45 dengan lingkungan sekitatr ketika terjadi banjir atau kebakaran. Tempat
penyimpanan B3 berada pada lahan bebas, atau tidak ada bangunan lain yang berada di sekitar plant sehingga tidak menyebabkan efek domino jika terjadi
kebakaran, gempa, ataupun longsor. Tempat B3 berada di bagian terluar dari keseluruhan plant sehingga akses untuk menjangkau bagian ini tidak sulit.
Pembangunan plant juga mempertimbangkan faktor pencahayaan dan aliran udara di dalam plant. Pada umumnya, keseluruhan plant memiliki atap yang melindungi
dari hujan, tetapi untuk pencahayaan, bagian pengelolaan limbah memiliki celah pencahayaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan Batako 1 dan Batako 2,
karena bagian ini merupakan tempat penyimpanan limbah B3 baik yang cair maupun padat. Batako 1 memiliki aliran udara dan cahaya yang cukup luas,
karena fly ash yang masuk ke Batako 1 pada umumnya bersifat panas karena merupakan sisa dari pembakaran. Faktor-faktor lain yang juga turut diperhatikan
dalam pembangunan plant adalah pintu darurat terbuat dari baja, lantai yang kedap air kecuali Batako 1 tidak memiliki lantai, perlindungan petir, kelistrikan,
rambu dan penandaan, serta sistem kesiagaan dan tanggap darurat. Untuk ukuran plant, dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Investasi lahan PT. X
No. Bahan Baku yang Disimpan
KapasitasLuas 1
Sludge kertas untuk mesin kertas Batako 2 620 m2
2 Fly Ash Bottom ash Sands Foundry untuk
pembuatan Paving block Batako 1 472 m2
3 Oil sludge pengelolaan
828 m2 4.
Limbah B3 campuran pengelolaan 360 m2
5. Limbah B3 beracun pengelolaan
217 m2 6.
Limbah B3 cair pengelolaan 474 m3
7. Limbah B3 cair untuk Waste Waster Treatment
pengelolaan 288 m2
Sumber : PT. X 2014
6.2.2 Pengolahan Limbah B3
Bentuk pengolahan limbah B3 yang disediakan oleh PT. X sebenarnya ada tiga, yakni pemusnahan limbah dengan incinerator, pengolahan limbah B3 cair
dengan WWTP IPAL, dan pengolahan limbah B3 cair dengan cara destilasi pengolahan limbah solvent, namun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini
adalah pengolahan limbah dengan cara incinerator dan destilasi.
46 Penggunaan incinerator untuk memusnahkan berbagai macam limbah B3
mengikuti kaidah yang telah ditetapkan. Pada umumnya, jenis limbah yang dimusnahkan adalah waste waster treatment sludge, paper sludge, paint sludge,
silica sludge, resin, spin earth, thinner bekas, grease, polimer bekas, minyak kotor, oil sludge, oli bekas, coolant, slope oil, oil filter, buffing dust, scrap
timming shaving, carbon active, saw dust terkontaminasi B3, majun yang terkontaminasi B3, tinta bekas, limbah medis, contaminated material, solvent,
drilling mud, limbah karbit, dye waste, larutan bekas pickling, larutan bekas elektroplating, limbah B3 cair dari laboratorium, contaminated liquid waste, dan
larutan asam alkali bekas. Limbah-limbah ini dipisah berdasarkan karakteristiknya yakni berdasarkan sifat dan karakteristik limbah, sehingga tidak
menimbulkan sifat kimia maupun sifat fisika yang berbahaya, tetapi limbah- limbah yang dapat dicampur proses pembakarannya seperti kemasan produk,
produk yang telah kadaluarsa, atau produk gagal rejected product, dapat dibakar bersam-sama. Sedangkan untuk limbah medisklinis tidak boleh dicampur dengan
limbah B3 lainnya. Setelah limbah-limbah dipisahkan, limbah-limbah tersebut kemudian di
masukkan ke dalam incinerator melalui chamber ruang bakar pertama melalui pintu feeding double gate. Pengumpulan limbah awal ke ruang bakar setelah
pproses pemanasan incinerator pada ruang bakar pertama mencapai temperatur paling rendah 700°C, dan pada ruang bakar kedua maksimal 1.100°C. Selama
proses pembakaran, pengendali pencemaran harus diaktifkan, sehingga asap dari sisa pembakaran adalah asap yang dapat dilepas ke udara. Dan karena tidak ada
sistem yang 100 efisien, maka proses pembakaran ini pun menghasilkan sisaan berupa abu, yang harus ditangani secara khusus karena karakteristiknya yang
berbahaya. Abu sisa pembakaran ini disimpan pada wadah sebelum akhirnya di serahkan ke pihak ke tiga yang memiliki kapasitas dalam penanganan abu ini
dalam waktu tidak lebih dari 24 jam. Solvent adalah larutan yang digunakan sebagai pelarut, yang umumnya
digunakan untuk tinta dalam industri percetakan. Karena solvent dapat digunakan berkali-kali maka solvent dapat di-recycle dengan sistem destilasi,
sehingga diperoleh solvent yang jernih dan dapat digunakan kembali. Untuk me-