3. Ndulpak Endospermum diadenum Miq.
Tumbuhan ini digunakan masyarakat sebagai obat bisul dan kudis. Bagian daun dari tanaman ini diambil dan ditumbuk halus dan dioleskan di sekeliling
bisul dan kudis. Ciri daun yang berbentuk mirip hati menjadi ciri tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Ndulpak Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Alkaloid dan Saponin. Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun delta deltoideus, pangkal daun rompang truncatus, tepi
daun rata entire, ujung daun meruncing acuminatus, permukaan daun licin laevis, pertulangan daun
menyirippenninervis. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji
: Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe akar maka jenis bijinya merupakan biji
berkeping duadikotil. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
Universitas Sumatera Utara
4. Sukul-sukul Macaranga depressa Mull.Arg. Tumbuhan ini berasal dari keluarga macaranga. Tumbuhan ini dapat tumbuh
dengan tinggi hingga 4 m. Bentuk daun menjari tiga dan warna pucuknya yang kemerahan menjadi ciri khasnya dapat dilihat dalam gambar 7.
Gambar 7. Sukul-sukul Kandungan kimia
: Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, pangkal daun
membulat oblique, tepi daun bergerigi palmatifid, ujung daun runcingacutus, permukaan daun licin
laevis, pertulangan daun menjari Palmately netted. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji
: Biji tanaman tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari bentuk daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan
ini merupakan tipe biji berkeping duadikotil. Bunga
: Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe akar tunggang.
Universitas Sumatera Utara
5. Mbetung Ficus grossularioides Burm.f. Tumbuhan ini merupakan pohon yang dapat tumbuh hingga ketinggian
10 m. Pohon ini memiliki getah dan pada bagian kuncupnya memiliki stipulate yang berfungsi melindungi pucuk muda.Daunnya sering dimanfaatkan masyarakat
setempat sebagai pembungkus tapai dan kulitnya juga digunakan sebagai obat sakit perut. Gambar Mbetung dapat dilihat dalam gambar 8.
8
Gambar 8. Mbetung Kandungan kimia
: Kandungan kimi yang terkandung dalam Tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan,
Saponin. Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal,bangun daun oval ovali, pangkal daun berlekuk emargintus, pinggir
daun bergerigi halus serratus,ujung daun meruncing acuminatus,
permukan daun suram
Universitas Sumatera Utara
opacus,pertulangan daun menyirip penninervis,bagian bawah daun berwarna putih keperakan.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
Biji : Biji tumbuhan ini tidak ditemukan pada saat
diidentifikasi. Dari jenis daun dan perakarannya maka tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
duadikotil. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran tunggang
6. Uak-uak Ficus sp. Tumbuhan ini memiliki ciri khas dengan pucuk daun berwarna coklat
kemerahan. Pucuk ini kemudian berangsur berubah menjadi hijau, dapat dilihat dalam gambar 9.
Gambar 9. Uak-uak
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Alkaloid. Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset lanseolatus, pangkal daun runcing acuminatus, tepi
daun beringgit Crenatus, ujung daun mengekor caudatus, permukaan daun gunndul glaber,
pertulangan daun menyirip penninervis. Warna daun muda kuning kemerahan dan berangsur berubah menjadi
warna hijau. Bunga
: Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini
adalah tipe biji berkeping duadikotil. Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
7. Silawir buluh Scheflera sp. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan perdu yang dapat tumbuh hingga
hingga 2,5 meter memiliki aroma mint yang menyengat. Tumbuhan ini sering digunakan penduduk setempat sebagai campuran kuning atau obat param. Daun
tumbuhan ini bergerigi halus pada bagian pinggirnya dengan jumlah anak daun 5 hingga 7 anak daun. Batang tumbuhan ini juga terlihat berbuku-buku. Gambar
Silawir buluh dapat dilihat pada gambar 10.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 10. Silawir buluh Kandungan kimia
: Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini adalah golongan Terpen, Alkaloid dan golongan
Saponin. Daun
: Tata daun alternate, daun majemuk menjari palmatus, anak daun memiliki jumlah yang bervariasi anatara lima
dan tujuh, bangun daun bulat memanjang oblongus, ujung daun meruncing aristate, pangkal daun
membulat oblique, pinggir daun begerigi halus serratus, permukaan daun gundul glaber, pertulangan
daun menyirip penninervis. Bunga
: Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Berdasarkan tipe daun dan tipe perakaran maka tipe biji tumbuhan ini
merupakan tipe biji berkeping gandadikotil.
Universitas Sumatera Utara
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran
tunggang. 8. Rancang daluna Rubia sp.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan bawah. Memiliki batang yang berbuku-buku dan buah terdapat pada ujung batang. Daun juga bergerigi pada
bagian pinggirnya, dapat dilihat pada gambar 11.
Gambar 11. Rancang daluna Kandungan kimia
: Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid dan Saponin.
Daun : Tata daun decusate, daun tunggal, bangun daun lanset
lanseolatus, pangkal daun meruncing acutus, tepi daun bergerigi kasar serraatus. ujung daun meruncing
acutus, permukaan daun gundul glaber pertulangan daun menyirip penninervis.
Universitas Sumatera Utara
Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
dua. Bunga
: Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi. Akar
: Tipe perakarannya adalah tipe perakaran tunggang. 9. Ingul kerangen Smecarpus sp.
Penamaan tumbuhan ini oleh masayarakat setempat mirip dengan suren yang nama lokalnya adalah ingul. Tumbuhan ini memiliki bentuk dan warna daun
yang mirip dengan pohon suren dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Ingul kerangen Kandungan kimia
: Kandungan kimia tumbuhan ini adalah kandungan kimia yang berasal dari golongan Terpen dan Flavonoid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun lanset
lanseolatus, pangkal daun duduk sessile, tepi daun bergerigi serratus,
ujung daun runcing
Universitas Sumatera Utara
acuminatus,permukaan daun licin laevis, pertulangan daun menyirip penninervis.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari Tipe
daun dan tipe perakaran maka tipe biji merupakan tipe biji berkeping duadikotil.
Akar : Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perkaran
tunggang. 10. Takur-takur ratah Nephenthes reinwardtiana
Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air didalam kantung di teteskan ke mata yang sakit. Daun tumbuhan ini
memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung, dapat dilihat pada gambar 13.
Gambar 13. Takur-takur ratah
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid dan Saponin. Daun
: Tata daun alternate, bangun daun lanset lanseolatus, daun tunggal, pangkal daun duduk sessile, tepi daun
rata entire, ujung daun berpiala, permukaan daun licin laevis, pertulangan daun sejajar recctinervis,
pialanya berwana hijau dengan sedikit warna kecoklatan dengan ukuran tinggi 4-6 cm.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi. Berdasarkan tipe
daun dan tipe akar, biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping tunggalmonokotil.
Akar : Tipe perakarannya merupakann akar serabut.
11. Gujera Mahonia aquifolium Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan bawah yang dapat tumbuh 1
hingga 2 meter. Tumbuhan ini memiliki duri pada bagian pinggir daunnya, dapat dilihat pada gambar 14.
Gambar 14. Gujera
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung adalah golongan Terpen dan Saponin.
Daun : Tata daun oposite, daun majemuk menyirip gasal
imparipinatus, pangkal anak daun menempelduduk pada tangkai daun sessilis,tepi daun berdurispinose, ujung
daun meruncing berduri spinose, bagian permukaan daun mengkilat nitidus, daun bertulang menyirip.
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat diidentifikasi, berdasarkan tipe
daun dan tipe akar yang merupakan akar tunggang maka tumbuhan ini termasuk biji berkeping ganda atau dikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
12. Tabar-tabar Pseuderanthemum sp.
Gambar 15. Tabar-tabar
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia tumbuhan ini adalah senyawa kimia
yang dari golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin. Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun membulat ovatus, pangkal daun membulat
rotundatus, pingir daun rata entire, ujung daun meruncing acuminatus, permukaan daun gundul
glaber, pertulangan daun menyirip penninervis. Bunga
: Letak bunga pada ujung flos terminalis, berbunga banyak multiflora, bunga majemuk, warna bunga
merah jambu. Biji
: Biji tidak ditemukan pada saat diidentifikasi Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini adalah tipe perakaran tunggang.
13. Sanggubuh Licania splendens Korth. Tumbuhan ini merupakan jenis pohon yang tumbuh pada daerah yang
tinggi pada lokasi penelitian. Buahnya berwarna kuning kemerahan dan berangsur-angsur berubah menjadi warna hitam dapat dilihat pada gambar 16.
Gambar 16. Sanggubuh
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini
adalah golongan Flavonoid, Terpen dan Saponin. Daun
: Tata daun alternate , daun tunggal, bangun daun lanset lanseolatus, pangkal daun merruncing acutus,
pinggir daun beringgit crenatus, ujung daun runcing acutus, permukaan daun berlapis lilin pruinosus,
pertulangan daun menyirip penninervis. Bunga
: Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi. Biji
: Tipe biji tumbuhan ini adalah tipe biji berkeping duadikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
14. Kalincayo Angelesia splendens
Korth.
Tumbuhan ini memiliki aroma khas mirip aroma minyak angin. Tumbuhan ini sering digunakan masyarakat sebagi campuran kuning atau obat luar param
dan juga digunakan sebagaicampuran minyak urut tradisional tumbuhan ini memiliki buah berwarna hijau kemerahan, dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Kalincayo Kandungan kimia
: Kandungan kimia yang terkandung adalah senyawa Terpen, Alkaloid serta senyawa golongan Saponin.
Universitas Sumatera Utara
Daun : Tata daun alternate, berdaun tunggal, bentuk daun bulat
telur ovali, ujung daun runcing acutus, pangkal daun membulat roundedcordate, tepi daun rata entire,
permukaan daun gundul glaber, pertulangan daun menyirp penninervis.
Bunga : Tidak ada bunga yang ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Tergolong grup tumbuhan biji berkeping duadikotil.
Akar : Tipe perakaran tunggang.
15. Bedi-bedi Callicarpa dichotoma Masyarakat setempat menyebut tumbuhan ini dengan nama bedi-bedi,
dapat tumbuh pada daerah dengan kelembaban sedang dan basah memiliki ciri buah berwarna ungu. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan ketinggian 1 hingga 2
meter.Buah dari tumbuhan ini juga sering dijadikan makanan oleh burung. Buah tumbuh dari ketiak daun baru, buah biasanya berada di sepanjang dahan di
setiapketiak daun baru pada tumbuhan yang sudah dewas, dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18. Bedi-bedi Kandungan kimia
: Kandungan kimia tanaman ini berasal dari golongan Flavonoid, Terpen, Alkaloid, dan Saponin.
Universitas Sumatera Utara
Daun : Tata daun oposite, daun majemuk, bangun daun
lansetlanseolatus, pangkal daun duduk sessile, pinggir daun berberigi serrastus, ujung daun sungut
aristatus, permukaan daun berbulu halus villosus, pertulangan daun menyirip penninervis,
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Tipe biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
gandadikotil. Akar
: Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran tunggang 16. Silantam ruhi Dysoxylum rugulosum King.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 18 m dengan diameter 39 cm dbh. Tumbuh hingga ketinggian 2200 mdpl. Tumbuhan ini juga dapat tumbuh
pada lereng bukit dan pegunungan dan juga pada sekitar daerah aliran sungai. Dapat tumbuh pada tanah berpasir dan juga tanah berliat. Tumbuhan ini
ditemukan di daerah Peninsular Malaysia, Sumatera dan Kalimantan. Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 19.
Gambar 19. Silantam ruhi
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkandung dalamn tumbuhan ini
adalah golongan Terpen, Alkaloid dan Saponin Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval ovali, pangkal daun runcing acutus, ujung daun
meruncing acumiatus dan pinggir daun
rata entire.Pertulangan daun menyirip penninervis.
Bunga : Letak bunga pada ketiak daun flos lateris,bunga
majemuk, berbunga banyak multiflora, warna bunga merah muda.
Biji : Biji tumbuhan ini merupakan tipe biji berkeping
duadikotil Akar
: Tipe perakaran tumbuhan ini merupakan tipe perakaran tunggang.
17. Cep-cepen Saurauia maderensis B.T Keller dan D.E.Breedlove Tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang buahnya sering dimakan oleh
masyarakat. Lendir pada kambiumnya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai obat anti belatung pada luka di bagian tubuh manusia atau hewan.
Gambar tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20. Cep-cepen
Universitas Sumatera Utara
Kandungan kimia : Kandungan kimia yang terkadung dalam tumbuhan ini
adalah golongan Terpen dan Alkaloid. Daun
: Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun oval ovalis, pangkal daun membulat rotundatus, tepi daun
bergerigi halus serratus, ujung daun meruncing mucronatus,permukaan daun berbulu halus pilosus,
pertulangan daun menyirip penninervis, daun mudapucuk berwarna merah.
Bunga : Bunga tidak ditemukan pada saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan pada saat identifikasi. Dari tipe akar
dan tipe daun maka tipe biji tumbuhan ini adalah biji berkeping dua.
Akar : Tipe perakaran adalah akar tunggang.
Universitas Sumatera Utara
Tingkat Keanekaragaman Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Simancik II ada tujuh belas jenis tumbuhan. Data analisis tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 2.
Tabel 2. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun tumbuhan bawah di Hutan Lindung Simancik II
Jenis tumbuhan
K indha
KR F
FR INP
H
Tedek-tedek 400
1,88 0,08
4,32 6,20
Takur-takur gara 120
0,56 0,04
2,16 2,73
Ndulpak 2660
12,48 0,33
17,84 30,31
Sukul-sukul 3040
14,26 0,27
14,59 28,85
Silawir buluh 3000
14,07 0,19
10,27 24,34
Rancang daluna 1480
6,94 0,18
9,73 16,67
Takur-takur ratah 200
0,94 0,12
6,49 7,42
Gujera 440
2,06 0,11
5,95 8,01
Tabar-tabar 1740
8,16 0,2
10,81 18,97
Kalincayo 6840
32,08 0,24
12,97 45,06
Bedi-bedi 1400
6,57 0,09
4,86 11,43
1,97 Total
21320 100
1,85 100
200 1,97
Tabel 3. Hasil analisis vegetasi tumbuhan beracun semai pohon di Hutan Lindung Simancik II
Jenis tumbuhan
K indha
KR F
FR INP
H
Mbetung 2260
28,75 0,31
32,63 61,38
Silantam ruhi 2280
29,01 0,19
20,00 49,01
Uak-uak 140
1,78 0,04
4,21 5,99
Ingul kerangen 420
5,34 0,17
17,89 23,24
Sanggubuh 160
2,04 0,05
5,26 7,30
Cep-cepen 2600
33,08 0,19
20,00 53,08
1,39 Total
7860 100
0,95 100
200 1,39
Jenis Kalincayo merupakan jenis dengan nilai KR yang paling tinggi dari golongan tumbuhan bawah yaitu 32,08 ditunjukkan pada tabel 2 dan jenis Cep-
cepen dari golongan semai pohon yaitu 33,08 pada tabel 3.Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Kalincayo dan Cep-cepen banyak tumbuh di Hutan
Lindung Simancik II. Sedangkan nilai KR terendah adalah pada jenis Takur-takur gara dengan nilai sebesar 0,41 dari golongan tumbuhan bawah dan jenis Uak-
uak sebesar 1,78 dari golongan semai pohon. Beragamnya nilai KR dapat
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh kondisi hutan yang memiliki beragam kondisi lingkungan dan kemampuan beradaptasi tumbuhan. Sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu
beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut
cenderung tersebar luas Loveless,1989. Frekuensi relatif FRyang paling tinggi terdapat pada jenis Ndulpak yaitu
17,84 dari golongan tumbuha bawah dan jenis Mbetung yaitu 32,63 dari golongan semai pohon yang menjukkan bahwa jenis ini adalah jenis yang
penyebarannya paling luas. Frekuensi jenis ndulpak terdapat banyak pada petak contoh yaitu terdapat pada 28 petak contoh. Sedangkan frekuensi relatif yang
paling kecil terdapat pada jenis Takur-takur gara yaitu sebesar 2,16 dan hanya terdapat pada 3 petak contoh. Nilai ini menunjukkan bahwa jenis Takur-takur gara
hanya tumbuh sedikit pada lokasi penelitian.Frekuensi kehadiran sering dinyatakan dengan konstansi. Suin 2002 menyatakan bahwa konstansi atau
frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokkan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental frekuensi 0-25, jenis aksesori 25- 50, jenis konstan 50-
75, dan jenis absolut di atas 75. Data dalam tabel 2 menunjukkan bahwa 16 jenis tumbuhan beracun yang ditemukan pada di Hutan Lindung SimancikII
tergolong ke dalam kategori jenis aksidental dan satu jenis yaitu jenis Mbetung termasuk kedalam jenis aksesori yaitu 32,63. Jenis tumbuhan ini hanya
menyebar terbatas pada daerah daerah tempat tumbuhnya. Indeks Nilai Penting INP tertinggi yang ditunjukkan pada tabel 2 adalah
jenis Kalincayo yaitu 45,06 dan pada tabel 3 jenis Mbetung 61,38. Besarnya nilai ini menujukkan kepentingan jenis tumbuhan dan peranannya terhadap
Universitas Sumatera Utara
komunitasnya. Jenis Kalincayo dan Mbetung yang memiliki INP paling tinggi menunjukkan bahwa jenis ini berperan penting dalam komunitasnya.
Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner H` menurut Indriyanto 2006 tumbuhan beracun di Hutan Lindung Simancik II yang ditunjukkan pada tabel 2
adalah sebesar 1,97 dan pada tabel 3 sebesar1,39. Nilai ini menujukkan bahwa keragaman tumbuhan beracun pada transek sedang melimpah dimana Indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener H’ dengan H’ lebih besar dari 1dan lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek sedang
melimpah.
Pengujian Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Sibayak I
Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada tumbuhan sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh tumbuhan ada 4 golongan yang
umum diuji yaitu senyawa tanin, terpen, alkaloid dan saponin. Data hasil pengujian fitokimia tumbuhan beracun dapat ditunjukkan dalam tabel 4.
Universitas Sumatera Utara
Tabel4. Data Hasil Uji Fitokimia Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II Jenis Tumbuhan
Fenolik FlavonoidTanin
TerpenSteroid Alkaloid
Saponin FeCl
3
CeSo
4
Bouchardad Wagner
Meyer Dragendrof
Tedek-tedek +++
- ++
- -
- -
Takur-takur gara ++++
- -
- -
- ++
Ndulpak -
- ++
- -
- -
Sukul-sukul +
- ++
++ -
- ++++
Mbetung +++
+++ +++
- -
+++ +++
Uak-uak -
- -
- -
+++ -
Silawir buluh -
++ ++
- -
- +++
Rancang daluna ++++
+++ ++++
- -
- ++++
Ingul kerangen ++++
+++ ++
- -
++ ++
Takur-takur ratah +++++
- -
- -
- -
Gujera -
++++ -
- -
- ++
Tabar-tabar -
- -
- -
+++ ++
Sanggubuh ++++
++++ +++
- -
- +++++
Kalincayo +++++
+++++ -
- -
- ++
Bedi-bedi ++
+++++ -
- -
- -
Silantam ruhi -
++++ +++
- -
- ++
Cep-cepen -
+++ +++
- -
- -
Keterangan: CeSo
4
Bouchardart : KI + Aquadest + Iodium Wagner : KI + Aquadest + Iodium
Maeyer : HgCl
2
+ Aquadest + KI Dragendorff : BiNO
3
+ HNO
3
+ KI + Aquades + : Cukup reaktif terhadap pereaksi
+++ : Reaktif terhadap pereaksi +++++ : Sangat reaktif terhadap pereaksi
- : Bereaksi negatif terhadap pereaksi tidak mengandung senyawa metabolit sekunder
45
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas Tanin dan Flavonoid
Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri, dan
anti oksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang sangat kompleks, terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisahkan dan sukar mengkristal,
mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut Desmiaty et al., 2008
Senyawa Tanin dan Flavonoid adalah senyawa turunan fenolik. Struktur senyawa fenolik salah satu gugus pembentuknya adalah senyawa Tanin atau
Flavonoid. Fungsi aktivitas senyawa Tanin menurut Goldstein dan Swain 1965 adalah sebagai penghambat enzim hama. Fungsi aktivitas senyawa Flavonoid
adalah sebagai antimikroba Leo et al, 2004, antibakteri Schütz et al, 1995 dan antifungi Tahara et al., 1994.
Pengujian Tanin dan Flavonoid menggunakan pereaksi FeCl
3
. Kandungan Tanin yang terkandung dalam tumbuhan bereaksi dengan FeCl
3
ditandai dengan munculnya perubahan warna menjadi hitam. Berdasarkan dari data hasil
pengujian pada tabel4, Tumbuhan Tedek-tedek, Takur takur, Sukul-sukul, Mbetung, Rancang daluna, Ingul kerangen, Takur-takur ratah, Sanggubuh,
Kalincayo, dan Bedi-bedi mengandung Tanin karena pada saat direaksikan berubah menjadi hitam. Tumbuhan yang mengandung Tanin paling tinggi adalah
jenis Takur-takur ratah dan Kalincayo, dan kandungan Tanin paling rendah adalah jenis Sukul-sukul. Sampel yang mengandung senyawa golongan Tanin merupakan
jenis-jenis yang berpotensi sebagai pestisida.
Universitas Sumatera Utara
Aktivitas Terpen
Terpen adalah suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah serta vakuola selnya. Modifikasi
dari senyawa golongan Terpen, yaitu terpenoid, merupakan metabolit sekunder tumbuhan. Selain telah ditemukannya kamper melalui peneltian mengenai Terpen,
telah banyak juga ditemukan bahan aktif ideal sebagai pestisida alami. Fungsi aktivitas senyawa Terpen adalah sebagai antibakteri Wang et al., 1997, antivirus
Nakatani et al., 2002, pestisida dan insektisida Ragasa et al., 1997; Siddiqui et al., 2002.
Pereaksi yang digunakan dalam pengujian Terpen adalah Lieberman- Bouchard dan CeSO
4
. Kandungan Terpen pada tumbuhan ditandai dengan munculnya warna cokelat kemerahan saat sampel tanaman direaksikan dengan
senyawa pereaksi CeSO
4
. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4, tumbuhan yang mengandung Terpen adalah Kalincayo, Bedi-bedi, Sanggubuh,
Silantam ruhi, Gujera, Rancang daluna, Ingul kerangen, Mbetung, Cep-cepen, dan Mbetung. Jenis-jenis tubuhan ini berpotensisebagai biopestisida karena senyawa
tanin yang dikandungnya.
Aktivitas Alkaloid
Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan banyak terdapat pada tumbuhan. Fungsi Alkaloid
yang dikenal sebagian besar terkait pada sistem perlindungan, misalnya senyawa aporphine alkaloid liriodenine dihasilkan oleh pohon tulip untuk melindunginya
dari serangan jamur parasit dan senyawa Alkaloid lainnya pada tumbuhan tertentu untuk mencegah serangga memakan bagian tubuh tumbuhan. Fungsi aktivitas
Universitas Sumatera Utara
senyawa Alkaloid menurut Atta-ur-Rahman et al 1997 adalah sebagai antibakteri dan antifungi.Pereaksi dalam pengujian alkaloid adalah Bouchardart,
Wagner, Maeyer dan Dragendorff. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan Alkaloid ditandai dengan munculnya endapan berwarna coklat saat sampel
tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Bouchard serta Wagner, endapan berwarna putih saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi
Maeyer dan endapan berwarna merah bata saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi Dragendorff. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada
tabel 4, tumbuhan jenis Tedek-tedek, Ndulpak, Silawir buluh, Rancang daluna, Sanggubuh, Silantam ruhi, dan Cep-cepen bereaksi dengan pereaksi Bouchardat.
Tanaman jenis mbetung dan Ingul kerangen bereaksi dengan pereaksi Bouchardart dan pereaksi Dragendrof. Tumbuhan jenis Tabar-tabar bereaksi dengan pereaksi
Dragendrof. Tanaman jenis Sukul-sukul bereaksi dengan pereaksi Wagner. Jenis tanam tersebut semuanya mengandung senyawa Alkaloid dengan konsentrasi
yang berbeda. Jenis tanaman yang mengandung golongan Alkaloid merupakan jenis-jenis yang berpotensi sebagai insektisida ataupun fungisida.
Aktivitas Saponin
Saponin adalah sebuah kelas senyawa kimia, salah satu dari banyak metabolit sekunder yang dapat ditemukan di sumber-sumber alam, ditemukan
berlimpah dalam berbagai jenis tumbuhan. Senyawa ini bersifat amfipatik, disusun oleh satu atau lebih gugus glikosida hidrofilik yang dikombinasikan
dengan turunan triterpen lipofilik dan menghasilkan buih saat diguncang dalam larutan air. Saponin yang umumnya larut dalam air beracun bagi ikan dan
kebanyakan jenis tumbuhan beracun mematikan mengandung racun golongan
Universitas Sumatera Utara
senyawa Saponin. Hostettmann dan Marston 1995 mengatakan bahwa fungsi aktivitas senyawa Saponin adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri,
antivirus, piscisida, molluscisida dan insektisida. Pereaksi dalam pengujian saponin adalah HCl 10. Uji skrining
menunjukkan adanya kandungan Saponin ditandai dengan munculnya buih permanen saat sampel tanaman dicampur dan diguncangkan bersama dengan
senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada tabel 4, tumbuhan jenis Takur-takur gara, Sukul-sukul, Mbetung, Silawir buluh, Rancang daluna,
Ingul kerangen, Gujera, Tabar-tabar, Sanggubuh, Kalincayo, dan Silantam ruhimengandung senyawa golongan Saponin maka semua jenis ini berpotensi
sebagai pestisida.
Manfaat Potensial Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Data hasil pengujian pada tabel 4 menunjukkan bahwa semua jenis tanaman racun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik II berpotensi sebagai
pestisida, insektisida ataupun fungisida tetapi belum dapat ditentukan sasaran hama secara spesifik.Kandungan metabolit sekunder tumbuhan beracun dengan
konsentrasi atau kadar yang tinggi serta kandungan metabolit sekunder yang lebih lengkap memiliki potensi yang lebih besar dibanding dengan tumbuhan beracun
dengan kadar metabolit skunder yang rendah serta kandungan metabolit yang tidak lengkap.
Kandungan metabolit sekunder yang kompleks dan kadar yang tinggi terdapat pada tumbuhan jenis Sanggubuh, Rancang daluna dan Ingul kerangen.
Jenis Sukul-sukul juga memiliki kandungan metabolit skunder yang kompleks tetapi kandungan Flavonoidnya rendah. Kandungan Flavonoid paling tinggi
Universitas Sumatera Utara
terkandung pada jenis Kalincayo dan Takur-takur ratah yaitu positif 5. Jenis rancang daluna memiliki kandungan Alkaloid yag paling tinggi yaitu postif 4,
sedangkan kandungan Saponin paling tinggi terdapat pada jenis sanggubuh yaitu positif 5. Keenam jenis tumbuhan ini adalah yang paling berpotensi sebagai
pestisida baik insektisida ataupun fungisida. Tumbuhan jenis Takur-takur gara juga memiliki kandungan Flavonoid
yang tinggi yaitu positif empat dan jenis Mbetung dan Tedek-tedek memiliki kandungan Flavonoid yang reaktif yaitu positif tiga. Ketiga jenis tumbuhan ini
juga memiliki postensi yang besar sebagai biopestisida jika dilihat dari kandungan flavoidnya. Jenis tumbuhan Bedi-bedi dan Sukul-sukul juga mempunyai
kandungan Flavonoid namun memiliki kadar yang rendah tetapi tetap memiliki potensi sebagai biopestisida walupun lebih kecil potensinya daripada jenis
tanaman lain yang memiliki kandungan Flavonoid dengan kadar yang lebih tinggi. Tumbuhan yang mengandung Saponin yang tinggi selain tumbuhan berpotensi
lainnya yang diatas adalah jenis Silawir buluh yaitu positif tiga yang berarti reaktif terhadap pereaksi. Sebelas jenis tumbuhan beracun yang ditemukan
mengandung Saponin, dan enam jenis lainnya tidak mengandung Saponin. Kandungan Saponin yang memiliki kadar paling tinggi terdapat pada jenis
Sanggubuh, Rancang daluna dan Sukul-sukul. Kandungan Saponin dengan kadar paling rendah terdapat pada tumbuhan jenis Takur-takur gara, Ingul kerangen,
Gujera, Tabar-tabar, Kalincayo, dan Silantam ruhi. Semua jenis tersebut memiliki kadar Saponin positif dua. Semua jenis ini berpotensi menjadi biopestisida.
Kandungan Alkaloid yang paling tinggi terdapat pada jenis Rancang daluna dengan pereaksi Bouchardard. Sepuluh jenis tumbuhan berekasi dengan
Universitas Sumatera Utara
pereaksi Bouchardad, satu jenis dengan pereaksi Bouchardard dan Wagner, dua jenis berekasi dengan pereaksi Bouchardad dan Dragendrof, dua jenis berekasi
dengan pereaksi Dragendrof saja. Jumlah tumbuhan beracun yang mengandung alkaloid ada 12 jenis dan ini menandakan bahwa keduabelas jenis ini memiliki
potensi sebagai biopestisida walaupun potensinya berbeda-beda. Jenis-jenis tumbuhan beracun yang diteliti masih memiliki manfaat potensi
lainnya seperti Takur-takur ratah dan Takur-takur gara sebagai obat mata. Jenis Cep-cepen sebagai obat anti belatung pada luka di bagian tubuh manusia atau
hewan. Cep-cepen juga sudah diteliti sebagai obat kanker. Ndulpak sebagai obat bisul dan kudis. Daun Mbetung juga digunakan sebagai pembungkus makan tapai.
Kulit Mbetung yang di haluskan dan dicampur dengan gula aren digunakan sebagai obat sakit perut
Potensi Pengembangan Budidaya Tumbuhan Beracun di Hutan Lindung Simancik II
Data yang diperoleh dalamtabel 2dan tabel 3 menunjukkan bahwa semua jenis tumbuhan beracun yang ditemukan di Hutan Lindung Simancik II
menunjukkan daya sebar yang rendah. Hal ini mengasumsikan bahwa tumbuhan tersebut dapat tumbuh baik pada lokasi tumbuh yang sesuai dan kondisi yang
mendukung saja. Jenis Kalincayo, Bedi-bedi, Tedek-tedek dan Takur takur gara hanya di
temukan pada lokasi yang tidak memiliki naungan atau terbuka. Hal ini kemungkinan dikarenakan jenis tumbuhan ini membutuhkan sinar matahari
dengan jumlah yang cukup agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.Jenis kalincayo ditemukan cukup banyak pada lokasi petak contoh awal. Lokasi petak
Universitas Sumatera Utara
contoh ini berada pada lokasi yang terbuka. Hal ini menujukkan bahwa jenis Kalincayo memiliki kemungkinan besar mudah untuk dibudidayakan karena
jumlahnya yang cukup banyak serta kondisi tempat tumbuh yang kurang subur mengindikasikan jenis ini sangat adaptif, dengan tingkat kerapatan tertinggi dan
tingkat frekuensi terdominan dibandingkan jenis tumbuhan beracun lainnya yang diteliti. Selain itu tumbuhan ini mengandung tanin yang sangat tinggi dan
memiliki kandungan saponin juga, sehingga peluang jenis ini cukup besar bila dijadikan sebagai sumber biopestisida .
Jenis Mbetung merupakan jenisdengan hasil uji skrining kompleks dengan konsentrasi metabolit skunder yang cukup tinggi. Kerapatan dan frekuensinya
cukup rendah, namun jenis ini cukup berpeluang dibudidayakan sebagai sumber biopestisida karena kandungan metabolit sekundernya yang kompleks. Tumbuhan
jenis Mbetung jika dibandingkan dengan jenis Sanggubuh memiliki kandungan metabolit yang sama kopleksnya namun konsentrasi kandungan sanggubuh jauh
lebih tinggi. Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah Mbetung yang ditemukan lebih banyak daripada jenis Sanggubuh. Hal ini mengindikasikan
bahwa Mbetung lebih mudah dibudidayakan. Namun dari kandungan metabolitnya, tumbuhan jenis Sanggubuh memiliki peluang yang lebih besar
sebagai sumber berbagai macam biopestisida karena konsentrasi metabolit sekundernya yang lebih tinggi.
Jenis Rancang daluna merupakan jenis yang memiliki kandungan metabolit sekunder yang kompleks dan kosentrasi yang tinggi untuk semua jenis
metabolitnya. Jenis ini memiliki peluang yang besar sebagai sumber biopestisida yang beragam. Tabel 2 menujukkan bahwa jenis Rancang daluna memiliki
Universitas Sumatera Utara
kerapatan dan ferekuensi yang rendah. Membudidayakan jenis ini kemungkinan tidak mudah jika dilihat dari data pada tabel 2, namun jika dilihat dari kandungan
metabolit sekundernya Rancang daluna sangat layak untuk dibudidayakan sebagai sumber biopestisida.
Jenis Takur-takur gara dan Takur-takur ratah merupakan keluarga Nephentes. Kedua jenis ini memiliki kandungan tanin yang tinggi namun Takur
takur gara mengandung Saponin dengan kadar yang rendah sedangkan Takur- takur ratah tidak mengandung Saponin. Kedua jenis ini berpeluang besar sebagai
sumber biopestisida namun jika dilihat dari penyebarannya yang sangat rendah dan jumlah yang ditemukan sangat sedikit mengindikasikan bahwa jenis ini sulit
untuk dibudidayakan walaupun tidak menutup kemungkinannya.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Eksplorasi tumbuhan beracun yang telah dilakukan di Hutan Lindung
Simancik II mendapatkan tujuh belas jenis tumbuhan beracun. Tumbuhan tersebut adalah Tedek-tedek Euphorbia sp, Takur-takur
gara Nephentes Tobaica, Ndulpak Endospermum diadenum Miq., Sukul-sukul Macaranga depressa Mull.Arg., MbetungFicus
grossularioides Burm.f., Uak-uak Ficus sp, Silawir buluh Scheflera sp, Rancang daluna Rubia sp, Ingul kerangen Smecarpus sp,
Takur-takur ratah Nepenthes reinwardtiana, Gujera Mahonia aquifolium, Tabar-tabar Pseuderanthemum sp, Sanggubuh Licania
splendensKorth., Kalincayo Angelesia slendens Korth., Bedi-bedi Callicarpa dichotoma, Silantam ruhi Dysoxilum roulosum King.,
Cep-cepen Saurauia maderensis B.T Keller D.E.Breedlove .
2. Kandungan metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan
beracun yang diteliti antara lain adalah Tanin terkandung dengan pada tumbuhan jenis Takur-takur ratah dan Kalincayo dengan konsentrasi
+5. Jenis Takur-takur gara, Rancang daluna, Ingul kerangen dan Sanggubuh dengan konsentrasi +4. Jenis Tedek-tedek dan Mbetung
dengan konsentrasi +3. Jenis Bedi-bedi dengan konsentrasi +2 dan Mbentung dengan konsentrasi +1. Alkaloid terkandung pada jenis
Rancang daluna dengan konsentrasi +4. Jenis Mbetung, Sanggubuh, Uak-uak, Tabar-tabar,Silantam ruhi, dan Cep-cepen dengan kandungan
konsentrasi +3. Jenis Tedek-tedek, Ndulpak, Sukul-sukul, Silawir
54
Universitas Sumatera Utara
buluh, dan Ingul kerangen dengan konsentrasi +2. Saponin terkandung pada jenis sanggubuh dengan konsentrasi +5. Jenis Sukul-sukul dan
Rancang daluna dengan konsentrasi +4. Jenis Mbetung dan Silawir buluh dengan konsentrasi +3. Jenis Takur-takur gara, Ingul kerangen,
Gujera, Tabar-tabar, Kalincayo, dan Silantam ruhi dengan konsentrasi +2. Terpen terkandung pada jenis Bedi-bedi dan Kalincayo dengan
konsentrasi +5. Jenis Silantam ruhi, Sanggubuh, Gujera dengan konsentrasi +4. Jenis Cep-cepen, Rancang daluna, ingul kerangen, dan
Mbetung dengan konsentrasi +3. Jenis Silawir buluh dengan konsentrasi +2.
3. Tumbuhan yang mengandung metabolit sekunder kompleks adalah
jenis Sanggubuh, Rancang daluna, Mbetung, Ingul kerangen, dan Sukul-sukul. Kelima jenis ini merupakan tumbuhan yang memiliki
potensi yang paling besarsebagai sumber biopestisida.
Saran
1. Penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi pemanfaatan tumbuhan
beracun sebagai biopestisida dan penanggulangan hamaperlu dilakukan agar penerapannya tepat sasaran.
2. Upaya budidaya terhadap jenis-jenis tumbuhan beracun yang diteliti
pada Kawasan Hutan Lindung Simancik II di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Perlu dilakukan Sehingga jenis-jenis ini dapat
dimanfaatkan dan dilestarikan. 3.
Dibutuhkan eksplorasi lebih lanjut agar dapat menemukan kemungkinan jenis tumbuhan beracun lainnya yang belum diteliti
.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Atta-ur-Rahman.,M.I. Choudhary dan S. Naz.1997. New Sterodial Alkaloids from the Roots of Buxus sempervirens. Journal of Natural Products. 60 : 770-
774. Barus, T., L. Marpaung., Johanes H.S., P. H. Siregar., F. Simanjuntak., dan S.
Lenny. 2014. Diktat Praktikum Kimia Bahan Alam. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Departemen Kehutanan. 2007. “Taman Hutan Raya TAHURA Bukit Barisan”.
http:dephut.go.id [18 Juni2013].
Desmiaty, Y.,H. Ratih., M.A. Dewi dan R. Agustin. 2008. Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Guazuma ulmifolia Lamk dan daun Sambang
Darah Excoecaria bicolor Hassk. Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia.Ortocarpus. 2008. 8 : 106-109.
Fellix, F. B. O.S. 2013. Eksplorasi Tumbuhan Beracun Di Hutan Pendidikan Gunung Barus Sebagai Bahan Pestisida Alami. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.Medan. Girindra, A. 1990. Biokimia I. PT Gramedia.Jakarta.
Goldstein, J. L dan T. Swain. 1965. The Inhibition of Enzymes by Tannins. Phytochemistry. 4 : 185-192.
Hanenson, I. B. 1980. Clinical Toxicology. JB Lippincot Company. Toronto. Hostettmann, K dan A. Marston. 1995. Saponins. Cambridge University Press.
London. Indriyanto.2006. Ekologi Hutan. PT.Bumi Aksara. Jakarta.
Leo, M. D. A Braca., N. De Tommasi.,dan I. Norscia
.
2004. Phenolic Compounds from Baseonema acuminatum Leaves : Isolation and Antimicrobial
Activity.Georg Thieme Verlag KG Stuttgart. New York. Lestarimandiri. 2007. “Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida
Organik”. http:www.lestarimandiri.org [18 Juni 2013]. Loveless, A. R. 1989. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Edisi Kedua. PT Gramedia. Jakarta. Mahyar, U. W. 1991. Medical Pants of SeberidaRiau Province, Sumatera,
Indonesia. Journa Ethnophamacol, 31: 217-237.
56
Universitas Sumatera Utara
Martono, B. danE. Hadipoentyanti.2004. Plasma Nutfah Insektisida Nabati. Perkembangan Teknologi TRO XVI Edisi Pertama. Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. Nakatani, M.,
S. A. M Abdelgaleil dan S. M . I. Kassem. 2002. Three New
Modified Limonoids from Khaya senegalensis. Journal of Natural Products. 65 : 1219-1221.
Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Komdasulsel, peipfi. 2012. “Buku Pestisida”. http:www.peipfi-
komdasulsel.org.[17 Juni 2013]
.
Ragasa, C. Y.,Z. D. Nacpil., G. M. Natividad., M. Tada., danJC Coll. 1997. Tetranortriterpenoids from Azadirachta indica. Phytochemistry463: 555-
558. Rejesus, B. M. 1986. Botanical Pest Control Research in the Philippines.
University of Philippines Press. Los Banos. Samsudin.2008. “Pengendalian Hama dengan Insektisida Botani”. Lembaga
Pertanian Sehat. http: www.pertaniansehat.or.id
[18 Juni 2013]. Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2008. Konsumen obat Yang Berdaya,
Sadar Akan Haknya Atas Informasi Obat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOMRI.
Schütz, B. A., A. D. Wright
., T. Rali., danO. Sticher. 1995. Prenylated Flavanones from Leaves of Macaranga pleiostemona. Phytochemistry.
404 : 1273 – 1277.
Siddiqui, B. S.,F. Afshan dan S. Faizi. 2002. Two New Triterpenoids from Azadirachta indica and Their Insecticidal Activity. Journal of Natural
Products65 : 1216-1218. Sirait, T. S.Y. 2013. “Eksplorasitumbuhan Beracunsebagai Biopestisida
PadaKawasan Hutan Lindung Sibayak I Di Taman Hutan Raya Bukit Barisan.Skripsi.Universitas Sumatera Utara. Medan.
Soejarto, D. D., C. Gyllenhal., L. Dawski dan N.R. Famsworth. 1991. Why do Medical Sciences Need Tropical Rain Forest. Transaction of Illionis State
Academy of Science. 84: 65-76. Soetarahardja, S. 1997. Inventarisasi Hutan. IPB Press. Bogor.
Suin, N. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas Press. Padang. Tahara, S.,Y Katagiri., JL Ingham., danJ Mizutani
.
1994. Prenylated Flavonoids in the Roots of Yellow Lupin. Phytochemistry. 365 : 1261 - 1271.
Universitas Sumatera Utara
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. UGM Press. Yogyakarta.
Wang, B.,XM Shen., L Yang, dan ZJ Jia
.
1997. Pentacyclic Triterpenoid Glycosyl Esters from Rubus pileatus. Phytochemistry.463 : 559 - 563.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran
Data Potensi Populasi Sampel Jenis Tumbuhan Beracun yang Diteliti pada Kawasan Hutan Lindung Sibayak I di Taman Hutan Raya Bukit Barisan
Nomor plot
Nama jenis Jumlah individu
Jumlah per plot
1 Bedi-bedi
8 22
Kalincayo 14
2 Bedi-bedi
10 26
Kalincayo 16
3 Bedi-bedi
8 31
Kalincayo 20
Tedek-tedek 3
4 Bedi-bedi
7 19
Kalincayo 18
Takur-takur ratah 1
5 Bedi-bedi
10 23
Kalincayo 13
6 Bedi-bedi
6 21
Kalincayo 15
7 Bedi-bedi
7 22
Kalincayo 15
8 Takur-takur ratah
1 16
Kalincayo 15
9 Takur-takur ratah
1 8
Bedi-bedi 8
10 Kalincayo
15 15
11 Kalincayo
19 21
Tedek-tedek 2
12 Kalincayo
17 20
Tedek-tedek 3
13 Kalincayo
15 21
Tedek-tedek 4
Takur-takur gara 2
14 Kalincayo
17 22
Tedek-tedek 3
Takur-takur gara 2
15 Kalincayo
19 24
Tedek-tedek 2
Takur-takur gara 2
Takur-takur ratah 1
16 Kalincayo
18 18
17 Kalincayo
21 21
18 Kalincayo
20 23
Tedek-tedek 3
19 Kalincayo
16 18
Universitas Sumatera Utara
Takur-takur ratah 2
20 Kalincayo
18 18
21 Kalincayo
22 22
22 Sukul-sukul
6 6
23 Sukul-sukul
7 7
24 Sukul-sukul
6 6
25 Sukul-sukul
3 3
26 Sukul-sukul
5 5
27 Sukul-sukul
5 5
28 Sukul-sukul
7 9
Ingul kerangen 2
29 Sukul-sukul
8 9
Ingul kerangen 1
30 Sukul-sukul
4 5
Ingul kerangen 1
31 Sukul-sukul
8 16
Ingul kerangen 3
Mbetung 5
32 Sukul-sukul
5 7
Sanggubuh 1
Takur-takur ratah 1
33 Sukul-sukul
6 9
Sanggubuh 2
Takur-takur ratah 1
34 Sukul-sukul
4 4
35 Sukul-sukul
7 9
Ingul kerangen 2
36 Sukul-sukul
8 10
Ingul kerangen 2
37 Sukul-sukul
6 10
Mbetung 3
Sanggubuh 1
38 Sukul-sukul
9 15
Sanggubuh 3
Mbetung 2
Ingul kerangen 1
39 Mbetung
3 3
40 Mbetung
4 10
ndulpak 6
41 Mbetung
3 10
ndulpak 6
Ingul kerangen 1
42 ndulpak
6 6
43 ndulpak
8 8
44 ndulpak
5 8
Mbetung 3
Universitas Sumatera Utara
45 Takur-takur ratah
1 9
Sukul-sukul 8
46 Mbetung
2 10
Sukul-sukul 8
47 Sukul-sukul
7 9
Ingul kerangen 2
48 Sukul-sukul
10 17
Ingul kerangen 3
Mbetung 4
49 ndulpak
3 15
Sukul-sukul 7
Mbetung 5
50 Ingul kerangen
2 11
Sukul-sukul 8
Takur-takur ratah 1
51 ndulpak
5 8
Mbetung 3
52 ndulpak
6 10
Mbetung 4
53 ndulpak
6 10
Mbetung 3
Ingul kerangen 1
54 ndulpak
7 22
gujera 3
Tabar-tabar 4
Silawir buluh 8
55 ndulpak
3 15
gujera 2
Tabar-tabar 7
Cep-cepen 3
56 ndulpak
2 18
gujera 2
Silantam ruhi 8
Silawir buluh 6
57 ndulpak
5 21
Cep-cepen 4
Mbetung 6
Silawir buluh 6
58 Tabar-tabar
6 28
Silantam ruhi 10
Mbetung 3
Silawir buluh 9
59 Cep-cepen
5 29
Rancang daluna 7
ndulpak 4
Silawir buluh 13
Universitas Sumatera Utara
60 Cep-cepen
4 26
Rancang daluna 6
ndulpak 5
Silawir buluh 11
61 Cep-cepen
6 23
Rancang daluna 4
Silawir buluh 13
62 Cep-cepen
7 16
Rancang daluna 3
ndulpak 6
63 Mbetung
7 19
Rancang daluna 3
gujera 3
Tabar-tabar 6
64 Silantam ruhi
7 19
Rancang daluna 4
Tabar-tabar 8
65 Cep-cepen
12 25
Tabar-tabar 5
ndulpak 8
66 Cep-cepen
8 25
Tabar-tabar 6
Mbetung 7
ndulpak 4
67 Cep-cepen
8 17
Rancang daluna 4
ndulpak 5
68 Cep-cepen
11 32
Silantam ruhi 9
Tabar-tabar 8
ndulpak 4
69 Silantam ruhi
9 19
ndulpak 4
Tabar-tabar 6
70 Silantam ruhi
7 14
Tabar-tabar 2
ndulpak 5
71 Silantam ruhi
6 24
Tabar-tabar 7
ndulpak 3
Silawir buluh 8
72 Silantam ruhi
8 40
Cep-cepen 13
Tabar-tabar 6
Rancang daluna 6
Silawir buluh 7
Universitas Sumatera Utara
73 Cep-cepen
10 37
Silantam ruhi 7
gujera 2
Mbetung 6
Rancang daluna 4
Silawir buluh 8
74 Cep-cepen
14 37
gujera 3
Mbetung 7
Silawir buluh 8
Rancang daluna 5
75 Silantam ruhi
7 28
Cep-cepen 8
Mbetung 3
Silawir buluh 10
76 Silantam ruhi
7 19
gujera 3
Tabar-tabar 5
ndulpak 4
77 Cep-cepen
8 16
gujera 1
Ingul kerangen 1
Rancang daluna 6
78 Silantam ruhi
3 19
gujera 2
Rancang daluna 6
Mbetung 8
79 ndulpak
6 35
Silantam ruhi 8
Cep-cepen 9
Silawir buluh 12
80 Tabar-tabar
7 31
Ingul kerangen 2
Mbetung 4
ndulpak 4
Silawir buluh 14
81 Silantam ruhi
8 28
Mbetung 5
Rancang daluna 6
Silawir buluh 9
82 Silantam ruhi
2 22
Rancang daluna 7
Mbetung 6
ndulpak 3
Tabar-tabar 4
83 Silantam ruhi
8 24
Universitas Sumatera Utara
Tabar-tabar 7
Mbetung 3
ndulpak 6
84 Tabar-tabar
7 22
Rancang daluna 3
Mbetung 4
Silawir buluh 8
85 Tabar-tabar
8 46
Cep-cepen 13
Mbetung 6
Rancang daluna 8
Silawir buluh 11
86 ndulpak
7 41
Rancang daluna 3
Mbetung 6
Cep-cepen 10
Silawir buluh 12
Universitas Sumatera Utara