BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif retrospektif.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai Desember 2014, dimulai dari penyusunan proposal, pengumpulan data penelitian, analisis data, dan penyusunan
laporan akhir.
4.2.2. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah RSUP H. Adam Malik Medan. Tempat penelitian ini dipilih karena RSUP H. Adam Malik adalah Rumah Sakit tipe A sesuai Surat
Keputusan Menteri Kesehatan No. 335MENKESSKVII1990 yang merupakan tempat rujukan dari berbagai sarana pelayanan kesehatan sehingga cukup
representatif untuk dijadikan acuan sumber data epidemiologi khususnya di provinsi Sumatera Utara. Selain itu, RSUP H. Adam Malik juga merupakan
Rumah Sakit Pendidikan sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 502MENKESSKIX1991.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita tumor otak dari 1 Januari 2011-31 Desember 2013 di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah total sampling, yaitu seluruh populasi yang memenuhi kelengkapan data digunakan sebagai sampel.
Universitas Sumatera Utara
4.4. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data rekam medis pasien tumor otak di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik
Medan. Data dikumpulkan pada bulan September-Oktober 2014 dengan cara observasi data rekam medis, kemudian diolah dan dikelompokkan sesuai variabel-
variabel yang ditemukan.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang telah dikumpulkan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel, diagram, atau grafik dan dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui profil penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335MenkesSKVII1990. RSUP H.
Adam Malik juga merupakan Pusat Rujukan wilayah Pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat,
dan Riau sesuai dengan SK Menkes No. 502MenkesSKIX1991. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik terletak di Jalan Bunga Lau No. 17 Km. 12,
Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik yang terletak di lantai satu gedung RSUP H. Adam
Malik Medan.
5.1.2. Karakteristik Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis penderita tumor otak yang berisi hasil pemeriksaan
radiologi danatau histopatologi dari tumor otak di Instalasi Rekam Medis RSUP H. Adam Malik Medan. Data yang diambil berada pada kurun waktu tiga tahun,
yaitu dari 1 Januari 2011 sampai 31 Desember 2013. Jumlah data keseluruhan adalah 241 rekam medis. Sebanyak 49 rekam
medis 20,33 tidak ditemukan berkasnya dan 135 rekam medis 56,02 tidak memiliki kelengkapan data yang dibutuhkan, sehingga hanya 57 rekam medis
23,65 yang dimasukkan sebagai sampel penelitian. Adapun 57 rekam medis tersebut merupakan rekam medis lengkap yang berisi data dasar berupa nomor
rekam medis, umur, jenis kelamin, dan hasil pemeriksaan histopatologi tumor otak, lokasi tumor otak, dan gejala klinis utama.
Dari 57 orang pasien tumor otak tersebut, sebanyak 34 orang 59,65 didiagnosis menderita tumor otak hanya dengan pemeriksaan fisik dan pencitraan;
4 orang 7,02 didiagnosis disertai dengan pemeriksaan sitologi cairan
Universitas Sumatera Utara
serebrospinalis; dan 19 orang 33,33 didiagnosis disertai dengan pemeriksaan histopatologi jaringan tumor. Hal ini disebabkan tidak semua pasien menjalani
prosedur biopsi danatau operasi yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis tumor otak secara definitif.
5.1.3. Distribusi Data Penelitian
5.1.3.1. Distribusi Penderita Tumor Otak Berdasarkan Usia
Distribusi data penelitian yang menunjukkan kelompok usia penderita tumor otak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.1. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan kelompok usia
Kelompok usia tahun n
0-10 2
3,51 11-20
3 5,26
21-30 7
12,28 31-40
7 12,28
41-50 14
24,56 51-60
20 35,09
60 4
7,02 Jumlah
57 100,00
Berdasarkan Tabel 5.1., dapat diketahui bahwa jumlah penderita tumor otak terbanyak terdapat pada kelompok usia 51-60 tahun dengan 20 orang
35,09, diikuti oleh kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 14 orang 24,56. Kelompok usia dengan jumlah penderita tumor otak paling sedikit adalah
kelompok usia 0-10 tahun, yaitu sebanyak 2 orang 3,51.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.2. Distribusi Penderita Tumor Otak Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi data penelitian yang menunjukkan jenis kelamin penderita tumor otak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.2. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin n
Laki-laki 27
47,37 Perempuan
30 52,63
Jumlah 57
100,00 Berdasarkan Tabel 5.2., dapat diketahui bahwa jumlah pasien perempuan
30 orang = 52,63 yang menderita tumor otak lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki 27 orang = 47,37.
5.1.3.3. Distribusi Penderita Tumor Otak Berdasarkan Gambaran Histopatologi
Distribusi data penelitian yang menunjukkan gambaran histopatologi dari tumor otak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.3. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan gambaran histopatologi
Diagnosis tumor n
Meningioma 25
43,86 Astrositoma
6 10,53
Glioblastoma multiforme 3
5,26 Kraniofaringioma
3 5,26
Oligodendroglioma 3
5,26 Metastasis tiroid
1 1,75
Makroadenoma pituitari 1
1,75 Tidak dapat ditentukan
15 26,32
Jumlah 57
100,00 Berdasarkan Tabel 5.3., dapat diketahui bahwa meningioma merupakan
jenis tumor otak yang paling banyak dijumpai, yaitu sebanyak 25 orang 43,86, diikuti oleh astrositoma sebanyak 6 orang 10,53. Sebanyak 15 orang 26,32
Universitas Sumatera Utara
didiagnosis menderita tumor otak, namun tidak ditentukan histopatologi tumornya.
5.1.3.4. Distribusi Penderita Tumor Otak Berdasarkan Lokasi Tumor
Distribusi data penelitian yang menunjukkan jenis kelamin penderita tumor otak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor
Lokasi tumor n
Lobus frontal 10
17,54 Lobus parietal
6 10,53
Lobus temporal 3
5,26 Lobus oksipital
2 3,51
Serebelum 5
8,77 Sudut serebelopontin
6 10,53
Sella turcica 7
12,28 Frontotemporal
4 7,02
Frontotemporoparietal 3
5,26 Temporooksipital
1 1,75
Temporoparietal 4
7,02 Ganglia basalis
1 1,75
Kelenjar pineal 2
3,51 Skull base
1 1,75
Ventrikel lateral 1
1,75 Multiple
1 1,75
Jumlah 57
100,00 Berdasarkan Tabel 5.4., dapat diketahui bahwa lokasi tumor pada
penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011-2013 paling banyak terdapat pada lobus frontal dengan jumlah 10 orang 17,54, diikuti oleh sella
turcica sebanyak 7 orang 12,28.
Universitas Sumatera Utara
5.1.3.5. Distribusi Penderita Tumor Otak Berdasarkan Gejala Klinis Utama
Distribusi data penelitian yang menunjukkan gejala klinis utama yang dialami penderita tumor otak adalah sebagai berikut.
Tabel 5.5. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan gejala klinis utama
Gejala klinis Ada
Tidak ada Total
n n
n Defisit neurologis fokal
39 68,42
18 31,58
57 100,00
Kejang 14
24,56 43
75,44 57
100,00 Kelainan neurologis nonfokal
48 84,21
9 15,79
57 100,00
Berdasarkan Tabel 5.5, dapat diketahui bahwa dari 57 orang penderita tumor otak pada tahun 2011-2013, sebanyak 39 orang 68,42 mengeluhkan
adanya defisit neurologis fokal dan 18 orang 31,58 tidak memiliki keluhan tersebut. Dari jumlah yang sama, juga ditemukan bahwa sebanyak 14 orang
24,56 mengeluhkan adanya kejang dan 43 orang 75,44 tidak memiliki keluhan tersebut. Gejala kelainan neurologis nonfokal juga dijumpai pada 48
orang 84,21, namun tidak dijumpai pada sisanya, yaitu 9 orang 15,79.
Tabel 5.6. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan banyaknya gejala klinis yang diderita
Banyaknya gejala klinis yang diderita n
1 gejala 20
35,09 2 gejala
31 54,39
3 gejala 6
10,53 Jumlah
57 100,00
Tabel 5.6. menunjukkan distribusi penderita tumor otak berdasarkan banyaknya jenis gejala yang dideritanya di antara tiga gejala yang biasanya
dijumpai pada penderita tumor otak, yaitu 1 defisit neurologis fokal, 2 kejang, dan 3 kelainan neurologis nonfokal. Berdasarkan Tabel 5.6., dapat kita amati
bahwa penderita tumor otak yang memiliki dua macam gejala lebih sering dijumpai, yaitu sebanyak 31 orang 54,39. Jumlah pasien yang menderita
Universitas Sumatera Utara
hanya satu macam gejala saja adalah sebanyak 20 orang 35,09, sedangkan jumlah pasien yang menderita ketiga macam gejala sebanyak 6 orang 10,53.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Analisis Distribusi Usia Penderita Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.1., dapat diketahui bahwa jumlah penderita tumor otak terbanyak terdapat pada kelompok usia 51-60 tahun dengan 20 orang
35,09, diikuti oleh kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 14 orang 24,56. Kelompok usia dengan jumlah penderita tumor otak paling sedikit adalah
kelompok usia 0-10 tahun, yaitu sebanyak 2 orang 3,51. Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Hakim 2005 di Medan. Penelitian
tersebut menemukan bahwa dari 48 orang penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik dan RS Haji Medan pada tahun 2003-2004, kelompok usia yang paling
banyak menderita tumor otak adalah kelompok usia 60 tahun, yaitu sebanyak 29,17.
Berdasarkan Tabel 5.1., juga dapat dilihat bahwa tingkat insidensi spesifik-umur tumor otak meningkat secara perlahan dari usia 0-10 tahun ke usia
21-30 tahun, menetap hingga usia 31-40 tahun, kemudian meningkat tajam mulai dari usia 41-50 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 51-60 tahun sebelum
akhirnya menurun pada usia 60 tahun. Cancer Research UK 2013 menyatakan bahwa tingkat insidensi spesifik-umur relatif stabil dari masa kanak-kanak ke
kelompok usia 20-24, kemudian meningkat secara perlahan ke kelompok usia 45- 49, sebelum meningkat secara tajam, khususnya pada pria, pada kelompok usia
55-59. Sari 2014 di Bandar Lampung menemukan bahwa dari 173 orang pasien tumor otak, terdapat peningkatan kasus pada rentang usia 30-34 tahun dan
mencapai puncaknya pada usia 40-44 tahun, kemudian terjadi penurunan mulai dari kelompok usia 55 tahun. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian
dengan kepustakaan. Menurut American Society of Clinical Oncology 2013 dan Cancer Research UK 2013, setiap kelompok usia memiliki peluang yang sama
untuk mengidap tumor otak. Selain itu, adanya perbedaan populasi yang terdapat pada rentang waktu dan lokasi yang berbeda menjelaskan mengapa terdapat hasil
Universitas Sumatera Utara
yang berbeda mengenai distribusi kelompok usia antara penelitian-penelitian tentang tumor otak.
5.2.2. Analisis Distribusi Jenis Kelamin Penderita Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.2., kita dapat melihat bahwa perempuan lebih banyak menderita tumor otak dibandingkan dengan laki-laki, di mana perempuan
berjumlah 30 orang 52,63 orang, sedangkan laki-laki berjumlah 27 orang 47,37. Hal yang sama ditemukan pada data statistik dari Cancer Research UK
2013 yang menyatakan bahwa pada tahun 2010 di Inggris Raya, terdaftar sebanyak 9.156 kasus tumor SSP dengan rincian 4.541 kasus 49,60 terdapat
pada laki-laki dan 4.615 kasus 50,40 pada wanita. Penelitian Sari 2014 di Bandar Lampung menemukan adanya perbandingan antara pria dan wanita
sebesar 1:1,8. Namun, hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Hakim 2005 di Medan yang menemukan bahwa dari 48 orang penderita tumor otak di Medan pada tahun 2003-2004, laki-laki lebih banyak menderita
tumor otak, yaitu sebanyak 35 orang 72,92 dibandingkan dengan perempuan yang hanya sebanyak 13 orang 27,08. Terdapat jugapertentangan dengan
kepustakaan di mana penderita laki-laki lebih mungkin menderita tumor otak daripada perempuan American Society of Clinical Oncology, 2013. Hal ini
mungkin disebabkan oleh perbedaan populasi yang terdapat pada rentang waktu dan lokasi yang berbeda. Pada tahun 2003-2004, populasi penderita tumor otak
didominasi oleh laki-laki, sedangkan pada tahun 2011-2013, populasi penderita tumor otak didominasi oleh perempuan. Selain itu, jumlah data juga dapat
memengaruhi hasil penelitian. Jumlah sampel yang diperoleh dalam penelitian ini belum mencerminkan populasi penderita tumor otak secara keseluruhan.
5.2.3. Analisis Distribusi Gambaran Histopatologi Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.3., dapat diketahui bahwa meningioma merupakan jenis tumor otak yang paling banyak dijumpai, yaitu sebanyak 25 orang 43,86,
diikuti oleh astrositoma sebanyak 6 orang 10,53. Hal ini sejalan dengan
Universitas Sumatera Utara
penelitian Hakim 2005 yang menemukan bahwa di Medan pada tahun 2003- 2004, meningioma merupakan tumor otak yang paling banyak dijumpai, yaitu
sebanyak 12 dari 48 orang pasien 25. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian Sari 2014 di RSUD Abdul Moeloek dan RS Imanuel Bandar
Lampung dari bulan Januari 2009-Oktober 2013, di mana meningioma mencakup 100 dari 173 orang pasien 57,8, kemudian diikuti oleh astrositoma dengan 50
orang pasien 28,9. Berdasarkan Tabel 5.3., juga dapat dilihat bahwa sebanyak 3 orang
5,26 didiagnosis menderita tumor otak glioblastoma multiforme, yaitu tumor ganas pada otak Grade IV. Glioblastoma multiforme merupakan tumor dari
astrosit yang sangat ganas karena sel-selnya bereproduksi dengan cepat dan disokong oleh jaringan pembuluh darah yang luas. Tumor ini biasanya
mengandung campuran dari berbagai jenis sel, mineral kistik, deposit kalsium, dan pembuluh-pembuluh darah American Brain Tumor Association, 2012.
Glioblastoma multiforme memiliki tampilan histopatologis yang sama dengan astrositoma anaplastik, disertai nekrosis dengan nukleus yang pseudopalisading
atau proliferasi pembuluh darah Kumar, 2013. Terdapat 1 orang pasien dengan diagnosis tumor otak metastasis yang
lokasi tumor primernya berasal dari tiroid. Menurut McWilliams 2003, karsinoma tiroid memiliki kecenderungan untuk bermetastasis ke bagian-bagian
tubuh lainnya. Namun, metastasis ke otak merupakan hal yang sangat jarang, bahkan hanya terjadi pada kira-kira 1 dari seluruh kasus karsinoma tiroid.
Menurut American Brain Tumor Association 2012, tumor otak metastasis terjadi ketika sel-sel kanker terlepas dari tumor primernya dan memasuki sistem
sirkulasi. Sel-sel kanker ini dapat terlepas bahkan ketika tumor primernya masih pada stadium awal. Kemudian sistem imun akan berusaha untuk menghancurkan
sel-sel kanker yang bermigrasi ini, namun apabila jumlah sel kanker sangat banyak, sistem imun tidak mampu untuk mengatasinya. Sel-sel kanker kemudian
akan mencapai organ yang baru, salah satunya otak. Menurut Fitri 2011, metastasis otak paling sering ditemukan di perbatasan substansia grisea dan alba,
di mana pembuluh darah menyempit hingga ke titik kritis untuk menjebak emboli
Universitas Sumatera Utara
tumor. Ini disebabkan distribusi aliran darah serebral sebagian besar adalah ke serebrum 85, kemudian ke serebelum 10-15, dan batang otak 3.
Tabel 5.7. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan gambaran histopatologi tumor dan jenis kelamin
Gambaran histopatologi Jenis kelamin
Total Laki-laki
Perempuan n
n n
Astrositoma 3
5,26 3
5,26 6
10,53 Meningioma
7 12,28
18 31,58
25 43,86
Glioblastoma multiforme 2
3,51 1
1,75 3
5,26 Kraniofaringioma
3 5,26
0,00 3
5,26 Oligodendroglioma
1 1,75
2 3,51
3 5,26
Metastasis tiroid 0,00
1 1,75
1 1,75
Makroadenoma pituitari 1
1,75 0,00
1 1,75
Tidak dapat ditentukan 10
17,54 5
8,77 15
26,32 Jumlah
27 47,37
30 52,63
57 100,00
Peneliti menelusuri lebih lanjut mengenai distribusi penderita tumor otak dengan gambaran histopatologi yang paling banyak ditemui, yaitu meningioma
dan astrositoma. Berdasarkan Tabel 5.7., dapat dilihat bahwa meningioma lebih banyak dijumpai pada perempuan, yaitu sebanyak 18 orang 31,58
dibandingkan dengan laki-laki yang hanya sebanyak 7 orang 12,28. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa jenis tumor otak yang
spesifik seperti meningioma lebih umum terjadi pada perempuan dengan tingkat insidensi dua kali lipat lebih sering dibandingkan pada laki-laki American Brain
Tumor Association, 2012; American Society of Clinical Oncology, 2013. Berdasarkan Tabel 5.7., juga dapat dilihat bahwa distribusi astrositoma menurut
jenis kelamin adalah sama untuk laki-laki dan perempuan, yaitu masing-masing sebanyak 3 orang pasien. Hal ini tidak sesuai dengan pernyataan American Brain
Tumor Association 2012 bahwa astrositoma lebih sering muncul pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.8. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan gambaran histopatologi dan kelompok usia
Gambaran histopatologi
Kelompok usia Total
0-10 11-20
21-30 31-40
41-50 51-60
60 n n
n n
n n
n n
Astrositoma 1
1,75 0,00
0,00 0,00
2 3,51
3 5,26
0,00 6
10,53 Meningioma
0,00 0,00
4 7,02
4 7,02
8 14,04
7 12,28
2 3,51
25 43,86
Glioblastoma multiforme
0,00 0,00
0,00 0,00
0,00 2
3,51 1
1,75 3
5,26 Kraniofaringioma
1 1,75
0,00 2
3,51 0,00
0,00 0,00
0,00 3
5,26 Oligodendroglioma
0,00 0,00
0,00 1
1,75 1
1,75 0,00
1 1,75
3 5,26
Metastasis tiroid 0,00
0,00 0,00
0,00 1
1,75 0,00
0,00 1
1,75 Makroadenoma
pituitari 0,00
0,00 0,00
0,00 1
1,75 0,00
0,00 1
1,75 Tidak dapat
ditentukan 0,00
3 5,26
1 1,75
2 3,51
1 1,75
8 14,04
0,00 15
26,32 Total
2 3,51
3 5,26
7 12,28
7 12,28
14 24,56
20 35,09
4 7,02
57 100,00
Berdasarkan Tabel 5.8., tidak terdapat kasus meningioma pada kelompok usia 0-10 hingga 11-20 tahun, namun muncul pada usia 21-30 tahun, kemudian
meningkat hingga mencapai puncaknya pada usia 41-50 tahun, sebelum menurun pada usia 51-60 tahun. Menurut American Brain Tumor Association 2012 dan
Wiemels 2010, meningioma lebih sering ditemukan pada orang dewasa dengan usia 60 tahun dan insidensinya meningkat seiring usia. Meningioma jarang
ditemukan pada anak-anak. Terdapat ketidaksesuaian dengan kepustakaan, meskipun terdapat kesesuaian di mana tidak ditemukan adanya meningioma pada
kelompok usia muda, yaitu 0-10 dan 11-20 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan populasi penderita tumor otak pada rentang waktu dan lokasi yang
berbeda. Hubungan antara jenis kelamin dengan insidensi meningioma diduga disebabkan oleh pengaruh hormon, namun masih belum terdapat bukti yang
konsisten antara hubungan penggunaan hormon, baik endogen maupun eksogen, dengan insidensi meningioma Riemenschneider, 2006; Wiemels, 2010.
Beberapa penelitian menemukan bahwa meningioma adalah tumor yang sensitif
Universitas Sumatera Utara
terhadap progesteron, androgen, dan estrogen, serta berproliferasi setelah terpapar hormon-hormon tersebut, dengan ekspresi reseptor progesteron adalah yang
paling sering dijumpai Blitshteyn, 2007. Fungsi reseptor-reseptor ini sendiri belum dapat dipahami seluruhnya, namun hal ini masih bersifat kontroversial
karena ekspresi reseptor hormon estrogen, progesteron, dan androgen adalah sama untuk meningioma pada pasien laki-laki maupun perempuan Wiemels, 2010.
Berdasarkan Tabel 5.8., juga dapat dilihat bahwa astrositoma lebih banyak ditemui pada pasien dengan kelompok usia 51-60 tahun, yaitu sebanyak 3 orang
dari 6 orang pasien 50. American Brain Tumor Association 2012 menyatakan bahwa astrositoma paling sering dijumpai pada usia 45 tahun ke atas,
meskipun jenis astrositoma tertentu seperti astrositoma pilositik lebih sering muncul pada anak-anak dan dewasa muda. Namun, pada kelompok usia 0-10
tahun, peneliti mendapatkan gambaran histopatologi berupa diffuse fibrillary astrocytoma WHO grade II. Perbedaan hasil yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh jumlah sampel yang sedikit dan adanya perbedaan populasi penderita tumor otak pada rentang waktu dan lokasi yang berbeda sehingga belum
dapat mencerminkan populasi penderita astrositoma yang sesungguhnya.
5.2.4. Analisis Distribusi Lokasi Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.4., lokasi tumor paling banyak dijumpai pada lobus frontalis yaitu sebanyak 10 orang 17,54, diikuti dengan sella turcica yaitu
sebanyak 7 orang 12,28. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan penelitian Hakim 2005 sebelumnya pada tahun 2003-2004 yang menemukan bahwa dari
48 orang pasien tumor otak, lokasi tumor yang paling sering adalah serebelum 20,83, diikuti dengan falks serebri 16,67. Namun, hal ini sesuai dengan
penelitian Sari 2014 di Bandar Lampung, di mana dari 173 orang pasien, lokasi tumor paling banyak dijumpai adalah lobus frontalis 30,06, diikuti dengan
lobus parietalis 22,54. Perbedaan hasil penelitian ini mungkin disebabkan oleh perbedaan populasi penderita tumor otak pada rentang waktu dan lokasi yang
berbeda.
Universitas Sumatera Utara
5.2.5. Analisis Distribusi Gejala Klinis Utama Penderita Tumor Otak
Berdasarkan Tabel 5.5., sebanyak 39 orang 68,42 mengeluhkan adanya defisit neurologis fokal. Sebanyak 18 orang lainnya 31,58 tidak mengeluhkan
adanya defisit. Defisit neurologis fokal bergantung pada lokasi tumor otak karena masing-masing bagian otak memiliki fungsi khusus. Kelainan pada suatu lobus
tertentu mungkin menimbulkan gejala yang berbeda dengan kelainan pada lobus yang lain Deangelis dan Rosenfeld, 2009; Hansen, 2010. Hal ini disebabkan
meskipun tidak ada bagian otak yang bekerja sendiri terpisah dari bagian-bagian otak lain karena anyaman neuron-neuron terhubung secara anatomis oleh sinaps
dan berkomunikasi secara ekstensif satu sama lain dengan cara listrik atau kimiawi, neuron-neuron yang bekerja sama untuk melaksanakan fungsi tertentu
cenderung tersusun dalam lokasi yang terpisah Sherwood, 2011. Kejang ditemukan pada 14 orang penderita tumor otak 24,56, namun
tidak dijumpai pada 43 orang lainnya 75,44. Hal ini hampir sama dengan penelitian Sobirin 2001 pada 34 orang pasien tumor otak dari 1 September 1999-
31 Agustus 2000 di RSUP dr. Kariadi Semarang, di mana 23,52 penderita tumor otak 8 orang mengeluhkan adanya kejang. Kejang juga ditemui pada 20 orang
pasien 11,56 pada penelitian Sari 2014. Menurut Ropper dan Samuels 2009, kejang ditemukan pada sekitar 20-50 pasien tumor otak. Hal ini
menunjukkan adanya kesesuaian dengan kepustakaan. Frekuensi kejang relatif lebih sedikit karena munculnya kejang dipengaruhi oleh lokasi tumor. Menurut
Sagar dan Israel 2010, kejang disebabkan oleh gangguan pada sirkuit kortikal. Tumor-tumor yang menekan korteks serebri lebih mungkin menyebabkan kejang
dibandingkan dengan tumor pada subkortikal. Sebanyak 48 orang 84,21 penderita tumor otak mengeluhkan adanya
kelainan neurologis nonfokal yang meliputi nyeri kepala, mualmuntah, danatau penurunan kesadaran. Terdapat 9 orang 15,79 pasien yang tidak mengeluhkan
adanya kelainan neurologis nonfokal. Pada penelitian Sobirin 2001 pada 34 orang pasien tumor otak, nyeri kepala ditemukan pada 26 orang 76,47 dan
muntah ditemukan pada 10 orang 29,41. Penelitian Sari 2014 pada 173 pasien tumor otak menemukan bahwa 69 orang 39,88 dilaporkan mengalami
Universitas Sumatera Utara
nyeri kepala sebagai keluhan utama dan 17 orang 9,82 yang memiliki keluhan muntah. Selain itu, dilaporkan sebanyak 6 orang pasien 3,47 mengalami
penurunan kesadaran. Nyeri kepala, muntah, dan penurunan kesadaran dapat terjadi karena tumor otak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial
Ropper dan Samuels, 2009. Dilihat dari berapa banyak macam gejala yang diderita pada Tabel 5.6.,
sebanyak 20 orang 35,09 menderita satu macam gejala saja, baik itu defisit neurologis fokal saja, kejang saja, atau kelainan neurologis nonfokal saja.
Penderita tumor otak yang memiliki dua dari tiga macam gejala di atas lebih sering dijumpai, yaitu sebanyak 31 orang 54,39, sedangkan jumlah pasien
yang memiliki ketiganya adalah sebanyak 6 orang 10,53. Menurut Ropper dan Samuels 2009, tumor otak seringkali muncul tanpa adanya gejala yang berarti
seperti gangguan kapasitas aktivitas mental, sedangkan tanda-tanda fokal lainnya tidak muncul. Pada kelompok pasien yang lain, tumor otak dapat menimbulkan
hemiparesis yang progresif, kejang yang muncul pada orang yang sebelumnya sehat, dan gejala-gejala lainnya. Tumor otak juga dapat menimbulkan gejala
peningkatan TIK dengan atau tanpa tanda-tanda lokalisasi tumor. Beberapa pasien juga memiliki gejala-gejala yang sangat khas yang jarang muncul oleh karena
penyakit yang lainnya sehingga dapat ditegakkan diagnosis bukan hanya eksistensi tumor otaknya saja, namun juga tipe dan lokasi tumor tersebut. Teori ini
menjelaskan kenapa terdapat perbedaan gejala-gejala yang timbul pada pasien tumor otak.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.9. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya defisit neurologis fokal
Lokasi tumor Defisit neurologis fokal
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 7
12,28 3
5,26 10
17,54 Lobus parietal
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Lobus temporal 1
1,75 2
3,51 3
5,26 Lobus oksipital
2 3,51
0,00 2
3,51 Serebelum
2 3,51
3 5,26
5 8,77
Sudut serebelopontin 3
5,26 3
5,26 6
10,53 Sella turcica
7 12,28
0,00 7
12,28 Frontotemporal
2 3,51
2 3,51
4 7,02
Frontotemporoparietal 3
5,26 0,00
3 5,26
Temporooksipital 0,00
1 1,75
1 1,75
Temporoparietal 4
7,02 0,00
4 7,02
Ganglia basalis 1
1,75 0,00
1 1,75
Kelenjar pineal 1
1,75 1
1,75 2
3,51 Skull base
1 1,75
0,00 1
1,75 Ventrikel lateral
1 1,75
0,00 1
1,75 Multiple
1 1,75
0,00 1
1,75 Total
39 68,42
18 31,58
57 100,00
Berdasarkan Tabel 5.9., defisit neurologis fokal paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 7 orang = 12,28 dan sella
turcica 7 orang = 12,28. Menurut Deangelis dan Rosenfeld 2009, tumor pada lobus frontalis dapat menimbulkan gangguan berupa perubahan kepribadian,
demensia, kelainan cara berjalan, seizure, hemiparesis, dan afasia ekspresif dari hemisfer serebri yang dominan. Dari 7 orang penderita tumor otak di lobus
frontalis dengan defisit neurologis fokal, terdapat 5 orang dengan keluhan kelemahan pada tubuh paresis. Terdapat 1 orang pasien dengan gejala berupa
perubahan kepribadian dan gangguan penglihatan berupa penurunan visus. Satu pasien lainnya mengeluhkan gangguan penglihatan saja. Gangguan penglihatan
dapat terjadi karena adanya gangguan pada frontal-eye field di korteks prefrontalis
Universitas Sumatera Utara
yang terlibat dalam persepsi visual sadar dan juga terlibat dalam kendali pergerakan mata yang volunter Libedinsky dan Livingstone, 2011.
Pada lokasi tumor otak yang terbanyak kedua, yaitu sella turcica dengan jumlah 7 orang pasien, semuanya mengeluhkan defisit neurologis fokal berupa
gangguan penglihatan, yaitu penglihatan yang kabur dan lapangan pandang yang menyempit. Menurut Ropper dan Samuels 2009, gejala yang muncul pada tumor
di sella turcica dapat disebabkan oleh peningkatan TIK, gangguan pada kelenjar pituitari, hipotalamus, dan kiasma optikum. Beberapa gejala yang biasa dijumpai
adalah diabetes insipidus, gangguan penglihatan, perkembangan fisik dan mental yang terhambat, sakit kepala, muntah, amenorea, kelemahan spastik pada salah
satu atau kedua kaki, dan kebingungan.
Tabel 5.10. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya kejang
Lokasi tumor Kejang
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 4
7,02 6
10,53 10
17,54 Lobus parietal
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Lobus temporal 1
1,75 2
3,51 3
5,26 Lobus oksipital
0,00 2
3,51 2
3,51 Serebelum
0,00 5
8,77 5
8,77 Sudut serebelopontin
3 5,26
3 5,26
6 10,53
Sella turcica 0,00
7 12,28
7 12,28
Frontotemporal 2
3,51 2
3,51 4
7,02 Frontotemporoparietal
0,00 3
5,26 3
5,26 Temporooksipital
0,00 1
1,75 1
1,75 Temporoparietal
0,00 4
7,02 4
7,02 Ganglia basalis
0,00 1
1,75 1
1,75 Kelenjar pineal
1 1,75
1 1,75
2 3,51
Skull base 0,00
1 1,75
1 1,75
Ventrikel lateral 0,00
1 1,75
1 1,75
Multiple 0,00
1 1,75
1 1,75
Total 14
24,56 43
75,44 57
100,00
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 5.10., kejang paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 4 orang = 7,02, lobus parietalis 3 orang
= 5,26, dan sudut serebelopontin 3 orang = 5,26. Tipe kejang yang paling umum ditimbulkan oleh lesi pada lobus frontalis adalah kejang Jacksonian
Jacksonian seizure yang berasal dari area motorik suplementer, yaitu berupa pergerakan kepala dan mata ke arah yang berlawanan dengan lokasi fokus iritasi
pada lobus frontalis Sagar dan Israel, 2010. Menurut Ropper dan Samuels 2009, stimulasi pada korteks motoris di lobus parietalis dapat menghasilkan
sensasi mati rasa dan menimbulkan kejang. Hal ini disebabkan oleh gangguan pada sirkuit kortikal Sagar dan Israel, 2010. Menurut Wyllie 2012, tumor pada
sella turcica dan infratentorium jarang menimbulkan kejang kecuali kalau tumor tersebut telah meluas hingga ke hemisfer serebri. Namun, pada hasil penelitian ini,
sebanyak 3 orang pasien dengan tumor di sudut serebelopontin mengeluhkan adanya kejang.
Berdasarkan Tabel 5.11., kelainan neurologis nonfokal paling banyak dijumpai pada penderita dengan tumor otak di lobus frontalis 9 orang = 15,79
dan sudut serebelopontin 6 orang = 10,53. Kelainan neurologis nonfokal berupa nyeri kepala, muntah, dan penurunan kesadaran. Menurut Sagar dan Israel
2010, kelainan neurologis nonfokal biasanya menunjukkan peningkatan TIK, hidrosefalus, atau penyebaran tumor yang difus. Gejala-gejala yang umum
dijumpai adalah penurunan kesadaran, malaise, sakit kepala, mualmuntah, dan papiledema. Sakit kepala pada tumor otak, selain disebabkan oleh peningkatan
TIK, dapat juga diakibatkan oleh iritasi fokal atau pergeseran dari struktur- struktur yang sensitif terhadap nyeri.
Menurut Prabawani 2011, nyeri kepala akibat neoplasma intrakranial ditentukan oleh lokasi dan volumenya. Tumor yang tumbuh dengan lambat di
bagian otak yang tidak terlalu vital akan menimbulkan nyeri kepala yang muncul perlahan-lahan. Namun, tumor yang tumbuh di bagian otak yang sangat vital,
meskipun ukurannya sangat kecil, akan menimbulkan nyeri kepala yang muncul dengan cepat. Nyeri kepala akibat neoplasma supratentorial biasanya dirasakan
pada daerah frontal karena struktur supratentorial yang sensitif terhadap nyeri
Universitas Sumatera Utara
mendapat suplai dari nervus trigeminus sehingga nyeri dialihkan ke daerah frontal. Neoplasma infratentorial mengiritasi struktur yang sensitif terhadap nyeri
yang disuplai oleh nervus glossofaringeus, vagus, dan saraf-saraf servikal atas sehingga nyeri dialihkan ke daerah oksipital dan leher.
Tabel 5.11. Distribusi penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik tahun 2011- 2013 berdasarkan lokasi tumor dan ada tidaknya kelainan neurologis nonfokal
Lokasi tumor Kelainan neurologis nonfokal
Total Ada
Tidak ada n
n n
Lobus frontal 9
15,79 1
1,75 10
17,54 Lobus parietal
5 8,77
1 1,75
6 10,53
Lobus temporal 3
5,26 0,00
3 5,26
Lobus oksipital 2
3,51 0,00
2 3,51
Serebelum 5
8,77 0,00
5 8,77
Sudut serebelopontin 6
10,53 0,00
6 10,53
Sella turcica 3
5,26 4
7,02 7
12,28 Frontotemporal
3 5,26
1 1,75
4 7,02
Frontotemporoparietal 3
5,26 0,00
3 5,26
Temporooksipital 1
1,75 0,00
1 1,75
Temporoparietal 3
5,26 1
1,75 4
7,02 Ganglia basalis
0,00 1
1,75 1
1,75 Kelenjar pineal
2 3,51
0,00 2
3,51 Skull base
1 1,75
0,00 1
1,75 Ventrikel lateral
1 1,75
0,00 1
1,75 Multiple
1 1,75
0,00 1
1,75 Total
48 84,21
9 15,79
57 100,00
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah penderita tumor otak di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun
2011-2013 adalah sebanyak 57 orang. Sebagian besar pasien, yaitu sebanyak 34 orang 59,65, ditegakkan diagnosis tumor otaknya
berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan pencitraan. Hal ini disebabkan tidak semua pasien menjalani prosedur biopsi danatau operasi yang diperlukan
untuk menegakkan diagnosis tumor otak secara definitif. 2.
Kelompok usia yang paling banyak menderita tumor otak adalah pada kelompok usia 51-60 tahun dengan jumlah sebanyak 20 orang 35,09 dan
yang paling sedikit adalah pada kelompok usia 0-10 tahun dengan jumlah sebanyak 2 orang 3,51.
3. Jenis kelamin yang paling banyak menderita tumor otak adalah perempuan
dengan jumlah 30 orang 52,63, lebih banyak dibandingkan dengan laki- laki yang berjumlah 27 orang 47,37.
4. Gambaran histopatologi tumor otak yang paling banyak dijumpai adalah
meningioma, yaitu sebanyak 25 orang 43,86, diikuti dengan astrositoma sebanyak 6 orang 10,53.
5. Lokasi tumor otak yang paling banyak dijumpai adalah lobus frontalis, yaitu
sebanyak 10 orang 17,54. 6.
Defisit neurologis fokal dijumpai pada 39 orang pasien tumor otak 68,42. Kejang dijumpai pada 14 orang pasien 24,56, sedangkan
kelainan neurologis nonfokal dijumpai pada 48 orang 84,21. Penderita tumor otak umumnya datang dengan dua dari tiga macam gejala tersebut,
yaitu sebanyak 31 orang 54,39.
Universitas Sumatera Utara
6.2. Saran