NAMIMAH a. Pengertian Namimah Menginginkan citra buruk melekat pada seseorang

Buku Si swa Kela s X I I 162 “Ya Allah, aku berlindung kepada­Mu dari kebakhilan, aku berlindung kepada­Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada­Mu dari kepikunan, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur”. HR. Al­Bukhari, Al­Tirmidzi, al­Nasai dan Ahmad

2. NAMIMAH a. Pengertian Namimah

Secara etimologi namimah adu domba berarti suara pelan atau gerakan. Secara terminology namimah adalah membuat perselisihan di antara pihak yang sebenarnya sepaham atau menarungkan pihak-pihak yang sesungguhnya sepaham melalui ucapan. Menurut al-Ghazali sesungguhnya namimah bersifat luas yaitu dengan mengungkap sesuatu yang sesungguhnya tidak seharusnya diungkap sehingga menimbulkan percekcokan di antara pihak-pihak yang ada melalui ucapan, tulisan, perbuatan atau isyarat. Oleh karena itu bagi seorang muslim sebaiknya merahasiakan segala sesuatu yang ia lihat dari diri saudaranya kecuali apabila menceritakannya mengandung manfaat atau dalam rangka menolak perbuatan maksiat seperti ketika seseorang melihat si A mengambil harta si B, maka ia cukup menjadi saksi saja dan menjaga hak si A. Namimah atau mengadu domba haram hukumnya berdasarkan al Qur’an dan hadits nabi. Dalam al-Qur’an hal yang terkait dengan larangan mengadu domba terdapat dalam surat al­Lumazah: ١ ٍةَزَم ُل ٖةَزَمُه ِّ ُكِّل ٞلۡيَو “Kecelakaanlah bagi Setiap pengumpat lagi pencela” QS. Al­ Lumazah104:1 Rasulullah Saw juga tidak menyukai sifat mengadu domba. Rasulullah Saw bersabda: ٌماَمَن َةَنَْلا ُلُخْدَي َل “Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba”HR. Bukhari­Muslim

b. Hal-Hal Yang Diinginkan Dari Perbuatan Mengadu domba

1. Menginginkan citra buruk melekat pada seseorang

Rasulullah SAW sangat membenci perbuatan mengadu domba dan pelakunya kelak akan mendapatkan siksa, Di dalam hadits diceritakan: Di unduh dari : Bukupaket.com 163 Akidah Akhlak Kurikulum 2013 اَمُهَّنِإ َلاَقَف ِنْيَ ْبَقِب َمَّلَسَو ِهْيَلَع ها َّلَص ُّ ِبَّنا َّرَم َلاَق ٍساَّبَع ِنْب ِها ِدْبَع ْنَع َن َكَف ُرَخآا اَّم َ أَو ِلْوَ ْ لا ْنِم ُ ِتَتْسَي ل َن َكَف اَمُهُدَح َ أ اَّم َ أ ٍيِب َك ِف ِناَبَّذَعُي اَمَو ِناَبَّذَعُ َل اَي اوُلاَقف ًةَدِحاَو ٍ ْب َق ِّ ُك ِف َزَرَغَف ِ ْنَف ْصِن اَهَّقَشَف ًةَبْطَر ًةَديِرَج َذَخ َ أف ِةَميِمَّناِب ِشْمَي ا َسَبْيَي ْمَل اَم اَمُهْنَع ُفِّفَ ُي ُه َّلَعَل َلاَق اَذَه َتْلَعَف َمِل َِها َلوُسَر “Daripada Abdullah bin Abbas ra dia berkata, Nabi SAW melewati dua kubur. Baginda lantas bersabda, “Sungguh keduanya sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa kerana perkara besar. Salah seorang dari keduanya tidak bertabir dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, berjalan sambil namimah suka mengadu domba.” Baginda lantas mengambil pelepah kurma yang basah dan membelahnya menjadi dua bahagian, lalu Baginda menancapkan di masing­masing kubur tersebut satu belahan. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah. Mengapa anda melakukan hal ini?” Baginda menjawab, “Semoga ia dapat meringankan siksaannya, selama keduanya belum kering”. Riwayat Bukhari dan Muslim Tujuan seseorang melakukan perbuatan adu domba di antaranya karena si pengadu domba menginginkan seseorang memiliki citra negatif di tengah-tengah masyarakat. Hal yang seharusnya ditutupi malahan dibicarakan kepada orang lain sehingga yang mendapat cerita memiliki asumsi buruk tentang sosok yang diceritakan. Padahal agama memerintahkan untuk menutupi aib saudaranya. Rasulullah Saw bersabda: اًدْبَع ٌدْبَع ُ ُت ْسَي َ ل َلاَق َمَلَسَو ِهْيَلَع ُلا َل َص ِّ ِبَنا ِنَع ُهْنَع ُلا َ ِضَر َةَرْيَرُه ِب َا ْنَع ُمِلْسُمْلا ُهاَوَر ِةَماَيِقْلا َمْوَي ُلا ُهَ َتَس َلِا اَيْنُدا ِف “Dari Abu Hurairah R.A. dari Nabi Muhammad Saw ia bersabda: “Tidaklah seorang hamba menutupi aibhamba yang lain kecuali Allah Swt akan menutupi aibnya kelak di hari kiamat” HR. Muslim

2. Menginginkan citra baik di mata seseorang