laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Asimetri antara manajemen
agent dengan pemilik principal memberikan kesempatan kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan pribadi manajemen
laba.
6.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan pada Praktik Manajemen Laba
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Hal ini karena ukuran
perusahaan memiliki t
hitung
sebesar -2,662 dengan tingkat signifikansi 0,010. Hasil pengujian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Moses 1997,
Marrakchi 2001, Veronica dan Siddharta 2005, Halim, dkk. 2005 dan Rahmawati, dkk. 2006. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh pada praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Marihot dan Doddy 2007, Jin dan
Machfoeds 1998, Salno dan Baridwan 2000, Jatiningrum 2000, serta Nasser dan Herlina 2003, yang menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh
pada praktik manajemen laba. Marrakchi 2001 di Amerika Serikat dengan menggunakan data sampel
perusahaan industri tahun 1996 menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan yang lebih besar kurang
memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan- perusahaan kecil, karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang
saham dan pihak luar. Veronica dan Siddharta 2005 meneliti di BEJ BEI pada
periode pengamatan 1995-1996 dan 1999-2002, menemukan ukuran perusahaan berhubungan negatif signifikan dengan manajemen laba.
Halim, dkk. 2005 menguji pengaruh ukuran perusahaan pada manajemen laba. Penelitian ini menggunakan 34 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta dan termasuk Indeks LQ-45 tahun 2001 berturut-turut selama 2 periode periode Februari 2001 dan Agustus 2001 dan tahun 2002 berturut-
turut selama 2 periode periode Februari 2002 dan Agustus 2002. Ukuran perusahaan diukur dengan market capitalization yaitu jumlah lembar saham
beredar akhir tahun dikalikan dengan harga saham penutupan akhir tahun kemudian hasilnya di-log agar nilai tidak terlalu besar untuk masuk ke model
persamaan. Manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones Model. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
positif signifikan pada praktik manajemen laba, Koefisien yang positif menunjukkan semakin besar suatu perusahaan maka semakin besar pula
kesempatan manajer untuk melakukan manajemen laba dimana perusahaan besar memiliki aktivitas operasional yang lebih kompleks selain itu perusahaan besar
juga lebih dituntut untuk memenuhi ekspektasi investor yang lebih tinggi. Moses 1987 menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih
besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-
perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umumgeneral public. Hasil lainnya
ditemukan oleh Albretch dan Richardson 1990, bahwa perusahaan-perusahaan
yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih
besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Hasil pengujian dalam penelitian ini mendukung pandangan yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba, karena perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan
untuk melakukan manajemen laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil dan perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar
Marrakchi, 2001.
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN