PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AKAR KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH PENGARUH MEDAN MAGNET (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa SMP Negeri 2 Gading Rejo Kelas VIII)

(1)

ABSTRAK

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AKAR KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH

PENGARUH MEDAN MAGNET

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa

SMP Negeri 2 Gading Rejo Kelas VIII) Oleh

TAUFIK ARDIYANTO

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama pemaparan medan magnet 0,1 mT dengan waktu yang berbeda terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau yang dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Unila. Penelitian disusun dalam Rancangan Teracak Lengkap dengan satu faktor yaitu lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang terdiri atas kontrol (0 menit), 7’48”, 11’44” dan 15’36”. Kacang hijau yang digunakan adalah varietas Arta Ijo. Parameter yang diukur adalah persentase perkecambahan, panjang akar kecambah dan kecepatan pertumbuhan akar. Setiap parameter diuji dengan analisis ragam dan BNT pada taraf α=5%, hasilnya menunjukkan bahwa medan magnet memengaruhi perkecambahan, pertumbuhan panjang akar kecambah dan kecepatan pertumbuhan akar. Lama pemaparan medan magnet yang menyebabkan kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau tertinggi adalah 15’36”. Berdasarkan pengujian pada


(2)

Taufik Ardiyanto

iii

siswa SMP Negeri 2 Gading Rejo diketahui bahwa LKS layak digunakan sebagai sumber belajar pada sub materi pertumbuhan tumbuhan.

Kata kunci : Kacang hijau, LKS, medan magnet, perkecambahan, pertumbuhan akar kecambah


(3)

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AKAR KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH

PENGARUH MEDAN MAGNET

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa

SMP Negeri 2 Gading Rejo Kelas VIII) Oleh

TAUFIK ARDIYANTO Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN AKAR KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH

PENGARUH MEDAN MAGNET

(Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa

SMP Negeri 2 Gading Rejo Kelas VIII) (Skripsi)

Oleh Taufik Ardiyanto

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sribhawono, Kecamatan Bandar Sribhawono, Lampung Timur pada 11 Maret 1992. Penulis merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak Jamzani dan Ibu Walinem.

Pendidikan yang ditempuh penulis untuk pertama kali diawali di Taman Kanak-kanak Pertiwi Sribhawono (1996-1997), SD Negeri 1 Sribhawono (1998-2004), SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono (2004-2007), SMA Negeri 1 Bandar

Sribhawono (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2009 penulis berkesempatan mewakili Provinsi Lampung dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) bidang Cipta dan Baca Puisi. Penulis merupakan Juara 3 Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Biologi tingkat Kabupaten pada tahun 2009, kemudian pernah menjadi Juara 3 OSN PERTAMINA Bidang Biologi Tingkat Provinsi Lampung pada tahun 2011, Peringkat 6 Besar OSN PERTAMINA Bidang Biologi Tingkat Provinsi Lampung pada tahun 2012, dan Juara 1 OSN PERTAMINA Bidang Biologi Tingkat

Provinsi Lampung tahun 2013. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tumbuhan dan Struktur dan Perkembangan Tumbuhan (tahun


(9)

viii

2011-2014). Pada tahun 2013, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di MTs Ittihad Ngambur dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Mekar Sari, Kabupaten Pesisir Barat.


(10)

MOTO

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” ( Q.S Alam Nasyrah :4-8).

“ Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dari engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu

kurang apabila dibelanjakan tapi ilmu bertambah bila dibelanjakan ” (Saidina Ali bin Abi Talib)

“sukses di dunia tanpa diimbangi dengan sukses di akhirat bagaikan taman tak berbunga, itulah kata pujangga”

(Taufik Ardiyanto)

“Musuh kecil yang berpengaruh besar dalam hidup kamu adalah rasa malas“ (Taufik Ardiyanto)

“Jodoh itu di tangan tuhan, tetapi jodoh yang tepat dalam mendidik adalah seorang pendidik”


(11)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

Persembahan

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji untuk Mu Ya Rabb

pencipta semesta yang sangat keren dan menakjubkan, kupersembahkan karya kecil ini untuk orang-orang yang sangat berarti dalam jiwa dan ragaku:

Orang Tuaku

Ibuku tercinta yang telah rela berjuang dan mengorbankan segalanya untuk kesuksesan anaknya. Jasa, air mata dan keringatmu takkan mungkin dapat ananda balas walau sampai

akhir hayat, semoga kelak dapat membahagiakan dan dapat membuat ibu bangga telah melahirkanku. Dan untuk Bapak terima kasih telah mengajariku arti hidup.

Saudaraku

Atas bantuan, sayang, do’a, perhatian, semangat dan motivasi untuk tetap tegar,

terus maju dan bertahan.

Para pendidikku

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat membuka mata dan melihat betapa indahnya dunia Ilmu pengetahuan.

Sahabatku

Atas keceriaan, kegalauan, motivasi dan pengalaman berharga yang engkau berikan selama kita bersama.


(12)

xiii SANWACANA

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PERKECAMBAHAN DAN

PERTUMBUHAN AKAR KECAMBAH KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) DI BAWAH PENGARUH MEDAN MAGNET (Aplikasi Penelitian sebagai Lembar Kerja Siswa (LKS) Sub Materi Pertumbuhan Tumbuhan pada Siswa SMP Negeri 2 Gading Rejo Kelas VIII)”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Unila. 4. Pramudiyanti, S.Si., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 5. Dr. Rochmah Agustrina, selaku pembimbing I, yang telah banyak meluangkan


(13)

xiii

6. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan motivasi, dan nasihat kepada penulis.

7. Dra Tundjung Tripeni H., M.S., selaku pembahas yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, kritik saran serta nasihat.

8. Guru dan siswa-siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Gading Rejo yang telah banyak bekerja sama membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Kak Pius dan Pak Hambali untuk bimbingannya selama di laboratorium. 10.Aji Kurnia I., sebagai partner kerja yang kompak selama menyusun skripsi ini. 11.Rekan-rekan Pendidikan biologi 2010: Masayu Olba, Sisca, Arinta, Destra,

Hesti, Cincin, Shanti, Ririn, Qurratu, Aji, Rinu, Nanang, Singgih, Febri, Putu, Ervin, Akbar, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

12.Untuk kakak dan adik-adik angkatan program studi Pendidikan Biologi Unila, terimakasih atas semangat yang telah diberikan.

13.Rekan-rekan KKN dan PPL Negeri Ratu Ngambur (Mekar Sari) Pesisir Barat: Burhan, Gesca, Monic, Andika, Agustina, Dewi, Tantri, Wulan, dan Galuh. 14.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua Amin.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Pemikiran ... 7

G. Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perkecambahan dan Pertumbuhan ... 10

B. Kacang Hijau ... 14

C. Medan Magnet ... 18

D. Pengaruh Medan Magnet pada Tumbuhan ... 21

E. Analisis Materi Pelajaran ... 23

F. Lembar Kerja Siswa ... 24

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 27

B. Alat dan Bahan ... 27

C. Rancangan Penelitian ... 28

D. Pelaksanaan Penelitian ... 28

E. Analisis Data ... 33

F. Pengujian LKS ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34


(15)

xv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 48 B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 50 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria penilaian LKS ... 33 2. Persentase perkecambahan biji kacang hijau setelah 25 jam

perkecambahan ... 35 3. Panjang akar kecambah kacang hijau hari pertama sampai dengan

hari kelima perkecambahan... 36 4. Kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau hari pertama

dan hari keempat perkecambahan ... 38 5. Kriteria kelayakan LKS... 40


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) ... 9 2. Perkecambahan biji epigeal (a) dan perkecambahan biji hipogeal (b). 11 3. Rangkaian medan magnet. (a) teslameter, (b) cawan petri berisi biji

kacang hijau, dan (c) solenoid 0,1 mT dengan 50 lilitan kawat

tembaga ... 29 4. Proses perkecambahan. (a) tata letak percobaan, dimana A= kontrol,

B= Perlakuan lama pemaparan 7’48”, C= perlakuan lama pemaparan 11’44”, D= perlakuan lama pemaparan 15’36”, dan (b) kotak

germinasi yang ditutup kain hitam. ... 30 5. Rangkaian alat penelitian yang terdiri atas (a) penggaris, (b) kertas

germinasi, (c) kapas basah, (d) papan triplek, (e) kecambah kacang

hijau, dan (f) karet gelang ... 31 6. Model Percobaan. (a) Papan triplek dengan kertas germinasi dan

kapas, (b) penggaris, (c) kecambah kacang hijau, dan (d) gelas air

mineral berisi air keran... 32 7. Persentase perkecambahan biji kacang hijau setelah 25 jam

perkecambahan.. ... 35 8. Analisis regresi panjang akar kecambah kacang hijau dalam cm pada

lama pemaparan medan magnet 0,1 mT. ... 37 9. Analisis regresi kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, serta bangsa dan negara.

Pembelajaran IPA diantaranya materi biologi wajib diajarkan pada jenjang SMP untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Dalam

mengajarkan biologi guru dituntut kreatif dan inovatif agar suasana belajar lebih asyik dan menyenangkan. Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan untuk mempermudah siswa melakukan proses-proses belajar (Suyanto dkk., 2011: 3). Dalam jenjang SMP kelas VIII semester ganjil materi pembelajaran IPA membahas pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu sub materi yang dipelajari adalah pertumbuhan tumbuhan.


(19)

2

Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Embrio di dalam biji yang dorman mengalami perubahan fisiologis dan berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji sehingga menyebabkan melunak dan membesarnya ukuran biji. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Embrio membebaskan giberelin sebagai sinyal kepada aleuron untuk menyintesis dan mensekresikan enzim

pencernaan untuk menghidrolisis makanan dalam endosperma. Selanjutnya terjadi pembelahan mitosis pada ujung radikula yang menyebabkan ukuran radikula membesar dan kulit biji terdesak dari dalam, yang akhirnya pecah (Campbell et al., 2000: 365).

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertambahan itu bukan hanya volume, tapi juga dalam bobot, dan jumlah sel, akibat penggandaan protoplasma yang kemudian dapat terlihat dari penampilan tanaman tersebut. (Salisburry dan Ross, 1995 : 2).

Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan sekitar seperti suhu, kelembaban, cahaya, dan masih banyak faktor lingkungan lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Medan magnet adalah faktor lingkungan luar yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan keberadaannya tidak begitu banyak disadari, namun baru-baru ini banyak diteliti pengaruhnya terhadap pertumbuhan (Anggraini, 2012: 3).


(20)

3

Lama pemaparan medan magnet secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Nagy et al. (2005: 138-139) melaporkan adanya perbedaan respon tanaman pada lama pemaparan selama 8 menit, 16 menit, dan 24 menit. Pertumbuhan paling baik ditunjukkan pada perlakuan selama 8 menit namun seiring dengan peningkatan lama pemaparan menunjukkan penurunan pertumbuhan pada tanaman jagung. Soltani et al. (2006: 1) membuktikan bahwa kuat medan magnet memengaruhi pertumbuhan akar lateral serta jumlah cabang pada batang Ocimum basilicum. Putra (dalam Nurhayati, 2009: 17) menunjukkan bahwa tanaman nilam (Pogestemon cablin

Benth.) yang diletakkan pada batang magnet dengan arah medan magnet mendekati pusat bumi memiliki diameter batang yang lebih besar

dibandingkan dengan kontrol.

Aladjadjiyan dan Ylieva (2003: 136) membuktikan bahwa medan magnet penting dalam merangsang perkecambahan dan meningkatkan energi

perkecambahan. Menurut Agustrina (2008: 342) kuat medan magnet 165 A/m dapat memengaruhi persentase perkecambahan kedelai dan kacang hijau. Anggraini (2012: 3) membuktikan bahwa medan magnet dapat memengaruhi peningkatan laju pertumbuhan kecambah. Morejon et al. (2007: 175)

menjelaskan bahwa medan magnet memengaruhi sifat fisika dan kimia air, diantaranya tekanan permukaan, konduktursi, daya melarutkan garam-garam, relatif indeks, dan pH. Perubahan ini mengakibatkan air menjadi lebih mudah menghidrasi senyawa-senyawa atau molekul-molekul di sel-sel biji.


(21)

4

Kacang hijau banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kandungan protein yang dimilikinya tinggi dan baik bagi tubuh manusia. Kacang hijau mengandung kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat tulang. Asam folat yang terkandung dalam kacang hijau penting untuk ibu hamil sebagai perkembangan saraf bayi di dalam kandungan dan juga untuk

meningkatkan kecerdasan bayi. Kecambah kacang hijau mengandung vitamin E sebagai antioksidan dalam tubuh (Astawan, 2005: 1).

Dalam praktikum pertumbuhan di sekolah, biji kacang hijau dapat digunakan sebagai bahan utama praktikum karena biji kacang hijau mudah

dikecambahkan sehingga hasilnya dapat segera diamati. Pertumbuhan

kecambah kacang hijau relatif cepat dan memungkinkan untuk tumbuh dalam skala laboratorium. Umumnya praktikum biologi di sekolah mengamati pengaruh faktor lingkungan yang sudah umum, misalnya faktor cahaya, suhu, dan kelembaban saja, padahal faktor luar yang memengaruhi aktivitas

pertumbuhan tumbuhan sangat banyak dan bervariasi, salah satunya adalah medan magnet.

Dalam penelitian ini diajukan kajian untuk mengetahui pengaruh medan magnet terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau. Kuat medan magnet yang digunakan adalah sebesar 0,1 mT dengan lama pemaparan medan magnet selama 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 44 detik, dan 15 menit 36 detik. Hasil penelitian ini akan digunakan dalam pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII.


(22)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh lama pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT yang berbeda terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.)?

2. Dapatkah hasil penelitian ini digunakan sebagai sumber materi dalam pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi Pertumbuhan Tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh lama pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT dengan waktu yang berbeda terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau.

2. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi Pertumbuhan Tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan, pengalaman, dan bekal berharga sebagai calon guru biologi yang profesional dalam melaksanakan


(23)

6

praktikum tentang faktor luar terutama medan magnet terhadap pertumbuhan tanaman dan membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil penelitian tersebut.

2. Bagi guru, dapat memberikan pengetahuan terbaru tentang inovasi pembelajaran dengan menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil penelitian.

3. Bagi umum, dapat memperoleh informasi tentang pengaruh medan magnet terhadap kecepatan pertumbuhan tanaman sehingga dapat diaplikasikan dalam bidang lain misalnya bidang pertanian.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Biji kacang hijau yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari varietas Arta Ijo (Phaseolus radiatus L. var. Arta Ijo) yang diperoleh dari Giant Departement Store Propinsi Lampung.

2. Kuat medan magnet yang digunakan dalam penelitian adalah 0,1 mT dengan lama pemaparan medan magnet selama 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 44 detik, dan 15 menit 36 detik.

3. Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah Persentase

perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau yang diukur mulai dari ujung akar hingga batas tanda tinta sejak hari pertama hingga hari ke lima perkecambahan.


(24)

7

F. Kerangka Pemikiran

Kacang hijau merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan manusia. Kandungan protein yang sangat tinggi menjadikan kacang hijau sebagai salah satu sumber makanan bagi manusia. Biji kacang hijau memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi dan baik untuk menjaga keasaman lambung. Selain memiliki kandungan protein yang tinggi, kacang hijau memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan lemak sebagai sumber energi untuk perkecambahan, proses pembelahan, dan pemanjangan sel-sel. Pada awal pertumbuhan protein berperan dalam membentuk protoplasma, dan untuk membentuk protein lain yang nantinya akan membentuk sitoplasma, mitokondria, ribosom, nukleus, dan juga kromatin.

Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor lingkungan. Faktor dalam yang memengaruhi pertumbuhan tumbuhan adalah gen dan hormon. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah makanan, air, suhu, kelembaban, cahaya dan medan magnet. Kedua faktor tersebut dapat memengaruhi proses fisiologis dalam tumbuhan, mulai sejak proses perkecambahan biji.

Penelitian mengenai pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan telah banyak dilakukan. Kuat medan magnet yang dapat berpengaruh pada tumbuhan, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya ada pada kisaran 0,1 mT sampai dengan 50 mT. Penelitian sebelumnya mengenai pengaruh kuat medan magnet 291 A/m dan 581 A/m menunjukkan hasil yang signifikan terhadap panjang batang, berat basah, selisih berat basah, berat kering, dan lebar berkas pengangkut pada tanaman kedelai (Glycine max (L)


(25)

8

Merr. ). Pada mentimun (Cucumis sativus Linn. ) paparan kuat medan magnet sebesar 10 mT mempercepat perkecambahan dan memicu geotaksis positif. Penelitian pemaparan kuat medan magnet 0,2 mT pada tomat dengan lama pemaparan selama 3 menit 54 detik, 7 menit 48 detik, 11 menit 42 detik, dan 15 menit 36 detik menyebabkan pertambahan luas stomata, pertambahan tinggi dan berat tanaman, pertambahan diameter parenkim, dan pelebaran xilem.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Anggraini membuktikan bahwa perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT berpengaruh terhadap peningkatan ativitas enzim amilase dalam kecambah kedelai dan kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).

Mengikuti penelitian di atas, maka dalam penelitian ini akan digunakan kuat medan magnet 0,1 mT dengan beberapa lama pemaparan medan magnet seperti tertera dalam metode uji. Hasil penelitian ini akan digunakan sebagai bahan pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) sub materi pertumbuhan tumbuhan pada siswa SMP kelas VIII semester 1.

Dalam penelitian ini akan diamati perkecambahan dan kecepatan

pertumbuhan akar kecambah kacang hijau di bawah pengaruh pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT dengan waktu yang berbeda. Variabel bebas pada penelitian ini adalah lama pemaparan kuat medan magnet yang berbeda, sedangkan variabel terikatnya adalah persentase perkecambahan dan


(26)

9

kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram di bawah.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y)

Keterangan:

X: lama pemaparan kuat medan magnet

Y: persentase perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.).

G. Hipotesis

H0 = tidak ada ada pengaruh yang signifikan lama pemaparan medan magnet terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau.

H1 = ada pengaruh yang signifikan lama pemaparan medan magnet terhadap perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau.

Y X


(27)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkecambahan dan Pertumbuhan

Perkecambahan biji dimulai dari proses penyerapan air oleh biji diikuti dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma dan peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji permeabel terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu (Kozlowski, 1972: 1).

Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel terhadap gas. Imbibisi menyebabkan kadar air di dalam biji mencapai 50-60%, dan menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Air juga merupakan sarana masuknya oksigen ke dalam biji. Suhu optimum untuk berlangsungnya proses perkecambahan adalah 10-40ºC (Kozlowski, 1972: 1-6).

Ada dua tipe perkecambahan biji, yaitu perkecambahan epigeal dan hipogeal. 1. Perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal ditandai dengan hipokotil yang tumbuh memanjang sehingga plumula dan kotiledon terangkat ke atas (permukaan tanah). Kotiledon dapat melakukan fotosintesis selama daun belum


(28)

11

terbentuk. Contoh tumbuhan ini adalah kacang hijau, kedelai, bunga matahari dan kacang tanah. Organ pertama yang muncul ketika biji berkecambah adalah radikula. Radikula ini kemudian akan tumbuh menembus permukaan tanah. Untuk tanaman dikotil yang dirangsang dengan cahaya, ruas batang hipokotil akan tumbuh lurus ke permukaan tanah mengangkat kotiledon dan epikotil. Epikotil akan memunculkan daun pertama kemudian kotiledon akan rontok ketika cadangan makanan di dalamnya telah habis digunakan oleh embrio (Campbell et al., 2000: 365).

Gambar 2. Perkecambahan biji epigeal (a) dan perkecambahan biji hipogeal (b) (Campbell et al., 2000: 366)

2. Perkecambahan hipogeal

Perkecambahan hipogeal ditandai dengan epikotil tumbuh memanjang kemudian plumula tumbuh ke permukaan tanah menembus kulit biji. Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang


(29)

12

mengalami perkecambahan ini adalah kacang ercis, kacang kapri, jagung, dan rumput-rumputan (Campbell et al., 2000: 366).

Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk menyintesis cadangan makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan dari cadangan makanan (endosperma). Umumnya cadangan makanan pada biji berupa

amilum (pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain, oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula yang terlarut dalam air (Dwidjosoeputro, 1978: 56).

Pertumbuhan aksis embrionik kecambah terjadi karena dua peristiwa yaitu pembesaran sel yang telah ada sebelumnya dan pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk karena proses pembelahan Sel-sel yang terjadi pada titik tumbuh radikula dan plumula. Saat pembesaran sel terjadi proses-proses biokimia, transportasi air, gula, asam amino, dan perubahan ion-ion organik menjadi protein, asam nukleat, polisakarida serta molekul-molekul kompleks lainnya. Senyawa yang dihasilkan akan diubah menjadi organela, dinding sel, membran sel dan lain-lain sampai terbentuk jaringan dan organ (Salisburry dan Ross, 1995: 15).

Pertumbuhan sesungguhnya merupakan hasil reaksi biokimia, peristiwa biofisik dan proses fisiologis yang berinteraksi dalam tubuh tanaman bersama dengan faktor luar. Titik awalnya adalah satu sel tunggal, yaitu zigot yang tumbuh dan berkembang menjadi organisme multisel. Sintesis molekul yang besar dan kompleks berlangsung terus menerus dari ion dan molekul yang


(30)

13

lebih kecil, pembelahan sel menghasilkan sel-sel baru, yang banyak dan diantaranya tidak hanya membesar tetapi juga lebih kompleks (Hasnunidah, 2011: 85).

Secara visual, pertumbuhan tumbuhan dapat diamati dari pertambahan jumlah dan ukuran, perubahan massa dan penampilan tumbuhan tersebut sebagai akibat penggandaan protoplasma dan perbanyakan sel yang secara keseluruhan disebut fenologi. Fenologi adalah perubahan secara berurutan yang dapat dilihat dari penampilan morfologi tanaman tersebut. Suatu tumbuhan dikatakan tumbuh apabila memiliki jumlah sel, jumlah daun, ranting, rambut akar, dan tunas yang lebih banyak dibandingkan keadaan semula. Pertumbuhan tumbuhan juga ditandai dengan pertambahan ukuran tanaman seperti tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, panjang akar, volume batang, dan keliling batang. Pertambahan massa pada tumbuhan dapat diamati dari berat segar dan berat kering tanaman. Tumbuhan dikatakan tumbuh bila terjadi perubahan penampilan, misalnya pada fase vegetatif perubahan dimulai dari perkecambahan dilanjutkan dengan pemunculan bibit di atas tanah,

pembentukan daun dan akar, inisiasi anakan atau cabang, pertumbuhan daun, dan perpanjangan akar, sedangkan pada fase generatif dimulai dari induksi bunga, inisiasi bunga, pertumbuhan primordia bunga, dan pemunculan bunga (Hasnunidah, 2011: 86).

Proses pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal tanaman dan faktor lingkungan. Faktor internal tersebut antara lain gen dan hormon. Faktor lingkungan meliputi dua faktor yaitu faktor dalam


(31)

14

tanah dan faktor di atas tanah. Faktor dalam tanah terdiri dari keasaman, aerasi, kandungan unsur kimia, dan lain-lain. Sedangkan faktor di atas tanah adalah radiasi matahari, temperatur, kelembaban, dan lain-lain (Sitompul dan Guritno, 1995: 4). Adapun faktor lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman adalah medan magnet.

B. Kacang Hijau

Tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Leguminales Familia : Leguminoceae Genus : Phaseolus

Species : Phaseolus radiatus L. (Purwono dan Hartono, 2005: 12).

a) Penyebaran Tanaman Kacang Hijau

Tanaman kacang hijau sudah dikenal lama oleh masyarakat di Indonesia. Asal kacang hijau diduga dari kawasan India. Penyebaran tanaman

kacang hijau sangat luas ke berbagai daerah di Asia tropis, seperti Taiwan, Thailand, dan Filipina. Tanaman kacang hijau dibawa masuk ke wilayah Indonesia pada awal abad ke-17, oleh pedagang Cina dan Portugis. Penyebaran tanaman kacang hijau pada mulanya terpusat di Pulau Jawa


(32)

15

dan Bali, tetapi pada tahun 1920-an mulai berkembang di Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia bagian Timur. Daerah sentrum produksi kacang hijau saat ini adalah provinsi Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta (Rukmana, 1997: 15).

b) Morfologi

Tanaman kacang hijau dapat tumbuh di dataran rendah sampai pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut di seluruh Indonesia. Jenis tanaman kacang hijau yang biasa diperdagangkan adalah jenis kacang hijau dengan biji besar dan kacang hijau dengan biji kecil (Astawan, 2005: 1).

i. Buah

Buah kacang hijau berbentuk polong yang bulat silindris atau pipih dengan ujung agak runcing atau tumpul dengan panjang polong berkisar 5-16 cm. Setiap polong berisi 10-15 biji. Polong muda berwarna hijau dan akan berubah menjadi kecoklatan atau kehitaman setelah tua. Pada polong terdapat rambut-rambut pendek (Purwono dan Hartono, 2005: 16).

ii. Biji

Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan biji kacang lainnya. Kebanyakan warna bijinya adalah hijau kusam atau hijau mengkilap, namun ada juga yang berwarna kuning coklat atau kehitaman cokelat (Andrianto dan Indarto, 2004: 15).


(33)

16

iii. Perakaran

Rukmana (1997: 15) menjelaskan sistem perakaran kacang hijau adalah tunggang dengan banyak cabang. Berdasarkan penyebaran cabang-cabang akarnya, sistem perakaran kacang hijau

dikelompokkan menjadi mesophytes dan xerophytes. Sistem perakaran mesophytes memunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dengan tipe pertumbuhannya menyebar, sistem perakaran xerophytes memiliki akar cabang lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah. Akar kacang hijau terdapat nodul atau bintil akar. Semakin banyak nodul akarnya maka akan semakin tinggi kandungan Nitrogen (N) di dalamnya sehingga dapat menyuburkan tanah.

iv. Batang

Kacang hijau memiliki batang yang berukuran kecil, bertrikoma, berwarna hijau kemerahan atau kecoklatan. Batangnya bulat

berbuku-buku. Setiap buku menghasilkan satu tangkai daun, kecuali untuk daun pertama yang terbentuk sepasang dan letaknya saling berhadapan. Batang tumbuh tegak mencapai ketinggian 30-110 cm dan cabangnya tersebar kemana-mana (Andrianto dan Indarto, 2004: 15).

v. Daun

Kacang hijau memiliki daun trifoliate, terdiri dari 3 helaian, bentuk daun terletak bersilangan. Tangkai daun berwarna hijau tua atau


(34)

17

hijau muda dengan panjang tangkai melebihi panjang daun (Andrianto dan Indarto, 2004: 16).

vi. Bunga

Bunga kacang hijau termasuk bunga kupu-kupu dan merupakan bunga berumah satu atau memiliki kelamin ganda. Bunga berwarna kuning kehijauan atau kuning pucat. Proses penyerbukan terjadi pada malam hari. Pada pagi hari bunga akan mekar dan menjadi layu pada sore hari (Purwono dan Hartono, 2005: 15).

c) Manfaat

Kacang hijau banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Kandungan protein yang dimilikinya tinggi dan baik bagi tubuh manusia. Kacang hijau mengandung kalsium dan fosfor yang bermanfaat untuk memperkuat tulang. Asam folat yang terkandung dalam kacang hijau penting untuk ibu hamil sebagai perkembangan saraf bayi di dalam kandungan dan juga untuk meningkatkan kecerdasan bayi (Astawan, 2005: 1). Kacang hijau juga dapat mengobati berbagai macam penyakit seperti beri-beri, radang ginjal, tekanan darah tinggi, keracunan alkohol dan pestisida, mengurangi gatal karena biang keringat, muntaber, menguatkan fungsi limpa dan lambung, impotensi, TBC, jerawat, mengatasi flek hitam di wajah, dan menurunkan demam (Susanto, 2010: 1-3).

Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah (taoge). Nilai gizi kecambah kacang hijau lebih baik daripada nilai gizi biji yang belum


(35)

18

berkecambah karena kecambah telah mengalami proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul sehingga meningkatkan daya cerna. Pembentukan senyawa tokoferol vitamin E terjadi dalam proses

perkecambahan. Vitamin E merupakan senyawa antioksidan dalam tubuh manusia (Purwono dan Hartono, 2005 : 5-11).

C. Medan Magnet

Magnet pertama kali ditemukan di suatu daerah yang bernama Magnesia, berupa batu kecil yang dapat saling tarik menarik. Batu kecil ini kemudian disebut magnet (Giancoli, 1998: 132-134). Setiap batang magnet memunyai dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet

menyebabkan terbentuknya medan magnet di sekitar batang magnet. Kutub-kutub medan magnet yang tidak sejenis akan saling tarik-menarik bila

berdekatan, sebaliknya kutub medan magnet yang sejenis akan tolak menolak. Kutub magnet adalah muatan magnet yang mirip dengan muatan listrik,

bedanya kutub magnet selalu berpasangan yaitu kutub selatan (s) dan utara (u), sehingga selalu dalam wujud dwi kutub magnet (Pertiwi, 2011: 6).

Bentuk medan magnet dilukiskan dengan garis-garis medan magnet. Garis-garis medan magnet selalu memancar dari kutub utara ke kutub selatan dan tidak pernah saling memotong. Garis-garis medan magnet akan memengaruhi momen-momen dwi kutub magnet yang terkandung pada sebuah materi. Momen dwi kutub magnet adalah medan magnet-medan magnet kecil yang ditimbulkan oleh gerakan elektron bahan pada orbital dan sumbunya. Semakin


(36)

19

besar kekuatan medan magnet maka semakin besar pula garis-garis medan magnet yang dimilikinya (Soedojo, 2000: 37).

Menurut Soedojo (2000: 38) sifat magnetik benda dapat diklasifikasikan berdasarkan arah momen dipol magnet suatu bahan terhadap arah medan magnet dari luar yaitu:

a) Bahan Diamagnetik

Bahan diamagnetik memiliki arah momen dipol magnet yang berlawanan dengan arah medan magnet luar. Ketika diberi magnet dari luar, maka arah momen dwi kutub unsur diamagnetik menjadi berlawanan arah dengan arah medan magnet luar, contoh: bismuth, tembaga, emas, perak, seng, dan garam dapur (Alonso dan Finn, 1992: 44).

b) Bahan Paramagnetik

Bahan paramagnetik memiliki momen dipol magnet searah dengan arah medan magnet luar dan sebagian lagi tidak. Bila ada magnet di sekitarnya, maka arah momen dwi kutubnya akan searah dengan arah medan magnet luar tersebut, contoh: aluminium, magnesium, wolfram, platina, dan kayu (Alonso dan Finn, 1992: 44).

c) Bahan Feromagnetik

Bahan feromagnetik adalah bahan yang bila diberi medan magnet dari luar, maka semua momen dipolnya searah dengan arah medan magnet luar. Contoh: besi, baja, besi silikon, nikel, dan kobalt (Pertiwi, 2011: 9).


(37)

20

Berdasarkan sumbernya, medan magnet tediri atas sumber alami dan buatan. Sumber alami medan magnet contohnya magnet batang, magnet jarum, dan magnet U. Sumber medan magnet buatan contohnya solenoida. Setiap solenoida menimbulkan medan magnet ke lingkungan di sekitarnya (Alonso dan Finn, 1992: 45). Solenoida adalah lilitan-lilitan kawat tembaga yang membentuk kumparan dan jika dialiri arus listrik akan menghasilkan medan magnet dengan pola garis medan seperti magnet batang (Soedojo, 2000: 39).

Arah medan magnetik dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan. Arah arus sesuai dengan arah melingkar jari tangan kanan, arah ibu jari menyatakan arah medan magnet. Besar induksi magnetik pada solenoida ditentukan pada pusat sumbu dan ujung sumbu solenoida. Besar induksi dapat diturunkan dari hukum Biot-Savart (Anggraini, 2012: 37-38).

B = µ

0

Keterangan:

B = kuat medan magnet pada titik P (Tesla) µ0 = permeabilitas ruang hampa (Wb/Am) I = kuat arus listrik (A)

n = jumlah lilitan per satuan luas panjang (m-1)

a = jarak dari ujung atas lilitan kawat tembaga ke ujung atas tabung silinder (m)

b = jarak dari ujung bawah lilitan kawat tembaga ke ujung bawah tabung silinder (m)


(38)

21

D. Pengaruh Medan Magnet pada Tumbuhan

Penelitian untuk mengetahui pengaruh medan magnet terhadap tumbuhan telah banyak dilakukan, di antaranya Soltanidkk.(2006: 1) membuktikan bahwa kuat medan magnet memengaruhi pertumbuhan akar lateral serta jumlah cabang pada batang Ocimum basilicum. Putra (dalam Nurhayati, 2009: 17) menunjukkan bahwa tanaman nilam (Pogestemon cablin Benth.) yang diletakkan pada batang magnet dengan arah medan magnet mendekati pusat bumi memiliki diameter batang yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh Kamelia (dalam Widelia, 2008: 18)

mengungkapkan medan magnet memengaruhi panjang batang, berat basah, selisih berat basah dan berat kering, serta lebar berkas pengangkut tanaman kedelai.

Medan magnet menyebabkan peningkatan suhu dan kecepatan penguapan air pada media tumbuh. Roniyus (2005: 112) menduga bahwa medan magnet dapat memecah ikatan hidrogen antar molekul air sehingga potensial air

meningkat. Semakin tinggi potensial air maka hidrasi benih dapat berlangsung lebih cepat. Sementara Morejon et al. (2007: 175) menjelaskan bahwa medan magnet memengaruhi sifat fisika dan kimia air, diantaranya tekanan permukaan air, konduktivitas, daya melarutkan garam-garam, relatif indeks air, dan pH. Perubahan ini mengakibatkan air menjadi lebih mudah menghidrasi senyawa-senyawa atau molekul-molekul di sel-sel biji.

Efek medan magnet terhadap panjang batang diduga karena adanya peningkatan pembelahan sel, pembesaran sel dan penyerapan air oleh sel.


(39)

22

Peningkatan volume sel yang cepat diduga akibat perenggangan dinding sel. Peningkatan berat basah kedelai diduga karena adanya pengisian rongga-rongga antar sel dan perenggangan dinding sel sehingga ukuran sel meningkat dan memengaruhi lebar berkas pengangkut. Lebar berkas pengangkut juga menunjukkan pengaruh yang nyata setelah diletakkan di daerah sekitar medan magnet. Hal ini diduga adanya sifat partikel dasar di dalam sel. Sifat ini menyebabkan adanya benturan di antara molekul air dan partikel di dalamnya yang akhirnya menyebabkan pembesaran dinding sel (Widelia, 2008: 19).

Penelitian yang telah dilakukan oleh Fahmi (dalam Herawati, 2008: 22)

menunjukkan bahwa kuat medan megnet memberikan pengaruh nyata terhadap indeks perkecambahan, lebar berkas pengangkut, dan berat kering tanaman kacang kedelai yang berkaitan dengan sifat air. Aladjadjiyan dan Ylieva (2003: 136) membuktikan bahwa medan magnet merangsang perkecambahan serta berperan penting dalam meningkatkan energi perkecambahan. Agustrina (2008: 342) juga membuktikan bahwa pemaparan medan magnet memengaruhi ukuran lebar berkas pengangkut, lebar sel parenkim serta panjang dan lebar stomata pada tanaman cocor bebek.

Kordas (2002: 528) menunjukkan bahwa medan magnet menurunkan panjang akar gandum sebesar 8,5%. Dinamika pertumbuhan gandum menurun

sehingga tanaman menjadi lebih pendek dan kecil, begitu juga dengan struktur mahkota dan tangkai menjadi lebih kecil. Sebaliknya biostimulasi daun meningkat 4 % dibandingkan dengan tanaman kontrol.


(40)

23

Esitken dan Turan (2004: 135) meneliti tentang efek kuat medan magnet terhadap hasil buah dan komposisi unsur hara pada strawberry (Fragaria x ananassa). Strawberry yang diberi perlakuan kuat medan magnet 0,096 T; 0,192 T, dan 0,384 T menunjukkan rata-rata berat basah yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Kuat medan magnet 0,096 T meningkatkan hasil dan jumlah buah per tanaman, tetapi kuat medan magnet 0,384 T justru mengurangi hasil dan jumlah buah per tanaman.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Anggraini (2012: 70) membuktikan bahwa pemaparan yang berbeda-beda dengan kuat medan magnet 0,1 mT pada tanaman legum memengaruhi perkecambahan dengan memperlihatkan

perbedaan yang nyata pada luas sel parenkim, diameter pembuluh xilem, dan luas stomata. Pemaparan medan magnet juga memengaruhi berat basah, berat kering, luas daun, kandungan klorofil, serta laju penambahan tinggi tanaman. Pemaparan medan magnet selama 15 menit 36 detik meningkatkan aktivitas enzim α-amilase pada bagian kotiledon dan hipokotil saat hipokotil mencapai 1 cm dan 9 cm.

E. Analisis Materi Pelajaran

Pembelajaran IPA diantaranya materi biologi wajib diajarkan pada jenjang SMP untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional. Biologi merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu mengenai makhluk hidup. Salah satu materi biologi yang diajarkan pada jenjang SMP adalah pertumbuhan dan


(41)

24

terhadap pertumbuhan tumbuhan yang diajarkan pada siswa SMP masih umum, padahal baru-baru ini sudah banyak dilakukan penelitian pengaruh faktor lingkungan lain yang dapat memengaruhi pertumbuhan tumbuhan misalnya pengaruh medan magnet. Berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Kelas VIII semester 1 pada Standar Kompetensi (SK) 1, Kompetensi Dasar 1.1 siswa diminta untuk dapat menganalisis pentingnya pertumbuhan dan perkembangan pada makhluk hidup, terutama tentang faktor-faktor yang dapat memengaruhinya. Pembelajaran pada materi ini dapat dilakukan dengan metode praktikum untuk membuktikan pengaruh faktor lingkungan, sehingga diperlukan Lembar Kerja Siswa (LKS) dalam menunjang pembelajaran. Penelitian mengenai kecepatan perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) memiliki kaitan yang sesuai dengan Standar Kompetensi 1 dan Kompetensi Dasar 1.1 SMP Kelas VIII semester 1, di mana penelitian ini merupakan percobaan pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan tumbuhan sehingga hasil dari penelitian ini dapat diaplikasikan dalam bentuk Lembar Kerja Siswa.

F. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus

dikerjakan oleh peserta didik. Tugas-tugas dalam sebuah LKS tidak akan dapat dikerjakan tanpa dilengkapi dengan buku lain atau referensi yang terkait dengan materi tugas (Majid, 2007: 176). Lembar kerja siswa dapat berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Abdul, 2007 : 176).


(42)

25

1) Komponen LKS

Meskipun tidak sama persis, komponen LKS meliputi nomor LKS, judul, tujuan, alat dan bahan, prosedur kerja dan tabel data. Nomor LKS

bertujuan mempermudah penggunaan. Judul dan tujuan kegiatan berisi topik dan tujuan belajar. Alat dan bahan tidak mutlak dicantumkan hanya jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan khusus. Prosedur kerja berisi petunjuk melakukan kegiatan belajar. Tabel data digunakan siswa dalam mencatat hasil pengamatan atau pengukuran. Tabel bisa diganti dengan kotak kosong bila tidak memerlukan data sehingga siswa dapat menulis, menggambar, atau berhitung (Suyanto dkk., 2011: 7).

2) Tujuan

Tujuan dari penggunaan LKS adalah memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik, dan mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan. LKS juga bertujuan mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan (Suyanto dkk., 2011: 7).

3) Manfaat

Manfaat LKS adalah mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, membantu siswa dalam mengembangkan konsep, melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar, dan membantu guru dalam menyusun pembelajaran. LKS juga penting sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. LKS


(43)

26

materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran (Priyanto dan Harmoko, 1997: 17).

4) Langkah-langkah Penyusunan LKS

Dalam menyusun sebuah LKS, pertama dengan melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran, serta alokasi waktu. Menganalisis silabus dan memilih alternatif kegiatan belajar yang paling sesuai dengan hasil analisis SK, KD, dan indikator. Menganalisis RPP dan menentukan langkah-langkah kegiatan belajar (Suyanto dkk., 2011: 14).


(44)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 – Januari 2014 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan 1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 set solenoid sebagai sumber medan magnet dengan kuat medan magnet sebesar 0,1 mT yang terdapat di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Unila, 1 buah teslameter, 20 buah cawan petri, 1 buah gelas ukur 50 ml, 40 karet gelang, 1 buah neraca ohaus, 2 buah pinset, 1 buah gunting, 20 buah penggaris, 20 buah botol air mineral untuk tempat pertumbuhan, 1 gulung benang, 20 buah papan triplek ukuran 5 x 20 cm, 1 botol semprot, 1 kotak germinasi, 1 kain hitam, 1 buah Stopwatch, 1 buah kamera, alat tulis, dan kertas label.


(45)

28

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) varietas Arta Ijo yang diperoleh dari Giant

Departement Store Provinsi Lampung, 1 gulung tissue, 1 kantung kapas, 40 kertas germinasi, dan air keran.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan satu faktor yaitu lama pemaparan kuat medan magnet 0,1 mT yang terdiri dari 0 menit (kontrol), 7 menit 48 detik, 11 menit 44 detik, dan 15 menit 36 detik. Setiap unit perlakuan diulang enam kali. Variabel yang diamati adalah persentase perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau.

D. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

a) Pemilihan Biji

Biji kacang hijau varietas Arta Ijo diperoleh dari Giant Departement Store

Provinsi Lampung. Biji yang digunakan adalah biji yang memunyai massa, ukuran dan bentuk sama.


(46)

29

b) Perlakuan Medan Magnet

Biji diletakkan ke dalam 20 cawan petri yang telah dilapisi dengan kertas germinasi, masing-masing diisi dengan 50 butir biji, kemudian direndam dengan air selama 15 menit.

Gambar 3. Rangkaian medan magnet. (a) teslameter, (b) cawan petri berisi biji kacang hijau, dan (c) solenoid 0,1 mT dengan 50 lilitan kawat tembaga (Dokumentasi pribadi).

Cawan petri dikelompokkan menjadi 4 kelompok perlakuan dan diberi label dengan huruf A, B, C, dan D. Kelompok yang diberi label A, digunakan sebagai kontrol. Kelompok B, C dan D masing-masing dipaparkan pada medan magnet 0,1 mT selama 7 menit 48 detik (7’48”), 11 menit 44 detik (11’44”), dan 15 menit 36 detik (15’36”). Biji

dikecambahkan dalam kotak germinasi yang ditutup dengan kain hitam selama 1 hari.

(c) (a)


(47)

30

Gambar 4. Proses perkecambahan. (a) tata letak percobaan, dimana A= kontrol, B= Perlakuan lama pemaparan 7’48”, C= perlakuan lama pemaparan 11’44”, D= perlakuan lama pemaparan 15’36”, dan (b) kotak germinasi yang ditutup kain hitam (Dokumentasi pribadi)

c) Pengukuran Perkecambahan dan Akar Kecambah 1) Persentase Perkecambahan

Perhitungan persentase perkecambahan dilakukan pada hari pertama perkecambahan (dihitung 25 jam setelah berkecambah). Pengukuran persentase perkecambahan dilakukan dengan rumus (Syaiful dkk., 2012: 22):

Keterangan:

KK : Persentase perkecambahan kacang hijau (%) Y : Jumlah biji yang berkecambah

Z : Total biji di dalam cawan petri A1 B1 C1 D1 B4 C5

C2 D2 A2 D3 A3 B5 D4 A6 C3 B2 D5 C6 B6 D6 B3 A5 C4 A4


(48)

31

2) Petumbuhan Akar Kecambah

Kecambah kacang hijau yang berukuran kira-kira 2 cm dipilih dari setiap unit perlakuan, kemudian dikeringkan dengan cara sedemikian rupa menggunakan kertas tissue. Kecambah kemudian diletakkan di atas papan triplek yang telah dilapisi kapas basah dan kertas germinasi di atasnya. Menggunakan tinta pena, akar kecambah ditandai pada jarak 1 cm dari ujung akar. Kecambah kemudian ditutup dengan penggaris plastik. Papan triplek dan penggaris selanjutnya diikat dengan karet gelang sedemikian rupa supaya kecambah yang terjepit tidak rusak dan dapat tetap tumbuh dengan baik.

Gambar 5. Rangkaian alat penelitian yang terdiri atas (a) penggaris, (b) kertas germinasi, (c) kapas basah, (d) papan triplek, (e) kecambah kacang hijau, dan (f) karet gelang

(Dokumentasi pribadi).

Papan triplek-penggaris plastik yang sudah berisi kecambah kemudian diletakkan dalam botol air mineral yang berisi air keran 50 ml dengan bagian akar di arahkan ke bagian bawah.


(49)

32

Gambar 6. Model Percobaan. (a) Papan triplek dengan kertas germinasi dan kapas, (b) penggaris, (c) kecambah kacang hijau, dan (d) gelas air mineral berisi air keran (Dokumentasi pribadi).

Bagian bawah triplek – penggaris plastik dijaga tetap terendam air (± 2 cm) selama pengamatan 5 hari di dalam kotak germinasi yang ditutupi kain hitam. Mengukur kecepatan pertumbuhan akar mulai dari ujung akar sampai batas tanda tinta. Kecepatan pertumbuhan akar dihitung dengan rumus (Syaiful dkk., 2012: 22):

Keterangan:

C : Laju pertumbuhan tanaman (cm/hari) Pn : panjang akar hari ke-n (cm)

P(n-1) : panjang akar hari ke n-1 (cm)

Tn : waktu pengukuran hari ke-n (hari)


(50)

33

E. Analisis Data

Data persentase perkecambahan dan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau diuji homogenitas, sebelum dianalisis ragam. Bila terdapat perbedaan

pertumbuhan akar yang nyata sebagai akibat perlakuan, analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Data selanjutnya dianalisis regresi dengan bantuan program SPSS 17.0.

F. Pengujian LKS

Setelah melakukan analisis terhadap data persentase perkecambahan dan kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau, kemudian membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dari hasil penelitian, selanjutnya dilakukan uji ahli terhadap konstruksi isi dan validitas LKS tersebut. LKS kemudian diujikan pada siswa kelas VIII1 SMP Negeri 2 Gading Rejo. Kriteria kelayakan LKS

dilihat dari nilai rata-rata jawaban siswa pada lembar jawaban LKS, serta dengan melihat kriteria materi, konstruksi dan bahasa yang diperoleh dari angket uji ahli.

Tabel 1. Kriteria penilaian LKS

Nilai Jawaban pada LKS Interpretasi

0 – 25 Sangat tidak layak

26 – 50 Tidak layak

51 – 75 Layak

76 – 100 Sangat Layak


(51)

49

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang berbeda-beda berpengaruh secara signifikan terhadap persentase perkecambahan biji kacang hijau setelah 25 jam setelah perkecambahan.

2. Perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang berbeda berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau pada hari pertama dan keempat setelah perkecambahan.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat dari hasil penelitian layak digunakan sebagai sumber belajar siswa SMP pada sub materi pertumbuhan tumbuhan.


(52)

49

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu ketelitian dan kesabaran selama penelitian , terutama dalam

menghitung jumlah biji yang berkecambah dan mengukur panjang akar kecambah kacang hijau.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil penelitian ini hendaknya dapat dipakai oleh guru-guru SMP dalam membelajarkan IPA biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan.


(53)

54

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae di bawah Pengaruh Medan Magnet. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Aladjadjiyan, Ana, dan Teodora Ylieva. 2003. Influence of Stationary Magnetic

Field on the Early Stages of the Development of Tobacco Seeds (Nicotiana tabacum L.). Journal of Central European Agriculture.

Alfredo, S.G., Fransisco G.R., Yulexis P.F., dan Danilo D.P. 2013. Stimulation of Germination and Growth in Soybean Seeds by Stationary Magnetic Field Treatment. Departement of Plant Physiology and post-Haverst, Institute of Fundamental Reserches on Tropical Agriculture Alexander Von Humboldt. Cuba.

Alonso, M. dan Finn, E.D. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas. Jilid 2 Medan Magnet dan gelombang Edisi Ke 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Andrianto, T.T., dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogyakarta.

Anggraini, Widia. 2012. Isolasi dan karakterisasi Aktivitas Enzim Amilase pada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet. (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Astawan, M. 2005. Kacang Hijau, Antioksidan yang Membantu Kesuburan Pria. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_kacanghijau.php. diakses tanggal 10 Oktober 2013, pukul 20.05 WIB.

Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-sowing Treatment as an Organis Friendly Tecnique to Promote Plant Growth and Chemical Element Accumulation in Early Stages of Cotton. Australian Journal of Cop Science. Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid II. Penerbit


(54)

55

Dwidjosoeputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. Esitken, A., dan Turan M. 2004. Alternating Magnetic Field Effects on Yield and

Plant Nutrient Element Composition of Strawberry (Fragaria x ananassa cv. Caramosa). Departement Holtikultura Ataturk University. Turkey. Gholami, A., Saeed S., dan Hamid A. 2010. Effect of Magnetic Field on Seed

Germination of Two Wheat Cultivars. World Academy of Science, Engeneering and Technology.

Giancoli, D.C. 1998. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Handayani, T.T., dan Agustrina, R. 2010. Pengaruh Kuat Medan Magnet dan Imbibisi Biji pada Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merr.). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hasnunidah, Neni. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Herawati, Vera. 2008. Fisiologi dan Anatomi Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) di Sekitar Medan Magnet. (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kordas, L. 2002. The Effect of Magnetic Field on Gwowth, development and the Yield of Spring Wheat. Departement of Soil Management and Plant

Cultivation Agricultural University. Poland.

Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues. In Water Deficit and Plant Gwowth. Vol III. Academic Press. New York.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Posdakarya. Bandung. Morejon, L.P., J.C. Castro Paloco, Velazcuez Abad dan A.P. Govea. 2007.

Simulation of Pinus tropicalis M. Seeds by Magnetically Treated Water.

International Agrophysics. Cuba.

Nagy, I.I., Georgescu, R., Balaceanu, L. dan Germence, S. 2005. Effects of Pulsed Variable Magnetic Field Over Plant Seed. Faculty of Medicine Victor Babes University. Romania.

Nurhayati. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap Fisiologi dan Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pertiwi, Ana. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(55)

56

Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwono, dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rohmad, A., Purwadi S., dan Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) serta

Kebencanaan sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang. (Jurnal Penelitian). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Roniyus, M.S. 2005. Analisis Pengaruh Medan Listrik Terhadap Tingkat Penguapan Air. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rukmana, Rahmat. 1997. Kacang Hijau, Budi Daya & Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Rusdiana, Omo. Yahya F., Cecep K., dan Yayat H. 2000. Respon Pertumbuhan Akar Tanaman Sengon terhadap Kepadatan dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika.

Salisburry and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Sitompul, S.M., dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Penerbit

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soedojo, P. 2000. Azas-azas Ilmu Fisika. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soltani F., A. Kashi, dan M. Arghavani. 2006. Effect of Magnetic Field on Ocimum basilicum Seed Germination and Seedling Growth.

Http://www.actahort.org/member/showpdf?booknrarnr=723_37. Diakses tanggal 10 Oktober 2013, Pukul 12.30 WIB.

Suarni, dan R. Patong. 2007. Potensi kecambah Kacang hijau Sebagai Sumber

Enzim α-Amilase (Jurnal penelitian). Universitas Hasanuddin. Makassar. Susanto, Abdi. 2010. 11Resep Kacang Hijau untuk Kesembuhan.

Http://health.kompas.com/read/2010/10/28/1510181/11.resep.kacang.hijau.

untuk.kesembuhan. diakses tanggal 10 Oktober 2013, Pukul 12.30 WIB. Suyanto, S., Paidi, dan Iisih Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa.


(56)

57

Syaiful, Syatrianty A. 2012. Peran Conditioning Benih dalam Meningkatkan Daya Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Stres Kekeringan. Laporan Penelitian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Widelia, Putri. 2008. Fisiologi dan Pertumbuhan Cococr Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) di bawah Pengaruh Arah Medan Magnet yang

Bervariasi.(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Winandari, Ofi P., 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat (

Lycopersicum esculentum Mill.) di bawah pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda.(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang berbeda-beda berpengaruh secara signifikan terhadap persentase perkecambahan biji kacang hijau setelah 25 jam setelah perkecambahan.

2. Perlakuan lama pemaparan medan magnet 0,1 mT yang berbeda berpengaruh secara signifikan terhadap kecepatan pertumbuhan akar kecambah kacang hijau pada hari pertama dan keempat setelah perkecambahan.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dibuat dari hasil penelitian layak digunakan sebagai sumber belajar siswa SMP pada sub materi pertumbuhan tumbuhan.


(2)

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perlu ketelitian dan kesabaran selama penelitian , terutama dalam

menghitung jumlah biji yang berkecambah dan mengukur panjang akar kecambah kacang hijau.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) hasil penelitian ini hendaknya dapat dipakai oleh guru-guru SMP dalam membelajarkan IPA biologi pada materi pertumbuhan dan perkembangan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, M. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Agustrina, R. 2008. Perkecambahan dan Pertumbuhan Kecambah Leguminoceae di bawah Pengaruh Medan Magnet. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Aladjadjiyan, Ana, dan Teodora Ylieva. 2003. Influence of Stationary Magnetic

Field on the Early Stages of the Development of Tobacco Seeds (Nicotiana tabacum L.). Journal of Central European Agriculture.

Alfredo, S.G., Fransisco G.R., Yulexis P.F., dan Danilo D.P. 2013. Stimulation of Germination and Growth in Soybean Seeds by Stationary Magnetic Field Treatment. Departement of Plant Physiology and post-Haverst, Institute of Fundamental Reserches on Tropical Agriculture Alexander Von Humboldt. Cuba.

Alonso, M. dan Finn, E.D. 1992. Dasar-dasar Fisika Universitas. Jilid 2 Medan Magnet dan gelombang Edisi Ke 2. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Andrianto, T.T., dan Indarto, N. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogyakarta.

Anggraini, Widia. 2012. Isolasi dan karakterisasi Aktivitas Enzim Amilase pada Kecambah Kedelai Putih (Glycine max (L). Merill) dan Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) di Bawah Pengaruh Medan Magnet. (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Astawan, M. 2005. Kacang Hijau, Antioksidan yang Membantu Kesuburan Pria. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_kacanghijau.php. diakses tanggal 10 Oktober 2013, pukul 20.05 WIB.

Bilalis, Dimitrios J., et al. 2013. Magnetic Field Pre-sowing Treatment as an Organis Friendly Tecnique to Promote Plant Growth and Chemical Element Accumulation in Early Stages of Cotton. Australian Journal of Cop Science. Campbell, N.A., J.B. Reece., dan L.G. Mitchell. 2000. Biologi Jilid II. Penerbit


(4)

Dwidjosoeputro, D. 1978. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta. Esitken, A., dan Turan M. 2004. Alternating Magnetic Field Effects on Yield and

Plant Nutrient Element Composition of Strawberry (Fragaria x ananassa cv. Caramosa). Departement Holtikultura Ataturk University. Turkey. Gholami, A., Saeed S., dan Hamid A. 2010. Effect of Magnetic Field on Seed

Germination of Two Wheat Cultivars. World Academy of Science, Engeneering and Technology.

Giancoli, D.C. 1998. Fisika jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Handayani, T.T., dan Agustrina, R. 2010. Pengaruh Kuat Medan Magnet dan Imbibisi Biji pada Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max L. Merr.). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hasnunidah, Neni. 2011. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Herawati, Vera. 2008. Fisiologi dan Anatomi Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) di Sekitar Medan Magnet. (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Kordas, L. 2002. The Effect of Magnetic Field on Gwowth, development and the Yield of Spring Wheat. Departement of Soil Management and Plant

Cultivation Agricultural University. Poland.

Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues. In Water Deficit and Plant Gwowth. Vol III. Academic Press. New York.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT Remaja Posdakarya. Bandung. Morejon, L.P., J.C. Castro Paloco, Velazcuez Abad dan A.P. Govea. 2007.

Simulation of Pinus tropicalis M. Seeds by Magnetically Treated Water. International Agrophysics. Cuba.

Nagy, I.I., Georgescu, R., Balaceanu, L. dan Germence, S. 2005. Effects of Pulsed Variable Magnetic Field Over Plant Seed. Faculty of Medicine Victor Babes University. Romania.

Nurhayati. 2009. Pengaruh Arah Medan Magnet Terhadap Fisiologi dan Anatomi Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.). (Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Pertiwi, Ana. 2011. Pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet Terhadap Produktivitas Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Priyanto dan Harnoko. 1997. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Purwono, dan R. Hartono. 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rohmad, A., Purwadi S., dan Sriyanto. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi (EEK) serta

Kebencanaan sebagai Bahan Ajar Mata Pelajaran Geografi SMA/MA di Kabupaten Rembang. (Jurnal Penelitian). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Roniyus, M.S. 2005. Analisis Pengaruh Medan Listrik Terhadap Tingkat Penguapan Air. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Rukmana, Rahmat. 1997. Kacang Hijau, Budi Daya & Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Rusdiana, Omo. Yahya F., Cecep K., dan Yayat H. 2000. Respon Pertumbuhan Akar Tanaman Sengon terhadap Kepadatan dan Kandungan Air Tanah Podsolik Merah Kuning. Jurnal Manajemen Hutan Tropika.

Salisburry and C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung. Sitompul, S.M., dan Guritno, B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Penerbit

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soedojo, P. 2000. Azas-azas Ilmu Fisika. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soltani F., A. Kashi, dan M. Arghavani. 2006. Effect of Magnetic Field on Ocimum basilicum Seed Germination and Seedling Growth.

Http://www.actahort.org/member/showpdf?booknrarnr=723_37. Diakses tanggal 10 Oktober 2013, Pukul 12.30 WIB.

Suarni, dan R. Patong. 2007. Potensi kecambah Kacang hijau Sebagai Sumber

Enzim α-Amilase (Jurnal penelitian). Universitas Hasanuddin. Makassar. Susanto, Abdi. 2010. 11 Resep Kacang Hijau untuk Kesembuhan.

Http://health.kompas.com/read/2010/10/28/1510181/11.resep.kacang.hijau. untuk.kesembuhan. diakses tanggal 10 Oktober 2013, Pukul 12.30 WIB. Suyanto, S., Paidi, dan Iisih Wilujeng. 2011. Lembar Kerja Siswa.


(6)

Syaiful, Syatrianty A. 2012. Peran Conditioning Benih dalam Meningkatkan Daya Adaptasi Tanaman Kedelai Terhadap Stres Kekeringan. Laporan Penelitian. Universitas Hasanuddin. Makassar.

Widelia, Putri. 2008. Fisiologi dan Pertumbuhan Cococr Bebek (Kalanchoe pinnata Pers.) di bawah Pengaruh Arah Medan Magnet yang

Bervariasi.(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung. Winandari, Ofi P., 2011. Perkecambahan dan Pertumbuhan Tomat (

Lycopersicum esculentum Mill.) di bawah pengaruh Lama Pemaparan Medan Magnet yang Berbeda.(Skripsi). FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung.