REPRESENTASI IDENTITAS ETNIK JAWA DALAM IKLAN TELEVISI INDONESIA (ANALISIS SEMIOTIKA IKLAN TELEVISI INDONESIA, OBAT BATUK “OSKADON PANCEN OYE”, ROKOK 76 VERSI “JIN”, ALANG SARI VERSI “SOIMAH”, KUKU BIMA ENER-G VERSI “MBAH MARIDJAN”)

(1)

REPRESENTASI IDENTITAS ETNIK JAWA DALAM IKLAN TELEVISI INDONESIA

(Analisis Semiotika Iklan Televisi Indonesia, Obat Batuk Oskadon Pancen Oye , Rokok 76 Versi JIN , Alang Sari Versi Soimah , Kuku Bima Ener-G Versi Mbah

Maridjan )

REPRESENTATION OF JAVANESE CULTURE S IDENTITY IN THE TELEVISION OF INDONESIA

(The Semiotic Analysis of Indonesian Television Advertisement,, Obat Batuk Oskadon Pancen Oye , Rokok 76 Versi JIN , Alang Sari Versi Soimah , Kuku Bima Ener-G

Versi Mbah Maridjan ) SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Paisal Riza NIM : 20100530011

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

*

'\

{.

l

..

-.

H*f,AMAIY

PtrNGESAEAN

.

,'.._t,*':'

.- ._ J._- t

.

SkiFsi iai t$lah

diuji'&r dipertat*nk*r

Si depalr

tlri

Purguji. Skipsi Program

-.:

'Studi

ft*u Kfi$tslikasi

F*uIt6s

lhu

Sosial Ddn -trlmu Politik Universitas

'

$v{t&madiyah Yogyekarta, ped& :

Hari tr

Tmrpat NiXad

e

: Selasa

: 23 Agustus 2016

EE

I Filosa Gita Sukmono, cd Ishah s.lp., M"si. J

Skrips-i ini telah diterima sebae, salah satu persyaratan Untuk mcmperoleh

(H


(3)

✁✂✄ ☎ ✆

✝✞✟✠✡☛☞ ✟t✌☞✍u✎✌✏ ✏ ✌ ✑✟✒ ✌✎ ✓✔✕ ✒ ✌✖✌☛t✌ ✗✌ ✖✘ut✌☞✙✘✏u✂ ✔☞ ✟✌✘ ✑✌✞✚✔✘✟t✟✖

✙✘✏u✆ ✔✏u✞✟✖✌☞ ✟

✆ ✔ ✞☞ ✡ ✞t☛ ✌☞ ✟ ✑✠✡☛t✟☞ ✟✞✕ ✚✌ ✟☞ ✌✘☎ ✟z

✛✜ ✢✜✜ ✣ ✤✜✜✢✢

( ✞✌✘✟☞ ✟☞✂✡✏ ✟✔✥✟✖✌✙✖✘✌✞✄✡✘✡ ✠ ✟☞ ✟✙✞✑✔ ✞✡☞ ✟✌✦✧★✌✥✁ ✌✥u✖✩ ✧☞ ✖✌✑✔✞✚✌✞✪✡ ✞ ✧✒✡✫✦☎ ✔ ✖✔✖✬✭✮✡☛☞ ✟✩ ✯ ✙✰✫✦ ✘✌ ✞✕✂✌☛ ✟✮✡☛☞ ✟✩✂ ✔✟✏ ✌✎✫✦✆uu✁ ✟✏ ✌✱✞✡☛ ✲ ✳✮✡☛☞ ✟✩✍★✌✎✍ ✌☛ ✟✑✴ ✌ ✞ )

✄✌✎u✞✵✛✜✢ ✭+ 121 halaman + 3 tabel + 19 gambar

Daftar Pustaka: 29 buku + 2 Jurnal + 4 penelitian terdahulu + 12 Website.

Penelitian ini meneliti bagaimana representasi Identitas budaya Jawa Dalam Iklan Tv Indonesia. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah

analisis Semiotika Roland Barthes, dengan mengambil screen capture dari 4

video Iklan Televisi yakni Obat Batuk Oskadon Pancen Oye , Rokok 76 Versi JIN , Alang Sari Versi Soimah , Kuku Bima Ener-G Versi Mbah Maridjan yang diambil dari situs youtube.com. Dengan menganalisa atribut maupun pakaian, simbol-simbol, yang dijadikan data dan kemudian dihubungkan dengan mitos yang ada mengenai suatu hal yang terkait. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai budaya direpresentasikan melalui iklan audio-visual. Hasil dari penelitian ini menemukan beberapa temuan, yakni Iklan sering memperlihatkan Identitas etnik, dalam iklan diwujudkan melalui atribut-atribut budaya tradisional, yang terlihat pada beberapa iklan TVC seperti pada konteks blangkon, kebaya, sanggul, beskap, rumah joglo dan wayang. Ditampilkannya budaya Jawa dalam bentuk fisik dan non fisik, meliputi: icon Jawa, bahasa, kesenian, dan kostum. Dari empat iklan yang di temukan kebanyakan hanya terlihat pada fisik semata seperti kostum, rumah joglo dan atribut lainnya. pesan yang tersampaikan dalam iklan ini Memberikan konstruksi bahwa budaya Jawa memiliki pencitraan yang dominan di Indonesia sehingga membawa pengaruh terhadap khalayak.


(4)

ABSTRACT

Yogyakarta Muhammadiyah University Faculty of Social and Political Sciences Communication Science Course

Advertising Concentration Paisal Riza

20100530011

REPRESENTATION OF JAVANESE CULTURE S IDENTITY IN THE TELEVISION OF INDONESIA

(Semiotic Analysis of Indonesia s TV Advertisements,The Cough Medicine Oskadon Pancen Oye , 76 Cigar JIN Version, Alang Sari Soimah Version, Kuku Bima Ener-G Mbah Maridjan Version)

Year of Degree: 2016 + 121 Page + 3 Tabel Page + 19 Picture Page Bibliography: 29 Book + 12 Online Source + 4 Journal

This study examines how the identity of javanese culture represented in Indonesia s TV advertisements. Method used in this study is analisis Roland

Barthes semiotical analysis, by taking screen capture of 4 TV advertisements

those are cough medicine Oskadon Pancen Oye , Rokok 76 JIN version,

Alang Sari Soimah version, Kuku Bima Ener-G Mbah Maridjan version,

taken from the websites youtube.com. By analyzing attributes, clothes, symbols, which used as data and then linked with myths which exist in real life. The goal of this study is to know how the values of Javanese culture represented through audio-visual advertisements. This study shows some results, those are : Advertisements often show the identity of an etnic, it is shown through attributes of traditional culture, which can be seen in some TV advertisements in the context

of blangkon , kebaya , sanggul , beskap , rumah joglo dan wayang .

Depiction of Javanese culture in physical and non-physical way, consists of: icon of Java, languange, art, and costume. From 4 advertisements found, te physical aspect appears more than the non-physical aspect, like costume, Joglo house and another attribute. The message in these advertisements build the construction that Javanese culture has a dominant imaging in Indonesia and bring an influence to people in common


(5)

✶ ✷✶ ✸

✹✺✻✼✷✽ ✾✿ ✾✷✻

. ✿❀ ❁❀ ❂✶❃❄❀ ❅❀ ❆❇❈❀ ❉ ❀ ❄❀ ❊

❋●sy●r●k●t ❍ ●w● ■ ●n❏●t ❑ ▲●tnl ▼ ▲❏●n n m●■ ●l●◆tr●▼ ❖■❖▼●nP◗▼●y●❘❙❚●▼❖■❖ ▼●nP◗▼●y● ❍ ●w● ◆❖❯❏❏● ●❑ ◆❖r❱●❑◆❖r ❖❯❖ m●■❖ ◆ m▲❯▼❲❳❖❯ ●■❖ tr●▼ ❖■❖ ▼●nP◗▼●y● ❯ ●■❖❲ ❯●l ▼ ❖ ❨❯▼❲❯▲■❖●❘ ❩❖ ●nt●r● ❬●ktor ❭ ▲▲P●P❯ny y● ●▼●l●◆ P ▲❏❖tu P●ny●kny●

o r

●❏n ❍●●w ●yn❏ m▲●▼ ❖jn ▲❖l▲t ❯▲❏●r● y●❏nP ▲rp▲r●n▼●l●m❭ ▲❪●r tur●n k▲n▲❏●r●●n ▼ ❖ ❨❯▼❲❯▲■❖● ■▲j●k z●m●n ■▲P ▲lum❑ ▲m▲▼▲❑●●r n m●upun ■▲▼●◆❯su y●

(Koentjaraningrat, 1994:31). Nama-nama Jawa juga sangat akrab di telinga

bangsa Indonesia, begitu pula jargon atau istilah-istilah Jawa. Hal ini

membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi warna dalam

berbagai permasalahan bangsa dan negara di Indonesia. Di sisi lain, ternyata

tradisi dan budaya Jawa tidak hanya memberikan warna dalam percaturan

kenegaraan, tetapi juga berpengaruh dalam dunia iklan pertelevisian Indonesia

yang mana banyak didominan dan di perani orang Jawa.

Masyarakat adalah kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia yang

terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyarakat

Jawa merupakan salah satu masyarakat yang hidup dan berkembang mulai zaman

dahulu hingga sekarang yang secara turun temurun menggunakan bahasa Jawa

dalam berbagai ragam dialeknya dan mendiami sebagian besar Pulau Jawa


(6)

❫❴❵❴r m❫❛❜n ❛m❛syr❛❵❛t ❝❞❡ ❢❛❣ ❤❛ ❢ ❞❛❣r ❢❛n m❛❛syr❛k❛t ✐❛m❛syr❛❵ ❛t l❛ ❥❛❦nny

❧❛ ❢❛ ♠❴❴rkm❫❛n❜❛❛nyn ❣ ❛m❛sy❛r❛kt ♥❛❛w t❥❢❛k♦❛❛ny m❴❡❢❥❛m❥ ❧ul❛u ♥❛❛w ❣

t

❴❛♠❥t ❵❴m❞ ❢❥❛n m❴❴ ❫❛ny r ❢ ❥ ♦❛m♠❥r ♣❴❞♦lur ♠❴n juru ❡❞♣❛❛tn❛❦r q❛♦❵ ❛n❢❥ l❞❛r ♥❛❛w pun❫❛❛nyk❢ ❥t❴m❞❵ ❛n kom❞❡ ❥t❛s ♥❛❛w ❛❵ ❥❫❛t ❛ ❢❛❛ny ❜rrop ❛m tr❛nsm❥❜❛ ♣ ❥r

y

❛❜n ❢ ❥❫❞❛t ♠❴❴mr❥❛♦❦tn ❤❛❛syr❛❵❛t ♥❛❛w ❥❡❥ m❴m❥l❥❵❥ ❵ ❛r❛kt❴r❥st❥k t❴r♣❴❡❢❥r❥

❢ ❥❫❛❡❢❥❡ ❜❵❛n❢❴n❜ ❛n m❛❛sy❛rk❛t ✐❛m❛sy❛❵ ❛r t l❛ ❥❛❣nny ♣❴❴prt❥ m❛❛sy❛rk❛t ❝ ❞❡❢❛❣

m

❛❛sy❛r❛kt ❤❛ ❢❞r❛❣ ❛m❛sy❛r❛kt ❤ ❥❡❛❡ ❜❣ ❢❛n l❛ ❥n ♣❴ ❫❛❜❛ ❥❛❦ny s❴❡ ❜❛n ♠❴❵❴r m❫❛❜❛n nt ❧✉ ✈✇❝ (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) yang semakin

gencar seperti sekarang ini, masyarakat Jawa tetap eksis dengan berbagai

keunikannya, baik dari segi budaya, agama, tata krama, dan lain sebagainya.

Namun demikian, pengaruh IPTEKS tersebut sedikit demi sedikit mulai

menggerogoti keunikan masyarakat Jawa tersebut, terutama dimulai di kalangan

generasi mudanya. Di kota-kota seperti Yogyakarta dan kota-kota lain sudah

banyak ditemukan masyarakat Jawa yang tidak menunjukkan jati diri

ke-Jawa-annya. Mereka lebih senang berpenampilan lebih modern yang tidak terikat oleh

berbagai aturan atau tradisi-tradisi yang justeru menghalangi mereka untuk maju.

Indonesia mempunyai banyak sekali budaya yang menjadi ciri khas,

keanekaragaman budaya Indonesia ini dipengaruhi oleh letak geografis dan etnis,

mengingat etnis Jawa yang paling dominan baik dari segi luas wilayahnya

maupun populasinya sehingga budayanya pun sangat beraneka ragam, mulai dari

rumah tempat tinggalnya yang mempunyai ciri khas (Rumah Adat), upacara adat,


(7)

① ②w② ③④⑤ ⑥ ②⑦ ⑧ ① ②w② ③ ⑨mur ⑩ ②n❶❷ Yogyakarta. Dilihat dari luas wilayah dan

banyaknya populasi suku Jawa sehingga mempengaruhi budaya yang dianutnya,

dengan kata lain budaya Jawa ini dibedakan dengan 3 garis besar, yakni budaya

Jawa timur, Jawa tengah DI Yogyakarta dan Banyumasan. Kebudayaan Jawa ini

tidak hanya menampilkan nilai-nilai estetika, namun budaya ini mengedepankan

nilai-nilai toleransi, keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan

sehari-hari, tidak hanya itu budaya Jawa mengankat tinggi nilai kesederhanaan

dan kesopanan. Dari sekian banyak budaya yang ada di Indonesia, budaya Jawa

merupkan salah satu budaya yang digemari oleh orang luar negeri. Budaya

tersebut diantaranya Tari-tarian, Wayang Kulit, gamelan, sastra, Batik dan Keris,

bahkan gamelan Jawa dimasukan dalam kurikulum pembelajaran Singapura,

Selandia Baru dan Amerika Serikat. Amerika Serikat dan Eropa secara rutin

mengadakan pergelaran gamelan Jawa serta satu satunya sastra indonesia yang

mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai memori dunia yaitu sastra Jawa

Negara Kertagama. Tidak hanya di pulau Jawa atau di 3 propinsi di Jawa saja,

budaya Jawa terus berkembang dan di lestarikan oleh suku Jawa yang berada di

luar pulau Jawa.

Saat ini peradaban manusia sudah demikian maju. Itu terbukti dari

budaya-budaya modern yang muncul telah mengisi dimensi-dimensi kehidupan manusia

mulai dari kehidupan rumah tangga sampai pada kemajuan teknologi industri dan

informasi. Begitu juga, dunia pendidikan saat ini sudah jauh berbeda dengan

model-model pendidikan pada zaman dahulu. Hal itu menandakan bahwa


(8)

y

❸n❹ t❺r❹❻ ❼ ❹ol m❻ ❽ ❺r❼❾❿ ❺➀ ❸ ❹❸ ➁r ➂ ❺r➃➀ ❸➄❸n y❸n❹ t❺❸ ❽➁rj ❽ ➁➅n❽❻❼❺➆ ➁❸ t➁❽❸k➄❸❸ny

m

❺❸nyn❹kut t❸❸ ❼❸t n k❺➄➁❽➃➂❸n➆❻ ➆ ➁❸l ❺knomo➁➇ j ➃❹❸ p➁olt➁➈➇ ➈❺➀ ❸➄❸ ➆❸❸n❽❸n ➈❺➀ ➃ ❽❸❸❸ ❼ ❾y ➉ont❸k➀ ❸➄❸ ➆❸ m❺n❹❸➈➁➀❸➈❸t n k❸otnk➀ ➃ ❽❸❸y ❸❸tu➆ ❺➀ ❸l➁❸kny

k o n t

❸k➀➃❽❸❸y m❺❹❸➈➁➀ ❸n ➈❸t n k❸ontk➀ ❸➄❸ ➆❸ ❾ ➊❸l ➁❼➁ t❺rj❸ ❽➁ ➈❸r❺❼❸ ❺➋❺k❽❸r➁ ❽ ➃❼ ➁❸ ❹l❻➀ ❸l ❽❸❸lm❺❸r ❹❻➀ ❸l l➁➆❸ ➆➁❾ ➌ ❺m➃❸ j❸❸rk❽❸n r➃❸n❹ t❺r❸s❸ ❽ ❺k❸t ➈❸r❺❼❸ ➈❺❸m j➃❸n t❺knolo❹ ➁❾

❿ ❸❸ny❸kny m❺❽ ➁❸ y❸❹n ❸ ❽❸➇ t❺❺➍ ➁➆ ➁l m❺r➃➂❸❸kn m❺❽➁❸ m❸ ➆➆❸ ❺❺l❻❼➁ktr k

y

❸n❹ ➂❸l➁n❹ ❸➈➄➁r ➈❺➄❸ ❽ ➁r❸❸❾nyn ➎❺➆➈➁pun❽❺➁➈➁❸ ❼m ➇ t❺l❺➍ ➁➆ ➁ ❽➁❼ ➁❸ ➁l ➆ ❺➀❸ ❹❸ ➁

m

❺❽ ➁❸ m❸ ➆ ➆❸ ❺l❺ktr❻ ❼ ➁k➂❸➁❼ ❹l ❺➋❺kt➁➋ ❽❸n➀ ❸❸nyk m❺❼❸r➁k➆➁➂ ❸mt➁ m❸sy❸❸➈❸r t❾

➊❸l ➁❼ ➁ ❽➁➆ ❺➀❸➀➈❸n ➆ ➁➋❸t ❸ ➃ ❽➁o➍➁➆➃❸ln❸y y❸❹n t➁❽❸k❽ ➁m➁l➈➁ ol❺➄ m❺❽➁❸ m❸ ➆ ➆❸

l

❸ ➁❸➇nny ➆ ❺❽❸n❹➈❸n p❺❸n❸yn❹❸nn❸y m❺n❸ ➁mupy j❸❹➈➃❸n n y❸n❹ r❺❸lt➁➋ t➁❽❸k

t

❺➀ ❸r ❸ ➆ ❾t ➏❺n❹❸ mn❻ ❽ ❺l ❸ ➃ ❽➁o➍➁➆ ➃❸l y❸n❹ ❽➁m➁l➁➈➁❸ny ➆➁❸❸rn t❺l❺➍ ➁s➁ ➆❸ ❼ ❹❸t

k o

m ➃❼ ➁➈❸t➁➋ ❽❸❸lm m❺➀ ❺m➁➈❸r n p❺➆❸n pesannya karena itulah televisi bermanfaat

sebagai pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus pola pikir. Tidak ada yang

menyangkal bahwa iklan televisi adalah salah satu pilihan dalam mempersuasi

pemirsanya kekuatan audio visualnya terasa amat ampuh dalam menyajikan pesan

yang demonstratif. Kreasi yang dihasilkan merupakan perpaduan teknik rekayasa

dengan realitas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, terpangaruh tidaknya

pemirsa sangat ditentukan sejauhmana iklan televisi mampu mengaplikasikan

komunikasi persuasif dalam menggugah minat dan keinginan khalayak sasaran

(Sumartono, 2002:61).


(9)

➐➑➑lm➒ ➓➑➑y m➔➓ ➔m➔→➑rk l➣➑n p↔ ➐➒➣→r ➑y t➔r ↕➑ ➐➑p k➔→➙msuno ➓ ➔rlu➑ ➐➑➑ny

str

➑t➔➛➜ y➑➛n ➔➝➔➜ ➝tk ➐➑n kom➒ →➜➣➑➜ ➝t ➞➔↕➜n➛ ➛➑ ➜kl➑n t➔rs➔➟➒➠ ➐➑p➑t m➔→➑➜rk ➓ ➔r↕➑➜➑t n➞➔➣➑➜ ➛l us p➔➞➑n y➑➛n➑ ➐➑ ➐➜➐➑➑l➑nym s➑m➓➑➜ ➣ ➔p➑ ➐➑ m➑➑sy➑➣ ➑r t➡ ➢➑kln

m

➔➜m➜➣➜l ➟➔r➟➑➛➑➜ m➔➐➜➑➙ ➐➑r➜ m➔➐➜➑ ➤➔➑tk➞➔➔p➜ ➥rt k➑orn m➑➑j➑ ↕➙l ➟➜ll➟↔ ➑ r➐ ➐➑n ➞➔➟➑➛➑➜➑➙ny ➑sm➓➑➜ ➓➑ ➐➑ m➔➐➜➑ ➔l➔↔ →➜trk k➞➔➓ ➔➜ ➥rt r➑ ➐➜o➐➑n t➔l➔➦➜➞ ➜➡ ➧➑ ➐➑ m➔➐➜➑

t

➔l➔➦➜➞ ➜➙ ➐➑➑lm m➔→➑➜rk➓ ➔↕➑r ➜➑t n m➑sy➑➑rk➑t (pemirsanya) untuk memperhatikan

iklan televisi yang ditayangkan, bukan merupakan pekerjaan yang mudah.

Mengingat begitu banyaknya pengiklan lain yang juga menggunakan televisi

sebagai media. Tercatat oleh suatu perusahaan riset, Nielsen Media Research

(NMR), mencatat ada 6946 spot iklan yang ditayangkan perharinya di setasiun

televisi di Indonesia. Itu berarti bukan pekerjaan yang mudah untuk mengambil

perhatian audiens agar memperhatikan iklan yang ditayangkan, diantara

iklan-iklan lain dan remote control, dimana para pemirsanya akan dengan mudah

memindahkan program ke setasiun televisi lain pada saat pariwara.

Periklanan adalah fenomena bisnis modern. Demikian pentingnya peran

iklan dalam bisnis modern sehingga salah satu perusahaan terletak pada berapa

besar dana yang dialokasikan untuk iklan tersebut. Di samping itu iklan

merupakan jendela kamar dari sebuah perusahaan. Keberadaannya

menghubungkan perusahaan dengan masyarakat, khususnya konsumen.

Secara garis besar, iklan merupakan sebuah sarana untuk mempromosikan

barang atau jasa yang ingin ditawarkan, terutama kepada masyarakat. Melalui

iklan, sebuah produk dapat dikenal, disayang, dan dicari oleh khalayak. Hal ini


(10)

m

➨m➩ ➨ntuk➫ ➭➯➲➯ ➳ ➵n➭ ➨➸ ➨➭ ➸➯r m➵sy➵➵➺ ➵r t➻ ➼ ➨➩➽ ➵➾ ➯➵kln➳➯ ➾ ➵r➵➭➺ ➵n m➵mpu

m

➨nj➵➳ ➯ j➨m➩ ➵➵tn untuk m➨➲➵➲ ➵m ➺ ➵n➸ ➨➩➽➵➾ k➨➭ ➨➚➵r y➵➵n➺ ➨p➵➳ ➵ m➵sy ➵r➵➺➵➻t ➪➯ ➺ ➵ ➾➵l ➯➲ ➯ t➨➚➵➭➵r ➯ m➵k➵ ➸ ➨➩➽ ➵➾➯kl➵n➳➵➭ ➵t ➳➯➵k➵➺ ➵t n➩➨➾➵➸➯r ➻l ➶➨n➹ ➵n➵rt➯ ➵➲ ➘

t

➯m➩➽➴ny➵ ➸➨➩➽ ➵➾ ➺➨➭ ➨➚➵r y➵➵n t➨➾➵➳➵r p➸➽➵tu p➫➳ ➽ ➺r ➵➺➵n m➨➲➳ ➫➷on➹ ➭➵r➵

k o n su m

➨ unntuk m➨➲ ➹m➸➯ksuno p➫➳ ➽ ➺r ➵t➵u j➵➸ ➵ y➵n➹➳ ➯t➵w➵rk➵➲➻

➬kl➵n m➨➵➺➵pru n➩➵ ➹➯ ➵n y➵n➹ t➵ tk ➨r➭➯ ➸ ➵➾ ➺➵n➳ ➵➯r ➸➯➨stm➨➯konom➳ ➵n ➸➫ ➸➯ ➵l m➵➵syr➵➺➵t m➫➳➨r➲➻ ➶➨w➵➸ ➵➯➲ ➯ ➯➵➲➘lk ➸➽ ➳ ➵➾ ➩ ➨r➺➨m➩ ➵➹n m➨nj➵➳ ➯ ➸➯st➨m

k o m

➽ ➲➯ ➺ ➵➸➯ y➵n➹ ➸ ➵n➹➵t ➭➨➯➲➹nt t➯➳➵k➸ ➵j➵ ➩ ➵➹➯ p➫ ➳➽➸➨r n➩➵r➵n➹ ➳ ➵n j➵s➵ t➨t➵➭➯

j

➽➹➵ ➩ ➵➹➯ konsum➨➲➻ ➮ ➨➵mm➭➽➵n➯kl➵n➳➵n m➨➫ ➳ ➨t p➫➸➯rom l➵➯nny➵ ➳ ➵l ➵m

m

➨y➵nmp➵➯ ➺ ➵n➭ ➨➸➵n➺➨➭ ➵➳ ➵ km➨sunon m➨nj➵➳ ➯➺ ➵n➺ ➨➳➽➵ ➩➯➳➵n➹ t➨r➸➨➩➽➱

m

➨m➨➹ ➵n➹ ➭ ➨r➵➲ ➵n➸➵n➹➵t p➨➯➲➹nt ➩ ➵➹➯ ➺ ➨➩➨r➾ ➵➸➯l➵n➭➨rus➵➾ ➵➵➲➻ ➬kl➵n➭ ➵➳ ➵

➾ ➵➺➯ ➺ ➵➵tny ➵➳ ➵l➵➾ ➵➯✃➯kt ➵ts m➨nj➽➵l ➭➨➸ ➵n ( selling message) dengan

menggunakan ketrampilan kreatif, seperticopywriting,layout, ilustrasi, tipografik,

scrip writingdan pembuatan film (Wibowo, 2003:xiii).

Iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat didefinisikan sebagai

desain komunikasi yang dibiayai untuk menginformasikan dan atau membujuk.

Dari beberapa pengertian diatas, pada dasarnya iklan merupakan sarana

komunikasi yang digunakan komunikator dalam hal ini perusahaan atau produsen

untuk menyampaikan informasi tentang barang atau jasa kepada publik,

khususnya pelanggannya melalui suatu media massa. Selain itu, semua iklan

dibuat dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk


(11)

❐❒n❮❰nÏ❰❰ny❰nyk Ðkl ❰nÑÐ❰klnÒ ❰rÐ prÓÒ ÔÕ l❰ Ðn y❰❮n jÔ ❮❰ m❒n❮ ❮❰Õ ❰un n Ð❰Ö×lk m❰Õ ❰ uk mtun❒Ò ❒Õ ❰n Õ❰t nØÔ❰tu prÓÒÔÕ t❒rÙ❰Ò ❰p km❒nsuo❰×nny Ú❒rlu

❰Ò ❰❰ny Ú❒ÖÒ❒Õ❰❰tn ÑÚ❒ÖÒ❒Õ❰❰tn komÔÖÐÕ❰ØÐ y❰n❮ t❒❰ntuny Ò❒k❰t Ò❒n❮❰n t❰r❮❒t

Ø❰Ø❰❰ÖÛr Ü❒rÏ❰ ❮❰ Ð t❒❰mÒ ❰nÐÒ❒ ÒÐt❒r❰❰kpnÒ ❰l❰mÔØ❰Ù❰ m❒❮❰n mÏ Ðl p❒rÙ❰tÐ❰n ❰ ÔÒ Ð❒❰Ûnsny ❐❰rÐ Ð❰lkn Ñ Ðkl❰n y❰n❮ m❒mÔÕ❰uÒ❒n❮❰n m❒Ö❰ÚÐmÕ❰l n k❒Ø❰n m❒❰Ù ×w

m

ÓÒ ❒rÖ× ÝuturÐstÐÕ× ÙÔÞor ÙÐn❮ ❮❰ Ðkl❰n y❰n❮❒m❰nmÚÐÕ ❰l n❰ÖÐm❰ØÐ× t❒rÒ❰p❰t p❰ul

Ð❰kln Ñ Ðkl❰ yn❰n❮ m❒❰ Õ ÔÕ❰l n Ú❒ÖÒ ❒❰k❰tn Ñp❒ÖÒ❒Õ❰t❰n s❒ß❰❰r ÏÔÒ ❰❰y Ò❒n❮❰n

m

❒Ö❮❰❮Õ❰n t kultur m❰sy ❰❰Õ ❰r t s❒t❒mÚ❰×t Ø❒p❒Ðàrt ß❒rÐ❰t r❰❰ky×t Ï❰Ù❰Ø❰× k❒Ø❒ÖÐ❰Ö× ❰❰tu Õ ❒Ï Ð❰Ø❰❰n ÑÕ❒ÏÐ❰Ø❰❰n Õ ❒s❒Ù❰rÐ❰n m❰❰syr❰Õ❰t Ðtu Ø❒ÖÒ ÐrÐÛ á❰kln y❰n❮

m

❒Ö❰mÚÐÕ ❰l n ursun Ñunsur ÏÔÒ❰❰y lok❰l t❒rØ❒ÏÔâ×Ò Ð❰❰nt❰r❰ny❰Ò ❰l❰Ù à1) iklan obat

batuk Oskadon yang menggunakan atribut budaya dari etnis Jawa. Bahasa yang

digunakan adalah logat bahasa Jawa (Oskadon Pancen Oyee). Modelnya (Ki

Manteb Sudarsono) yang tampil sebagai seorang dalang dalam perwayangan kulit

yang menggunakan atribut pakaian adat Jawa (blangkon). Wayang kulit

merupakan kesenian tradisional Jawa yang paling populer. Dalam iklan tersebut

perwayangan tersebut hanya dijadikan sebagaisettingcerita dari iklan saja.

ãä åæä ç 1èé êëä ìíî êä ïðì


(12)

2) iklan 76 versi JIN Takut Istri yang mengambarkan unsur etnis Jawa dengan

menghadirkan sosok jin yang direpresentasikan menggunakan baju adat Jawa,

bahasa Jawa, dialek Jawa, karakteristik Jawa, dan lain sebagainya.

ñò óôò õ2ö÷ øùò ú ûüòõý ó 76 þÿõ ✁✂÷ ✄☎ò øý ✆÷ ✆õ✁

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=uCHAA09d5bo

3) iklan Alang Sari Versi Soimah 2012 dengan settingan wanita Jawa yang

dipasar tradisional dan ilalang dengan menggunakan dialek Jawa yang dilontarkan

oleh Soimah.

ñò óôò õ 3ö÷ øùò ú ✝ùò ú✞ ò õ✁✟✁✠✡☛ýú☞ý ùþÿõ ✁✟✡✁óò✌ 2012


(13)

✍) Iklan Kuku Bima Ener-G! Laskar Mandiri Versi Mbah Maridjan 2009 iklan ini

diperkuat dengan satu kata bahasa Jawa yang disampaikan oleh juru kunci merapi

sendiri, kata tersebut adalah Roso. secara donotasi, kata Roso dan pakaian Jawa

yang digunakan oleh Mbah Maridjan adalah lelaki Jawa yang perkasa, lugu,

bersahaja, kuat, dan pemberani yang berasal dari suku Jawa. Iklan Kuku Bima

Ener-G merepresentasikan tersebut bahwa Jawa adalah kuat, beradab dan percaya

diri.

✎✏ ✑✒✏ ✓ 4✔✕ ✖✗✏ ✘ ✙✚✖✚✛ ✜✑✏✢✘ ✣✓-!

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=Sct4aAuErmU

Kenyataan di atas menuntut para pemilik modal dan penggagas ide

iklan mencari pendekatan-pendekatan dan strategi yang unik dalam pembuatan

iklan. Salah satu daya tarik yang dianggap unik adalah penggunaan unsur

budaya dalam iklan. Seperti yang dituliskan oleh Dyah Hasto Palupi dan Teguh

Sri Pambudi dalam bukunya, Advertising that Sells, Jack Trout dalam bukunya

Trout of Strategy menyatakan bahwaheritage, pusaka, merupakan sumber ide


(14)

u n tu k

m✤✥✦ ✧✦ ★n tk★n✩★n m✤l✧✪★t✫★n✤m✬✭ ✧(Palupi, 2007: 230). Ditambah lagi

masalah kebudayaan apalagi budaya lokal yang terkesan kekurangan ruang

untuk menampilkan dirinya di depan khalayak luas, seperti yang mampu

dijangkau oleh televisi. Maka iklan menjadi salah satu media yang mampu

menyampaikan pesan kebudayaan melalui cara yang unik dan tidak

membosankan, yang mudah diterima oleh khalayak luas.

Aroma khas budaya lokal Jawa ini sengaja disematkan pada alur cerita

iklan karena berangkat dari target pasar pengiklan mempunyai wilayah

penjualan terbesar di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah kebudayaan

Jawa itu luas, yaitu meliputi seluruh bagian tengah dan timur dari pulau Jawa.

Sungguhpun demikian ada daerah-daerah yang secara kolektif sering disebut

Kejawen, daerah itu meliputi Banyumas, Kedu, Yogyakarta, Surakarta,

Madiun, Malang, dan Kediri.

Membicarakan iklan, tidak akan lepas dari pembahasan tentang isi iklan

yang sarat akan pesan-pesan tertentu yang akan disampaikan kepada khalayak.

Dalam komunikasi periklanan, ia tidak hanya menggunakan bahasa sebagai

alatnya, tetapi juga alat komunikasi lainnya seperti gambar, warna, dan bunyi

(Sobur, 2006: 116). Sedangkan menurut Rossman, budaya memberikan sebuah

identitas karena ia membedakan suatu kelompok dengan kelompok lain.

Budaya meliputi cara berpikir dan berperilaku anggota kelompok yang

dipelajari dan diteruskan dari satu generasi ke generasi lain (Rossman, 1994 :


(15)

✮✯✰ ✱y✱n✲ ✱n✳✱lkn✴ ✳ t✯✯ ✵ ✳✶ ✳l y✱n✲ m✯n✲✲✷✰✱✸ ✱n✳✴ ✯nt✳t✱s ✯✰✳t k✱✸ ✹ ✳r ✺ ✱✸✹✳r ✳✰✳ ✶ ✯m✱✸ ✳n s✯r✳n✲ ✴ ✳✶ ✱j✳✸✱✰✻ ✼✳✶ ✱✱yln ✳kl✱n m✱ ✸✱n✱n✽✰ ✴✾✿✳✯❀ ✽kl✱n ✸ ✱rtu✽ ✰✴✾✶ ✱t❀✽kl✱ ron✸❀ko ✳kl✱n l✱✱✰✱y mn✱sy✱✱✸ ✱r t❀✳✱kln✾❁ ✱t ❁ ✱tuk osk✱✴✾✰✻

✼✯✰ ✲ ✱❂✱ ✳kl✱n t✯✯ ✵ ✳✶ ✳l y✱✰✲✴✳ j✱✴✳✸ ✱n❁✱✹ ✱n✴✱l✱m tul✳✶ ✱n✳✰✳ ? Hal ini karena

iklan yang mengandung unsur budaya etnik akan sangat potensial disajikan

melalui media televisi karena sifatnya yang audio visual, sehingga dapat dilihat

dengan jelas bahwa ada atribut-atribut budaya tradisional yang digunakan.

Selain itu karena penetrasi media televisi dianggap yang paling tinggi

dibanding media lain ( Dewi, 1997:1).

Selanjutnya yang menjadi alasan kenapa iklan-iklan yang mengandung

atribut budaya etnik yang dijadikan bahan kajian dalam penelitian ini karena

adanya animo masyarakat yang begitu besar terhadap iklan yang menggunakan

identitas etnik, adanya gejala yang menunjukkan semakin besarnya jumlah

iklan yang menggunakan identitas etnik.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai representasi

kebudayaan Indonesia dalam iklan adalah penelitian yang dilakukan oleh

Andreas Stenly Kolly, Mahasiswa Program S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Penelitian tersebut

mengambil objek yakni iklan Kuku Bima Energi versi Flores , Nusa

Tenggara Timur di media televisi. Unsur-unsur kebudayaan yang menjadi

komponen penelitian diteliti melalui tanda tanda dalam iklan tersebut yang

mencakup unsur audio dan visual. Metode penelitian yang digunakan adalah


(16)

m

❃❄ ❅❆❄❆l❇❈ ❇s ❉❆n m❃❅❇n❃ntrp❃rt❆ ❈ ❇ ❉❆❆t ❊❃ru❋❆ t❆❄❉ ❆ ●❆❄ ❉ ❆t ❉❆l❆m❇❆❄ ❍kl ■❆l❆m t❆❏❆p❋❃n❃l❇t❇❆❄❑ ❋❃❇luns m❃❄❅❆ ❈ ❇▲❇▼❆ ❈❇kl ❉❆ mn❃❄ ❅❇❄ ❉ ❃nt❇▲❇▼❆ ❈ ❇ t❇❆p ●

t❇❆p ❆❉ ❃ ❅❆n ❉❆l❆m❇❆lkn t❃ r❈❃ ❊◆ ❖❑ ▼❃◆ ❉ ❇❆m mn ❃n❅❇❃nt❃rpr❆ ❈ ❇▼❆t nny❆

m

❃❄ ❅ ❅❆▼❆un nP❃or❇ ◗❃ ❅❇❇❅❆t ❘❆▼❄ ❆ ❙❏❆❃rls ◗❆❄❉ ❃rs ❚❃ ❇r❯❃❑ ❆ ❇ytu◗❇❅n

(tanda), Object (objek), Interpretant (Interpretasi) dengan fokus Ikon, Indeks,

Simbol. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa iklan Kuku Bima Energi

versi Flores, Nusa Tenggara Timur menampilkan representasi kebudayaan

Indonesia melalui beberapa adegan yang memperlihatkan kebudayaan dari

daerah Flores. PT. Sido Muncul melalui Iklan Kuku Bima Energi versi Flores,

Nusa Tenggara Timur mencoba menampilkan beberapa kebudayaan Indonesia,

yaitu kebudayaan Flores, Nusa Tenggara Timur dengan konsep iklan yang

bertemakan pariwisata di Indonesia. PT. Sido Muncul melalui iklan tersebut

berusaha mengajak penonton dan masyarakat Indonesia agar lebih menghargai

pariwisata yang ada di Indonesia, khususnya kebudayaan yang dimiliki setiap

daerah. Kebudayaan Indonesia merupakan warisan leluhur dan kekayaan yang

tidak ternilai harganya yang pernah dimiliki Indonesia oleh karena itu

masyarakat Indonesia wajib menjaga dan melestarikannya.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan

dalam tulisan ini adalah:


(17)

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui identitas budaya Jawa, dan bagaimana orang

Jawa direpresentasikan dalam iklan-iklan televisi yang menggunakan etnik

Jawa.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini dapat bermanfaat :

a. Secara Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah studi budaya Jawa dalam

periklanan dan memberikan sumbangan ilmiah dan masukan bagi semua

pihak yang memiliki kepentingan untuk mengembangkan penelitian dalam

ilmu komunikasi khususnya dalam bidang semiotika.

b. Secara Teoritis

Dalam penelitian ini diharapkan memperkaya pembendaharaan penelitian

dan kajian komunikasi, khususnya memaknai masalah pemaknaan budaya

Jawa.

c. Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai acuan atau bahan evaluasi

dari penelitian dengan analisis semiotik yang berkaitan dengan

permasalahn serupa.

E. Kerangka Teori

Dengan menggunakan metode semiotika maka penulis mencoba untuk

menjelaskan suatu ilmu mengenai tanda atau segala sesuatu yang berhubungan


(18)

1. Representasi Dalam Media

❱❲❳❨r l ❩❲ ❬❨❭ ❪ (2010: 3) mengemukakan bahwa di dal am teori

semiotika, representasi adalah proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau

pesan secara fisik. Hal ini dapat dicirikan sebagai proses membangun bentuk

X dalam rangka mengarahkan perhatian pada suatu bentuk, Y, yang ada dalam

bentuk material maupun konseptual, dengan cara tertentu, yakni X=Y. Proses

penurunan makna dari representasi tertentu bukan merupakan proses terbuka

karena dibatasi oleh konvensi sosial, pengalaman komunal, dan beberapa

faktorkontekstualyang dapat membatasi berbagai pilihan-pilihan makna yang

mungkin berlaku pada situasi tertentu Marcel Danesi (2010: 5). Selanjutnya,

Danesi (2012: 19) mengemukakan bahwa representasi merupakan aktivitas

membentuk ilmu pengetahuan yang dimungkinkan kapasitas otak untuk

dilakukan oleh semua manusia. Representasi dapat didefinisikan lebih

jelasnya sebagai penggunaan tanda meliputi gambar, bunyi, dan lain-lain

untuk menghubungkan, menggambarkan, memotret, serta memproduksi

sesuatu yang dilihat, diindera, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik

tertentu.

Menurut Stuart Hall, representasi adalah proses produksi makna

melalui bahasa yang mempunyai dua prinsip, yaitu: menjelaskan dan

menggambarkan sesuatu dalam pikiran dengan sebuah gambaran imajinasi

untuk menempatkan persamaan ini dalam perasaan atau pikiran kita. Prinsip


(19)

❫ ❴❵❛k m❛l❜l❝ ❞ ❴❜❡❜❜s ❢❛ ❣❜ ❤❜ o❜rn✐ l❜ ❞n y❜n✐ ❴ ❞❥ ❜ m❛n✐❛rt❞ ❤ ❜n m❛❜❡ ❜m m❞ ❢❫❦ ❧❛❦❥ ❞❴❜❡❜❥ ❜ y❜n✐❥ ❜m❜(Hall, 1997: 16).

Sedangkan menurut Chris Barker, unsur utamacultural studies adalah

sebagai studi kebudayaan sebagai praktik pemaknaan representasi.

Representasi dan makna budaya memiliki materialitas tertentu, melekat pada

bunyi, objek, citra, buku, prasasti, majalah, dan program televisi. Dengan

melalui materi-materi tersebut, Barker mencoba mengungkap bagaimana

sebenarnya representasi diproduksi, ditampilkan, digunakan, serta dipahami.

Konsep dari representasi sangat penting digunakan untuk menerangkan

bagaimana hubungan antara teks media dengan realitas. Representasi menjadi

sebuah tanda yang tidak sama dengan realitas yang direpresentasikan tetapi

dihubungkan dengan realitas yang menjadi referensinya. Representasi

merupakan bagian terbesar dari cultural studies, yaitu bagaimana dunia ini

dikonstruksikan dan direpresentasikan secara sosial oleh kita maupun kepada

kita (Barker, 2006: 9).

2. Media Sebagai Konstruksi Makna

Media membawa banyak pesan dan mengkonstruksi makna pada

kahalayak luas. Pesan-pesan media dipenuhi oleh gambar-gambar yang

simbolis yang kemudian berimbas kepada munculnya pengaruh pada individu

maupun masyarakat luas. Denis McQuail mengacu pada delapan metafora :

media merupakan jendela (windows) yang memungkinkan kita melihat

lingkungan lebih jauh, penafsir (interpreters) yang membantu kita memahami


(20)

♠♥ ♦orm♣q♠ r s♥ ♠t ♣q♠kom ♠✉tnr♣♠ ♦kt ( interactive communication) yang meliputi

opini dari audiens, penanda (signposts) yang member kita instruksi dan

petunjuk, penyaring (filters) yang membagi pengalaman dan fokus pada

oranglain, cermin (mirrors) yang merefleksikan diri kita, dan penghalang

(barriers) yang menutupi kebenaran (McQuail dalam Littlejohn, 2009: 407).

Sedangkan menurut Everett M. Roger selain media massa modern, ada

juga media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng

keliling, juru pantun, dan lain- lain. Menurut (Effendy, 2004: 50), komunikasi

massa ialah penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan

kepada massa yang abstrak, yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh si

penyampai pesan. Pembaca informasi melalui media cetak surat kabar tidak

tampak oleh si komunikator. Dengan demikian maka jelas bahwa komunikasi

massa atau komunikasi melalui media massa sefatnya satu arah (one way

trafic).

Media komunikasi masa (mass media), seperti radio, televisi, memiliki

peran penting dalam menmberikan konstruksi pesan terhadap khalayak luas.

Televisi melalui tayangannya menimbulkan pengaruh terhadap khalayak

bagaimana kita seharusnya memandang beberapa profesi tertentu misalnya

etnis. Melalui tayangan-tayangannya media mewujudkan suatu pandangan

terhadap objek tertentu.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk


(21)

✈ ✇① ✇② ③④n⑤ ✇⑥⑦⑧k untuk⑥⑨r⑤⑧① ⑧r ④④tu⑥⑨⑧②✈ ④rt k⑩ ⑨⑩ ✇④⑧ ✈ ⑨n③④n① ⑨⑧n③⑧② ④n⑩⑧

⑤⑨④⑩ ④m n③ ⑧④②❶kl ❷⑨nurut ❸⑨❹❹① ⑧ns (1997), iklan adalah ca ra menjual melalui

penyebaran informasi, dimana merupakan suatu proses komunikasi lanjutan

yang membawa para khalayak ke informasi terpenting yang memang perlu

mereka ketahui. Dengan kata lain, iklan adalah suatu cara membicarakan

hal-hal tertentu kepada khal-halayak ramai, sebagai calon konsumen, mengenai suatu

produk, baik barang maupun jasa, melalui berbagai media komunikasi massa,

baik cetak maupun elektronik, dengan bermacam metode untuk

mempengaruhi atau mendorong masyarakat, sebagai calon konsumen, agar

tertarik untuk membeli barang atau jasa tersebut.

Sedangkan menurut Paul Copley, advertising is by and large seen as an art the art of persuasion and can be defined as any paid for communication designed to inform and/ or persuade. Dimana iklan adalah sebuah seni dari persuasi dan dapat didefinisikan sebagai desain komunikasi yang dibiayai untuk menginformasikan dan atau membujuk.

Komunikasi masa merupakan proses organisasi media dalam

menciptakan dan menyebarkan pesan-pesan pada masyarakat luas dan proses

pesan tersebut dicari, digunakan, dipahami, dan dipengaruhi oleh audiens.

Litlejohn menjelaskan bahwa kita sekarang ini hidup dalam apa yang disebut

oleh Marshall McLuhan dengan sebutan global village ; media komunikasi

modern memungkinkan jutaan orang di seluruh dunia terus menerus

terkoneksi. Media massa tidak hanya sebagai alat untuk menyebarkan

informasi di seluruh bagian bumi, tetapi juga alat untuk menyusun agenda,

serta memberitahu kita apa yang penting untuk dihadiri. (Litlejohn, 2009:


(22)

❺ ❻❼❽ ❾n❿ ➀tus youtubem❻➁ ❼❽➂➀ ❼➂ ❾m n➃ ❾ny❾k or❾n❽❺❾➀r➃ ❻r➃❾❽ ❾➀❺ ❾❻r❾➄❺ ❾➅ ❾t

❿ ❾l➀❼❽ tuk❾r ➀ ❼➆orm❾❿ ➀ ❺❻❽ ❾n n➇➀❺ ❻o y❾❽n ❺ ➀➁ ❼❽❽❾➄ ❺❾n❺ ❾➅❾t ❿ ❾➀ ❼❽l

➃❻➀rnt❻r❾➂ ❿➀ ❺❻n❽ ❾n m❻❼❽➀➀r➂ ❾mn kom❻❾tnr ➈ko❻mnt❾r➉ ➊❾l❾m➄❾l ➀ ❼➀ ➀kl❾n ❿ ❻➃ ❾❽ ❾➀ ➅ ❻ny❾lur ➅❻❿ ❾n❺➀➁❼❽ ❽ ❾➄ ❺ ➀ y➁➃❻out y❾❼❽ ➂❻m➁❺ ➀ ❾n❺ ➀t❻➀rm❾ ol❻➄

➂➄❾❾ly❾k m❻l❾➁ ➀l ➀nt❻rn❻t➉

➋❻➀or m❻❺➀ ❾ ➃ ❻➄➁➃➁❼❽❾r n❺ ❻❽❾n n t➀❽ ❾❾❻❾r t❻m❾➀tk y❾❽n➃ ❻❿ ❾r ➀❿➀ t❻m❾

❺ ❾n❿ ➁ ❿➁❼❾n m❻❺➀ ❾➌m❾sy❾r❾➂❾t ❺❾n➃➁❺❾y❾➌❿ ❻rt❾❾➁ ❺➀ ❻❼❿ ➉ ➋❻m❾❺❾n su ❿➁❼❾n

m

❻❺➀ ❾ m❻❼➍❾kup p❻❽ ❾n r➁➄ m❻❺ ➀ ❾❺❾n➀❿ ➀❾➌yn ❻tm❾➀ ❼➀ m❻➃ ❻m➀➂ ❾r n➅ ❻➄❾r ➀ ❾t n

➂➄ ➁❿ ➁❿ ➅ ❾❺❾ t❾❼❺ ❾➈t❾❼❺❾ ❺ ❾n❿ ➀m➃➎ ➏ y❾n❽ ❺ ➀❽ ➁ ❼ ❾➂ ❾n❺ ❾l❾m➅ ❻s❾n ➈➅❻❿ ❾n

m

❻❺➀ ❾➉ ➋❻m❾ y❾n❽ ➂❻❺➁❾➌ m❾sy❾r❾➂ ❾t ❺❾n➃➁❺❾y❾➌ m❻n➍❾kup➆❽❿ ➀un

k o m

➁ ❼➀➂ ❾❿ ➀ m❾❿ ❿ ❾ ❺❾l❾m m❾sy❾r❾➂ ❾➌t ➅ ❻❻➃ ❾ny r❾n➀ ❼➆orm❾❿ ➀ ❺ ❾ n➅❻❼❽❾r➁➄ ➎➅ ➀ ❼➀ m❾sy❾r❾❾k➌t ❿ ❻rt❾ ➂ ❻➂ ➁ ❾s❾❾❼➉ ➋❻r❾➂➄ ➀r➌ t❻❾m❾➁ ❺➀❻ns m❻l➀➄ ❾t p❾❺❾

➅ ❻❼❽ ❾➁ ➄r ➀ ❼❺➀➇➀❺➁➌➂ ➎ ➐➁ ❼➀t❾s ❾➁ ❺➀ ❻❼❿ ➌❺ ❾n➅ ❻❽ ❽➁❼❾❾n n❾➁❺ ➀❻ns ol❻➄ ➐❻❺ ➀ ❾➉ ➑❻❺➀ ❾ m❻m➃❻➀r ➂ ➀t❾ m❾➂ ❼ ❾ t❻➄❾❺ ❾r p❺ ➁ ❼➀ ❾➌ ➃❾❽ ❾➀m❾❼ ❾ ➂➀t❾ m❻➀➄ ❾l t ❺➁❼➀ ❾ ❿ ❻➃❻lum❺ ❾n❿ ❻❿ ➁❺❾➄ t❻➅❾➅ ❾r r ➀ ❼➆❾❿ ➀rmo ol❻➄ m❻❺➀ ❾ t❻l❻➇➀❿➀ t❻❿ ❻➃➁ ➒ ➉r ➓❺ ❾❾ny j❻❼➀s m❻❺ ➀ ❾ t❻rt❻ntu❿ ❾l❾➄ ❿ ❾❾tuyn t❻l❻➇➀❿➀ ❾➂ ❾n m❻➅❻m❽ ❾n ➁➄ ➀r

➃❾❽❾➀m❾❼❾➂ ➀t❾➃❻➅ ➀➂➀r r ❺❾n m❻r❻s pnosp❾❺❾❺➁❼➀ ❾➉ ➔ ❻m❻nt❾r❾ m❻❺➀ ❾ ➃ ❻k❻rj❾

❺ ❻❼❽ ❾n➃❻➃ ❾❽❾➀r ➍❾r❾ ukntu❿ ❻❽m❻n ➈s❻❽❻mn m❾sy❾r❾❾kt y❾❽n ➃❻r➃❻❺❾ ➌ ❾➁❺ ➀ ❻ns t➀❺❾k s❻lur➁➄❼y❾ t❻rp❻❽ ❾n r➁➄➌ t❻t❾➅ ➀ ➃ ❻➀r❻nt❾➂ ❿ ➀r ❺❾l❾m➍❾r❾ y❾❼❽

➂➄ ➁❿ ➁❿❺❻❼❽❾n m❻❺ ➀ ❾(Littlejohn, 2009: 410).

Littlejhon (2009: 432) menjelaskan bahwa media bukan hanya


(23)

→➣↔ ↕➙ m➣rup➙➛ ➙n or➜ ➙n↕➝ ➙➝ ↕ y➙➜n ➞➣rstruktu➟ry➙➠➜➞ ➣rtu➜➙s ➝➣➞➙➜➙↕ ➙➜➣n➡➣➣↔↕➙ny ↕➠➢➙rmos↕ ➞➙➜ ↕ m➙➙sy➙rk➙➤t → ➣↔ ↕➙ m➣m↕l↕➛ ↕ ➡➣r➙n➡➣nt↕➠➜

↔ ➙➙lm pr➥ ➝➣s p➣➞ ➣m➛➙ntu n m➙sy➙r➙➛➙t y➙n➜ ➣➞↕➦l ↔➣➙ws➙ ➟ ➣t➞ ➧➛➙r ↔ ➙n

m

➥↔ ➣rn (Chomsky dan Herman, 1988: 64)

3. Identitas

George De Vos dalam buku Media and Ethnic Identity memberikan

gambaran yang dimaksud dengan identitas etnik as the atributes of

membership in a group set off by racial, territorial, economic, religious,

aesthetic or linguistic uniqueness .(George De Vos, Ethnic Identity)

Identitas etnik diwujudkan melalui atribut-atribut budaya. Devereux (George

De Vos, Ethnic Identity) menegaskan bahwa identitas etnik adalah suatu

bentuk atribusi peranan, baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Identitas etnik seringkali diaktifkan dalam proses interaksi. (Hidayat, 1998:

92)

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa identitas etnik dari suatu

budaya masyarakat tertentu mempengaruhi berbagai pola tatanan nilai

kehidupan masyarakatnya. Hal ini tidak terkecuali dalam sejumlah

tanda-tanda yang digunakan dalam pesan iklan untuk membangun citra atas

produk/jasa yang diinformasikan. Etnis merupakan subbudaya sebagai bagian

dari budaya nasional. Identitas etnik ini diwujudkan dalam berbagai atribut

budaya (tradisional) yang mencerminkan etnis yang diwakilinya.


(24)

m

➨➩ ➫➭➯➨➲ ➫st ➳➵ ➸➨➨ ➺y ➻ ➳➼➯k➨➨tu r➯➨l➫➨ts t➯➲ ➯ ➳r ut ➸➨ ➽➨t m➯➵➨mt ➩➫➨ ➫l ➾➩ ➫l➨ ➫ ➳➵➸➨➨y➸➨r➫➯➩➫t k y➨n➚➸➫➨➪➫w l ➫➨ny (Geertz, 1983: 7).

Douglas Kellner mengatakan bahwa dalam masyarakat modern,

identitas lebih bersifat personal, artinya individu memiliki kesempatan dan

peran dalam menentukan identitas yang diinginkan dan sesuai untuknya.

Identitas lebih berkaitan dengan style, untuk memproduksi suatu image

bagaimana individu ingin menampilkan dirinya. Memilih dan membentu

dan selanjutnya membentuk ulang identitas merupakan sebuah

kemungkinan dalam masyarakat modern. Identitas tidak lagi secara mutlak

ditetapkan masyarakat atas diri individu, sehingga identitas merupakan

refleksi dari diri individu, bukan lagi mutlak refleksi institusi sosial dimana

individu berada. Tetapi masih, identitas dalam masyarakat modern juga

bersifat sosial, dalam hal ini dikenal istilah mutual recognition, dimana

identitas seseorang tergantung pada pengakuan pihak lain yang selanjutnya

dikombinasikan dengan self-validation dari individu bersangkutan. Individu

harus berusaha memperoleh pengakuan untuk menerima pengesahan sosial

atas identitas yang dipilihnya, sehingga merupakan identitas yang diakui

(Kellner, 1999:232).

Mengenai lokalitas berkaitan erat dengan kebudayaan. Kebudayaan

yang akan kita kaji adalah budaya Jawa, salah satu suku yang memiliki

penduduk terbanyak adalah suku Jawa. Orang Jawa dengan kebudayaan Jawa


(25)

➶ ➹➘ ➴y➴ny➴ ➴➘ ➴➴➷l ➶➴nyum➴s (damarjati dalam Herusatoto 2008:122). Salah

satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah kekayaan budaya.

Indonesia yang terbagi atas pulau-pulau melahirkan daerah-daerah yang memilki kebudayaan yang bersifat kedaerahan. Menurut Taylor kebudayaan adalah pandangan hidup yang berperan besar dalam ekosistem komunikasi dan menurut Hall kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah kebudayaan (dalam Liliweri, 2004: 109).

Masyarakat Jawa memiliki karakter yang sangat feodalistik. Salah satu

definisi dari feodalistik adalah ketaatan yang membabi buta pada kekuasaan.

Meskipun sering dipandang negatif, sikap ini memiliki sisi positif, yakni

masyarakat Jawa masih menghormati raja mereka. Raja dianggap bukan hanya

sekedar simbolis di era modern saat ini, namun masih mempunyai kekuasaan

dan kekuatan. Tentu saja inilah yang membuat budaya Jawa dan segala

tradisinya tetap terjaga dengan baik hingga hari ini, meskipun tentu saja

mengalami penurunan di sana-sini seperti kebudayaan non populer lainnya.

Identitas budaya merupakan ciri yang ditunjukkan seseorang karena orang itu

merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu. Itu meliputi

pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa, agama,

keturunan dari suatu kebudayaan (Liliweri, 2004: 87).

Sisi negatif yang sering dituduhkan adalah bahwa Jawanisme atau

sikap feodal orang Jawa ini yang membentuk mental bangsa Indonesia

menjadi mental buruh . Sikap ini dianggap sebagai penyumbang besar

keterpurukan bangsa ini sehingga kolonialisme dan imperialisme dapat


(26)

➬ ➮➱✃ ❐❒ ❐❐r n❮➬➮r➱✃ ❐❒ ❐❐n m❰Ï ❐✃ ❰Ð Ï ❐ult lÑ Ò❐sy❐❐rk❐t Ó ❐❐w y❐ÔnÕ ❰❐ÔÔ❐n p t➮rl❐lu

m

➮ÏÔ❐ÔunÔÖ❐nÖ➮ku❐✃ ❐❐n×❰✃ ❐ ✃ ❐j❐ m➮m❐❰Ö❐t n×➱ Õ❐❐y kr❰t❰s Õ ➮nÔ ❐n t➮t❐p

m

➮ÏÕ ➱Ö➱ÏÔ o❐rnÔ y❐Ôn kur❐Ôn ×❰✃ ❐ m➮m❰➬❰ÏØm Õ ❰Ö❐r➮Ï ❐k❐n➬ ❐Õ ❐ umumny❐

×❐ny❐k y❐nÔ m➮m❰l❰❒ ×➮r❐Õ❐ Õ❰ ➬ Ð✃ ❰✃ ❰ ❐m❐n Õ ❐n n❐ym❐n ✃ ➮❒ ❰ÏÔÔ ❐

m

➮ÏÕ ❐➬ ❐Ö❐t n×❐ny❐kÖ➮➱ÏÔ ❐ntu nÕ ❐r❰❒ ❐l t➮rs➮×➱ÙÑ

Ú➮ÐÕ❐l❰sm➮Õ❐l❐m m❐sy❐r❐Ö❐t Ó ❐❐w❒❰ÏÔÔ ❐Ö❰Ï❰ m❐✃ ❰❒ t➮r❐s ❐Ø t➮rut❐m❐ Ö➮t❰Ö❐ m➮Ô ❰nÔ❐n t ❒❐➬ ❰mr ✃ ➮m➱❐ p➮✃ ❰Õ➮r nÛ Ü ❐Õ ❐l❐❒ or❐nÔ Ó ❐w❐Ñ Ò➮✃Ö❰pun

➬ ➮m➮r❰nt❐❒ ❐❐ynn t❰Õ ❐k×❐❰k❐t❐ kuur❐Ôn ×❐❰k✃ ➮Ö❐❰➬ ➱ Ïl Ø m➮r➮Ö❐ t➮t❐p

m

➮ÏÕ ❐➬ ❐Ö❐t nÕ ➱Ö➱ÏÔ ❐nÕ ❐r❰✃ ➮×❐Ô❐❰n×➮✃ ❐r m❐❐syr❐Ö❐t y❐Ôn l➮×❰❒ m➮ny➱Ö❐❰

Ö➮❐nym❐Ï ❐ÏÑ Ý❐l ❰Ï❰ ✃ ➮j❐l❐nÕ➮Ô ❐n n pr❰Ï✃ ❰p❒ ❰Õ➱➬ or❐ÏÔ Ó ❐w❐ y❐ÏÔ

m

➮Ï➮Ö❐ÏÖ❐n➬ ❐Õ ❐ ❒❐rmÐ Ï ❰Ø ✃ ➮×❰✃ ❐ m➱ÏÔÖ❰n m➮ÏÔ ❒ ❰ÏÕ ❐r❰ ÖÐÏÞl❰k y❐nÔ t❰Õ❐k Õ❰➬➮rl➱Ö❐nÕ ❐n t❰Õ ❐k×➮Ô ➱ Ï❐Ñr ß❐k❐❐yl t➮ntu✃ ❐j❐ pr➮Õ ❰Ö❐t s➮×❐Ô ❐❰ suku

ÕÐ à ❰Ï ❐nÕ❰ Ü ÏÕÐ Ï ➮✃ ❰❐ ×❐❰k✃ ➮á ❐r❐ Ö➱ ❐nt❰t❐t❰Þ Õ ❐nÖ➱ ❐l❰t❐t❰Þ ✃ ➮r❰ÏÔ m➮Ï➱ ❐❰

p u j

❰❐ÏØ Ï ❐mun j➱Ô ❐ t❐k✃ ➮❰ÏÔr juÔ ❐✃ ➮➬❰❐k❐n kr❰t❰Ö❐ÏÑâr❰t❰Ö❐n❰Ï❰Õ ❐t❐ÏÔ t❰Õ ❐k ❒❐ny❐Õ ❐r❰ suku×❐nÔ ✃ ❐ l❐❰nÏ ❐mun j➱Ô❐ or❐ÔnÓ ❐w❐✃ ➮ÏÕ ❰r❰Ñ

Ò❐yor❰t❐s or❐Ôn Ó ❐❐w m➮ÏÔÔun❐Ö❐n×❐❒ ❐✃ ❐ Ó ❐❐w✃ ➮×❐Ô ❐❰ ×❐❒❐s❐

✃ ➮❒ ❐r❰❮❒❐r❰Ñ ã➮×❐Ô ❰❐n l❐❰nn❐y m➮Ô Ô ➱Ï ❐n k❐n×❐❒❐✃ ❐ Ó ❐w❐ y❐Ôn ×➮ár ❐mpur ×❐❒ ❐✃ ❐ Ü Ï ÕÐÏ➮✃ ❰❐Ñ ä❐❒ ❐✃ ❐ Ó ❐w❐ ×❰✃ ❐ Õ❰Ö❐t❐Ö❐n×❐❒ ❐✃ ❐ y❐Ôn rum❰t Ö❐r➮Ï❐

✃ ➮l❐❰n m➮m❰l❰Ö❰ t❰ÏÔÖ❐t❐n×➮rÕ❐✃ ❐Ö❐r n✃ ❰❐➬❐ y❐Ôn Õ ❰❐j❐k×❰á ❐r❐Ø ×❐❒ ❐✃ ❐ Ó ❐❐w

j

➱Ô❐ m➮m❰l❰Ö❰➬➮×➮Õ ❐❐r nÕ❐l❐m❒❐l ❰Ð Ï ❐✃ ❰Ñnt åsp➮k×❐❒ ❐s❐ ❰Ï❰ m➮➬ ➮mÔ❐n r➱❒ ❰

❒➱×➱ ÏÔ❐n✃ Ð✃ ❰❐l Õ❐l❐m×➱Õ ❐❐yÓ ❐w❐Ñ ä❐❒ ❐s❐ Ó ❐w❐✃ ➮Ï Õ❰r❰ m➮m❰l❰Ö❰ ×➮r×❐Ô ❐❰

m


(27)

ç èé èsè ê èwè ëì èílkîìríï ðñ ò ëì èlíkóí ôèòl ëì èílkç ènyumès ëèn

ëì èílkçìèumyu(dialek barat) Bahasa Jawa dialek Pekalongan, dialek

Semarang, dialek Yogyakarta dan dialek Madiun (dialek timur/tengah) Bahasa

Jawa dialek Surabaya, dialek Malang, dialek Jombang, dialek Banyuwangi

(dialek timur) Menurut penelitian beberapa kalangan, saat ini bahasa suku

bangsa yang paling bertahan lama dari semua bahasa yang ada di Indonesia

adalah bahasa Jawa. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa memiliki

kebanggan yang luar biasa terhadap bahasanya. Dimanapun masyarakat Jawa

berada, saat bertemu dengan orang Jawa lain, maka ia akan menggunakan

bahasa Jawa untuk berkomunikasi. http://ridwanaz.com/umum/seni-budaya

Menurut Larry A. Samovar, Richard E. Porter dan Edwin R.

McDaniel, identitas budaya merupakan adalah karakter khusus dari sistem

komunikasi kelompok yang muncul dalam situasi tertentu.

Diverse groups can create a cultural system of symbols used, meanings assigned to the symbols, and ideas of what is considered appropriate and inappropriate. When the groups also have a history and begin to hand down the symbols and norms to new members, then the groups take on a cultural identity. Cultural identity is the particular character of the group communication system that emerges in the particular situation (Samovar, 2006: 56).

Dari penjelasan tersebut, dapat dipahami ketika suatu kelompok

masyarakat telah mewariskan simbol-simbol dan norma-norma secara turun

temurun, maka berarti kelompok tersebut telah memiliki identitas budaya.

Identitas budaya sangat berpengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi

antar budaya. Kemampuan orang berdasarkan kategorisasi, strata sosial, pola

kepercayaan, pola pikir dan pola perasaan berdasarkan kebudayaan tertentu


(28)

õö ÷ntøtùs ú ûöùùy m÷nüùýuþùö ù þ ÷nü÷rtøùnøÿö ø øöûùyünú÷ù ✁ùr l öùør ✂÷ùnü üùùot n✄ùrmol ùtùuøÿ✄ùorml öùùlm✂÷lompok yùnü m÷n÷rû✁✂ùnö ùn

m

÷ÿùÿ ù✂ùmnþ÷nü÷ù ☎ ûùÿ ✆t ✂÷ù✂øÿùÿ✆y ÿøùø ✆l ✁ø✂ùþ ✆ trùö ø ✁ø öùnýùrù ☎ø ö ûþ ✝ ✞÷r☎ùøùt nøö ÷øtnùts úûö ùùy ùö ùù ☎l m÷nü ÷ÿùø ùþ ù yùnü t÷ù ☎l öøþ÷ùlùjør

✁÷✁ ÷ùornü ö ø mù ✁ù lùluöùnúù üùøùmùn m÷r÷✂ù m÷nüüun ù✂ùnnùy untuk

m

÷þ ÷ÿüùm rû ☎ø mù ✁ùö÷pùn(Jameson, 2007: 207 -208). Identitas memiliki sifat

yang dinamis, tidak pernah stabil dan prosesnya pun sering berubah. Setiap

orang selalu berubah sepanjang waktu baik secara pasif maupun aktif. Oleh

karena itu, dalam komunikasi antarbudaya ini kita akan selalu berusaha untuk

mendekati, membentuk dan bahkan menerima transformasi perubahan tersebut

(Liliweri, 2003: 81).

4. Budaya Jawa

Menurut koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

(koentjaraningrat, 1994: 180).

Budaya Suku Jawa Indonesia merupakan sebuah budaya yang dianut

oleh semua masyarakat suku jawa meliputi, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan

DIY. Secara garis besar budaya jawa terbagi menjadi tiga budaya yaitu budaya

DIY dan Jawa Tengah, budaya Banyumas, dan Budaya Jawa Timur. Didalam

budaya Jawa selalu menjunjung tinggi tentang kesopanan bertingkah dan


(29)

t

✟✠ ✡☛ ✡r t ✠ ☞ ✌ ✡w✡ ✍✟n✎ ✡✏ ✑ ✌ ✡w✡✍ ☞mur ✠✡n✒✓Y budaya jawa juga terdapat di

daerah perantauan orangjawa seperti Jakarta, Sumatera.

Budaya yang dianut oleh suku jawa ini menjadi salah satu budaya

Indonesia yang disukai oleh masyarakat manca negara. Kebanyakan orang

diluar negeri tertarik dengan seni Wayang Kulit, Gamelan,dan seni Batik.

Budaya jawa dikatakan sebagai budaya unik karena terbagi menjadi dua

bahasa yaitu bahasa Jawa Ngoko dan Madya Krama. Budaya Jawa identik

pluralitas karena suku Jawa selalu menghargai semua agama.

Penelitian Clifford Geertz (dalam Robertson, 1986: 182) membuktikan

bahwa desa di Jawa sama tuanya dengan orang Jawa. Evolusi desa di Jawa

hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini pada masing-masing tahapnya

telah ditata dan diekspresikan dengan suatu sistem religius yang kurang lebih

menyatu. Sebelum kedatangan agama Hindhu sekitar tahun 400 SM, tradisi

keagamaan dari berbagai suku Melayu masih mengandung unsur-unsur

animisme. Setelah berabad-abad kemudian tradisi animisme di Jawa ini

terbukti mampu menyerap ke dalam unsur-unsur yang berasal dari Hindhu dan

Islam yang datang belakangan pada abad XV M. Jadi, menurut Geertz pada

masa sekarang ini sistem keagamaan di pedesaan Jawa pada umumnya terdiri

dari suatu perpaduan yang seimbang dari unsur-unsur animisme, Hindhu, dan

Islam, suatu dasar yang merupakan tradisi rakyat yang sesungguhnya, suatu

sub dasar dari peradabannya. Penelitian Geertz ini kemudian memunculkan

tiga golongan masyarakat Jawa, yaitu priyayi, santri, dan abangan yang


(30)

✔✕✖ ✗l t✘m✙✕n✚ ✘✘rtz ✛ ✗ ✕✕ts m✘✙✜✜ ✕jnun n✕✛✕ ✢✗r✗ ✜ ✣ ✙✖ ✙✖ t✘✕ntn✤ ✜ ✘✥✘✕ ✤✕r ✕✕mn m✕✕syr✕k✕t ✦✕✕w ✧✜✣✙✖ ✙✖★✕y m✕✕sy✕✜✕r t ✩✙✖✪✗✕✧mny m✘✖✜✗pun ✛✕✕lm✫ ✘rk✘m✥✕✤✕n n✖ ✘✕l✕✧njutny ✜ ✘t✗✜ ✕ m✕✕sy✕✜ ✕r t s✕✛✕r ✕k✕n✕ ✤✕m✕✕ny

✛✕n✫✘n✤ ✘✕ ✣✙✕t ✕nyn t✘nt✕★✤✕ ✤✕✕m s✘m✕✜ ✗n m✘n✛✕✕l✧mm✘r✘✕k✖ ✘✛✗✜ ✗t ✛ ✘m✗ ✖ ✘✛✗✜ ✗t m✘l✘✫✕✖ ✜✕n ✗✜✕✕tn ✖ ✗nkr✘t✗✘sm y✕n✤ m✘r✙✫✕✜✕n w✕r✗✖ ✕n ✛✕r✗

✜ ✘✫ ✘r✢✕✕✕y n✕✕tu✕ ✤✕m✕ m✕✖ ✕ l✕✕luny y✕n✤ ✛ ✕✕lm✛ ✗★✕m✗✜✕✕ny ✛ ✗✕n✤✤✕ p ✖ ✘✥✕ ✤✕ ✗ ✥✙✛✕✕y y✕n✤ m✕✖ ✗✣ t✘s tru✘r✫ ✘l✗✣✕✕r ✛✘★✤✕n✥✕ ✗✜✧ ✥✕ ✣✜ ✕n✣✕rus

✛ ✗junj✙★✤ t✗★✤ ✤✗✬ ✭✘✤✕n n✜✕✕t l✕ ✗★✧ ✥✙✛ ✕✕y y✕n✤ ✥✘✜ ✘r m✥✕✤n ✛ ✗ ✦✕w✕ ✗kut

m

✘m✫✘★✤✕r✙ ✣✗ ✖ ✗✜✕p k✘✥✘✕ ✤✕r m✕✕n m✕sy✕r✕k✕✕✬tny ✮✗✜ ✕p✜ ✘✥✘✕ ✤✕r m✕✕n

✖ ✘✫ ✘rt✗✗★✗ t✗✛ ✕k✣✕✕yn✛✗m✗l✗✜ ✗ m✕✕sy✕✜ ✕r t ✛✘ ✖✕✧ t✘✕ ✫ ✗t j✙ ✤✕ t✘rj✕✛ ✗✛ ✗✜✕✕★✤✕l n

m

✕✕sy✕r✕kt k✕✧to t✘✕rut✕m k✕to ✯✕kot ✛ ✗ ✦✕w✕ ✰ ✘★✤✕ ✣ ✥✕ ✤✗✕n✖ ✘l✕✕tn✖ ✘✫ ✘rt✗

Yogyakarta, Solo (Surakarta) dan kota-kota lainnya. Dalam perkembangannya

Yogyakarta kemudian menjadi satu provinsi tersendiri di negara kita.

Masyarakat seperti itulah yang kemudian melahirkan suatu agama yang

kemudian dikenal dengan Agama Jawi atau Islam Kejawen, yaitu suatu

keyakinan dan konsepkonsep Hindhu-Buddha yang cenderung ke arah mistik

yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai agama Islam

(Koentjaraningrat, 1994: 312).

Pada umumnya pemeluk agama ini adalah masyarakat Muslim, namun

tidak menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan, karena adanya aliran lain

yang juga dijalankan sebagai pedoman, yaitu aliran kejawen. Kejawen


(31)

y

✱✲n ✳✴✴rtnt✱✲✱n n✵✴✲✱n n✱j✱r✱n✶sl✱m✷ ✸✴p✴rt✹ ✺✴✻ ✱r y✱ t✴r✼ ✱✵✱p✱✵✱ny✱

✽✴✽ ✾✱t✱n l✱✹n✸ ✴l✱✹n✽✴✽ ✾✱✱tn✿ll✱✼ ❀WT. Kepercayaan terhadap kekuatan

dimaksud di antaranya adalah percaya terhadap roh, benda-benda pusaka, dan

makam para tokoh, yang dianggap dapat memberi berkah dalam kehidupan

seseorang. Sebagian besar masyarakat Jawa telah memiliki suatu agama secara

formal, namun dalam kehidupannya masih nampak adanya suatu sistem

kepercayaan yang masih kuat dalam kehidupan religinya, seperti kepercayaan

terhadap adanya dewa, makhluk halus, atau leluhur. Semenjak manusia sadar

akan keberadaannya di dunia, sejak saat itu pula ia mulai memikirkan akan

tujuan hidupnya, kebenaran, kebaikan, dan Tuhannya (Koentjaraningrat, 1994:

105). Salah satu contoh dari pendapat tersebut adalah adanya kebiasaan pada

masyarakat Jawa terutama yang menganut Islam Kejawen untuk ziarah

(datang) ke makam-makam yang dianggap suci pada malam Selasa Kliwon

dan Jum ah Kliwon untuk mencari berkah. Masyarakat Jawa yang menganut

Islam Kejawen dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari juga

dipengaruhi oleh keyakinan, konsep-konsep, pandangan-pandangan, nilai-nilai

budaya, dan norma-norma yang kebanyakan berada di alam pikirannya.

Menyadari kenyataan seperti itu, maka orang Jawa terutama dari kelompok

kejawen tidak suka memperdebatkan pendiriannya atau keyakinannya tentang

Tuhan. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepercayaan dan keyakinan

sendiri adalah yang paling benar dan yang lain salah. Sikap batin yang seperti


(32)

❁ ❂❃❄r ❁ ❄❅k❆❅❁ ❅ ❆❄ ❇❈ ❉ ❂❊ ❅ ❆❋●❄n ❁❂❄❈❄r m❄ m❄nuup❆❅❁ ❅ ❆❄ ❇❈ ❍❁❅ ❆❄n❈ y❄❈n l❄❅n

(Koentjaraningrat, 1994: 312).

Banyak orang yang masih bingung apa itu budaya dan apa itu

kebudayaan, berikut ini akan saya jelaskan sedikit pengertian dari kebudayaan

dan budaya. Budaya lebih berkaitan pada aktifitas manusia. Budaya berasal

budi dan akal. Budaya bisa diwakili individu tetapi tidak berarti menyeluruh

sebagai contoh budaya orang jawa, seorang yang berasal dari pesisir pantai

utara jawa bisa dikatakan dia berbudaya jawa tetapi tidak berarti sepenuhnya

mewakili budaya jawa karena budaya jawa itu berbeda beda menyesuaikan

tempatnya tapi pada dasarnya sama. Buadaya itu berkembang budaya itu harus

dilestarikan menurut saya kurang tepat, kenapa? budaya bisa mati apabila

pelaku (masyarakat) yang bersangkutan punah secara otomatis budaya juga

akan punah. Bisa kita lihat pada suku indian setelah adanya bangsa bangsa

pendatang secara berangsur anggota mereka berkurang secara otomatis pelaku

yang melakukan budaya dari suku tersebut mulai sedikit dan akhirnya saat

anggota suku indian tersebut habis tidak ada yang melanjutkan budaya dari

suku indian dan bisa dikatakan budaya tersebut mati. Budaya hidup di

masyarakat. Budaya bisa dikaitkan dengan budi dan akal. Budi bermain pada

ranah baik buruk disini budaya bersifat baik dalam artian bersifat baik pada

lingkup tertentu bukan mengglobal. Akal bermain pada ranah logis atau tidak

logis. Sedangkan kebudayaan sendiri lebih ke kebiasaan seseorang yang


(33)

■ ❏❑ ▲▼◆ ❑◆l n▼ ❖ ◆tu▼ P▼▼ ❖l ◗ont❘ ❖ ❙❚❯ ❏ P▼▼▼y nP◆▼❑▼m ◗▼▼r m❚❚ ❙▼r m❚▼njw▼❯

t

▼▼❑ ▲▼nt n▼▼lmP◆ P▼ ❚▼ ❖r ❚t■❚❯❏❱❲r ❳◆■ ▼ ❙◆t▼ k▼▼ ❙▼t n❯ ▼ ❖▼w❯ ❏ P▼▼y l❚❯ ◆ ❖ ❯❚■ ◆❨▼r t ❩▼ P▼❙❚❯◆▼▼▼s n s❚■ ❚▼orn▲▼t▼u▼◆❨ ◆kt ▼ts y▼❑▲P◆▼ ❙❏ ❙▼l n❯❚▼ruln▲ ul▼❑ ▲ ■❚P▼n▲❙▼n❙❚❯ ❏ P▼▼▼y n l❚❯◆ ❖ ❯❚r■ ◆❨▼t ❙❚ l◆❑ ▲kupP◆m▼❑▼ m▼▼sy▼ ❙▼r t t❚■ ❚❯❏❱r ❯❚▼ P▼r P▼l▼m r▼n▲ ❙▼ m❚nj▼w▼❯❱▼▼ntn▲▼❑❲

❬❚nurut ❭lo Liliweri dalam buku Komunikasi Antarbudaya

mendefinisikan bahwa kebudayaan adalah, prilaku yang telah tertanam, ia

merupakan totalitas dari suatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari

pengalaman yang dialihkan secara sosial (disosialisasikan), tidak sekedar

sebuah catatan ringkasan tetapi dalam bentuk prilaku melalui pembelajaran

sosial (Liliweri, 2003: 8). Definisi yang lain menjelaskan kebudayaan adalah

segala sesuatu yang dimiliki bersama oleh seluruh atau sebagian anggota

klompok sosial. Segala sesutu yang coba dialihkan oleh anggota tertua dari

suatu kelompok kepada anggota yang muda (Adler, 1997: 15).

Budaya menyangkut empat hal : (1). Sistem makna yang dianut

bersama, (2). Bersifat relatif. Tidak ada budaya yang absolut dalam arti tidak

ada standard budaya untuk menentukan budaya maju atau terbelakang, (3).

Dipelajari karena budaya diperoleh secara sosial, dan (4). Kelompok. Budaya

tidak menyangkut benar atau salah, bukan merupakan perilaku individual dan

bukan bawaan secara genetik (Hoecklin : 1995:24-25). Dalam budaya terdapat

subbudaya-subbudaya dengan karakteristik yang membedakan antara satu


(34)

❪❫ ❴ ❴❪ot ❵❛ ❪tu❜ ❝kopmlo❞ ❝r❡nt❝❪❜❵❡r ❢ ❝n❴❪n❪❫❴❴❪ot ❢ ❪❡r ❜ ❝lompok l❪❡n ❢ ❝❫❴❪ ln❪t❪r ❞❛ ❢ ❪❪y y❪n❴❞❝r❞ ❝❢❪❣

❤❛ ❢❪❪y m❝❛ ✐❪r k❪n❜ ❝❪❫❴❜ ❪r t❡❫❢ ❪k❪n m❪❫❛❵❡❪ (penyesuaian diri dan

gaya komunikasi) dalam menghadapi lingkungannya. Budaya diperoleh

manusia melalui proses belajar karena itu budaya berpengaruh dalam

keseluruhan hidup manusia dan merupakan landasan komunikasi. Budaya

sendiri sering dianggap remeh karena secara tidak sadar budaya telah

mempengaruhi perilaku dan cara berpikir seseorang. Identitas budaya

seseorang biasanya timbul dan disadari pada saat berInteraksi dengan anggota

dari komunitas budaya yang berbeda. Makin besar persamaan makin dekat

mereka kepada kita, sedangkan makin besar perbedaan maka semakin jauh

mereka dari kita (Samovar, 1981:10).

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan

mengumpulkan dan menganalisis iklan televisi. Dikarenakan objek penelitian

ini adalah tayangan audio visual, yang lebih tepat menggunakan jenis

penelitian kualitatif, dengan metode penelitian analisis semiotika. penelitian

ini cenderung kearah paradigma konstruktivis, apa yang kita pahami sebagai

pengetahuan dan kebenaran objektif merupakan hasil perspektif, yang


(35)

t

❥❦ ❧♠♥ ♦♠n♣❥❦ ❧♠ ♦♠t nq rs♠jrtu n❧♠r❥ t♠r♠ trl♠ku m♠❦s♥ ❥♠ y♠✉n js ✉♠ mrm❥l❥ ♦❥

tu j

s♠n(Zubair, 2013: 293).

2. Objek Penelitian

Objek dari penelitian ini adalah beberapa iklan televisi atauTelevision

Commercial Advertisement (TVC Adv),meliputi; 1) iklan obat batuk (Oskadon

Pancen Oyee). 2) iklan 76 versi JIN 3) iklan Alang Sari Versi Soimah 2012,

4) Iklan Kuku Bima Ener-G! Laskar Mandiri Versi Mbah Maridjan 2009

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

Dalam penelitian ini data dokumentasi diambil untuk

mengidentifikasikan representasi identitas Jawa dalam beberapa iklan yang

telah dipilih, berupascreen capture (potongan gambar-gambar) dari beberapa

shot atau scene yang menggambarkan bagaimana identitas etnik Jawa

ditayangkan pada tayangan iklan televisi.

b. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yang

diperoleh dari literatur, buku, tulisan-tulisan, majalah, jurnal, baik dari media


(36)

4. Teknik Analisis Data

✈✇① ②n n m✇③ ④✇t ⑤✇⑥✇l⑦t⑦②n⑧⑨ ②l⑦t②t⑦⑩ ④②n③ ❶❷✇k⑤✇⑥✇l⑦⑦②t n y②n① ❶✇rup②

t

②y②① ②n n❸⑦su②❹l m②⑧② t✇ ⑧⑥ ⑦k②⑥②l⑦❺⑦s ④ ②t② y②n① ④ ⑦①un②⑧ ②n②④②l②❻ ②n ②l⑦❺⑦s ❺✇m⑦ot⑦⑧②❹ ④✇⑥①②n②n②l⑦❺⑦s ❺✇m⑦⑦⑧②to ❼②⑥④ol ❽ ②rt❻✇s untuk m✇⑥ ① ②n②l⑦❺⑦s

m

②⑧⑥② ❾m②⑧⑥② y②①n t✇rs⑦r②t ④②②lm⑤✇❺②n k⑥ ⑦⑧ ②❺⑦omu ④ ②②lm❶✇ntuk❸⑦❺⑨②l❿

➀okus ④ ②r⑦ ⑧ ②⑦②j n❽ ② rt❻✇s t✇✇rlt②k⑤ ②④② ❺⑦✇stm t②⑥④② t⑦n① ⑧②t k✇ ④⑨② ②t②u

m

✇t②❶②❻②❺②❿ ❼ol②⑥④ ❽②❻✇rt s ②④ ②l②❻ s ✇②or①n ⑤✇⑥ ① ⑦kut ➁②✇ussur y②⑥ ①

m

✇⑨ ⑤ ②⑧②r n❺✇or②①n toko❻ y②①n ④⑦⑧✇n②l ❺✇ ❶ ②① ②⑦ ⑤✇✇lt②k④②s②r ❶②①⑦ l⑦⑥① ⑨ ⑦st⑦k

m

③ ④✇rn y②n①④⑦⑧✇⑥ ②l ④✇n①②n s✇m⑦ot⑦⑧ ②❿

➂✇m⑦⑧⑦r②n❽②❻✇rt s ❶②ny②k❶ ②②ynk④ ⑦⑤✇n① ②⑨❻⑦r o✇❻l ➀✇r④⑦n②⑥ ④ ④✇ ➁②ussur✇❹ y②⑦⑨➃t

②) Sebuah tanda adalah kombinasi darisignifierdansignified.

b) Suatu tanda tidak berdiri sendiri tetapi merupakan bagian dari

suatu sistem (Griffin, 2003: 356).

Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna

(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca.

Signified adalah gambaran material, yakni pikiran atau konsep aspek mental

dari bahasa keduanya merupakan dua aspek yang tidak bisa dipisahkan seperti

dua sisi mata uang. Hubungan antara keberadaan fisik tanda dan juga konsep

mental tersebut dinamakansignification, dengan kata lain signification adalah

merupakan upaya dalam member makna pada dunia (Fiske dalam Sobur,


(1)

❬ ❭❪❫ ❴ ❵❛❜ ❝❜ ❞❡❜ ❢❜ ❣❜ ❵❤ ❜❢ ❜ ❣❜ ❞ ❴ ❭✐❝ ❫ ❣ ❣❥ ❣❜❦ ❭ ❧ ❜❡❜♠ ❛❜ ❵❤ ❜❢ ❜ ❢❭ ❢❜ ❣❜✐

❭❦ ❣❜ ❵ ♥❴❦ ❜❢❫❵ ❴❥❫♦❜ ❵❤ ❛❜ ❵❤ ❝ ❥♦ ♣♦❫q❥ ❴❭ ❢❜ ❣❜ ❵❤ ✐ ❥♦r ♣❜❦❜ ❵ ❴❜❪r ❴❫ ❴❫❦ ❛❜ ❵❤

❴❜ ❵❤ ❜❪ ❢ ❭❦ ❜❤r✐ ❭ ❫♦❜ ❵❤ ❧ ❜❡❜ ❝❜ ❞❦❜ ❵ ❴❥❫♦❜ ❵❤ s❜ ❣❜ ❵❤ ❴r❢ ❜ ❞ ✐❥ ❵t❜❢ ❭ ❭❢❥ ❵❪ ❭❪❜ ❴

❝r❢❜❛❜ ❧ ❜❡❜

✉❦❫ ❥ ❵❪t❜♦❜ ❵❭❵❤♦❜❪♠ ✈✇✇ ① ② ✈③ ④⑤⑥ s❜ ❣❜ ❵❤ ❴❥ ❵❢❭♦❭ ❜❢❜ ❣❜ ❞ ❦❥❦r❜❪❜ ❵ ❴❥ ❵❪♦❜ ❣ ❢ ❜♦❭ ❢r❵ ❭❜ ❡❜❛❜ ❵❤⑥ ⑦❥ ❵r❣❭❴ ⑧❥♦❭❪❜ ❢ ❜ ❵ ♣♦❫ ❢r❴❥♦♠ tr ♦r ⑧❥♦❭❪❜ r❪❜✐❜ ❢ ❜ ❵

❦❫❵❢r❦ ❪❫♦♠ ❭❜❜❢❜ ❣❜ ❞♣❥ ❵ ⑧❭♣❪❜ ❴❥♦❪❜ ♣❥ ❵❤❤❥♦❜❦r❪❜✐ ❜❢ ❜♦❭❢r❵ ❭❜❝❜ ❛❜ ❵❤❜ ❵❛❜ ❵❤

❭❣r❴ ❭q⑥ ⑨❜✐❥✐ ❝❜ ❡❜ ♣❥ ❵❫❵❪❫❵❵❛❜❦ ❥ ❡ ❭❣❜❛❜❞⑩❡❭❣❜ ❛❜ ❞ ⑧❥♦❭❪❜❦r❵❜❢ ❥ ❵❤ ❜ ❵❝r❵❛ ❭

❴r❜♦❜ ❵❛❜⑥ ⑨❜ ✐❥ ❵❤ ❞ ❭❢r♣❦ ❜ ❵ ❝❫❵❥❦ ❜ ⑩❝ ❫ ❵❥❦❜ ❢ ❭ ❪ ❜ ❵❤ ❜ ❵❵❛❜♠ ✐❥✐ ❝r❜❪ ✐ ❥♦❥❦ ❜

✐❥ ❵ ⑧❜♦❭♠ ❝ ❥♦❦ ❥ ❣❜ ❵❜♠ ❴r❴❜❞♠ ❤ ❥✐❝❭♦❜♠ ❴❥♦❪❜ ❝ ❥♦❝ ❭⑧❜♦❜ ❢ ❥ ❵❤ ❜ ❵ ❡❜♦❵❜ ❵❜❢❜ ❴❥♦❪❜

❪❥❦❜ ❵❜ ❵ ❛❜ ❵❤ ❴❥ ❣❜ ❣r ❝❥♦ r❝ ❜ ❞ ♣❥♦❜ ❵ ❛❜ ❵❤ ❢❭❣❜❦r❦ ❜ ❵ ❴❥❫♦❜ ❵❤ ❢ ❜ ❣❜ ❵❤ ❴❜❵❤❜❪

❦❫ ✐♣❣❥❦ ❴⑥

⑦❜❢❜ ❜❦ ❞ ❭♦ ❢❜♦❭ ♣❥✐❝ ❜ ❞❜ ❴❜ ❵ ❢ ❜ ❵ ❜ ❵❜ ❣❭❴❜ ❝ ❜❝ ⑨⑨ ⑨ ❭❵❭ ♣❥ ❵❥ ❣❭❪ ❭ ❜❦❜ ❵

✐❥ ❵❛❜t ❭❦ ❜ ❵ ❞❜ ❴ ❭❣❛❜ ❵❤❢❭♣❥♦❫ ❣❥ ❞♣❜❢ ❜❜ ❵❜ ❣❭❴❭❴ ❴❥ ✐ ❭❫❪ ❭❦ ❜ ❛❜ ❵❤❪❥ ❣❜ ❞❢❭❪❥♦❜♣❦❜ ❵

r❵❪r❦ ✐ ❥ ❵❤ ❜ ❵❜ ❣❭❴❜ ♦❥♣♦❥ ❴❥ ❵❪❜ ❴ ❭ ❭❢ ❥ ❵❪ ❭❪❜ ❴ ❝r❢ ❜ ❛❜ ❧ ❜❡❜ ❢ ❜ ❣❜✐ ❭❦❣❜ ❵ ❪❥ ❣❶❭❴❭

⑨ ❵❢ ❫ ❵❥ ❴ ❭❜ ❛❜ ❵❤ ❢❭✐❜ ❵❜ ❜❢❜ ❝ ❥❝ ❥♦❜♣❜ ❭❦❣❜ ❵ ❷❥ ❣❥❶❭❴❭ ⑨ ❵❢ ❫ ❵❥ ❴ ❭❜ ❴❥♣❥♦❪ ❭♠ ♥❝❜❪

❸❜❪r❦ ❹♥❴❦ ❜❢❫❵ ⑦❜ ❵ ⑧❥ ❵ ♥❛❥ ♠ ❺❫❦ ❫❦ ❻ ❼ ❽❥♦❴❭ ❧ ⑨❾ ♠ ❿❣❜ ❵❤ ➀❜♦❭ ❽❥♦❴❭

➀❫ ❭✐ ❜ ❞➁♠ ➂r❦r ❸❭✐❜ ➃ ❵❥♦⑩➄ ❽❥♦❴ ❭ ❬❝ ❜ ❞ ❬❜♦❭❢ t❜ ❵➁ ❫ ❣❥ ❞ ♣❥ ❵❥ ❣❭❪ ❭

✐❥ ❵❥✐r❦❜ ❵ ❝ ❥❝❥♦❜♣❜ ❞❜ ❴ ❭❣

y

❜ ❵❤ ❢❭♣❥♦❫❣❥ ❞⑥ ➅❜ ❴ ❭❣ ❪❥♦❴❥❝r❪ ❦❥✐r❢❭❜ ❵ ✐❥ ❵t❜❢ ❭ ❝❥❝ ❥♦❜♣❜✐ ❭❪❫❴❧ ❜❡❜

y

❜ ❵❤❪❥♦❢ ❜♣❜❪❢ ❜ ❣❜✐❭❦ ❣❜ ❵❢ ❭❜❪❜ ❴❜ ❵❪❜♦❜❣❜ ❭❵②

✈⑥ ❡❜ ❵❭❪❜❧ ❜❡❜

y

❜ ❵❤⑧❜ ❵❪ ❭❦ ❭❪r❴ ❭❵❢ ❥ ❵⑥ ④⑥ s❜ ❣❜ ❵❤❴❥❝❜ ❤❜ ❭❴❭✐ ❝❫❣❣❥ ❣❜❦ ❭❧ ❜❡❜⑥

➆⑥ ❸❜ ❞❡❜❣❥ ❣❜❦❭❧ ❜❡❜❭❪r ♣❥♦❦❜ ❴❜⑥


(2)

.

➈➉➊ ➋➌ ➍

u

➎➏➐

➑➒➓➒ ➔➒➔ →➣ → ↔↕ ➣↕ ➙→➛→ ➒ ➜➒ ➣ ➝↕ ➣➞➟➒➓→➠➜ ➒ ➣ ➜↕ ➡ →➝↔➢ ➙➒ ➣ ➓ ➒➠ → ↔↕ ➣↕ ➙→➛→➒ ➣

➛↕ ➣➛➒ ➣ ➞➠ ↕ ↔➠ ↕ ➡↕ ➣ ➛➒ ➡ →→➓ ↕ ➣ ➛→➛➒ ➡➔ ➢➓ ➒➤➒ ➥➒➦➒➓➒ ➙➒ ➝→➜ ➙➒ ➣➛↕ ➙↕➧→➡ →➨➣➓➩➣↕ ➡ →➒➫ ➭➒➜➣→

➯➢➜ ➢ ➲ →➝➒ ➳ ➣↕➠➵➸➺↕➠ ➡ →➻➼➔➒➟ ➼ ➒➠ →➓ ➽➒ ➣➾➚➪➩➜➩➜ ➶➹➺↕➠ ➡ →➻➥ ➨➘ ➚ ➴➙➒ ➣ ➞➷➒ ➠ →

➺↕➠ ➡ → ➷➩→➝➒➟ ➾➚ ➬➔ ➒ ➛ ➲➒ ➛➢ ➜ ➬➡➜ ➒➓➩➣ ➑➒ ➣➮↕ ➣ ➬

y

↕ ➫ ➑↕ ➣↕ ➙→➛→ ➝↕ ➣↕ ➝➢➜ ➒ ➣ ➔ ↕➔↕➠➒ ↔➒ ➔ ↕ ➣➛➢ ➜ →➓ ↕ ➣➛→➛➒➡➔ ➢➓ ➒

y

➒ ➥➒➦➒➚ ➝↕ ➙→↔➢ ➛→➱ ➒ ➛➠→➔➢➛ ↔➒➜ ➒ →➒ ➣ ↔↕ ➣➽➢ ➒➙ ➽➒ ➝➢ ➞↕ ➣➓➩➣➞ ➡↕ ↔↕➠ ➛→ ➽➒➠↕➜ ➓➒ ➣ ➜ ↕➔➒➤➒➚ ➔ ↕ ➡➜ ➒ ↔➚ ➔ ↕ ➙➒ ➣ ➞➜➩➣➚ ➽➒➠ ↕➜➚ ➡➒ ➣ ➞➞➢ ➙➚ ➓ ➒ ➣

→➓↕ ➣ ➛→➛➒ ➡➒➓➒ ➛➥➒➦➒➔↕➠ ➔↕ ➣ ➛➢➜➽➩➞ ➙➩➓ ➒ ➣➽➢ ➞➒➞↕➔➤➩➜➦➒➤➒ ➣ ➞➫

➷↕➓➒ ➣ ➞➜ ➒ ➣ ➡↕ ➝→➩➛→➜➒ ➪➩➙➙➒ ➣➓ ➲ ➒➠ ➛➟ ↕ ➡ ➝↕ ➝➔ ➒ ➣➛➢ ↔↕ ➣↕ ➙→➛→ ➢ ➣ ➛➢➜

➝↕ ➣↕ ➝➢ ➜➒ ➣➔ ↕➔↕➠ ➒ ↔➒➝→➛➩➡➤➒ ➣ ➞➓→➟➒ ➡ →➙➜ ➒ ➣➓ ➒➠ →➛➒ ➛➒➠➒ ➣↔↕➝➒➜➣➒➒ ➣➛➒➟➒ ↔➜ ↕➓➢ ➒

➤➒➜➣→➜➩➣➩➛➒ ➡ →➫➼ →➛➩➡ ➵ ➝→➛➩➡➛↕➠➡↕➔ ➢ ➛➒➓➒ ➙➒➟➱

➨➜ ➙➒ ➣ ➯➢ ➜➢ ➲ →➝➒ ➝ →➛➩➡ ➤➒➣➞ ➛↕➠ ➓➒ ↔➒ ➛➓→➓ ➒ ➙➒ ➝➣➤➒ →➒ ➙➒➟ ➡➩➡➩➜ ➙➒➜ → ➵➙➒➜→

➥➒➦➒ ➤➒ →➛➢ ➝➔ ➒➟ ➼ ➒➠ →➓ ➽➒ ➣ ➝↕ ➣ ➽➒➓ → ➽➢ ➠➢ ➜➢➣➮→ ➓→ ➝➒ ➣➒ ➡↕➩➠ ➒ ➣➞ ➒➔➓→ ➓➒ ➙↕ ➝

➜➠ ➒ ➛➩➣ ➤➩➞➤➒➜ ➠➒ ➛➒ ➤➒ ➣ ➞ ↔➠➩ ✃↕ ➡ →➣➤➒ ➡↕➔ ➒ ➞➒ → ➽➢➠➢ ➜ ➢➣➮→ ➝↕➠➒ ↔ →➵➙➒➟ ➝➢➣➮➢➙

➒ ➣➞ ➞➒ ↔➒ ➣ ➔ ➒➟➦➒ ➼ ➔➒➟ ➼➒➠ →➓➽➒ ➣ ➒➓ ➒ ➙➒➟ ➡➩➡➩➜ ➤➒➣➞ ➜➢ ➒ ➛➚ ➨➜➙➒ ➣ ➯➢ ➜➢ ➲ →➝➒

➳ ➣↕➠ ➵➸➡↕ ➣➓ →➠ →➝↕➠↕ ↔➠↕ ➡↕ ➣ ➛➒ ➡→➜ ➒ ➣➛↕➠ ➡↕➔ ➢ ➛➔➒➟➦➒➥➒➦➒➒➓➒ ➙➒➟➜ ➢➒ ➛➚➔ ↕➠➒➓ ➒➔➓ ➒ ➣

↔↕➠➮➒➤➒ ➓ →➠ →➫ ↔➒➓➒➟ ➒ ➙ ➡↕➮➒➠➒ ↕ ➝↔ →➠ →➡➔↕ ➙→➒➢ ➒➓➒ ➙➒➟ ➡↕➩➠➒ ➣ ➞ ➤➒➣➞ ➡➢ ➓➒➟ ➛➢➒ ➠↕ ➣ ➛➒

➓➒ ➣➡↕➮➒➠➒➙➩➞→➜ ➒➛→➓ ➒➜➝➢➣➞➜→➣➝↕ ➝→➙→➜→➜ ↕➜➢ ➒ ➛➒ ➣✃→➡→➜ ➤➒ ➣ ➞➛➒ ➣➞ ➞➢ ➟➫

❐➒➓ →➠ ➣➤➒ ➡➩➡➩➜ ➙↕ ➙➒➜ → ➥➒➦➒ ➽➢ ➞➒ ➓→➛➒ ➝↔ →➙➜➒ ➣ ↔➒➓➒ →➜➙➒ ➣ ➠➩➜➩➜ ❒ ➽➒➠➢➝

➶➹ ➤➒ ➣ ➞ ➓→ ➝➒ ➣➒ ➝↕ ➣➒ ➝ ↔→➙➜ ➒ ➣ ➙↕ ➙➒➜ → ➥➒➦➒➚ ➔➒➟➦➒ ➙➒➜ → ➵➙➒➜ → ➽➒➦➒ ➤➒ ➣ ➞

➓ →➛➒ ➝ ↔→➙➜ ➒ ➣➓ ➒ ➙➒ ➝➛➒➤➒ ➣ ➞➒ ➣→➜ ➙➒ ➣→➣→→➛➢ ➝↕ ➝ →➙→➜→➡ →✃➒ ➛ ➙↕ ➙↕ ➛➚ ➙➒ ➝➔ ➒ ➣➓ ➒ ➣➜➢ ➠➒ ➣ ➞

➡→➞➒ ↔➚ ➡↕➔ ➒ ➞→➒ ➣➝➒ ➡➤➒➠➒➜ ➒ ➛➜ →➛➒➔ ↕➠ ↔↕ ➣➓ ➒ ↔➒ ➛➓➒ ➙➒ ➝➝↕ ➣ ➞➒ ➝➔→➙➜ ↕ ↔➢➛➢ ➡➒ ➣➚➩➠ ➒ ➣ ➞

➥➒➦➒ →➛➢➙➒ ➝➔➒ ➣➫❮ →➓ ➒➜ ➮↕ ↔➒ ➛➔ ↕➠ ➛→➣➓ ➒➜➒ ➛➒➢ ➑↕ ➣➒➜ ➢ ➛➫ ➼➒➜➒ ➡↕ ➛→➒ ↔➝➒ ➡➒ ➙➒➟ ➤➒ ➣ ➞


(3)

❰ÏÐÑÒÓ ÐÏÐÑ ÔÒ Õ ÑÖÑ× Ø ÙØ ÙÔ ÖÑÓÒ ÚÑ ÛÜÝÑ ÞÒßÑ Þ Òà ÔÑ Ó ÞÑÐÑá âÔÐÑÓ ãÐÑÓ Ý

❰Ñ àÒ áÒ ÚÙØ äÑÓ Ý Ñ ÞÑ ÞÒ ÞÑÐÑá ÓäÑ åÑß ÖÑ ÖÑÓ Ò ÚÑ Õ ÑÖÑ ÞÏÓÝ ÑÓ æÏÓÝ Ý ÜÓÑ ÑÓ

ØÑÓ ÝÝ ÜÐ ÜÔÏÐ ÔÙÓ ÞÏ åÑ ÝÒ çÑ Üá ÖÑÓÒ ÚÑ ÛÑÖÑ ÒÓ Ò áÏÓ ÑÓ ÞÑ ÔÑÓ åÑß ÖÑ ÒÑ ÚÏÐÑß

ÐÏæÑØ ÞÑ àÒ Þ ÜÓ ÒÑ ÑÓ Ñ ÔèÑÓÑ Ô ÞÑÓ á ÜÐÑÒ áÏÓ ÝÒÓ ÛÑ Ô áÑØ Ñ ÞÏÖÑØ Ñé êÑÐ ÒÓÒ ÛÜÝÑ

åÏ àÐÑáåÑÓ Ý åÑßÖÑ Ý Ñ ÞÒØ Ò ÚÜåÑÝÑÒ ÔÑÓ åÜÓ ÝÑ äÑÓ Ý Ø Ï ÞÑÓÝ á Ï ÔÑ à ÞÑÓ ß Ñ à Üá

ØÏá Ï àåÑ Ôé❰Ï Ù àÑÓ Ý ÝÑ ÞÒØ ÞÏÖÑØ ÑßÑ à ÜØ Ø ÑÓÝ Ý ÜæáÏáÒ Ô ÜÐÚÜÝÑØ ÞÑÓÚÑÓ ÝÝÜÓ Ý

ÛÑÖÑåÓäÑÞÑÓÞÒÑÓ ÝÝ ÑæÚÏÐÑßÐÑäÑ ÔáÏÓ ÛÑ ÞÒØ Ï Ù àÑÓ ÝÒåÜà Üá ÑßÚÑÓ ÝÝ Ñé

❰ÏÐÑÒÓ ÐÏÐÑ ÔÒ ÞÑÓ ÖÑÓÒ ÚÑÕ ÑÖÑ Ø ÙØ Ù ÔëÒÝ Ü àØÏ Ù àÑÓ Ý ÞÑÐÑÓ Ý äÑÓÝÑ ÞÑ ÞÒ

ÞÑÐÑá Ò ÔÐÑÓ ìØ ÔÑ Þ ÙÓ á Ï àÜæÑ ÔÑÓ Ø Ñ ÚÜ Ø ÙØ ÙÔ äÑÓ Ý Ø ÑÓ ÝÑ Ú ÞÒ ÔÑ Ý Üá Ò Ù àÑÓ Ý

ÕÑÖÑ åÑßÔÑÓ ØÏ Ù àÑÓ Ý íÑÐÑÓ Ý Ø Ü ÞÑß á ÏÓÛÑ ÞÒ ÒÞÏÓÚÒ ÚÑØ åÜ ÞÑäÑ Õ ÑÖÑé

íÑÐÑÓ Ý ØÏÓÞÒ àÒ Ñ ÞÑÐÑß ÔÏ Ô ÜÑ ÚÑÓ Ø ÏÓ ÚàÑÐ ÞÑ àÒ Þ ÜÓ ÒÑ ÖÑäÑÓ Ýé îÏÓ ÜÐÒØ ïÏ àÒÚÑ ÞÑÓ

æàÙ ÞÜØÏ à×ÛÜàÜ ïÏ àÒ ÚÑ ÜÚÑá Ñ ÞÑÓ Ô ÙÓÞÜ ÔÚÙ à× ÒÑÑ ÞÑÐÑßæÏÓ ïÒæÚÑØÏ à ÚÑæÏÓ ÝÝ Ï àÑ Ô

ÜÚÑáÑÞÑ àÒ ÞÜÓÒÑåÑäÑÓÝ ÑÓäÑÓ ÝÒÐ ÜØÒë éâÑáÏáåÑÖÑ æÏÓÙÓÚÙÓ ÓäÑÔÏÖÒÐÑäÑßè

ÖÒÐÑäÑßïÏ àÒ ÚÑÔ ÜÓ Ñ ÞÏÓ ÝÑÓåÜÓäÒØ ÜÑ àÑÓäÑé âÑá ÏÓÝ ßÒ Þ ÜæÔÑÓåÙÓ Ï ÔÑèåÙÓÏ ÔÑ

ÞÒ ÚÑÓ ÝÑÓ ÓäÑ× áÏáåÜÑ Ú á Ï àÏ ÔÑ á ÏÓ ïÑ àÒ× åÏ àÔÏÐÑÓÑ× Ø ÜØ Ñß × ÝÏáåÒ àÑ× Ø Ï àÚÑ

åÏ àåÒ ïÑ àÑ ÞÏÓ ÝÑÓ ÖÑ àÓ Ñ Ó Ñ ÞÑ ØÏ à ÚÑ ÚÏ ÔÑÓ ÑÓ äÑÓ Ý Ø ÏÐÑÐÜ åÏ àÜåÑß æÏ àÑÓ äÑÓ Ý

ÞÒÐÑ ÔÜ ÔÑÓØ Ï ÙàÑÓÝÞÑÐÑÓÝØ ÑÓÝ Ñ ÚÔ ÙáæÐÏ ÔØé

íÏÓ ÝÑÓ Ñ ÞÑÓäÑ ÒÓ ÚÏàæàÏ ÚÑØÒ ÔßÑÐÑäÑ Ô ÚÏ àØ ÏåÜÚ× áÑ ÔÑ æÏÓ ÏÐÒ ÚÒ

áÏÓäÑ ÞÑ àÒåÑß ÖÑ ÚÏàÞÑæÑ ÚàÏæàÏØ ÏÓ ÚÑØ Ò ÒÞÏÓ ÚÒ ÚÑØ åÜÞÑäÑ Õ ÑÖÑ äÑÓ Ý ÞÒæÏ àÙÐÏß

ÞÑ àÒá Ò ÚÙØèáÒ ÚÙØåÜÞÑäÑÕ ÑÖÑäÑÓ ÝÞÒ ÙÐÑßáÏÐ ÑÐ ÜÒÒ ÔÐÑÓð ñò óôõó öñð ÷

.

øÑ ÔÑ ÞÑ àÒ Ü àÑÒÑÓ æÏÓ ÏÐÒ ÚÒÑÓ åÑå ââ â ÞÒ Ñ ÚÑØ × æÏÓ ÏÐÒ ÚÒ ÒÓ ÝÒÓ á ÏÓäÒáæÜÐ ÔÑÓ

äÑÒ ÚÜù

úé âÔÐÑÓØÏ àÒÓÝá ÏáæÏ àÐÒßÑ Ú ÔÑÓ âÞÏÓÚÒ ÚÑØÏ ÚÓ Ò ÔÞÑÐÑáÒ ÔÐÑÓ ÞÒÖ Ü ÛÜÞ ÔÑÓá ÏÐÑÐ ÜÒ


(4)

þÿ ÿ ✁✂✄ ☎✆☎ ✝✞ ✟ ✂ÿ ✝þ ✠ ✡☎ ✟☛ ✝✞ ✟☞ ✝ÿ✠ ☎ ✌☎ ☞ þ☎ ✟☛ ☛✍ ✡☞ ✠ ÿ þ ✝☎ ☞ ✁✍ ✎☎ ✏ ✑✞☛ ✡✞ ✆☎ ✟

✒☎ ✌☎ ✟☛ ✓

✔ ✓ ✕✄✂☎✎ ✄✡✝☎ ✟ ✟ ✌☎ ✠ ✍✆ ☎ ✌☎ ✖☎ ✒☎ ✆ ☎ ✡☎✎ ✠ ÿ ✟✂✍✝ ✗✄þ ✄✝ ✆☎ ✟ ✟✞✟ ✗ ✄þ✄✝☞ ✎ÿ ✡✄ ✍ ✂✄✘

✄✙✞ ✟✖☎ ✒☎☞✠☎ ✏☎ þ☎☞ ✝ÿ þÿ ✟ ✄☎ ✟☞✆ ☎ ✟✝✞ þ ✂✍✎✓

✚ ✓ ✕☎ ✁✄ ÿ✎ ☎ ✂ ✄✝✡☎ ✟ ✌☎ ✟☛ ✆✄ ✂ÿ✎✍✝☎ ✟ ✝ÿ✠ ☎ ✟✌☎✝☎ ✟ ✏☎ ✟ ✌☎ ✂ÿ ✁✡✄✏☎ ✂ ☎✆☎ ✗✄þ ✄✝

þÿ✎☎ ✂☎þÿ ÿ ✁✂✄✝✞ þ ✂✍ ✎☞✁✍✎ ☎ ✏✑✞ ☛ ✡✞✆☎ ✟☎ ✂✁ ✄✠✍✂✡☎ ✄✟✟ ✌☎ ✓

✛ ✜ ÿ þ☎ ✟ ✌☎ ✟☛ ✂ÿ ✁þ☎✎ ☎ ✄✝☎ ✟ ✆☎ ✡☎✎ ✄✝✡☎ ✟ ✄✟ ✄ ✢ÿ✎✠ ÿ ✁✄✝☎ ✟ ✝✞✟þ ✂✁✍✝þ ✄ ✠☎ ✏ ✒☎

✠ ✍✆ ☎ ✌☎ ✖☎ ✒☎ ✎ ÿ✎ ✄✡✄✝ ✄ ÿ ✟✙✄✂✁☎☎ ✟ ✌☎ ✟☛ ✆ ✞✎ ✄✟☎ ✟ ✆✄ ✣✟✆ ✞ ✟ÿ þ✄☎ þÿ ✏✄✟☛☛ ☎

✎ÿ✎ ✠☎ ✒☎ ÿ ✟☛☎ ✁✍ ✏✂ÿ ✁✏☎✆ ☎ ✝✏☎ ✡☎✌☎ ✝

.

.

✥✦ ✧✦ ★

✩☎ ☛ ✄ ☎ ✁☎ ÿ ✟☛ ✝☎✑ ✄ ✎ ÿ✆ ✄☎ ✆☎ ✟ ✠ ✍✆ ☎ ✌☎☞ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ ✄✟ ✄ ✆ ☎ ☎ ✂ ✆ ✄✑☎✆ ✄✝☎ ✟

þÿ✠ ☎☛☎ ✄ ✂☎✎ ✠☎ ✏☎ ✟✁ÿ ✗ÿ ✁ÿ✟þ ✄✂ÿ ✟✂☎ ✟☛☎ ✝✍✡✂✍ ✁☎ þ✄✠ ✍✆ ☎ ✌☎✆ ☎ ✟þÿ ✟ ✄✠ ☎ ✟☛ þ☎✝✄✂☎ ✌☎ ✟☛

✎✍ ✟☛ ✝ ✄✟ ✆ ✄✂☎✎ ✄✡✝☎ ✟ ✆ ☎ ✡☎✎ ✄✝✡☎ ✟ ☎ ✂☎✍ ✁✞ ☛ ✁☎✎ ✡☎ ✄✟✟ ✌☎ ✆ ✄ ✎ÿ✆✄☎ ✎ ☎ þ þ☎ ✓ ✕☎ ✟

✠☎☛ ✄ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ þÿ ✡☎ ✟✑✍ ✂✟ ✌☎ ✠ ☎ ✄✝ ✆ ☎ ✁✄ ✠ ✄✆ ☎ ✟☛ ✝✞ ✎✍✟✄✝☎ þ ✄ ☎☛ ☎ ✁ ✡ÿ✠ ✄✏ ✎ÿ✎✄✡✄✏

✍ ✟ ✂✍✝✎ÿ ✟☛☎ ✟☛ ✝☎ ✂✂ÿ ✟✂☎ ✟☛ þÿ ✟ ✄✆☎✟✠ ✍✆ ☎ ✌☎✎ ✄✡✄✝✝✄✂☎ þÿ ✟✆ ✄✁✄✓

✪ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ ✄✟✄ ✠ÿ ✁ ✏ÿ ✟ ✂✄ ✆✄ ✆ ☎ ✡☎✎ ✂ÿ ✝ þ ✆☎ ✟ ✠ ✄þ☎ ✠ÿ ✁✝ÿ✎✠ ☎ ✟☛ ✆ ✄ ✝✏☎ ✡☎ ✌☎ ✝

✠ ÿ ✁✆☎ þ☎ ✁✝☎ ✟ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ ✌☎ ✟☛ ✂ÿ ✡☎ ✏ ✆✄✡☎ ✝✍✝☎ ✟ ✄✟ ✄☞ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄ ✎ÿ✎ ✍✟ ✌☎ ✄ ✝ÿ ✏ÿ ✟✆☎ ✝

✍✟✂✍ ✝ ✎ ÿ✎✠ ÿ ✁✄✝☎ ✟ þ☎ ✁☎ ✟ ☎✆☎ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟✫ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ ✠ ÿ ✁✄✝✍✂✟ ✌☎☞ þ☎ ✁☎ ✟ ✌☎ ✟☛

ÿ ✁✂☎✎☎ ✌☎ ✝✟ ✄ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ ✠✍ ✆☎✌☎ ✖☎ ✒☎ ✎ ÿ✆ ✄☎ ✄✝ ✡☎ ✟✆✄ ✂ÿ ✡ÿ✬✄þ✄ ✡ÿ✠✄✏ ✆ ✄✂ÿ ✝☎ ✟ ✝☎ ✟

☎✆☎✭ ✮✯ ✰✱ ✮✲✳ ✰

,

✆ ☎ ✟✢✍✡✂✄✝✍✡✍ ✁✄✆ ÿ ✟✂✄✂☎ þ✠ ✍✆ ☎ ✌☎ ✖☎ ✒☎ ✓✴✍✑✍ ☎ ✟✟ ✌☎☎☛ ☎ ✁ ÿ ✟ÿ ✡✄✂✄☎ ✟ þÿ ✡☎ ✟✑✍✂✟✌☎ ✡ÿ✠✄✏ ✎ ÿ ✟☛ÿ ✂☎ ✏✍✄ ✎ÿ ✟✆☎ ✡☎✎ ✂ÿ ✟✂☎ ✟☛ ☎ ✟☛☛ ☎ ☎ ✟ ✝✏☎ ✡☎ ✌☎ ✝ ✎ÿ✟☛ÿ ✟☎ ✄

✄✆ÿ ✟ ✂✄✂☎ þ✠✍ ✆☎✌☎

✖☎ ✒☎✂ÿ ✁þÿ✠✍✂✓

✪ÿ ✟ ✌ÿ ✡ÿ þ☎ ✄☎ ✟ þ✝ ✁✄ þ✄ ✄✟✄ ✂ÿ ✟✂✍✟✌☎ ✂✄✆☎ ✝ ✡ÿ ☎ þ ✆ ☎ ✁✄ ✠☎ ✟ ✂✍ ☎ ✟☞ ✆ ✞ ✁✞✟☛☎ ✟☞

þÿ ✁✂☎ ✠ ✄✎ ✠ ✄✟☛☎ ✟ ✆ ☎ ✁✄ ✠ÿ✁✠☎ ☛☎ ✄ ✄✏☎ ✝☞ ✞ ✡ÿ ✏ ✝☎ ✁ÿ ✟☎ ✄✂✍ ÿ ✟✍✡✄þ ✎ ÿ ✟ ✌☎✎ ☎ ✄✝☎ ✟


(5)

✵✶ ✷✸✹✸ ✺ ✻✼✽✾✶ ✿ ✼✶ ❀✶ ✷✸ ❁❂✸ ❃❄ ❅❆✹ ❇✽❈ ❉❊✶ ❋ ●❍✸ ✺■ ❏ ●✺❇✽ ✼ ❑❃❆▲ ●✼❋❆ ❇✸ ❋

❉■ ▼✸ ❁❁✸◆❆ ❖✸ ▼P✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸✶

◗✶ ✷✸✹✸ ✺ ✿✼✶ ❊❍❆ ❉■ ▼✸ ❁❁✸◆❈ ✻✶ ▼✿✶ ❋ ●❍✸ ✺■ ✿●✺✸ ❃ ❘✸ ✺■ ❍❇✸ ❋ ❙❍❁■ ❚ ✽❋❆✸ ❍ ◆ ✸ ❃

❙❍❁■✻✽❍❆ ❇❆ ✺✶

❯✶ ✷✸✹✸ ✺ ❀✸ ✼ ❖✸◆ ❆ ❊✼❆ ●✾ ❱■ ■ ✼ ❏✸ ❋ ❖❆◆ ❈ ❚✶❙✻❈ ❉✶❚ ❲ ❋ ●❍✸ ✺■ ❳●❇■ ✸ ❨■✼■ ❋✸ ❃ ❙❍❁■

❳✽ ❁■❃❆ ✺✸ ❋❆❑❃❆▲●✼❋❆ ❇✸ ❋❉■ ▼✸ ❁❁✸◆❆❖✸ ▼P✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸✶

❩✶ ✷✸✹✸ ✺❬ ●❆ ❃❉■✾✸✼✼❆ ▼❈❚

.I.K

✽ ❁

. MA.

❋●❍✸ ✺■◆✽❋ ●❃✹●❁❂ ❆ ❁❂ ❆ ❃❄

1.

5. B

✸✹✸ ✺

F

❆ ❍✽ ❋✸

G

❆ ❇✸❚■ ✺ ❁ ✽❃ ✽❈❚

.I

✺✽ ❁

., MA.

❋ ●❍✸ ✺■◆✽❋ ●❃✹ ●❁❂❆ ❁❂❆ ❃❄

2.

6. B

✸✹✸ ✺

A

❋❭✸◆

I

❋ ▼✸ ✺❈ ❚

.IP., M.

❚❆

.

❋ ●❍✸ ✺■◆ ✽ ❋ ●❃✹●❃❄■❪❆

.

7.

❚●❍■✼■▼◆ ✽ ❋ ●❃

I

❍❁■

K

✽❁■ ❃❆ ✺✸ ❋❆ ❑

M

P✸ ❇✸ ❋❆ ❍❁■ ❖✸ ❃❄❇●❍✸ ▼◆❆❂●✼❆ ✺✸ ❃❋ ●❍✸❁✸ ❆❃❆

,

❋ ●❁ ✽❄✸❂ ●✼ ❁✸ ❃✾✸✸ ❇❂ ✸❄❆✹●❃ ●❍❆ ❇❆

.

8. I

❂■ ❚❆ ❇❆

, P

✸ ✺

J

✽❃ ✽❈

P

✸ ✺

M

■✼❖✸◆ ❆

, P

✸ ✺ P■❃❆ ◆ ✸ ❃

P

✸ ✺ P■ ❍❆

,

❖✸ ❃❄ ❋ ●❃✸ ❃ ❇❆✸ ❋✸ ❁●❁❂●✼❆ ✺✸ ❃ ❂ ✸ ❃❇■ ✸ ❃ ❆ ❃✾✽✼❁✸ ❋❆ ❋●✼ ❇✸ ❁●❁❂✸ ❃ ❇■ ◆ ✸ ❍✸ ❁ ❁●❃ ❖■❋■❃

✺●❍●❃❄ ✺✸✹ ✸ ❃◆ ●❁❆❍✸ ❃ ❲✸ ✼❃ ❖✸✹ ●❃❄ ●✼❪✸✸ ❃❋ ✺ ✼❆✹ ❋❆

.

u

u

A

✼❇▼■✼

A

❋✸

B

● ✼❄ ●✼

(2000). M

●◆❆✸ ❛ ❜❝ ❞❡ ❢❢❣ ❜❤✐❛ ❥❤❡❜ ❦❧♠ ❧❛ ♥✐ ♦ ♣ ❧❥♦❡ ❝ ♠ q ❚

AGE

P

■ ❂ ❍❆ ❲✸ ❇❆ ✽ ❃❋❈

I

❃❲

A. L

●❋ ❋✸◆✸ ❃r▲✽❃❬

(1979).

❦ ❧❛❝❧♥s❜❞❡❢t❛ ♥❛❥❤✉❧❦ ❧✈❤✇❤❡ ❜ q

F

✽■✼❇▼r◆❆ ❇❆ ✽ ❃

B

✸ ✼✺ ●✼

, C

▼✼❆ ❋

(2006).

❞ ❣✈❥❣♥ ❛✈ ① ❥❣❝ ❤❧♠② ③❧❡ ♥ ❤ ❝❛❜ ④♥ ❛ ⑤

t

❤⑤

.

P✽❄❖✸ ✺✸✼❇✸

: K

✼ ●✸ ❋❆ ⑥✸ ❲✸ ❃✸

.

B

✸ ✼✺ ●✼ ◆✸ ❃

G

✸ ❍✸ ❋❆ ❃ ❋ ✺❆

(2001).

❞❣✈

t

❣♥ ❛✈ ①❥❣❝ ❤❧

s

❛❜❝ ⑦❤♠✐❡ ❣♥ ♠❧ ⑧❜❛✈

y

♠ ❤♠q ❚

AGE

P

■ ❂ ❍❆ ❲✸ ❇❆ ✽ ❃❋

L

❇◆

B

✸ ✼❃✸ ✼◆ ❈❉✸ ❍ ❲✽❍❁

(2007).

⑨❛♠♦ ❤

o

n

♠ ❧⑩❛✇❛❤❶❡ ❢❣ ❜❤⑤❛♠ ❤q P✽❄ ❖✸✺✸ ✼❇✸

: J

✸ ❍✸ ❋■ ❇✼✸

B

✸ ✼❃✸ ✼◆ ❈❉✸ ❍ ❲✽❁

. (1996).

⑨❧

sy

n

♠ ❧⑩❛✇❛❤❶❡ ❢❣ ❜❤ ❷ ⑤❛♠❤qP✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸

: J

✸ ❍✸ ❋■❇✼✸

.

B

✸ ❋■ ✺❆

,

✼ ●❋✽❂ ✽❭✽

(2005).

❸❧♥ ✐ ❧♥ ❢❤

n

❝❤ ♣ ❣⑤❛ ❶❛✐❛q ①❧❜❤❢❛❜❹ ① ❧❜ ❤❹ ❝ ❛ ❜ ♣❛♠❺❛ ♥ ❛ ⑤❛❥❛ qP✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸

B

✼✽ ❇✽◆ ❆ ❃❆ ❃❄ ✼✸ ❇

, KPH. (1978).

⑧♥ ❥❤❶♥❛❥

o

n

❻❡✇ ❺❛⑤❛♥ ❥❛ q P✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸

B

■◆ ❆✸ ❃❇✸

, E

✺✸

(2002).

♣ ❛♠❤♦❸❧♥ ♠❛ ❢❛❼❛❜✇❤

t

. I

❃◆ ✽ ❃●❋❆✸❽●✼✸

C

▼ ✽❁ ❋✺ ❖ ◆ ✸ ❃

H

●✼❁✸ ❃

(1988).

③♦ ❧ ④ ❡✈❤

t

❤✐❛✈ ❾✐❡❜❡❢

y

❡ ❿ ♣ ❧❝ ❤❛ ❛❜❝ ④❡ ➀❧

r

q

P

✸ ❃ ❇▼●✽ ❃

D

✸ ❃●❋❆

, M

✸ ✼ ❲●❍

(2010

➁q ④ ❧❜✇❛ ❜ ❥❛♥ ♣ ❧❢❛ ♦❛ ❢❤ ① ❧❢❤

o

t

❤⑤❛ ♣ ❧❝❤❛

.

P✽❄❖✸ ✺✸ ✼ ❇✸

:

J

✸ ❍✸ ❋■❇✼✸

E

❃◆ ✸ ❋❭✸ ✼✸

,

❚■❭✸ ✼◆❆

(2011).

❶❧⑩❛ ❥❤❜❛ ❜ ➂❛➀ ❛q ❼❛ ⑤

u

➃❤❝❣t ➄❛ ❢❛

t

♣ ❧♥❛❤♦ ⑦❧♥ ❛➅❛ ❥ ① ❧❢t❣♥ ❜❛qP✽❄❖✸ ✺✸ ✼ ❇✸

: L

●❁❂■ ❨✸❭✸

F

❆ ❋ ✺●

, J

✽▼ ❃ ✸ ❃◆

J

✽ ▼❃

H

✸ ✼❇❍●❖

(2002).

➆ ❞♥ ❛✈

u

rtu

❛ ❜❝ ❞❡ ❢❢❣ ❜❤✐❛❥❤

o

n

① ❥❣❝ ❤❧♠❹ ① ❧⑩❣❛♦④❧❜✇❛ ❜ ❥❛ ♥④❛✈❤❜✇ ❶❡ ❢t♥ ❧♦ ❧❜♠ ❤❿

.

P✽❄❖✸ ✺✸ ✼❇✸

: J

✸ ❍✸ ❋■ ❇✼✸


(6)

➇➈➉➊➊➉ ➋➌ ➍➎➏ ➐➑➒➒ ➓ ➔➏ →➣ ↔➉ ➈↕ ➙ ➛➜ ➜➝ ➣➙ ➞ ➜➟➟ ➠ ➋➉ ➡➢➙➉ ➜ ➋ ➤➥ ➦➜ ➈➧ ➏ ➤ ➢➉➨ ➢➋➩ ➤➥➦

➎➡➇ ➈➢➨➞ ➜➟ ➫ ➢➋➉ ➦↕ ➏

➭➢➯➯➌➲➙➠➢➈ ➙➏➐➳ ➵ ➵➸➔➏➺➻➼➽ ➻➾ ➻➚ ➪➶ ➪➹➘➚ ➴➷➘ ➚ ➬➘➚ ➮ ➱✃❐❒❮❰ ÏÐ➹Ñ ➶➪➹➘ ➚➷➪➬➴

➭➢➋Ò ➢

y

➢➋➉➌ ➞➥ ➈➉↕ ➙➉ ➢➋ Ò ➢➋ ➣➈Ò➥ ➉ ➢➋ Ó ➜Ô➉ ➢➋➉➏ ➐ ➑➒ ➒ Õ ➔➏ Ö❰➶➾ ➶ ×➶➚ ➹ ➪➶ Ø➶Ù➶ Ú➘ Û Ü➶Ý ➶➽ ➪➶➴ ➷Ý➾ ➹


Dokumen yang terkait

MAKNA IDENTITAS SOSIAL DALAM IKLAN ROKOK DI TELEVISI (Analisis Semiotik Dalam Iklan Rokok Djarum 76 versi “Jin Botol”)

0 8 21

REPRESENTASI WANITA JAWA DALAM IKLAN ROKOK DI TELEVISI Analisis Semiotik pada Iklan Rokok Djarum 76 Versi Jin Takut Istri

2 12 20

MAKNA IDENTITAS SOSIAL DALAM IKLAN ROKOK DI TELEVISI (Analisis Semiotik Dalam Iklan Rokok Djarum 76 versi “Jin Botol”)

0 6 21

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI “JIN TAKUT ISTRI” (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Jin Takut Istri” di Televisi).

0 1 127

REPRESENTASI KREATIVITAS DALAM IKLAN ROKOK A MILD VERSI “GELAR” DI TELEVISI (Studi Semiotik Representasi Kreativitas Dalam Iklan Rokok A Mild Versi “Gelar” di Televisi).

0 1 125

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI “JIN TAKUT ISTRI” (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Jin Takut Istri” di Televisi).

0 2 127

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI “TERDAMPAR” (Studi Semiologi Tentang Pemaknaan Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Terdampar” di Televisi).

1 13 94

ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI KEBUDAYAAN INDONESIA DALAM IKLAN KUKU BIMA ENERGI VERSI FLORES, NUSA TENGGARA TIMUR DI MEDIA TELEVISI

2 3 15

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI “JIN TAKUT ISTRI” (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Jin Takut Istri” di Televisi)

0 1 20

PEMAKNAAN IKLAN ROKOK DJARUM 76 VERSI “JIN TAKUT ISTRI” (Studi Semiotik Terhadap Iklan Rokok Djarum 76 Versi “Jin Takut Istri” di Televisi)

0 0 20