Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah

normal p0,05, oleh karena itu untuk uji komparatif digunakan Uji Mann- Whitney. Hasil uji komparatif menunjukkan nilai p=0,843 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan tidak bermakna pada kedua kelompok data. Pada Uji Mann-Whitney apabila nilai signifikansi p yang diperoleh 0,05 maka pada kelompok yang dibandingkan terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil penelitian di atas didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dashanti 2012, pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian Dashanti menunjukkan, ada perbedaan tidak bermakna antara tekanan darah sistolik berdasarkan batas median AST pada kelompok pria p=0,081 dan pada kelompok wanita p=0,334. Perbandingan tekanan darah diastolik berdasarkan batas median AST pada kelompok pria dan kelompok wanita juga menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna, dengan nilai signifikansi masing-masing p=0,247 dan p=0,170.

C. Korelasi Abdominal Skinfold Thickness terhadap Tekanan Darah

Uji hipotesis korelasi abdominal skinfold thickness dengan tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan dengan menggunakan uji hipotesis korelasi Spearman. Uji hipotesis korelasi Spearman dipilih karena data salah satu ataupun kedua variabel korelasi terdistribusi tidak normal. Hasil uji hipotesis dikatakan memiliki korelasi bermakna apabila nilai p0,05. Tabel VII. Korelasi Abdominal Skinfold Thickness AST terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik AST Responden Pria AST Responden Wanita Tekanan darah sistolik r -0,027 0,124 p 0,864 0,353 Tekanan darah diastolik r -0,087 0,094 p 0,586 0,483 p0,05 menunjukkan adanya korelasi bermakna p0,05 menunjukkan adanya korelasi tidak bermakna 1. Korelasi abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden pria Uji korelasi pada responden pria dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman, karena data normalitas abdominal skinfold thickness dan tekanan darah sistolik menujukkan distribusi tidak normal. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai signifikansi p=0,864 yang dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara abdominal skinfold thickness dengan tekanan darah sistolik pada pria. Pada Uji Spearman, dua variabel yang diuji dikatakan terdapat korelasi yang bermakna apabila memiliki nilai signifikansi p0,05. Nilai korelasi Spearman diperoleh r= -0,027 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sangat lemah. Korelasi Spearman menunjukkan arah korelasi negatif. Arah korelasi negatif menunjukkan arah berlawanan, yaitu semakin besar nilai abdominal skinfold thickness, maka nilai tekanan darah sistolik semakin kecil. Uji korelasi pada responden pria dilakukan dengan menggunakan Uji Spearman, karena data normalitas abdominal skinfold thickness dan tekanan darah diastolik menujukkan distribusi tidak normal. Hasil uji korelasi menunjukkan nilai signifikansi p=0,586 yang dapat disimpulkan tidak terdapat korelasi yang bermakna antara abdominal skinfold thickness dengan tekanan darah diastolik pada pria p0,05. Nilai korelasi Spearman diperoleh r= -0,087 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sangat lemah. Korelasi Spearman menunjukkan arah korelasi negatif. Gambar 7. Grafik sebar abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik pada responden pria Gambar 8. Grafik sebar abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah diastolik pada responden pria R Sq Linear = 0.006 R Sq Linear = 0.01 Sebaran titik-titik pada grafik menunjukkan kekuatan korelasi. Persebaran titik makin mendekati garis linear menunjukkan korelasi akan semakin kuat Dahlan, 2011. Garis linearitas pada grafik ditunjukkan dalam r kuadrat r 2 . Titik-titik yang banyak tersebar jauh dari garis dan hanya sebagian kecil titik yang mendekati garis menunjukkan abdominal skinfold thickness berkorelasi sangat lemah dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden pria. Penelitian Sonmez, Karabas, and Soysal 2007, mengenai pengukuran korelasi antara skinfold thickness dengan tekanan darah sistolik dan diastolik yang dilakukan pada 110 responden wanita dan 100 responden pria di kota Aydin, Turki diperoleh nilai r dan p berturut-turut r=0,058, p=0,400 dan r=0,090, p=0,194. Data yang diperoleh menunjukkan terdapat korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Hasil ini turut mendukung hasil penelitian yang dilakukan dimana skinfold thickness memiliki korelasi yang tidak bermakna. Namun, pada penelitian Sonmez et al., tidak dijelaskan mengenai body site atau lokasi bagian tubuh dimana pengukuran skinfold thickness dilakukan. Terdapat perbedaan hasil pada arah korelasi. Arah korelasi positif yang ditunjukkan pada penelitian Sonmez et al., dapat dikarenakan penggunaan jumlah responden yang lebih banyak. Penelitian Cassani, Nobre, Filho dan Schmidt yang dilakukan pada tahun 2009, menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian mengenai korelasi antara tekanan darah dan antropometri dilakukan pada 913 pria Brazil berusia lebih dari 36 tahun. Pada penelitian tersebut diperoleh korelasi yang bermakna antara abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik dengan nilai p0,001. Hasil penelitian yang berbeda ini dapat diakibatkan karena jumlah responden yang berbeda. Penelitian Cassani dkk., menggunakan 913 responden dimana jumlah tersebut lebih banyak 19 kali dibandingkan dengan jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini, yaitu 48 responden. Semakin banyak jumlah responden, maka hasil penelitian yang diperoleh akan lebih kuat atau dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. 2. Korelasi abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden wanita Data normalitas abdominal skinfold thickness pada responden wanita menunjukkan distribusi normal, namun normalitas tekanan darah sistolik menunjukkan distribusi yang tidak normal, sehingga pada uji korelatif digunakan Uji Spearman. Nilai signifikansi Uji Spearman diperoleh p=0,353, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi tidak bermakna antara abdominal skinfold thickness dengan tekanan darah sistolik pada wanita. Nilai korelasi Spearman diperoleh r= 0,124 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sangat lemah. Korelasi Spearman menunjukkan arah korelasi positif. Arah korelasi positif menunjukkan korelasi searah, dimana semakin besar nilai abdominal skinfold thickness, maka nilai tekanan darah sistolik juga semakin besar. Data normalitas abdominal skinfold thickness pada responden wanita menunjukkan distribusi normal, namun normalitas tekanan darah diastolik menunjukkan distribusi yang tidak normal, sehingga pada uji korelatif digunakan Uji Spearman. Nilai signifikansi Uji Spearman diperoleh p=0,483, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi tidak bermakna antara abdominal skinfold thickness dengan tekanan darah diastolik pada wanita. Nilai korelasi Spearman diperoleh r= 0,094 menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sangat lemah. Korelasi Spearman menunjukkan arah korelasi positif. Gambar 9. Grafik sebar abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik pada responden wanita Gambar 10. Grafik sebar abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah diastolik pada responden wanita Persebaran titik-titik pada gambar 9 dan 10 yang banyak tersebar jauh dari garis dan hanya sebagian kecil titik yang mendekati garis menunjukkan abdominal skinfold thickness berkorelasi sangat lemah dengan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden wanita. Penelitian pada 57 responden wanita menunjukkan korelasi abdominal skinfold thickness terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik memiliki korelasi yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Nilai signifikansi dan koefisien korelasi yang diperoleh secara berturut- turut p=0,428, r=0,107 dan p=0,677, r=0,056 dengan arah korelasi positif Mukti, 2011. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada penelitian Kaur dan Mogra 2006. Dalam penelitiannya mengenai hubungan antara indeks massa tubuh, lemak tubuh dan hipertensi pada 60 wanita postmenopausal 30 hipertensi dan 30 normotensi berusia 45-55 tahun, dinyatakan bahwa total abdominal, tricep, bicep, subscapular, suprailiac dan calf skinfold thickness tidak memiliki korelasi bermakna p0,05 terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada wanita postmenopausal normotensi dengan kekuatan korelasi sangat lemah r= -0,186 dan r= 0,022. Pada wanita postmenopausal hipertensi, total abdominal, tricep, bicep, subscapular, suprailiac dan calf skinfold thickness tidak memiliki korelasi bermakna p0,05 dengan tekanan darah sistolik dengan kekuatan korelasi sangat lemah r=0,297, namun total abdominal, tricep, bicep, subscapular, suprailiac dan calf skinfold thickness memiliki korelasi bermakna p0,05 dengan tekanan darah diastolik dengan kekuatan korelasi lemah r=0,388. Penelitian Kaur dan Mogra menggunakan responden wanita postmenopausal tanpa diabetes melitus tipe 2 dan juga menggunakan dua kelompok responden yaitu, kelompok kontrol normotensi dan kelompok hipertensi. Penggunaan kelompok kontrol dalam penelitian sangat baik untuk dilakukan karena peneliti dapat mengetahui dengan jelas adanya perbedaan hasil korelasi pada kedua kelompok responden tersebut. Kaur dan Mogra menggunakan kombinasi pengukuran skinfold thickness dimana pengukuran dilakukan pada 6 tempat. Menurut Budiman 2008, pengukuran skinfold thickness dapat dilakukan pada 2, 3, 4, dan 7 tempat pengukuran. Semakin banyak jumlah tempat pengukuran, maka hasil pengukuran makin baik. Terlihat pada hasil penelitian bahwa pada total pengukuran 6 skinfold thickness didapatkan korelasi yang bermakna. Hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis, dimana pada penelitian diperoleh korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah pada responden wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 dan korelasi negatif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah pada responden pria penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Hal-hal yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian tersebut antara lain jumlah sampel yang masih sedikit meskipun sudah memenuhi syarat jumlah responden untuk penelitian korelasi sehingga hasil yang diperoleh kurang menggambarkan keadaan atau nilai yang sebenarnya, gaya hidup responden seperti kebiasaan, aktivitas dan pola makan, dan peneliti sudah melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara namun tidak menelusuri rekam medik serta tidak mencocokkan hasil wawancara dengan rekam medik mengenai informasi lama pasien menyandang DM dan obat-obatan, terutama terkait obat penurun tekanan darah yang mungkin dikonsumsi oleh responden. Peneliti juga tidak diperkenankan melakukan pengukuran tekanan darah sehingga tidak dapat melakukan validasi alat sphygmomanometer yang digunakan. Selain itu, peneliti juga tidak mengetahui metode pengukuran tekanan darah yang dilakukan oleh tenaga medis RSUD Kabupaten Temanggung. Hal ini dapat berpengaruh terhadap validitas data yang diperoleh. Rancangan studi yang dilakukan pada penelitian juga dapat mempengaruhi hasil penelitian yang diperoleh tidak sesuai dengan hipotesis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan studi potong lintang atau cross-sectional yaitu, rancangan penelitian yang dilakukan pada suatu periode waktu tertentu. Pada rancangan penelitian ini, subjek hanya diobservasi satu kali saja dan faktor risiko serta efek diukur menurut keadaan atau status waktu diobservasi Sumantri, 2011. Hal ini menyebabkan peneliti tidak dapat mengamati perjalanan atau perkembangan penyakit, pola hidup dan pola konsumsi obat pasien. Informasi tersebut hanya dapat diketahui melalui tahapan wawancara. Melalui tahapan wawancara yang dilakukan, sebagian besar pasien tidak mengingat kapan mulai menyandang diabetes, lupa atau bahkan tidak mengetahui obat-obatan apa saja yang dikonsumsi, dan tidak memberikan jawaban yang jelas terkait dengan pertanyaan yang diberikan. Hal- hal tersebut membuat kemungkinan terjadinya recall bias cukup besar. 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Abdominal skinfold thickness dan tekanan darah memiliki korelasi positif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah pada responden wanita penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung. Pada responden pria penyandang diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung, abdominal skinfold thickness dan tekanan darah memiliki korelasi negatif yang tidak bermakna dengan kekuatan korelasi sangat lemah.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan jumlah responden yang lebih banyak dan seimbang pada kelompok responden pria dan wanita sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih kuat. 2. Perlu dilakukan pencocokkan hasil wawancara dengan rekam medik pasien mengenai pola hidup pasien, lama menyandang DM, dan obat-obatan yang dikonsumsi sehari-hari terutama terkait obat penurun tekanan darah. 3. Pada penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan dua kelompok responden, yaitu kelompok penyandang diabetes melitus tipe 2 dan kelompok tanpa diabetes melitus tipe 2, yang bertujuan untuk membandingkan dan mengetahui adanya kejadian hipertensi antara kedua kelompok.