77
memiliki perhatian terhadap perkembangan MBS di sekolah. Bahkan, sekolah pun tidak selalu benar-benar memahami arti pentingnya Komite Sekolah seperti yang
ditemukan oleh penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sweeting, dkk 2003.
Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan khususnya anggota MBS perlu dilakukan sosialisasi secara mendalam baik mengenai MBS secara
luas maupun khusus tentang Komite Sekolah tidak hanya pada sekolah yang akan melaksanakannya tetapi juga pada masyarakat secara umum yang akan menerima
dampak dari pelaksanaan tersebut agar tidak terjadi selisih paham. Anggota Komite Sekolah juga perlu meningkatkan pengetahuan mereka mengenai MBS
agar dapat memberikan arah yang benar tentang fungsi dan tugas pokok mereka. Peningkatan pengetahuan ini diharapkan akan meningkatkan kinerja mereka
3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kinerja Komite Sekolah
Harga koefisien korelasi r parsial untuk pendidikan dan kinerja Komite Sekolah jika pengetahuan tentang MBS yang dimiliki anggota Komite Sekolah
dikendalikan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dan kinerja Komite Sekolah jika pengetahuan tentang MBS yang
dimiliki anggota Komite Sekolah dikendalikan. Dengan demikian pendidikan hampir tidak mempengaruhi kinerja Komite Sekolah.
Keadaan ini sepertinya tidak mendukung dua temuan di atas. Beberapa hal tampaknya harus dilihat sebagai faktor penyebab dari temuan ini. Pertama, dari
jumlah responden sebanyak 77 orang, rata-rata tingkat pendidikan yang dimiliki
78
cukup tinggi, yaitu 3,43. Jumlah responden dengan pendidikan D3 ke atas adalah 55 orang atau 71,43, sementara responden dengan pendidikan S1 berjumlah 39
orang atau 50,64. Hal ini menyebabkan data terkonsentrasi pada daerah tingkat pendidikan tinggi atau lebih khusus lagi pada tingkat pendidikan S1 sehingga
dapat menjadi penyebab beda kinerja antar anggota komite tidak terlalu bermakna untuk tingkat pendidikan sebagai prediktor.
Kedua, terdapat beberapa kasus yang berbeda dengan harapan. Terdapat 4 responden dengan pendidikan S1 yang memiliki kinerja di bawah 60, pada sisi
lain kinerja tertinggi dengan nilai 96,30 tabel 5 dimiliki oleh responden dengan pendidikan SMA dan SMP. Data-data ini berkebalikan dengan prediksi bahwa
semakin tinggi pendidikan anggota Komite Sekolah semakin tinggi pula kinerjanya. Hal menarik yang perlu dicermati yaitu adanya kekhawatiran
masyarakat bahwa ada kecenderungan anggota Komite Sekolah yang dipilih merupakan orang yang punya jabatan dan hidup mapan, sehingga secara finansial
tidak kesulitan akibatnya mereka tidak terlalu peduli dengan perkembangan sekolah. Sementara waktu mereka bekerja sebagai anggota komite juga terbatas.
Golongan ini dapat menjadi penyumbang responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan kinerja yang rendah.
Ketiga, anggota Komite Sekolah dipilih dari antara orangtua murid yang anaknya menempuh pendidikan di sekolah tersebut. Keanggotaan mereka dapat
berubah setiap tahun atau paling lama tiga tahun selama anak mereka bersekolah di SMA. Singkatnya masa jabatan ini menjadikan Komite Sekolah sukar untuk
menjalankan program kerja yang panjang dan berkesinambungan karena setiap
79
kepengurusan akan memberikan arah dan cara sendiri untuk mencapai tujuannya. Keadaan ini akan menjadikan anggota Komite Sekolah menyerahkan segala
keputusan pada pihak sekolah. Akibatnya, anggota Komite Sekolah enggan atau tak mampu menjalankan fungsi kontrolnya, kinerja mereka menjadi rendah tanpa
pengaruh tingkat pendidikan yang dimiliki. Penyebab lain yang juga perlu diungkap adalah usia anggota komite
berbeda-beda. Hal ini memberikan indikasi bahwa masa persekolahan yang dilewati oleh setiap anggota komite juga berbeda. Sebagaimana diketahui, pada
kurun yang berbeda ini kurikulum Indonesia berkembang dan berubah. Perubahan ini sesuai dengan tuntutan kemajuan masyarakat. Pada sisi lain perubahan
kurikulum juga menekankan visi yang berbeda, seperti yang disampaikan oleh Supratiknya 2005 masing-masing jenjang pendidikan, segi-segi tertentu dari
substansi tujuan pendidikan akan berlainan dari zaman ke zaman sesuai dengan perkembangan ilmu-teknologi dari masyarakat. Berdasarkan hal ini dapat
dianalisis bahwa tahun kelulusan seseorang dari suatu tingkat pendidikan akan berpengaruh pada bekal yang diterimanya, artinya meskipun dari tingkat
pendidikan yang sama dapat dimungkinkan kompetensi yang dimilikinya berbeda karena perbedaan tahun kelulusan
80
BAB V SIMPULAN DAN SARAN