Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan jumlah leukosit dengan motilitas sperma, yaitu bila dihubungkan dengan motilitas sperma yang progresif progressive motility maka hal ini berhubungan terbalik r = -0,135, dan bila dihubungkan dengan motilitas sperma yang tidak progresif non- progressive motility maka keduanya berhubungan searah r = 0,060, namun secara statistik tidak signifikan p 0,05. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa jumlah leukosit yang tinggi sangat mempengaruhi motilitas sperma. Sehingga saat jumlah leukosit tinggi, motilitas sperma menjadi rendah. Penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya penurunan motilitas sperma terhadap kenaikan jumlah leukosit. Pada penelitian Henkel menyebutkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara peningkatan leukosit pada cairan semen dengan motilitas sperma. Hal ini disebabkan karena leukosit tersebut memproduksi reactive oxygen spesies ROS yang memiliki efek yang sangat berbahaya pada berbagai fungsi spermatozoa, termasuk pada motilitas sperma Henkel, 2011. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Moskovtsev juga mengindikasikan bahwa keadaan leukositospermia 1x 10 6 leukositml memiliki efek negatif yang signifikan pada parameter pemeriksaan semen standar, yaitu pada konsentrasi, morfologi dan yang paling utama adalah pada motilitas sperma Moskovtsev et al., 2007. Pada penelitian Aziz et al., juga memberikan kesimpulan yang sama bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara peningkatan jumlah leukosit terutama pada keadaan leukositospermia dengan defek pada ekor sperma yang mempengaruhi kualitas motilitas dari sperma. Metode penelitian yang digunakan Aziz et al., menggunakan data primer, pemeriksaan analisa sperma standar manual dan konsentrasi leukosit seminal secara langsung Aziz et al., 2004. Mekanisme terjadinya penurunan motilitas sperma antara lain karena kelainan pada morfologi sperma akibat gangguan pada sel-sel sertoli yang menyebabkan adanya kelainan morfologi sperma abnormal pada proses maturasi dari sel sperma yang terjadi pada epididimis. Terjadinya peningkatan leukosit Universitas Sumatera Utara menyebabkan peningkatan sitokin-sitokin yang merupakan mediator radang yang dapat memicu stres oksidatif dan mengganggu proses spermiogenesis. Peningkatan konsentrasi sitokin plasma seminal, termasuk interleukin-1 IL-1, IL-2,IL-6 and tumor necrosis factor-alpha TNF- α, berasosiasi dengan rendahnya kualitas sperma dan infertilitas pria. Terlebih lagi, terdapat bukti bahwa sitokin-sitokin tersebut berefek negatif terhadap spermatogenesis dan steroidogenesis. Interferon IFN berfungsi melindungi testis dari infeksi viral, tetapi juga memiliki efek langsung terhadap fisiologis testis. Transforming growth factor TGF keluarga dari sitokin TGF- α dan -β ditenggarai berkontribusi dalam perkembangan testis mamalia, termasuk sel Leydig dan tubulus. seminiferous, meskipun TGF- α1 pada testis manusia berasosiasi dengan fibrosis tubulus seminiferous, dan sebagai akibatnya, gangguan pada spermatogenesis. TGF- β juga berperan penting dalam immunoregulasi dan toleransi immunologi terhadap sel germinal dan sperma di traktus reproduksi pria Widodo, 2009. Mekanisme kedua adalah meningkatnya jumlah Reactive Oxygen Spesies ROS yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah granulosit yang aktif. Studi terbaru yang dilakukan oleh Mupfiga dan Henkel, mengungkapkan bahwa konsentrasi leukosit dalam semen tidak hanya berkorelasi positif pada produksi ROS dalam ejakulat, tetapi juga pada produksi superoksida oleh sel sperma tersebut r= 0.336; P=0.0098; n=60, kerusakan membran potensial mitokondria r=0.465; P=0.043; n=20. Dalam kondisi fisiologis, spermatozoa memproduksi ROS dalam jumlah yang kecil. Dalam jumlah yang kecil, ROS dibutuhkan untuk regulasi fungsi sperma, kapasitasi sperma dan reaksi akrosom. Sedangkan dalam jumlah yang besar ROS toksik terhadap sel normal dan menurunkan potensi fertilitas dari sperma melalui kerusakan DNA dan apoptosis. Peningkatan ROS dapat menyebabkan gangguan pada proses spermatogenesis sehingga dapat menyebabkan adanya kelainan pada morfologi dari sel spermatozoa Henkel, 2011. Mekanisme ketiga adalah hubungan antara leukosit dan ROS yaitu pada neutrofil polimorfonuklear dan makrofag yang merupakan sebagian besar leukosit, berperan menyerang bakteri patogen dan benda-benda asing, keduanya Universitas Sumatera Utara berkemampuan membangkitkan ROS. Senyawa ini dapat menginduksi lipid peroksidase di dalam membran sel. Lipid peroksidase yang ada mengoksidasi lebih dari 60 asam lemak tak jenuh yang terdapat pada membran plasma sel spermatozoa. Jika lipid peroksidase dalam jumlah yang banyak ditambahkan ke dalam suspensi sperma, akan menyebabkan kerusakan membran dan fungsi membran juga akan menyebabkan kerusakan DNA. Hal ini menyebabkan terjadinya agregasi sperma sehingga mempengaruhi motilitas sperma. Studi terbaru yang dilakukan oleh Khosrowbeygi and Zarghami menunjukkan bahwa sperma dari pasien asthenozoospermia, asthenoteratozoospermia, dan oligoasthenoteratozoospermia memiliki level asam lemak tak jenuh yang tinggi pada membran plasmanya dibandingkan pada laki-laki yang normozoospermia. Hal ini semakin mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan oksidasi oleh lipid peroksidase dan stres oksidatif yang menyebabkan terjadinya disfungsi motilitas pada sperma pria infertil Henkel, 2011. Keadaan leukositospermia ini penyebabnya sangatlah multifaktorial, beberapa diantaranya adalah adanya infeksi di traktus genitalia pria tersebut, varikokel, abstinensia yang berkepanjangan, adanya keadaan spermatogenesis yang abnormal sehingga mekanisme protektif regulasi fungsi sperma normal tidak terjadi, ditambah lagi dengan berbagai faktor resiko yaitu merokok, mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, paparan bahan kimia yang berbahaya dan sebagainya. Dengan berbagai penyebab dan faktor risiko yang ada, maka tingkat fertilitas seorang pria juga akan semakin menurun dan akan memicu keadaan infertil Singh dan Ashok, 2011. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil uji statistik diketahui bahwa koefisien korelasi motilitas sperma yang progresif progressive motility dengan jumlah leukosit pada pemeriksaan analisis semen adalah negatif r = -0,135 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan terbalik antara jumlah leukosit dengan motilitas sperma dengan kekuatan korelasi yang lemah namun secara statistik tidak signifikan p = 0,424 p 0,05.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan pemeriksaan konsentrasi leukosit seminal dengan peralatan yang lebih canggih sehingga dapat diperoleh hasil penghitungan jumlah leukosit yang benar-benar akurat. 2. Pada setiap praktisi medis yang menangani pasien infertil untuk memperhatikan kadar leukosit pada hasil pemeriksaan analisis semen yang ada, sehingga dapat ditelusuri lebih lanjut faktor penyebab, dan faktor resiko apabila ditemukan jumlah leukosit yang tinggi atau abnormal. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan yang kuat antara tingginya jumlah leukosit dengan penurunan motilitas sperma pada skala yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara