4. Sarana penyelamatan adalah sarana yang dipersiapkan untuk dipergunakan oleh
penghuni maupun petugas pemadam kebakaran dalam upaya penyelamatan jiwa manusia maupun harta-benda bila terjadi kebakaran pada suatu bangunan gedung
dan lingkungan.
5. Sistem proteksi pasif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan melakukan pengaturan terhadap komponen bangunan
gedung dari aspek arsitektur dan struktur sedemikian rupa sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari kerusakan fisik saat terjadi kebakaran.
6. Sistem proteksi aktif adalah sistem perlindungan terhadap kebakaran yang dilaksanakan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara
otomatis maupun manual, digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Selain itu sistem ini
digunakan dalam melaksanakan penanggulangan awal kebakaran.
7. Pengawasan dan pengendalian adalah upaya yang perlu dilakukan oleh pihak
terkait dalam melaksanakan pengawasan maupun pengendalian dari tahap perencanaan pembangunan bangunan gedung sampai dengan setelah terjadi
kebakaran pada suatu bangunan gedung dan lingkungan.
Bagian Kedua Maksud dan Tujuan
Pasal 2
1 Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan penyelenggaraan bangunan gedung
yang aman terhadap bahaya kebakaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan pembangunan sampai pada tahap pemanfaatan sehingga bangunan gedung
senantiasa andal dan berkualitas sesuai dengan fungsinya.
2 Pengaturan pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan bertujuan terselenggaranya fungsi bangunan gedung dan lingkungan
yang aman bagi manusia, harta benda, khususnya dari bahaya kebakaran sehingga tidak mengakibatkan terjadinya gangguan proses produksidistribusi barang dan
jasa, dan bahkan dari gangguan kesejahteraan sosial.
BAB II PENGATURAN PENGAMANAN TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN
PADA BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN Bagian Pertama
Persyaratan Teknis Pasal 3
1 Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi:
a. Perencanaan tapak untuk proteksi kebakaran,
b. Sarana penyelamatan,
c. Sistem proteksi pasif,
d. Sistem proteksi aktif,
e. Pengawasan dan pengendalian.
2 Rincian pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 Pasal ini yang dirinci lebih lanjut
pada Lampiran Keputusan Menteri Negara ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Keputusan Menteri Negara ini.
3 Setiap orang atau badan termasuk instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung wajib memenuhi ketentuan
pengamanan bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 Pasal ini.
Pasal 4
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua Pengaturan Pelaksanaan di Daerah
Pasal 5
1 Untuk pedoman pelaksanaan penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah perlu dibuat Peraturan Daerah yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam
Keputusan Menteri Negara ini. 2 Dalam hal Daerah belum mempunyai Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud
ayat 1 Pasal ini, maka terhadap penyelenggaraan bangunan gedung di Daerah
diberlakukan ketentuan-ketentuan pengamanan terhadap kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3. 3 Daerah yang telah mempunyai Peraturan Daerah tentang pengamanan terhadap
kebakaran pada bangunan gedung sebelum Keputusan Menteri Negara ini diterbitkan harus menyesuaikannya dengan ketentuan-ketentuan pengamanan
terhadap kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
Pasal 6
1 Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan dan pemanfaatan pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah melakukan peningkatan kemampuan aparat
Pemerintah Daerah maupun masyarakat dalam memenuhi ketentuan pengamanan terhadap kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 untuk terwujudnya
tertib pembangunan bangunan gedung.
2 Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan dan pemanfaatan pemeliharaan bangunan gedung, Pemerintah Daerah wajib menggunakan ketentuan teknis
pengamanan terhadap bahaya kebakaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagai landasan dalam mengeluarkan persetujuan perizinan yang diperlukan.
3 Terhadap aparat Pemerintah Daerah yang bertugas dalam pengendalian pembangunan dan pemanfaatanpemeliharaan bangunan gedung yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan sanksi administrasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Ketiga Sanksi Administrasi
Pasal 7
1 Penyelenggaraan pembangunan atau pemanfaatanpemeliharaan bangunan gedung yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam Pasal 3 dan Pasal 4 Keputusan
Menteri Negara ini dikenakan sanksi administrasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 1.
2 Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 pasal ini dikenakan sesuai dengan tingkat pelanggaran, dapat berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan kegiatan
c. Penghentian sementara kegiatan pembangunan atau pemanfaatan sampai dilakukannya pemenuhan ketentuan teknis tersebut
d. Pencabutan ijin yang telah dikeluarkan untuk pembangunan dan atau pemanfaatan bangunan gedung.
3 Selain sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat 2 pasal ini, di dalam Peraturan Daerah dapat diatur mengenai sanksi denda atas terjadinya pelanggaran
terhadap ketentuan pengamanan terhadap bahaya kebakaran.
BAB III PEMBINAAN TEKNIS