PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS

PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : TALITHA INAS LAILINA

20130310085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS

PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : TALITHA INAS LAILINA

20130310085

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN KTI

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT

AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP SKOR CEMAS PERPISAHAN DENGAN ORANGTUA PADA SISWI KELAS I

MTs MU’ALLIMAAT

Disusun Oleh :

TALITHA INAS LAILINA 20130310085

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 5 November 2016

Dosen Pembimbing Dosen Penguji

dr. Iman Permana, M.Kes, Ph.D dr. Adang M Gugun, Sp.PK., M.Kes NIK : 19700131201104173146 NIK : 19690118199904173034

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

dr. Alfaina Wahyuni, Sp.Og., M.Kes NIK: 19717028199709173027


(4)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Talitha Inas Lailina

NIM : 20130310085

Program Studi : Pendidikan Dokter

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, Oktober 2016 Yang membuat pernyataan,


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengaruh Mendengarkan Bacaan Al-Qur’an Surat Ar -Rahman dan Terjemahnya Terhadap Skor Cemas Perpisahan dengan Orangtua Pada Siswi Kelas I Mts Mu’allimaat” dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua.

Karya Tulis Ilmiah ini dapat hadir seperti sekarang tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk mereka yang telah berjasa membantu penulis selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini dari awal hingga akhir, antara lain:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp. An, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. dr. Iman Permana, M.Kes, Ph.D selaku dokter pembimbing terimakasih tanpa batas untuk waktunya dan selama ini telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 3. dr. Titiek Hidayati selaku penguji proposal KTI yang sudah memberikan


(6)

v

4. dr. Adang M Gugun, Sp.PK., M.Kes yang telah berkenan menjadi penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah ini

5. Ustadzah Erna, Ustadzah Yunita, Ustadzah Riris, Umi Muslihah, dan seluruh keluarga besar Madrasah Mu‟allimaat yang sudah banyak membantu penulis hingga terwujudnya karya tulis ilmiah ini. Mohon maaf sudah banyak merepotkan.

6. Kedua orangtua, Papa Hendri Waskita dan Mama Aminah Suryati atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, nasihat dan doa yang tidak pernah habis.

7. Adek sekaligus sahabat hidup terbaik, Miranda Inas Lailina yang sudah bersedia menjadi tempat berkeluh kesah selama ini.

8. Dua sahabat terbaik saya Latifah Amalia dan Fatimah Ishak selaku teman satu bimbingan juga, yang sudah banyak penulis repotkan dan terimakasih untuk dukungan yang tiada henti.

9. Teman-teman terusuh yang selalu saling memberi semangat dan dukungan selama ini, Ratna, Fania, Itqi, Shynta, Salma.

10. Dita Putri, Qanita khairunnisa, Dianatun Nafisah, Sanka Dipta yang selalu mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penelitian dan penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat diucapkan satu persatu.


(7)

vi

Penulis pun menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena nya kritik dan saran bagi penulis sangat diharapkan guna tersusunnya karya tulis ilmiah yang lebih baik. Dan semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan bagi penulis pada khususnya, Amin ya Robbal‟alamin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Yogyakarta, Oktober 2016


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

INTISARI ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terkait ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Remaja ... 9

2. Kecemasan ... 13

3. Mendengarkan Bacaan Al-Quran (Murottal) ... 24

B. Kerangka Teori ... 29

C. Kerangka Konsep ... 29

D. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 31

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Lokasi dan Waktu penelitian ... 34

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Definisi Operasional ... 34

F. Alat dan Bahan Penelitian ... 35

G. Jalannya Penelitian ... 36

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 37

I. Analisis Data ... 38

J. Kesulitan Penelitian ... 38

K. Etik Penelitian ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40

1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 40

2. Karakteristik Subjek Penelitian ... 41

3. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 41


(9)

viii

4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Intervensi ... 43 5. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Kontrol ... 43 6. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan

Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 44 7. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner TMAS (Taylor Manifest

Anxiety Scale) ... 45 B. Pembahasan ... 45 C. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian ... 49 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 50 B. Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA ... 51 LAMPIRAN


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Teori ... 29 Gambar 2. Kerangka Konsep ... 29 Gambar 3. Desain Penelitian ... 31


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Interval

dan Kontrol ... 41 Tabel 4.2. Frekuensi Kelompok Intervensi dan Kontrol Yang

Mengalami Kenaikan dan Penurunan ... 42 Tabel 4.3. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post

Test Kelompok Intervensi... 43 Tabel 4.4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan

Post Test Kelompok Kontrol ... 43 Tabel 4.5. Perbedaan Rata-rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan

Kelompok Intervensi dan Kontrol ... 44 Tabel 4.6. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner TMAS ... 45


(12)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi berupa rasa khawatir dan takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas.Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat perhatian karena keterkaitan dengan resiko perkembangan gangguan kecemasan pada masa dewasa. Salah satu contoh kecemasan adalah gangguan kecemasan perpisahan, seperti pada anak yang bersekolah dengan model berasrama yang mewajibkan untuk jauh dari orang tua. Dan metode yang berkembang dalam menghadapi cemas adalah dengan psikoreligius yaitu dengan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental menggunakan pendekatan pre test post test with control group. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan skor kecemasan karena perpisahan dengan menggunakan uji Paired Sample t-Test dan Independent t-Test.

Dengan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) sebagai alat ukur cemasnya.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 39 responden mengalami kecemasan sedang dan 31 responden mengalami kecemasan tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kecemasan pada kelompok intervensi dengan nilai signifikansi 0,001. Pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,389. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai signifikansi 0,076

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Kata Kunci : Remaja, Cemas Perpisahan, Bacaan Al-Qur‟an, TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)


(13)

xii ABSTRACT

Background : Currently, there is about 20% of the world population suffer from

anxiety and 47,7% teenagers feel worried. Children and teenagers become a group of age that need more attention because of its relation to the risk of developing anxiety disorder in adulthood. One example of uneasiness is separation anxiety disorder, such as in children who study in a boarding school which requires them to live apart from their parents. And a developed method in dealing with anxiety is psycho religious by listening the murottal.

Aims : To discover the effect of listening Al-Qur'an (murottal) surah Ar-Rahman

and reading the translation toward anxiety score caused by the separation of the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school from their parents.

Methods : This study is a quantitative research with an experimental design

which uses the pre test post test with the control group. The data analysis method that used is Paired sample t-Test and Independent t-Test. It uses TMAS (Taylor manifest anxiety scale) as the anxiety measurement.

Result : From this research there is a significant effect on the anxiety scores in the intervention group with the significance value of 0.0001 and there is no significant different in the control group with the significance value of 0.389. Researcher also didn't find a significant difference of anxiety reduction between intervention and control group with significance value of 0.076

Conclusion : Listening of Al-Quran surah Ar-Rahman and reading the translation

was not proved to affect the level of separation anxiety scores for the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school.

Keyword : Teenagers, Separation anxiety, Murottal, TMAS (Taylor manifest


(14)

(15)

xi INTISARI

Latar Belakang : Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi berupa rasa khawatir dan takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini diperkirakan 20% dari populasi dunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas.Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat perhatian karena keterkaitan dengan resiko perkembangan gangguan kecemasan pada masa dewasa. Salah satu contoh kecemasan adalah gangguan kecemasan perpisahan, seperti pada anak yang bersekolah dengan model berasrama yang mewajibkan untuk jauh dari orang tua. Dan metode yang berkembang dalam menghadapi cemas adalah dengan psikoreligius yaitu dengan mendengarkan bacaan Al-Qur‟an.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental menggunakan pendekatan pre test post test with control group. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan skor kecemasan karena perpisahan dengan menggunakan uji Paired Sample t-Test dan Independent t-Test.

Dengan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) sebagai alat ukur cemasnya.

Hasil dan Pembahasan : Dari penelitian ini didapatkan sebanyak 39 responden mengalami kecemasan sedang dan 31 responden mengalami kecemasan tinggi. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap skor kecemasan pada kelompok intervensi dengan nilai signifikansi 0,001. Pada kelompok kontrol tidak terdapat pengaruh yang signifikan dengan nilai signifikansi 0,389. Dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol dengan nilai signifikansi 0,076

Kesimpulan : Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan terjemahnya tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs Mu‟allimaat

Kata Kunci : Remaja, Cemas Perpisahan, Bacaan Al-Qur‟an, TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)


(16)

xii ABSTRACT

Background : Currently, there is about 20% of the world population suffer from

anxiety and 47,7% teenagers feel worried. Children and teenagers become a group of age that need more attention because of its relation to the risk of developing anxiety disorder in adulthood. One example of uneasiness is separation anxiety disorder, such as in children who study in a boarding school which requires them to live apart from their parents. And a developed method in dealing with anxiety is psycho religious by listening the murottal.

Aims : To discover the effect of listening Al-Qur'an (murottal) surah Ar-Rahman

and reading the translation toward anxiety score caused by the separation of the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school from their parents.

Methods : This study is a quantitative research with an experimental design

which uses the pre test post test with the control group. The data analysis method that used is Paired sample t-Test and Independent t-Test. It uses TMAS (Taylor manifest anxiety scale) as the anxiety measurement.

Result : From this research there is a significant effect on the anxiety scores in the intervention group with the significance value of 0.0001 and there is no significant different in the control group with the significance value of 0.389. Researcher also didn't find a significant difference of anxiety reduction between intervention and control group with significance value of 0.076

Conclusion : Listening of Al-Quran surah Ar-Rahman and reading the translation

was not proved to affect the level of separation anxiety scores for the first grader of Mu'allimat Islamic junior high school.

Keyword : Teenagers, Separation anxiety, Murottal, TMAS (Taylor manifest


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai. Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Kecemasan merupakan gangguan emosional yang paling sering terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini Diperkirakan 20% dari populasi didunia menderita kecemasan dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

Pada dasarnya gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua kelompok umur, mulai dari anak-anak seperti gangguan kecemasan perpisahan masa kanak, gangguan kecemasan fobik masa kanak, gangguan kecemasan sosial masa kanak, gangguan persaingan antar saudara, gangguan emosional masa kanak lainnya dan yang khas dengan gangguan cemas perpisahan seperti yang dijelaskan oleh Krain et al (2007); Connolly dan Suarez (2010); Bernstein dan Layne (2004). Pada kelompok umur remaja, dewasa dan lansia dapat mengalami jenis-jenis gangguan kecemasan lainnya. Hal ini disebabkan kecemasan merupakan hal umum yang dapat dialami oleh siapapun dalam keseharian, mengingat kecemasan adalah


(18)

respon terhadap ancaman atau bahaya yang berasal dari dalam diri sendiri dan bersifat samar dan memicu konflik (Sadock dan Sadock, 2007).

Anak dan remaja menjadi kelompok umur yang perlu mendapat perhatian karena keterkaitan dengan risiko perkembangan gangguan kecemasan pada masa dewasa (Jakobsen et.al., 2012). Remaja merupakan kelompok umur yang rentan terhadap perkembangan masalah dari dalam diri seperti munculnya gejala cemas dan depresi karena masa remaja merupakan masa transisi dengan perubahan biologis, kemampuan emosional, dan keinginan untuk mendapatkan otonomi (Maciejewski et.al., 2013)

Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa puber, dimana hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah, anak mulai melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan remaja dengan orang tua mulai terjadi keterbatasan. Mendefinisikan batasan kemandirian ketergantungan, keinginan yang kuat untuk tetap tergantung pada orang tua, sambil mencoba untuk memisahkan diri (Wong, 2004)

Oleh karena itu terkadang remaja ada yang merasa senang tinggal jauh dari orangtua dan ada pula yang kurang bersedia karena akan berpisah dengan orang tua dalam jangka waktu yang lama (Hidayat, 2009 & Hurlock, 2010).

Macam macam gangguan emosional yang dapat terjadi pada onset kanak dan remaja beberapa diantaranya adalah gangguan kecemasan perpisahan masa kanak, gangguan kecemasan fobik masa kanak, gangguan kecemasan sosial masa kanak, gangguan persaingan antar saudara,


(19)

3

gangguan emosional masa kanak lainnya (Buku pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III,2001)

Pengaruh kecemasan ini dapat bersifat positif dan negatif. Dikatakan mempunyai pengaruh positif, bila kecemasan yang dialami individu masih berada dalam taraf yang normal, dan dikatakan pengaruh yang negatif bila kecemasan ini justru membuat individu merasa tidak mampu, sangat mengganggu homeostatis dan fungsi individu. Fungsi represi merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan kecemasan yaitu dengan cara menekan dorongan-dorongan yang dapat menimbulkan kecemasan ke alam bawah sadar. Merupakan salah satu usaha untuk menghilangkan kecemasan (Juniarta,2014)

Contoh anak yang mengalami gangguan kecemasan perpisahan adalah mereka yang tinggal berasrama. Pada anak-anak yang memilih untuk melanjutkan jenjang pendidikannya dengan berasrama atau tinggal berjauhan dengan orang tua. Karena pada sistem pendidikan dengan pola berasrama mengharuskan peserta didiknya tinggal berjauhan dari orang tua dan kesehariannya disibukkan dengan mengikuti berbagai kegiatan pendidikan pada sore dan malam hari, setelah di pagi harinya mereka mengikuti kegiatan pendidikan formal di sekolah, seperti kegiatan pengkajian Al Quran di pesantren, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pembinaan disiplin dan lain sebagainya.

Seperti di dalam penelitian Siregar, 2013 yang berjudul tingkat kecemasan pada santri dipondok pesantren menunjukkan bahwa


(20)

berdasarkan data yang diperoleh dari analisis data Z-Score dapat disimpulkan bahwa santri pondok pesantren yang memiliki tingkat kecemasan tinggi sebanyak 11 santri (14,1%) dalam kategori kecemasan tingkat sedang sebanyak 52 santri (66,7%) dan sebanyak 15 santri (19,2%) mengalami tingkat kecemasan rendah.

Hasil dari studi pendahuluan di pondok pesantren Asshidiqiyah dari 10 orang santri yang diwawancarai semua mengatakan cemas saat pertama kali masuk pesantren dan berpisah dengan orang tua. Sebulan pertama santri masih sangat mengalami cemas, masih sering teringat orang tua, menangis, tidak konsentrasi, belum mampu beradaptasi dan memiliki motivasi belajar yang kurang (Dewi, 2014).

Berdasarkan informasi dari guru BK serta pamong asrama, kebiasaan siswi kelas I MTs adalah mereka masih sering mengalami gangguan-gangguan kecemasan seperti menangis sendiri apabila sedang sendiri dan teringat orang tua.

Dalam mengatasi masalah kecemasan, saat ini telah banyak berkembang melalui berbagai metode yang banyak dikembangkan, salah satunya dengan relaksasi. Penggunaan relaksasi sebagai alat pengendali kecemasan dan manajemen stress adalah bukan suatu perwujudan baru. Selain itu juga ada metode dengan, psikoreligius yaitu pendekatan psikolog dengan diselipkan unsur religius. Psikoreligius merupakan psikoterapi spiritual yang lebih tinggi dari psikoterapi psikologi lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam psikoreligius terkandung unsur religi yang dapat


(21)

5

membangkitkan harapan, percaya diri, serta keimanan yang pada gilirannya dapat membangkitkan sistem kekebalan tubuh (Novianti,2012).

Seperti sudah disebutkan dalam Al-Quran di dalam surat Ar-Ra‟du [13]: 28, Allah telah menawarkan cara memperoleh ketenangan hati yang paling efektif dan bersifat permanen. Seperti firman-Nya:

ب م ب ل ق ن مط ت ن مآ ن ي ل ب ل ل ن مط ت ه ك ب اأ ه

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

Menurut Hebert Benson menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang diulang-ulang ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme, kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (Subandi, 2013).

Seni melagukan ayat-ayat suci Al-Quran merupakan hal yang sering didengar saat ini, diantaranya biasa dikenal dengan Murottal. Terapi murottal bekerja pada otak, dimana ketika didorong dengan rangsangan dari luar (terapi Al-Quran) maka otak memproduksi zat kimia yang disebut neuropeptide. Molekul-molekul ini mengangkut reseptor-reseptor mereka yang ada didalam tubuh sehingga tubuh memberi umpan balik berupa rasa nyaman. Bacaan Al-Qur‟an secara murottal mempunyai efek relaksasi dan dapat menurunkan kecemasan berdasarkan penelitian Widayarti (2011)


(22)

diketahui bahwa murottal dapat menurunkan kecemasan karena mempunyai irama yang konstan, teratur, dan tidak ada perubahan yang mendadak.

Berdasarkan gambaran mengenai tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja karena perpisahan dengan orangtua serta efektivitas psikoreligius dalam menangani kecemasan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui adakah pengaruh memperdengarkan Al-Qur‟an terhadap tingkat cemas perpisahan yang terjadi pada siswa kelas 1 MTs Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh mendengarkan bacaan Al-Quran (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap skor kecemasan yang disebabkan karena perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Muallimaat

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya terhadap tingkat cemas perpisahan dengan orang tua pada siswi kelas 1 MTs Muallimaat


(23)

7

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apakah kelompok intervensi yang diberikan perlakuan mengalami penurunan rata-rata kecemasan

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan ilmu pengetahuan tambahan bagi pendidikan kesehatan yang bisa dijadikan bahan referensi dalam proses belajar

2. Praktis

a. Bagi Siswi

Diharapkan setelah dilakukan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu terapi untuk mengatasi kecemasan terhadap anak yang mengalami cemas perpisahan dengan orang tua

b. Bagi Sekolah

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan gambaran bagi para pengurus sekolah bahwa cemas perpisahan dengan orang tua dapat terjadi pada anak-anak diusia tertentu, sehingga diharapkan pihak sekolah dapat memahami bagaimana cara untuk menghadapinya. c. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai terapi yang dapat diimplementasikan pada siswi terkait masalah kecemasan serta meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun karya tulis


(24)

ilmiah dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan pengembangan ilmu serta data bagi peneliti selanjutnya.

E. Penelitian Terkait

1. Novianti (2012) dengan judul penelitan Efektivitas Mendengarkan Bacaan Al-Qur‟an (Murottal) Terhadap Skor Kecemasan Pada Lansia di Shelter Dongkelisari Wukirsari Cangkringan Sleman Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Quasy Eksperiment

dengan pendekatan pre post test with control group. Hasil penelitiannya menunjukan pengaruh yang signifikan pada kelompok intervensi sebelum diberi perlakuan dan setelah diberi perlakuan dengan nilai p<0,05. Dan untuk kelompok kontrol saat pretest dan post test

menunjukan hasil tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan p<0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek dan tempat penelitian.

2. Fatma (2012) dengan judul Efektivitas Mendengarkan Murottal Al-Qur‟an Terhadap Derajat Insomnia pada Lansia di Selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunaka desain penelitian Quasy Eksperiment dan melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukan mendengarkan murottal Al-Qur‟an selama 8 hari berturut-turut dalam waktu 12 menit efektif menurunkan derajat insomnia pada lansia di selter Dongkelsari Sleman Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian dan variabel


(25)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka 1. Remaja

a. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescence berasal dari latin adolescene (kata bendanya adolescent yang berarti remaja) yang tumbuh menjadi dewasa (Hurloc,2001). Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional (Al-Mighwar, 2006). Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali remaja hadapi pada situasi yang membingungkan, disatu pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa, dan sisi lain belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto,2004).

Remaja dikatakan berusia di antara 11 hingga 21 tahun, merupakan transisi antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan biologi, psikologi, sosial dan ekonomi serta melibatkan perubahan peringkat dari tidak matang ke peringkat matang (Azizi et. Al.,2005) dan menurut pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 17-24 tahun dan belum menikah (Soetjiningsih,2004).


(26)

WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi bahwa remaja adalah suatu masa di mana:

1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3) Muangman dalam Sarwono, 2010. Menyebutkan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh ke keadaan yang relatif lebih mandiri .

b. Perkembangan Remaja

Bagian dari masa kanak – kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak ( Papalia& Olds, 2001).

Perkembangan remaja menurut Nasir,2011:

1) Konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis. 2) Mencoba nilai-nilai yang berlaku.


(27)

11

3) Pertambahan maksimal pada tinggi dan berat badan. 4) Stress meningkat terutama saat terjadi konflik.

5) Anak perempuan mulai mendapat haid, tampak lebih gemuk. 6) Berbicara lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emos

labil), serta kesukaan seksual mulai terlihat. 7) Menyesuaikan diri dengan standar kelompok.

8) Anak laki-laki lebih menyukai olahraga, anak perempuan suka berbicara tentang pakaian atau make up.

9) Hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah, anak mulai melepaskan diri dari orang tua.

10) Takut ditolak teman sebaya.

11) Pada akhir remaja, mencapai fisik, mengejar karier, identitas seksual terbentuk, nyaman dengan diri sendiri, sekelompok sebaya kurang begitu penting, emosi lebih terkontrol, serta membentuk hubungan yang menetap.

Berikut adalah pola pertumbuhan dan perkembangan selama remaja dalam kaitannya dengan hubungan dengan orang tua (Nasir,2008).

1) Mendefinisikan batasan kemandirian ketergantungan.

2) Tidak ada konflik besar yang terjadi dibawah kontrol orang tua.

3) Keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua sementara mencoba untuk berpisah dari orang tua.


(28)

c. Perubahan pada Emosional Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

1) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

a) Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

b) Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.


(29)

13

c) Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

2) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan:

a) Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.

b) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba. Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

2. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Gangguan kecemasan (ansietas) adalah sekolompok kondisi yang memberi gambaran penting tentang ansietas yang berlebihan yang disertai respon perilaku, emosional dan fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas (Videbeck Sheila L, 2008, hal 307).


(30)

Dengan kriteria ketat dari DSM-III-R dan DSM-IV, gangguan kecemasan umum sekarang mungkin lebih jarang ditemukan dibandingkan jika digunakan kriteria DSM-III. Prevalensi gangguan kecemasan umum satu tahun terentang dari 3 sampai 8 persen.

Rasio wanita dan laki-laki adalah kira-kira 2 berbanding 1, tetapi rasio wanita berbanding laki-laki yang mendapatkan perawatan rawat inap untuk gangguan tersebut kira-kira adalah 1 berbanding 1.

Usia onset adalah sukar untuk ditentukan, karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Pasien biasanya datang untuk mendapatkan perawatan dokter pada usia 20 tahunan. Hanya sepertiga pasien yang menderita gangguan kecemasan umum mencari pengobatan psikiatrik.

b. Tingkat kecemasan

Peplau mengidentifikasi cemas dalam 4 tingkatan, setiap tingkatan memiliki karakteristik dalam persepsi yang berbeda, tergantung kemampuan individu yang ada dan dari dalam dan luarnya maupun dari lingkungan nya, tingkat kecemasan yaitu 1) Cemas Ringan

Cemas yang normal menjadi bagian sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan


(31)

15

lahan persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

2) Cemas sedang

Cemas yang memungkinkan sesorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang tidak penting.

3) Cemas berat

Cemas ini sangat mengurangi lahan persepsi individu sehingga cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal yang lain. Semua perilaku ditunjukkan untuk mengurangi tegangan. 4) Panik

Tingkat panik dari suatu kecemasan berhubungan dengan ketakutan dan terror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan suatu walaupun dengan pengarahan, panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian, dengan panik terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional (Stuart & Sundent, 2000).


(32)

c. Respon tubuh terhadap kecemasan

Respon kecemasan berada pada satu kesatuan, dan individu bisa lebih sukses atau kurang sukses pada penggunaan metode-metode yang bervariasi untuk mengontrol pengalaman kecemasan mereka sendiri. Fortinash & Worret (2000) menjelaskan bahwa tingkat kecemasan terdiri dari ringan, sedang, berat, panik dan menguraikannya berdasarkan respon kecemasan.

1) Cemas ringan

Fisiologis: tanda-tanda vital normal, tegang otot minimal, pupil normal, konstriksi. Emosi atau perilaku: perasaan relatif nyaman dan aman, rileks, penampilan dan suara tenang.

2) Cemas sedang

Fisiologis: tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat. Muncul ketegangan, mungkin ketidaknyamanan atau merasa antusias. Emosi atau perilaku: siap siaga dan merasa tertantang, bertenaga. Suara, ekspresi wajah terlihat tertarik dan memperhatikan.

3) Cemas Berat

Fisiologis: respon “fight or flight”. Sistem saraf autonom terstimulasi dengan berlebihan (tanda-tanda vital meningkat, urgensi dan frekuensi kemih meningkat, diare,


(33)

17

mulut kering, nafsu makan berkurang, dilatasi pupil). Otot kaku, sensasi nyeri berkurang.

Emosi atau perilaku: Merasa terancam, terkejut pada stimulus yang baru. Aktivitas bisa meningkat atau menurun. Mungkin muncul dan merasa tertekan. Mendemonstrasikan penolakan; bisa mengeluh nyeri atau sakit, bisa gelisah atau pemarah.

4) Panik

Fisiologis: gejala kecemasan dapat meningkat sampai terjadi pelepasan pada sistem saraf otonom. Seseorang bisa menjadi pucat, tekanan darah menurun. Koordinasi otot terganggu. Emosi atau perilaku: Merasa tidak berdaya dengan kehilangan kontrol. Marah, ketakutan, bisa agresif atau menyendiri, menangis atau berlari. Perilaku biasanya sangat aktif ataupun sebaliknya.

d. Kecemasan perpisahan

Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia berpisah dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya, misalnya orang tua. (dalam PPDGJ-III). Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi dengan individu yang berpisah dengan anak itu (misalnya orang tua yang akan meninggal atau tidak kembali karena suatu alasan. Atau


(34)

apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpisahan (ia akan diculik, disakiti, atau dibunuh). Karena alasan tersebut anak itu enggan untuk dipisahkan dengan orang lain, dan mungkin karena itulah ia tidak mau tidur sendirian tanpa ditemani atau didampingi oleh tokoh kesayanganya atau tidak mampu meninggalkan rumah tanpa disertai orang lain (Semium, 2006).

Selain masalah itu, gangguan rasa kecemasan akan perpisahan dapat mengganggu dan memperlambat perkembangan sosial anak karena ia tidak dapat mengembangkan kemandirian atau belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Selanjutnya bila anak dipisahkan (ditinggalkan) ia tidak dapat berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut terhadap apa yang akan terjadi dengan dirinya atau terhadap orang-orang yang berpisah dengannya.

Anak-anak dan remaja dengan gangguan ini mungkin mengalami penderitaan berlebihan berulang tetang perpisahan dari rumah atau orang tua. Ketika terlepas dari figure kelekatan, mereka sering perlu tahu di mana orang tua mereka dan perlu untuk tetap berhubungan atau melihat mereka. Beberapa saat menjadi sangat rindu ketika jauh dari rumah (Jeffery, 2003).


(35)

19

e. Diagnosa Gangguan Kecemasan Perpisahan

Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan kecemasan perpisahan berdasarkan buku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III adalah sebagai berikut:

1) Ketidaksesuaian perkembangan dan kecemasan berlebih yang berfokus pada perpisahan dari rumah atau orang-orang yang terdekat yang dibuktikan oleh 3 atau lebih tanda. Kriteria ini adalah tanda-tanda dan gejala yang ditetapkan oleh American Psychiatric Assosiation (APA) dibawah ini:

a) Tekanan atau distress berlebih yang berulang ketika terpisah dari rumah atau seseorang yang menjadi atau diharapkan sebagai sosok atau orang yang penting.

b) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan tentang kehilangan atau tentang bahaya yang mungkin menimpa seseorang yang penting.

c) Kekhawatiran yang terus menerus dan berlebihan terhadap suatu peristiwa yang tak diinginkan yang akan meyebabkan perpisahan dari seseorang yang penting atau berharga (seperti tersesat atau diculik).

d) Keengganan yang tetap atau penolakan untuk pergi ke sekolah atau di tempat lain karena takut akan perpisahan. e) Ketakutan berlebih terus menerus atau keengganan untuk


(36)

tanpa orang dewasa yang berarti dalam lingkungan sekitarnya.

f) Keengganan yang terus menerus atau penolakan untuk tidur tanpa dekat dengan orang yang penting atau tidur jauh dari rumah.

g) Mimpi buruk berulang yang melibatkan tema perpisahan. h) Keluhan gejala fisik yang berulang (seperti sakit kepala,

sakit perut, maul atau muntah) saat berpisah dari seseorang yang diharapkan menjadi orang yang penting atau berharga.

2) Lamanya gangguan minimal 4 minggu. 3) Onset sebelum usia 18 tahun.

4) Gangguan menyebabkan distress klinis yang signifikan atau penurunan sosialisasi, akademik (kerja), atau fungsi dari bidang-bidang penting lainnya.

5) Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama disebabkan oleh gangguan perkembangan yang mendalam, Schizophrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan pada remaja dan orang dewasa, lebih baik tidak dicatat iuntuk Panic Disorder dengan agoraphobia.

f. Terapi Kecemasan

Beberapa terapi telah diberikan untuk mengatasi kecemasan, diantaranya :


(37)

21

1) Terapi psikofarmaka

Medikasi masih merupakan intervensi utama dalam mengatasi kecemasan baik pada orang dewasa maupun lansia. Golongan obat yang masih menjadi intervensi utama dalam penanggulangan kecemasan adalah benzodiazepin. Akan tetapi obat ini memiliki efek samping yang merugikan. Obat golongan ini bisa menimbulkan ketergantungan fisiologis bagi penggunanya yang ketika dihentikan pemakaiannya akan menimbulkan kecemasan (Katzung, 2008). Hawari (2011) mengemukakan, meskipun saat ini telah banyak ditemukan sejumlah obat yang lebih efektif, namun sejauh ini belum ada satupun obat yang ideal dalam mengatasi kecemasan.

2) Terapi somatik

Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk menghilangkan keluhan fisik (somatik) yang biasanya merupakan gejala ikutan akibat stres, kecemasan dan depresi dengan cara memberikan obat-obatan pada organ tubuh yang mengalami gangguan (Hawari, 2011).

3) Cognitive Behavioural Theraphy (CBT)

CBT merupakan terapi yang terstruktur untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, mengontrol serta memodifikasi pikiran negatif dan penyimpangan dalam berpikir dengan strategi mengubah pola pikir, berbicara


(38)

tentang hal yang positif serta pelatihan keterampilan sosial (Mellilo & Houde, 2005). Tujuan dari CBT adalah mengubah keyakinan yang tidak rasional, kesalahan penalaran dan pernyataan negatif tentang keberadaan individu. Menurut Stanley dan Beck (2000 dalam Mellilo & Houde 2005) dijelaskan bahwa terapi ini merupakan intervensi yang sering dilakukan untuk mengatasi gangguan kecemasan.

4) Psikoterapi

Psikoterapi sering disebut juga sebagai terapi kejiwaan (psikologik). Psikoterapi memiliki beragam jenis diantaranya psikoterapi suportif, psikoterapi edukatif, psikoterapi re-konstruktif, psikoterapi kognitif, psikoterapi psiko-dinamik, psikoterapi keluarga serta psiokoterapi perilaku. Tujuan dari berbagai jenis psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian, percaya diri, ketahanan, dan kekebalan baik fisik maupun mental serta kemampuan beradaptasi dan menyelesaikan stresor psikososial pada seseorang (Hawari, 2011).

5) Terapi Psikoreligius

Hawari (2011) mengemukakan bahwa terapi di dunia kedokteran sudah berkembang ke arah pendekatan keagamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitian yang dilakukan, ternyata tingkat keimanan seseorang erat hubungannya dengan


(39)

23

kekebalan dan daya tahan tubuh dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stresor psikososial. Organisasi kesehatan sedunia (WHO) telah menetapkan unsur spiritual (agama) sebagai salah satu dari empat unsur kesehatan yaitu fisik, psikis, sosial dan spiritual. Pendekatan ini telah diadopsi oleh psikiater Amerika Serikat (The American Psychiatric Association,1992) yang dikenal dengan pendekatan “bio-psycho-sociospiritual.”.

Seperti dalam penelitian Pragya dan Parul, 2014 disebutkan bahwa kesejahteraan spiritual merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan kualitas hidup seseorang. Dalam penelitian nya menunjukkan bahwa keterlibatan agama dan spiritualitas berhubungan dengan hasil kesehatan yang lebih baik, kesehatan yang terkait kualitas hidup, serta tingkat yang lebih rendah dari kecemasan, depresi, dan bunuh diri, dan bahwa menangani kebutuhan spiritual pasien dapat meningkatkan pemulihan dari penyakit nya.

Salah satu terapi psikoreligius yang dibahas pada penelitian ini adalah mendengarkan murottal Al-Qur‟an. Menurut Hebert Benson menyimpulkan bahwa ketika seseorang terlibat secara mendalam dengan doa yang diulang-ulang ternyata akan membawa berbagai perubahan fisiologis, antara lain berkurangnya kecepatan detak jantung, menurunnya


(40)

kecepatan napas, menurunnya tekanan darah, melambatnya gelombang otak dan pengurangan menyeluruh kecepatan metabolisme, kondisi ini disebut sebagai respon relaksasi (Subandi, 2013).

3. Mendengarkan Bacaan Al-Quran (Murottal) a. Definisi

Murottal adalah rekaman suara Al-Qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur‟an) (Siswantinah, 2011). Murottal juga dapat diartikan sebagai lantunan ayat-ayat suci Al-qur‟an yang dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-qur‟an), direkam dan diperdengarkan dengan tempo yang lambat serta harmonis (Purna, 2006).

b. Manfaat Al-Qur‟an

Anwar (2010) menjelaskan bahwa Al-Qur‟an mengandung beberapa aspek yang bermanfaat serta berpengaruh bagi kesehatan, diantaranya :

1) Mengandung unsur meditasi

Al-Qur‟an memiliki unsur meditasi sehingga sering disebut sebagai “As-Syifa” atau penyembuh. Ulama menafsirkan Al-Qur‟an sebagai sebuah petunjuk yang dapat mengantar manusia kepada kesehatan jasmani dan ruhani, sehingga dengan kesehatan itu manusia mampu menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT. Kesembuhan yang ditawarkan


(41)

25

Al-Qur‟an tidak bisa didapatkan secara instan, namun harus melalui 3 aspek utama dalam mengimani Al-Qur‟an, yaitu sebagai kitab yang dapat dilihat, dibaca, dan didengar.

Pada saat membaca Al-Qur‟an energi dalam tubuh menjadi lebih aktif dan bergerak dalam suatu gerakan positif. Mendengarkan lantunan Al-Qur‟an menimbulkan ketenangan yang dapat membantu proses terwujudnya kesehatan dalam tubuh. Seperti dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-A‟raf ayat 2014 :

لعل اوتصْ أو هل اوع تْساف آْرقْلا ئرق ا و و حْرت ْم

Artinya : “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an , maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang

agar kamu mendapat rahmat.” 2) Mengandung unsur autosugesti

Dari segi kejiwaan, unsur sugesti yang terdapat dalam Al-Qur‟an merupakan suatu ungkapan baik atau disebut juga dengan istilah ahsanu al-hadits yang mampu memberikan efek sugesti positif bagi pendengar maupun pembacanya, sehingga dapat menimbulkan perasaan tenang dan tenteram. Seperti di dalam penelitian Wijaya, 2009 bacaan Al Quran secara murotal akan memberikan stimulasi berupa suara, disamping hal tersebut hikmah yang terkandung dalam bacaan, Al-Qur‟an akan memberikan ketenangan pada pasien. Murottal


(42)

merupakan salah satu musik yang membawa pengaruh positif bagi pendengarnya.

Scott, 2011 juga mengungkapkan bahwa pada gelombang otak, musik dengan tempo lambat dapat meningkatan ketenangan dan menciptakan kondisi meditasi. Lebih lanjut, beliau mengungkapkan bahwa efek musik pada pernafasan dan heart rate menunjukan respon relaksasi, sedangkan efek musik pada pikiran dapat menyebabkan kondisi berpikir positif sehingga dapat mencegah respon stress.

Perasaan inilah yang dapat membantu proses pemulihan pada seseorang yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Pernyataan ini di tegaskan dalam hadits :

“Rasulullah Saw bersabda : Tidak berkumpul suatu

kaum di suatu rumah dari rumah Allah (masjid) yang membaca Al-Qur’an dan saling mempelajarinya antara mereka, melainkan diturunkan kepada mereka ketenangan, diselubungi rahmat, dikelilingi malaikat rahmat dan Allah menyebut-nyebut mereka (dibanggakan) dihadapan para malaikat-Nya.” (HR. Abu Hurairah)

3) Mengandung unsur relaksasi

Unsur relaksasi yang terdapat dalam Al-Qur‟an terdapat pada tanda waqaf (tanda berhenti). Tanda ini menginsyaratkan seseorang harus menghentikan bacaannya.


(43)

27

Pada setiap proses memulai bacaan kembali, membuat seseorang melakukan penarikan napas yang dilakukan secara teratur pada setiap tanda waqaf. Kegiatan inilah yang membuat kondisi tubuh berada dalam keadaan rileks.

Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrochman, dkk (2007) menyebutkan bahwa ketika para responden diperdengarkan lantunan ayat suci Al-Qur‟an, tampak dalam rekaman EEG (electro enchophalogram) gelombang delta di daerah frontal dan sentral baik pada sisi kanan maupun kiri otak, bila didominasi gelombang delta artinya berada dalam ketenangan, ketentraman dan kenyamanan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mendengarkan Al-Qur‟an dapat memberikan efek relaksasi bagi tubuh.Karena pada bacaan Al Qur‟an secara murottal mempunyai irama yang konstan, teratur, dan tidak ada perubahan yang mendadak.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah Al-Qur‟an merupakan penyembuh sempurna bagi semua bentuk penyakit baik penyakit jiwa maupun penyakit fisik. Hal ini tercantum dalam Firman Allah sebagai berikut :

َ ي لا ظلا يزي َو ۙ ي مْ ْلل ٌة ْحرو ٌءافش وه ام آْرقْلا م ِز و راسخ

Artinya : “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang


(44)

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa Al-Qur‟an memiliki pengaruh besar dalam proses penyembuhan terhadap penyakit fisik maupun psikis, teori psikoneuroendokrinologi menjelaskan secara lebih rinci bahwa kondisi kejiwaan seseorang akan mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin dalam tubuh. Kelenjar endokrin ini akan mengeluarkan cairan tubuh yang disebut cairan endokrin. Keadaan jiwa yang sehat akan mempengaruhi homeostasis dari sistem neuroendokrin. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang tenang, optimistis, dan bahagia. Al-Qur‟an seperti yang telah dijelaskan sebelumnya memberikan efek ketenangan dalam tubuh sebagai adanya unsur meditasi, autosugesti dan relaksasi. Rasa tenang ini selanjutnya akan memberikan respon emosi positif yang sangat berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif. Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam sisitem limbik dan korteks serebral dengan tingkat konektifitas yang kompleks antara batang otak - hipotalamus - prefrontal kiri dan kanan - hipokampus - amygdala.Transmisi ini menyebabkan terjadinya keseimbangan antara sintesis dan sekresi neurotransmitter seperti GABA (Gamma Amiono Butiric Acid) dan antagonis GABA oleh hipokampus dan amygdala. Persepsi positif yang diterima dalam sistem limbik akan menyebabkan amygdala mengirimkan informasi kepada LC (locus coeruleus) untuk


(45)

29

mengaktifkan reaksi saraf otonom. LC akan mengendalikan kinerja saraf otonom dalam tahapan homeostasis. Rangsangan saraf otonom yang terkendali menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi terkendali. Keadaan ini akan mengurangi semua manifestasi gangguan kecemasan (Arif,2007).

B. Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2. Kerangka Konsep Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an

(Murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya

Cemas perpisahan pada siswi kelas 1 MTs Siswi kelas 1 MTs

Tingkat Kecemasan

Terapi Kecemasan: 1. Terapi

Psikofarmaka 2. Terapi Somatik 3. Cognitive

Behavioural Theraphy 4. Psikoterapi 5. Terapi

Psikoreligius Berpisah dengan


(46)

D. Hipotesis

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an

(murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan tingkat kecemasan perpisahan

2. H1 : Terdapat pengaruh mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya dengan tingkat kecemasan perpisahan


(47)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain

Eksperiment menggunakan pendekatan pre test post test with control group.

Rancangan ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol di samping kelompok eksperimen (Nursalam,2008).

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada data-data numerik (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar,207). Dilihat dari tujuannya, penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta, mendeskripsikan statistik, ataupun untuk menunjukkan hubungan antar variabel (Subana dan Sudrajat, 2005).

Pola rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut: (Intervensi)

Membaca Al-Qur‟an seperti biasa + Mendengarkan murottal

(Kontrol)

Membaca Al-Qur‟an seperti biasa Gambar 3. Desain Penelitian A

(Pre-test)

A (Post-test)

B (Post-test) B


(48)

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo,2010). Populasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh anak kelas 1 MTs Muallimaat yang berjumalh 225 orang

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dilibatkan dalam penelitian yang merupakan bagian yang representatif dan mempresentasikan karakter atau ciri-ciri populasi (Neuman, 2000). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro Yamane (Imron,2014) sebagai berikut :

n

n

n

n = 69 =70 Keterangan :

n : Perkiraan jumlah sampel N : Perkiraan jumlah populasi


(49)

33

Jumlah sampel kemudian dibagi menjadi 2 kelompok dengan 35 kelompok intervensi dan 35 kelompok kontrol. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode randomized sampling, yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel secara acak diantara populasi yang ada dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Dalam penetapan kriteria inklusi, harus disertai pertimbangan dari segi ilmiah (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Siswi kelas 1 MTs 2) Tinggal di asrama 3) Skor kecemasan ≠ 0

4) Tidak mengalami gangguan pendengaran b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:

1) Mengkonsumsi obat anti cemas selama dilakukan penelitian 2) Mempunyai riwayat gangguan jiwa berat


(50)

C. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah Asrama Siti Aisyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Sementara waktu penelitiannya pada 13-26 Agustus 2016.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimilki kelompok lain (Notoatmodjo, 2010).

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel ini juga disebut sebagai variabel prediktor, risiko, atau kausa (Hidayat, 2007). Variabel bebas pada penelitian ini adalah mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (Murottal) surat Ar-Rahman dan terjemahnya.

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, outcome, hasil, atau event (Hidayat, 2007). Variabel terikat pada penelitian ini adalah Skor cemas perpisahan pada siswi kelas 1 MTs Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Definisi Operasional 1. Cemas Perpisahan

Gangguan kecemasan perpisahan adalah kecemasan dan kekhawatiran yang tidak realistik pada anak tentang apa yang akan terjadi bila ia


(51)

35

berpisah dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidupnya, misalnya orang tua. Cemas perpisahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecemasan yang dinilai dari skor kecemasan pada subjek penelitian yang diukur dengan instrument.

2. Mendengarkan bacaan Al-Qur‟an (Murottal) sambil membaca terjemahnya digunakan dalam penelitian ini sebagai intervensi yang diberikan kepada responden. Dalam penelitian ini digunakan murottal QS. Ar-Rahman yang dilantunkan oleh Sa‟ad Al Ghomidi berdurasi 8 menit 30 detik dengan menggunakan laptop dan speaker. Kegiatan ini dilakukan 1 kali sekali sehari selama 14 hari berturut-turut.

F. Alat dan Bahan Penelitian

1. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS)

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang digunakan untuk mengukur skor kecemasan, berisi 50 pertanyaan yang menunjukkan gejala-gejala kecemasan seperti berkeringat, gemetar, sakit kepala, cepat lelah, dan gejala lainnya. Instrumen ini diisi dengan memberi jawaban ya (benar) dan tidak (salah).Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula kecemasan yang dialami oleh responden. Skor ini kemudian digolongkan menjadi 3 kelompok :

<7 : Kecemasan rendah 7- 21 : Kecemasan Sedang >21 : Kecemasan Tinggi


(52)

2. Bacaan Al-Qur‟an (Murottal)

Instrumen yang digunakan dalam memperdengarkan bacaan Al-Qur‟an (Murottal) adalah laptop dan speaker.

3. Terjemah Al-Qur‟an

Dalam peneltian ini responden diperdengarkan bacaan Al-Qur‟an sambil membaca terjemah surat Ar-Rahman melalui Al-Qur‟an terjemahan Departemen Agama Republik Indonesia.

G. Jalannya Penelitian 1. Prosedur Persiapan

Peneliti menyusun proposal penelitian dan melakukan survei awal untuk memperoleh data jumlah populasi siswi kelas I MTs Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian menentukan sampel yang akan diteliti sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan dan bersedia menjadi responden.

2. Prosedur Administrasi

Peneliti mengajukan surat permohonana izin penelitian kepada Dekan Fakultas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang diajukan kepada Direktur Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Prosedur Teknis

a. Peneliti meminta persetujuan dari Direktur Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta untuk melakukan penelitian di Asrama Siti Aisyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah


(53)

37

Yogyakarta yaitu dengan memberikan surat permohonan izin sebagai tempat dilakukannya penelitian.

b. Peneliti menemui pengurus Asrama Siti Aisyah Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta untuk menginformasikan dan menjelaskan bahwa akan melakukan penelitian.

c. Peneliti menemui calon responden dan meminta kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan mengisi lembar informedconsent apabila responden bersedia.

d. Peneliti menyebarkan lembar kuisioner pre test kuisioner Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) pada kedua kelompok penelitian untukmenguji tingkat kecemasan responden.

e. Setelah kuisioner diiisi oleh responden, peneliti langsung melakukan intervensi dengan durasi 8 menit 30 detik selama 14 hari berturut-turut pada kelompok eksperimen.

f. Pengukuran kembali tingkat kecemasan pada hari ke 14 dengan instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) pada kedua kelompok yaitu kelompok eksprimen dan kelompok kontrol.

g. Peneliti melakukan analisis data tingkat kecemasan, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Chen et al (2006) telah menguji validitas instrumen Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) dengan sensitivitas 90%, spesivisitas 90,4%, dan efektivitas 92,5%. Christiani (2000) dalam penelitiannya juga melakukan uji


(54)

validitas pada instrumen ini dengan skor validitas 0,109 – 0,505, dengan p <0,05, dan koefisien reliabilitas = 0,881 dengan p ,001.

I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul maka selanjutnya adalah melakukan pengolahan dan analisis data. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu uji normalitas untuk masing-masing kelompok intervensi dan kontrol dengan Shapiro-wilk apabila jumlah sampel kurang dari 50 dan Kolmogorov smirnov apabila sampel lebih dari 50. Uji hipotesis yang digunakan adalah Paired Sample t-Test dengan bantuan program komputer SPSS, dimana salah satu syarat penggunaan uji hipotesis dengan menggunakan Paired Sample t-Test adalah sebaran data harus berdistribusi normal.(Sopiyudin, 2010). Namun jika sebaran data tidak normal menggunakan Wilcoxon test. Setelah dilakukan uji analisis menggunakan

Paired Sample t-Test dilanjutkan dengan uji Independent t-Ttest untuk mengetahui perbedaan atau selisih hasil pada kelompok intervensi dan kontrol.

J. Kesulitan Penelitian

Kesulitan yang dialami oleh peneliti dalam proses penelitian ini diantaranya adalah terkadang susah mengajak anak untuk berkumpul bersama mendengarkan bacaan Al-Qur‟an sambil membaca terjemah nya, karena kadang masih ada yang sibuk dengan urusan nya sendiri. Tetapi peneliti dapat mengantisipasi kesulitan tersebut dengan mengajak mereka


(55)

39

melalui ustadzah yang berada di asrama untuk membujuk dan teman-teman nya yang lain.

K. Etik Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti mengajukan ethical clearance ke komite etik penelitian Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, kemudian melakukan perizinan kepada pihak atau tempat dilakukannya penelitian. Selanjutnya sebelum proses penelitian dimulai, peneliti juga melakukan pengisian informed consent, yaitu lembar persetujuan untuk menjadi responden yang diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan kepada seluruh responden yang siap untuk diteliti, tanpa adanya unsur pemaksaan


(56)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta adalah lembaga pendidikan khusus putri yang dirintis dan didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1920. Berlatar belakang sekolah islam dengan mewajibkan siswi nya tinggal di asrama. Salah satu lokasi asrama yang digunakan untuk tempat penelitian adalah asrama Siti Aisyah yang berisikan siswi kelas I MTs Muallimaat yaitu murid-murid tahun pertama yang bersekolah di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.

Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian karena lokasi nya yang mudah untuk dijangkau, selain itu kondisi siswi yang berada di asrama Siti Aisyah sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan oleh peneliti dimana subjek yang diteliti adalah siswi kelas I MTs Mu‟allimaat yang tinggal di asrama.

Madrasah Muallimaat ini merupakan sekolah yang menerapkan pendidikan agama disamping pendidikan formal. Sehingga selama siswi tinggal di asrama mereka sudah terbiasa diperdengarkan bacaan-bacaan Al-Qur‟an, namun belum ada pembiasaan secara rutin untuk membaca Al-Qur‟an sambil membaca terjemahnya.


(57)

41

2. Karakteristik Subjek Penelitian

Murid kelas I MTs Mu‟allimaat Muhammadiyah Yogyakarta terdiri dari 225 siswi yang semuanya berjenis kelamin perempuan dengan usia 12-13 tahun. Dalam penelitian ini peneliti tidak melibatkan seluruh siswi sebagai responden, namun memilih beberapa orang sampel dengan menggunakan rumus Taro Yamane dan menyeleksinya berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga kemudian diperoleh angka 70 sampel yang dibagi menjadi 2 kelompok, 35 orang untuk kelompok intervensi, dan 35 orang untuk kelompok kontrol. Dan didapatkan sebanyak 39 anak mengalami kecemasan sedang dan 31 anak mengalami kecemasan tinggi. Semua siswi yang diteliti tinggal terpisah dengan orangtua dan keluarganya di asrama Siti Aisyah Madrasah Mu‟allimaat dan sebagian besar berasal dari luar kota Yogyakarta.

3. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol Tabel 4.1. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan

Kontrol Kelompok

Kategori Tingkat Kecemasan

Frekuensi

Sebelum Sesudah

f % f %

Intervensi

Ringan 0 0 2 5,7

Sedang 14 40 19 54,2

Tinggi 21 60 14 40

Total 35 100 35 100

Kontrol

Ringan 0 0 0 0

Sedang 25 71,4 28 80

Tinggi 10 28,5 7 20


(58)

Tabel 4.1 menjelaskan tentang frekuensi sebelum dan sesudah tingkat kecemasan pada kelompok intervensi dan kontrol, untuk melihat berapa responden yang mengalami kecemasan (n = 70). Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden kelompok intervensi mengalami kecemasan tinggi sebelum diperdengarkan bacaan Al-Qur‟an sambil membaca terjemahnya. Sedangkan pada kelompok kontrol lebih dari separuh respoden mengalami kecemasan sedang yakni sebanyak 71,42% ketika pretest. Namun angka ini mengalami penurunan pada kelompok intervensi setelah diberikannya intervensi sehingga 54,28% siswi berubah menjadi kecemasan sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol setelah diberikan intervensi sebanyak 80% siswi tetap mengalami kecemasan sedang.

Tabel 4.2. Frekuensi kelompok intervensi dan kontrol yang mengalami kenaikan dan penurunan skor kecemasan

Kelompok Naik Turun

Intervensi 9 25

kontrol 15 20

Pada tabel 4.2 diperlihatkan lebih jelas pada kelompok intervensi sebanyak 9 orang mengalami peningkatan kecemasan dan 25 mengalami penurunan serta terdapat 1 orang dengan skor yang tetap. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 15 orang yang mengalami peningkatan kecemasan dan 20 orang yang mengalami penurunan.


(59)

43

4. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Intervensi

Tabel 4.3. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Intervensi

Paired Samples Test

Nama N Mean

Std.

Deviation Sig. (2-tailed)

Intervensi Pre 35 22,88 8,273

.001

Post 35 19,11 8,543

Tabel 4.3 di atas menjelsskan tentang perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test dan post test kelompok intervensi berupa mendengarkan Al-Qur‟an sambil membaca terjemahnya (n = 35). Tabel 4.3 menggambarkan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan saat pre test

dan post testpada kelompok intervensi. Diketahui rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi saat pre test lebih tinggi dibandingkan setelah pemberian intervensi, dengan signifikansi 0,001 (p <0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi pada kelompok intervensi.

5. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol

Tabel 4.4. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test dan post test

kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi berupa mendengarkan Al-Qur‟an sambil membaca terjemahnya (n = 35)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Nama N Mean Sig. (2-tailed)

Kontrol Pre Post

35 35

18,38 17,50


(60)

Tabel 4.4 menggambarkan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan saat pre test dan post test pada kelompok kontrol. Diketahui rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol saat pre test 18,38 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 17,50 dengan signifikansi 0,389 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi.

6. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 4.5. Perbedaan rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan antara kelompok intervensi dan kontrol

Independent t test

Nama N Mean

Std.

Deviation Sig. (2-tailed) Penurunan Intervensi 35 -3,77 6,292

.076

Kontrol 35 -1,11 6,052

Pada tabel 4.5 menjelaskan mengenai perbedaan rata-rata penurunan tingkat kecemasan yang diperoleh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.Pada kelompok intervensi dan kontrol sama-sama terdapat peningkatan kecemasan sebanyak 3,77 pada kelompok intervensi dan 1,11 pada kelompok kontrol tanpa intervensi ini. Selisih kecemasan pada kedua kelompok ini memiliki angka signifikansi sebesar 0,076 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.


(61)

45

7. Hasil Uji Reliabilitas Kuisioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)

Tabel 4.6. Uji reliabilitas kuisioner TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale)

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.858 50

Pada tabel 4.6 disebutkan hasil Cronbach‟s Alpha sebesar 0,858 yang bermakna kuisioner yang digunakan pada penelitian ini adalah reliable

B. Pembahasan

Penelitian ini meneliti tentang adakah pengaruh dengan diberikannya terapi bacaan Al-Qur‟an surat Ar-Rahman dan membaca terjemahnya terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs yang berpisah dengan orangtua. Seperti telah disebutkan responden yang berjumlah 70 anak ini berusia sekitar 12-13 tahun yang mana usia mereka merupakan kelompok umur yang rentan terhadap perkembangan masalah dari dalam diri seperti munculnya gejala cemas dan depresi, karena masa remaja merupakan masa transisi dengan perubahan biologis, kemampuan emosional, dan keinginan untuk mendapatkan otonomi (Maciejewski et.al., 2013), Macam macam gangguan emosional yang dapat terjadi pada onset kanak dan remaja salah satu diantaranya adalah gangguan kecemasan perpisahan, yang mana telah diketahui bahwa responden penelitian ini adalah mereka yang tinggal tidak bersama dengan orangtua.


(62)

Alasan mengapa penelitian ini diberikan intervensi berupa mendengarkan bacaan Al-Qur‟an sambil membaca terjemah nya adalah dikarenakan anak-anak yang tinggal di asrama sudah tidak asing lagi dengan bacaan Al-Qur‟an sehingga sangat memungkinkan apabila diberikan intervensi dengan perlakuan tersebut karena selain tidak memerlukan biaya, pembacaan ayat suci Al-Qur‟an dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Pada tabel 4.1 diperlihatkan bahwa semua responden mengalami kecemasan mulai dari yang sedang hingga tinggi. Ini disebabkan anak remaja seusia mereka merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan remaja, dimana terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja yang akan meningkatkan kecemasan, sehingga pada usia tersebut remaja itu dapat mengalami kecemasan saat harus berpisah dengan orang tua (Hurlock, 2004).

Namun pada penelitian ternyata setelah dilakukan intervensi berupa diperdengarkan bacaan Al-Qur‟an QS Ar-Rahman sebanyak 78 ayat ini selama 8 menit 30 detik selama dua minggu berturut-turut kepada 35 anak kelompok intervesi dan 35 anak kelompok kontrol menunjukan hasil tidak adanya perbedaan perubahan skor kecemasan antara kelompok intervensi yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.


(1)

Test. Dengan menggunakan TMAS (Taylor Manifest Anxiety Scale) sebagai alat ukur cemasnya.

HASIL

Dari hasil kuesioner didapatkan hasil sebagai berikut:

1. Frekuensi Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 1. Frekuensi tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol (n = 70) Kelompok Kategori

Tingkat Kecemasan

Frekuensi

Sebelum Sesudah

f % f %

Intervensi Ringan 0 0 2 5,7

Sedang 14 40 19 54,2

Tinggi 21 60 14 40

Total 35 100 35 100

Kontrol Ringan 0 0 0 0

Sedang 25 71,4 28 80

Tinggi 10 28,5 7 20

Total 35 100 35 100

Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh responden kelompok intervensi mengalami kecemasan tinggi sebelum diperdengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya. Sedangkan pada kelompok kontrol lebih dari separuh respoden mengalami kecemasan sedang yakni sebanyak 71,42% ketika pretest. Namun angka ini mengalami penurunan pada kelompok intervensi setelah diberikannya intervensi sehingga 54,28% siswi berubah menjadi kecemasan sedang. Sedangkan pada kelompok kontrol setelah diberikan intervensi sebanyak 80% siswi tetap mengalami kecemasan sedang.

2. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Intervensi

Tabel 2. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test dan post test kelompok intervensi dan (n = 35)

Paired Samples Test

Nama N Mean Std. Deviation Sig. (2-tailed)

Intervensi Pre 35 22,88 8,273

.001


(2)

Tabel 2 menggambarkan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan saat pre test dan post test pada kelompok intervensi. Diketahui rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi saat pre test lebih tinggi dibandingkan setelah pemberian intervensi, dengan signifikansi 0,001 (p <0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan setelah diberikan intervensi pada kelompok intervensi.

3. Perbedaan Rata-rata Tingkat Kecemasan Pre Test dan Post Test Kelompok Kontrol

Tabel 3. Perbedaan rata-rata tingkat kecemasan pre test dan post test kelompok kontrol (n = 35)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Nama N Mean Sig. (2-tailed)

Kontrol Pre Post

35 35

18,38 17,50

.389

Tabel 3 menggambarkan perbedaan rata-rata tingkat kecemasan saat pre test dan post test pada kelompok kontrol. Diketahui rata-rata kecemasan pada kelompok kontrol saat pre test 18,38 yang kemudian mengalami penurunan menjadi 17,50 dengan signifikansi 0,389 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan

kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi.

4. Perbedaan Rata-Rata Selisih Penurunan Tingkat Kecemasan Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 4. Perbedaan rata-rata selisih penurunan tingkat kecemasan kelompok intervensi dan kontrol

Independent t test

Nama N Mean

Std.

Deviation Sig. (2-tailed) Penurunan Intervensi 35 -3,77 6,292

.076

Kontrol 35 -1,11 6,052

Pada tabel 4. menjelaskan mengenai perbedaan rata-rata penurunan tingkat kecemasan yang diperoleh antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok


(3)

kelompok intervensi dan 1,11 pada kelompok kontrol tanpa intervensi ini. Selisih kecemasan pada kedua kelompok ini memiliki angka signifikansi sebesar 0,076 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada penurunan kecemasan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

PEMBAHASAN

Penelitian ini meneliti tentang adakah pengaruh dengan diberikannya terapi bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahan nya terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs yang berpisah dengan orangtua. Seperti telah disebutkan responden yang berjumlah 70 anak ini berusia sekitar 12-13 tahun yang mana usia mereka merupakan kelompok umur yang rentan terhadap perkembangan masalah dari dalam diri seperti munculnya gejala cemas dan depresi, karena masa remaja merupakan masa transisi dengan perubahan biologis,

kemampuan emosional, dan keinginan untuk mendapatkan otonomi (Maciejewski et.al., 2013), Macam macam gangguan emosional yang dapat terjadi pada onset kanak dan remaja salah satu diantaranya adalah gangguan kecemasan perpisahan, yang mana telah diketahui bahwa responden penelitian ini adalah mereka yang tinggal tidak bersama dengan orangtua.

Alasan mengapa penelitian ini diberikan intervensi berupa mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemah nya adalah dikarenakan anak-anak yang tinggal di asrama sudah tidak asing lagi dengan bacaan Al-Qur’an sehingga sangat memungkinkan apabila diberikan intervensi dengan perlakuan tersebut karena selain tidak memerlukan biaya, pembacaan ayat suci Al-Qur’an dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja

Pada tabel 4.1 diperlihatkan bahwa semua responden mengalami kecemasan mulai dari yang sedang hingga tinggi. Ini disebabkan anak remaja seusia mereka merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan remaja, dimana terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan rasa tidak tenang pada diri remaja yang akan meningkatkan kecemasan, sehingga pada usia tersebut remaja itu dapat mengalami kecemasan saat harus berpisah dengan orang tua (Hurlock, 2004).

Namun pada penelitian ternyata setelah dilakukan intervensi berupa diperdengarkan bacaan Al-Qur’an QS Ar-Rahman sebanyak 78 ayat ini selama 8 menit 30 detik selama dua minggu berturut-turut kepada 35 anak kelompok intervesi dan 35 anak kelompok kontrol menunjukan hasil tidak adanya perbedaan perubahan skor kecemasan antara kelompok


(4)

intervensi yang diberikan perlakuan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan.

Banyak faktor-faktor yang menyebakan hal tersebut dapat terjadi seperti siswi yang mengalami kecemasan ini hanya menjadikan bacaan Al-Qur’an hanya sekedar untuk diperdengarkan saja tidak sampai pada tahap ia dapat meresapi sehingga dapat membuat rileks.

Pada sekolah yang berkonsep asrama seperti Madrasah Muallimaat Muhammadiyah ini menerapkan pembelajaran agama selain formal pada kehidupan di asrama nya, dimana mereka memiliki banyak kegiatan yang harus dijalankan setelah sedari pagi hingga sore belajar pelajaran formal disekolah. Seperti beberapa diantara nya adalah hafalan Al-Qur’an, mengaji bersama-sama, sholat berjamaah, berpidato di depan teman-teman nya dan kegiatan lainnya. Tidak bisa dipungkiri jika anak yang masuk ke sekolah berkonsep asrama atau biasa dikenal dengan pondok pesantren masuk ke sekolah itu dikarenakan keinginan orang tua nya. Banyak orang tua yang mengharapkan anak nya memiliki bekal ilmu selain ilmu pendidikan formal juga unggul dalam bidang agama, sehingga jika itu memang bukan atas keinginan sendiri dari sang anak nanti nya ketika anak masuk ke asrama banyak perubahan-perubahan baru yang menyebabkan mental nya belum siap menerima, sehingga mau dibagaimanakan pun apabila memang dari diri anak belum ada perasaan yang ikhlas untuk bisa menerima keadaan barunya tentu itu merupakan suatu masalah tersendiri.

Kemungkinan faktor lain yang menyebabkan tidak adanya pengaruh mendengarkan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya terhadap penurunan skor cemas perpisahan adalah para siswi ini telah mulai beradaptasi dengan lingkungan barunya sehingga ia sudah mulai nyaman dengan teman-teman nya, dengan suasana baru diasrama yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan.

Karena pada anak usia sekitar 12-13 tahun mereka mulai melepaskan diri dengan orang tua. Hubungan remaja dengan orang tua mulai terjadi keterbatasan. Remaja mulai memberikan batasan antara kemandirian dan ketergantungan, namun ada keinginan kuat untuk tetap bergantung pada orang tua dan sementara mencoba untuk berpisah dengan orang tua. Sehingga mereka mencoba membangun kedekatan dengan anak seusia mereka yang mereka rasa dapat saling memahami satu sama lain lebih baik daripada orangtua mereka.

Karena sebenarnya dampak kecemasan ini ada yang bersifat postif ada yang negativ. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara yag rasional, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistis (Freud dalam Ki Fudyartanta, 2012). Namun apabila anak telah berhasil mengantisipasi dan mengatasi gejala-gejala kecemasan, maka


(5)

perasaan ini akan menjadi sumber motivasi. Bahwa kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu (Corney,2010).

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Terdapat penurunan rata-rata kecemasan pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan signifikansi 0,001 yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna

2. Pada kelompok kontrol terdapat penurunan rata-rata kecemasan, namun diperoleh signifikansi 0,389 (p >0,05) yang artinya tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada tingkat kecemasan kelompok kontrol

3. Mendengarkan bacaan Al-Qur’an sambil membaca terjemahnya tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap skor cemas perpisahan pada anak

SARAN

Saran yang dapat peneliti sampaikan terkait penelitian ini yaitu masih perlu dilakukan

penelitian lebih lanjut terkait pengaruh pemberian bacaan Al-Qur’an sambil membaca

terjemahnya terhadap skor cemas perpisahan pada anak kelas 1 MTs. Peneliti juga berharap

untuk penelitian selanjutnya dapat lebih meminimalisir bias yang mungkin terjadi serta

mengambil waktu penelitian yang lebih lama lagi sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih

baik lagi. Peneliti menyarankan juga bisa dengan mencoba meneliti pada anak kelas 6 SD

yang sudah dipastikan akan memasuki sekolah lanjutan di sekolah berkonsep asrama,

sehingga kita dapat melihat skor kecemasan nya dan melakukan intervensi untuk kemudian

dilihat apakah akan berpengaruh lebih baik atau tidak

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, J. L., Blatter, J., Ursprung, A., Schneider, S. (2010). The Separation Anxiety Daily Diary: Child Version: Feasibility and Psychometric Properties. Child Psychiatry Hum Dev, 41: 649-662. Diakses

dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/labs/articles/20614179/


(6)

3. Arif. (2007). Penerapan Dzikir Sebagai Psikoterapi Gangguan Anxietas. Lomba Karya Tulis Kedokteran Islam. FK Universitas Andalas: Medan.

4. Chen, T.S., Ying-Chiao L., Full-Young C., Han-Chan W., and Shou-Dong L. (2006). Psychosocial Distress is Associated with Abnormal Gastric Myoelectrical Activity ini Patient with Functional Dyspepsia. Original Article. Scandinavian Journal of Gastroenterology. Vol. 41:791-6.

5. Prasetyo, Andriansyah. (2015). Pengaruh Terapi Dzikir (Al-Baqiyatus Sholihat) terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operasi di Pavilion Mawar RSUD Jombang. Diploma Thesis, Universitas Tinggi Darul Ulum.

6. Rahmatika, Dewi. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan Perpisahan dengan Orangtua terhadap Motivasi Belajar Santri di Pondok Pesantren Asshidiqiyah Kebun Jeruk Jakarta. Karya Tulis Ilmiah strata satu, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta


Dokumen yang terkait

Gaya Bahasa Terjemahan Surah Ar-Rahman dalam Al-Qur’ân Al-Karîm Bacaan Mulia Karya H. B. Jassin dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

3 31 191

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR SISWI KELAS I MTs MU’ALLIMAAT YANG MENGALAMI CEMAS PERPISAHAN

32 156 132

PENGARUH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN TERJEMAHNYA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN SISWI KELAS III MTs MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL

1 14 95

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 2 16

ANALISIS ISI SURAT DAN PENGULANGAN KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QUR’AN SURAT AR-RAHMAN DAN Analisis Isi Surat dan Pengulangan Kalimat pada Terjemahan Al-Qur’an Surat Ar-Rahman dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar.

0 3 13

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AL QUR’AN SURAT AR-RUM Proses Morfologis Pada Terjemahan Al Qur’an Surat Ar-Rum.

0 1 13

ANALISIS FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AR RAHMAN ANALISIS FUNGSI, KATEGORI, DAN PERAN PADA TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AR RAHMAN.

0 1 16

Dokumen K T S P 1

0 3 251

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MENDENGARKAN BACAAN AL- QUR’AN (Ar-Rahman) TERHADAP TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD dr.SOEDIRMAN KEBUMEN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

0 2 54

Pengaruh Mendengarkan Murrotal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman Terhadap Nilai Tekanan Darah Pada Ibu Hamil Dengan Pre Eklampsia Di Puskesmas Genuk Kota Semarang

0 0 14