
[BPTPP] Balai Penelitian Teknologi Pertanian Papua. 2008. Karakterisasi,
Identifikasi dan Konservasi Tanaman Gembili di Papua. Jayapura.
Brunt AA, Crabtree K, Gibbs A. 1990. Virus of Tropical Plants Wallingford,
CAB International, Oxon. UK. Pp.707.
Dadang, Priyono J. 2008. Insektisida Nabati Prinsip, Pemanfaatan, dan
Pengembangan. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Coursey DG. 1967. Yams.Tropical Agriculter Series, Longman, London.Harlom.
de Padua LS, Bunyapraphatsara N, Lemmens RHMS. 1999. Plant Resources of
South East Asia No 12 (1). Medical and Poisonous Plant 1. Printed in
Bogor Indonesia (PORSEA). Leiden the Netherlands, Buckhuys Publishers,
36-48.
Food Agriculture Organization (FAO 2007) FAO Online publication. FAOSTAT,
2007
Gotama IBI, Sugiarto S, Nurhadi M, Widiastuti Y, Wahyono S, Prapti JJ. 1999.
Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia Jilid V. Jakarta (ID), Departemen
Kes. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Masyrakat. 147-148.
Hughes JDA, Dungo L, and Atiri GI. 1997. Viruses infecting cultivadted yam
(Dioscorea alata and D. rotunda) in Nigeria. Phytopathology 87:545.
Hidayat SH. 2006. Arti penting mikroorganisme pembawa penyakit. Modul
Pelatihan Teknis Uji Serologi; Jakarta 6-11 Maret 2006. Jakarta (ID) : BUS
Karantina Tumbuhan dan BBKT Tanjung Priok.
Lisdawati V. 2002. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT), bioassay antikanker In
Vitro dengan sel leukemia L1210 dan isolasi penentuan struktur molekul
senyawa kimia dari buah mahkota dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff)
Boerl.] [Tesis] Jakarta(ID). Jurusan Farmasi FMIPA UI.
Mattjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor Pr.
Navitasari L. 2007. Aplikasi ekstrak tumbuhan untuk perlakuan benih padi dan
kedelai [Skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Odu BO, Hughes J, Shhoyinka SA, Dongo LN. 1999. Isolation. Characterization
and identification of a Potyvirus from Dioscorea alata L. (water yam) in
Nigeria. Annals Applied Biology. 134: 65-71.
Okafor N. 1996. Microbial rotting of stored yams (Dioscorea spp.) in Nigeria.
Exp. Agric. 2 : 179-182.
Okigbo RN, Nmeka IA. 2005. Control of yam tuber rot with leaf extracts of
Xylopia aethiopica and Zingiber officinale. African Journal of
Biotechnology. 4(8), 804-807. Departemen Of Microbiology, Michael
Okpara University of Agriculture in Nigeria.
Pertamawati. 2007. Pengaruh sitotoksik ekstrak buah mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) terhadap beberapa mikroba penyebab infeksi kulit.
[Skripsi]. Bandung (ID). Universitas Padjdjaran Bandung.
Purnomo R, Susandarini, dan Anggraeni VDM . 2008. Keragaman Dioscorea spp.
di Kabupaten Bantul dan Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dan

15

Kekerabatannya Berdasarkan Morfologi Organ Vegetatif. Prosiding
Seminar NasionalBiodiversitas. UNAIR, Surabaya (ID).
Purseglove JW. 1972. Monocotyledons. Tropical Crops. Jhon Wiley and Sons.
New York(US). hlm 166-169.
Rofiq A , Subagio. Pengembangan Potensi Lokal Untuk Bahan Baku Pangan dan
Industri Sebagai Usaha Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional.
Majalah Pangan Nomor 54/XVIII/April-Juni 2009. hlm. 36-42.
Rostinawati T 2007. Uji aktivitas hasil penyarian biji mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl ) terhadap beberapa mikroba penyebab infeksi
kulit. Bandung (ID). Fakultas Farmasi. Universitas Padjadjaran Bandung.
Sinaga MS. 2003. Dasar-dasar Ilmur Penyakit Tumbuhan. Jakarta (ID). Penebar
Swadaya.
Solikin. 2003. Pertumbuhan vegetatif gembili [Dioscorea esculenta (Lour.) Burk.]
pada beberapa diameter umbi. Purwodadi (ID). LIPI
Soekarno WPB. 2003. Pengujian kesehatan benih: peluang, tantangan, dan
taruhan. Modul Pelatihan Pengujian Kesehatan Benih. Jakarta, 4 Agustus
2003. Jakarta (ID): Badan Karantina Pertanian.
Soekarno WPB. 2007a.
Sugiwati S. 2005. Aktivitas antihiperglikemik dari ekstrak buah mahkota dewa
[Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl] sebagai inhibitor alfa-glukosidae in
vitro dan in vivo pada iikus. [Tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Wardah. 2010. Inventarisasi dan karakterisasi tumbuhan liar berpotensi sebagai
sumber pencukupan gizi masyarakat. Cibinong(ID). LIPI.
Watanabe T. 2002. Pictorial Atlas Of Soil and Seed Fungi Morphologies of
Cultured Fungi and Key to Spesies. 2 Ed. London (GB) : CRC Pr.
Willaman JJ. 1995. Some biological effect of the flavonoids. Journal of the
American Pharmaceutical Assoc. Sei 44th Ed. Page 404-409.

LAMPIRAN

17

Lampiran 1 Rata-rata diameter kolini cendawan Fusarium sp. pada media PDA
dan Ekstrak kasar daging buah mahkota dewa (DBMD) dengan
berbagai perlakuan secara in vitro pada 7 HSP
Dimeter Cendawan Fusarium sp. 7HSP
Perlakuan
Kontrol
DBMD 1%
DBMD 2%
DBMD 5%
DBMD 10%
Fungisida

H1

H2

H3

H4

H5

H6

H7

0.87 a
0.76 b
0.78 b
0.79 b
0.59 c
0d

2.16 a
1.35 b
1.35 b
1.34 b
1.07 c
0d

2.43 a
1.83 b
1.85 b
1.82 b
1.57 c
0d

2.9 a
2.45 b
2.2 c
2.2 c
1.98 d
0e

3.54 a
2.81 b
2.62 c
2.62 c
2.2 d
0e

3.99 a
3.17 b
2.99 c
2.96 c
2.38 d
0e

4.62 a
3.32 b
3.23 b
3.2 b
2.59 c
0 d

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf
5%.

nyata

Lampiran 2 Rata-rata diameter cendawan Fusarium sp. pada media tumbuh
PDA dengan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak kasar biji buah
mahkota dewa (BBMD) secara in vitro pada 7 HSP
Perlakuan
Kontrol
BBMD 1%
BBMD 2%
BBMD 5%
BBMD 10%
Fungisida

H1
0.65 a
0.25 b
0.24 b
0.27 b
0.24 b
0c

H2
1.1 a
0.95 b
0.79 c
0.7 c
0.59 d
0e

Dimeter Cendawan Patogen 7 HSP
H3
H4
H5
H6
1.74 a
2.68 a
3.14 a
3.53 a
1.44 b
2.03 b
2.39 b
2.87 b
1.47 b
2.03 b
2.32 b
2.52 c
1.34 b
1.85 c
2.01 c
2.50 c
1c
1.27 d
1.39 d
1.76 d
0d
0e
0e
0e

H7
3.88 a
3.17 b
3.03 b
2.82 c
2.12 d
0e

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata
5%.

18

Lampiran 3 Perbandingan persentase daya hambat ekstrak kasar daging buah
mahkota dewa (DBMD) dan biji buah mahkota dewa (BBMD)
terhadap pertumbuhan koloni cendawan Fusarium sp. pada media
tumbuh PDA setelah 7 HSP
Perlakuan

Kontrol Negatif (-)
P1: 1%
P2: 2%
P3: 5%
P4: 10%
Kontrol
Positif(Fungisida)

Daya hambat (%)
Ekstrak
kasar
DBMD
Ekstrak kasar BBMD
0
0
28.1
18.3
30.1
21.9
30.7
27.3
43.9
45.4
100
100

Ket: Ekstrak kasar BMD dengan konsentrasi 10% (P4), konsentrasi 5 % (P3), konsentrasi 2%(P2)
dan konsentrasi 1% (P1).

Lampran 4 Rata-rata masa inkubasi dan kemampuan Fusarium sp. dalam
menimbulkan busuk total pada potongan umbi gembili 7 HSP
Perlakuan
Kontrol Negatif (-)
Kontrol Positif (Fungisida)
Daging BMD 10%
Biji BMD 10%

Masa inkubasi (hari)
1.9 c
8.1 a
3.3 b
2.8 b

Busuk total (hari)
6.6 c
9.9 a
7.9 b
8.5 b

Huruf pada kolom dan baris yang sama tidak berbeda nyata pada uji lanjut Duncan taraf nyata
5%.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Yuruf, Kecamatan Web, Kabupaten Keerom,
Provinsi Papua pada 12 Maret 1985 dari ayah Kostan Pikindu dan ibu Theresia
Nabar. Penulis merupakan putra kelima dari lima bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD YPPK Yuruf pada tahun 1997; pendidikan
tingkat pertama di SLTP Negeri 1 Web pada tahun 2000; pendidikan lanjutan
tingkat atas di SMK Negeri 4 Pertanian Jayapura tahun 2003. Penulis diangkat
menjadi CPNS tahun 2003 kemudian tahun 2005 menjadi PNS. Pada tahun 2007,
penulis lolos seleksi masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah. Pada
tahun yang sama penulis mengikuti program Pra Universitas selama satu tahun
dan pada tahun 2008 masuk Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan diterima pada
program studi Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Selama menempuh pendidikan, penulis aktif dalam Keluarga Mahasiswa Katolik
IPB (KEMAKI), sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa Sepak Bola IPB (UKM
SB IPB) masa bakti 2009/2010. Pada periode 2011/2012, penulis mengikuti
Kuliah Kerja Profesi bekerjasama dengan rekan-rekan dari Fakultas Pertanian,
Fakultas Ekologi Manusia, dan Fakultas Ekonomi dan Manajemen di Desa
Mulyasari, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat.
Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Institut Pertanian Bogor,
penulis membuat tugas akhir yang berjudul “ Potensi Antifungi Ekstrak Kasar
Buah Mahkota Dewa [Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.] untuk
Mengendalikan Cendawan Patogen Terbawa Benih Ubi Gembili (Dioscorea
spp.)”.