Redesain Terminal Bis Leuwipanjang : perilaku penumpang terminal bis

(1)

1. Nama Lengkap Sutomo

Pas Photo 4x6

2. Tempat/ Tanggal Lahir Baran Abang/ 13 September 1990

3. Jenis Kelamin Pria

4. Agama Budha

5. Status Perkawinan Belum Kawin

6. Alamat Rumah Jl. Antusin No. 12 RT : 05 RW : 14 Sukarapih, Bandung Kelurahan/Desa Cikutra

Kecamatan Cibeunying Kidul Kabupaten/Kota Bandung

Provinsi Jawa Barat

Kode Pos 40124

Telepon/HP +62 85668156199

7. Kegemaran (Hobby) Menung berpikir, Baca, Pelihara ikan Hias, dan Koleksi animasi

II. PENDIDIKAN

1. Pendidikan Formal di Dalam/Luar Negeri

No. Tingkat Jurusan/Program Studi

STTB/Tanda Lulus/Ijasah

tahun

Tempat Keterangan Lulus/tidak lulus

1. SD SD Negeri 006 1997 Kec. Buru,

Kepri

2003

2. SMP SMP Negeri 002 2003 Kec. Buru,

Kepri

2006

3. SMA SMA Swasta

Mahabodhi

2006 Kab. Karimun, Kepri

2009

4. S1 Universitas

Komputer Indonesia (UNIKOM)

2009 Bandung,

Jawa Barat

2013

III. PENGALAMAN KERJA

No. Nama Perusahaan

Lamanya tgl/bln/thn sd

tgl/bln/thn

Jabatan Tugas Gaji

01 CV. Prinsipal Project

1 tahun Arsitek Junior

- Kantilever Garasi - Rumah Toko - Pastoran

Paroki Benteng


(2)

tgl/bln/thn 01 Hima Arsitektur

(Himars) UNIKOM

3 tahun lebih

Staf, Koordinator, Bendahara umum

- Sesuai jabatan

02 Keluarga Pelajar Mahasiswa Karimun – Bandung

3 tahun lebih

Staf, Koordinator dan Koordinator serta ketua asrama

- Sesuai jabatan

03 Keluarga Mahasiswa Buddhis Dharmavira

3 tahun lebih

Staf, Anggota Tim Formatur, Staf dan

Anggota Tim

Formatur

- Sesuai jabatan

04 Pemuda – Pemudi Vihara Vimala Dharma Dago

2 tahun Staf dan Anggota Tim Formatur

- Sesuai jabatan

V. LAIN-LAIN

- Menguasai program – program desain komputer, seperti; Autocad(2D dan 3D), Photoshop, Sketchup(rendering), Microsoft office(Excel, Powerpoint, Publisher, Word), Window live movie maker(edit video) dan Dreamweavers (membuat website).

- Tipe saya Pro Aktif, mencari yang belum tahu untuk mengerti terlebih dahulu.

- Motto saya, Ehipasiko(berasal dari bahasa Pali yang artinya apa yang dikatakan orang lain

jangan dipercaya begitu saja, buktikan dan melihatlah sendiri apa yang terjadi).

Facebook : Original S Zhang (forbidden_blue@yahoo.com) Twitter : OriginalSZhang

Bandung, 20 Agustus 2013 Yang Membuat,


(3)

BANDUNG - JAWA BARAT

Tema

PERILAKU PENUMPANG TERMINAL BIS

LAPORAN PERANCANGAN

AR 38313 S – STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER VIII TAHUN 2012/2013

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh : SUTOMO 104.09.017

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA TAHUN 2013


(4)

iii

ABSTRAK

Perencanaan Arsitektur mencakup berbagai jenis proyek pembangunan. Salah satu jenis pembangunan gedung yang berkesinambungan dengan tata jalan Kota adalah Proyek Terminal Bis. Sesuai penataan Kota yang mengelompokkan lokasi pembangunan Terminal menjadi dua dengan klasifikasi sesuai jalur tujuan bis. Terminal Bis yang berjalur tujuan Dalam Kota terletak pada kawasan yang mencakup luas suatu wilayah yang dijangkau oleh fasilitas Terminal tersebut dan pada suatu Provinsi terdapat beberapa Terminal Dalam Kota. Sedangkan, Terminal Bis yang berjalur tujuan Keluar Kota dilokasikan pada wilayah yang mudah mengakses ke gerbang Tol dan pada umumnya setiap Provinsi hanya memiliki satu Terminal Keluar Kota.

Terminal Bis merupakan tempat untuk masyarakat suatu wilayah kota/ desa untuk berpindah lokasi dan menuju lokasi tujuan dengan menggunakan transportasi darat/bis. Terminal Bis juga merupakan tempat pemberangkatan maupun kedatangan penumpang bis. Sehingga gerbang terminal pada umumnya mampu memberikan kesan menyambut dan memisah bagi sensasi penumpangnya.

Pada suatu kawasan Terminal Bis yang menampung penumpang yang datang dan juga penumpang yang akan berangkat. Sehingga harus memiliki pemisahan yang tidak mengganggu sirkulasi dua jenis penumpang pada Terminal Bis. Latar belakang pemisahan tersebut menjadi budaya yang tidak terlihat dengan kasat mata. Permisahan tersebut didasari oleh perilaku penumpang yang berbeda – beda.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Namo Shangyang Adi Buddhaya, Namo Buddhaya. Terima kasih penulis panjatkan kepada Triratna yang menjadi perlindungan hingga penulisan laporan selesai.

Dalam perencanaan Terminal Bis, penulis mendapat banyak referensi mengenai tata pengelolaan dalam merancang Terminal Bis. Data

– data akurat diperoleh dari literatur penerbitan ternama baik dalam bidang Arsitektural maupun umum. Adapun hasil wawancara yang dilakukan penulis saat merancang proyek ini. Segala yang dilakukan bertujuan untuk perancangan yang lebih tepat dan realistik.

Inventaris data yang dilakukan penulis tidak semata pekerjaan pribadi. Namun mendapat bantuan atas sekelompok orang yang terpercaya yang selalu mendampingi penulis hingga laporan ini selesai. Sehingga penulis ingin menyatakan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Andi Harapan S., S.T., M.T., selaku dosen pembimbing yang membimbing dan mendampingi penulis hingga laporan ini selesai.

2. Yth. Ketua dan Sekretaris Jurusan serta seluruh dosen Teknik Arsitektur Universitas Komputer Indonesia, yang telah membimbing penulis selama masa perkuliahan.

3. Bapak Heru Wibowo, S.T., M.T., Ibu Hj. Wanita Subadra A., Ir., M.T., Bapak Firman Irmansyah, S.T., M.T., dan Ibu Tri Widianti N., S.T., selaku dosen penguji ketiga sidang yang telah dilalui oleh penulis sehingga mendapat banyak masukkan dan pengarahan dalam menyusun laporan.

4. Ibu Dhini Dewiyanti T., Ir., M.T., selaku dosen koordinator Tugas Akhir jurusan Teknik Arsitektur yang menyelenggarakan matakuliah ini.


(6)

v

Semoga semua kebajikan dan ketulusannya dapat dinikmati pada masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi pembaca. Sebagai akhir kata, Sadhu...Sadhu...Sadhu...

Bandung, 22 Agustus 2013


(7)

78

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2010). Terminal Penumpang. Diakses pada 03 April, 2013 dari

World Wide Web :

http://aingkumaha.blogspot.com/2008/06/leuwipanjang-dan-cicaheum-sudah-tidak.html

Faizin, A. (2008). Re-desain Terminal Purabaya. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses pada 14 Agustus 2013 dari World Wide Web : http://digilib.its.ac.id/terminal-modern-purabaya-redesain-terminal-purabaya-13908.html

Google Company. (2013). Map Location Capture. Diakses pada 27 Maret, 2013 dari World Wide Web : https://maps.google.co.id/maps?

Hakim, Rustam. (2006). Rancangan Visual Lansekap Jalan. Bandung: Bumi Aksara.

Kementerian Penghubungan Republik Indonesia. (2013). Terminal Penumpang. Diakses pada 27 Maret, 2013 dari World Wide Web : http://terminaltipea.web.id/

Laurens, M. J. (2005). Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo.

Littlefield, David. (2008). Metric Handbook: Planning and Design Data (3rd Edition). USA: Elsevier Ltd.

Munandar, A. (2012). Persepsi stakeholder terhadap lokasi dan fungsi terminal penumpang tipe a kabupaten kebumen. Diakses pada 15

Agustus 2013 dari World Wide Web :

http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/download/46/46

Neufert, Ernst. (2002). Architects’ First Edition. Diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga.


(8)

79

Neufert, Ernst. (2002). Architects’ Second Edition. Diterjemahkan oleh Dr. Ing Sunarto Tjahjadi. Jakarta: Erlangga.

Pemerintah Kota Bandung. (2004). Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2013. Bandung: Dinas Tata Kota.

Sachari, Agus dan Sunarya, Yan yan. (2002). Sejarah dan perkembangan desain & dunia kesenirupaan di Indonesia. Bandung: ITB.

Safina, S. (2011). Re-desain Terminal Bus Purabaya. Tugas Akhir, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Diakses pada 14 Agustus 2013 dari World Wide Web : http://digilib.its.ac.id/ITS-Undergraduate-32001120001489/22644

Sugono, D. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Yasland, M dan Hazliansyah, (2012). Hilangkan Citra Sarang Kriminal, Terminal Rajabasa Kembali Direnovasi. Bandar Lampung. Diakses

pada 14 Agustus 2013 dari World Wide Web :

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/04/19/mlhhgv-hilangkan-citra-sarang-kriminal-terminal-rajabasa-kembali-direnovasi


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Bandung berada pada ketinggian sekitar 791 meter di atas permukaan laut (dpl). Morfologi tanahnya terbagi dalam dua hamparan, di sebelah utara relatif berbukit – bukit kecil dan di sebelah selatan merupakan daerah dataran, Sehingga Bandung ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan dan sekitarnya dengan sektor unggulan industri, pertanian tanaman pangan, pariwisata dan perkebunan. Leuwipanjang yang juga termasuk salah satu kawasan didalamnya.

Untuk pergerakan orang/penduduk pada skala pengangkutan regional, penduduk Kota Bandung umumnya memanfaatkan fasilitas bus angkutan antar kota yang berada di Leuwipanjang dan Cicaheum. Tujuan dan arah pergerakan orang melalui terminal – terminal bus tersebut terdiri dari beberapa trayek. Pola angkutan barang yang memasuki Kota Bandung, umumnya berupa truk, kendaraan bak terbuka, merupakan pergerakan dalam memenuhi kebutuhan pasar (perdagangan). Jalur pengiriman barang seperti ke Pasar Induk Gedebage, Caringin, Makro dan lain – lain yang umumnya berasal dari Jakarta, Jawa atau kota – kota lainnya di Jawa Barat.

Terminal Bis Leuwipanjang didirikan pada tahun 1996, sebagai pemecahan masalah kemacetan yang terjadi pada Terminal Kebon Kelapa yang merupakan Terminal Bis pusat kota Bandung bersama dengan Terminal Cicaheum. Namun Terminal Cicaheum dipertahankan sebagai tempat transit bis yang menuju ke luar kota dan Provinsi bagian Timur Kota Kembang.


(10)

2

1.2 Pemahaman Judul dan Tema

Terminal Bis Leuwipanjang terletak garis sempadan terhadap Jalan Soekarno Hatta, Jalan Kopo dan Jalan Leuwipanjang. Dengan alamat lengkap Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Bandung, Jawa Barat.

1.2.1 Deskripsi Proyek :

Proyek yang dirancangan adalah Redesain Terminal Leuwipanjang yang berlokasi di Jl. Soekarno Hatta No. 205 Situsaeur Bojongloa Kidul, Bandung – Jawa Barat. Merupakan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai pengembangan lahan transportasi untuk kedepannya dari tahun 2011 hingga tahun 2031.

Tema yang diangkat untuk perancangan ini Perilaku Penumpang Terminal Bis. Yang akan menjadi tolak – ukur dalam merancang terminal yang lebih memperhatikan kenyaman perilaku kalangan masyarakat berbeda.

Terminal Bis merupakan tempat penghubung antar kota dalam propinsi bahkan antar kota antar propinsi sehingga jenis proyek ini bersifat semi fiktif dengan luas lahan sekitar 3,8 Ha sesuai ukuran yang diperoleh dari data – data akurat. Gambaran untuk lokasi terminal ditunjukkan pada gabar berikut ini:


(11)

3

Terminal Bis Leuwipanjang melayani jalur keluar kota dan dalam kota. Jangkauan servis keluar kota hingga seputar pulau Jawa, diantaranya Cikarang, Bekasi, Cileungsi (Bogor), Sukabumi, Merak, Kalideres, Jakarta(Tj. Priuk, Pandeglang, Lebak Bulus, Pulo Gadung, Kp. Rambutan) dengan kategori ekonomi dan non ekonomi. Bis Leuwipanjang yang melayani dalam kota di singkat dengan nama Damri (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) dengan jalur Leuwipanjang – Dago, Leuwipanjang – Cicaheum, dan Leuwipanjang – Ledeng serta jalur Angkutan Kota (Angkot) yang ikut melayan masyarakat dalam kota juga terdapat di dalam terminal.

1.2.2 Luas Lahan

Penentuan luas lahan berdasarkan pendekatan melalui program grafis yang dihitung terhadap gambar peta Bandung yang di peroleh dari Dinas Tata Kota yang merupakan ukuran akurat (secara grafis). Luas lahan yang diperoleh untuk lahan perencanaan Redesain Terminal Bis Leuwipanjang adalah 37. 804 m² ≈ 3.8 Ha. Cara untuk mendapatkan luas tersebut dari perangkat lunak Autocad, dengan rumus area seperti pada gambar dibawah. Juga mendapat bentuk lahan yang sesuai untuk perancangan.


(12)

4

Berikut uraian tabel fasilitas dan jumlah ruang yang diperoleh dari website resmi terminal Indonesia mengenai Program ruang yang terdapat di Terminal Bis Leuwipanjang.

No Nama Fasilitas Jml. Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m²)

1 Luas Lahan 0 0 0 38000

2 Luas Emplasemen 0 0 0 7900

3 Luas Kantor 0 0 0 600

4 Akses Masuk 0 65 0 0

5 Akses Keluar 0 40 0 0

6 Luas Taman 0 0 0 350

7 Ruang Tunggu Penumpang 0 0 0 68

8 Jalur Keberangkatan 14 0 0 0

9 Jalur Kedatangan 1 0 0 0

10 Menara Pengawas 1 0 0 0

11 Loket Penjualan Tiket 8 0 0 120

12 Papan Informasi 2 0 0 0

13 Kamar Kecil/ Toilet 4 0 0 0

14 Musholla 1 0 0 0

15 Kios/ Kantin/ Bisnis Area 100 0 0 0

16 Rambu – rambu 4 0 0 0

17 Gardu TPR/ LLAJR/ Keamanan 1 0 0 0

18 Tempat Parkir Kendaraan Umum 0 0 0 0

19 Ruang Informasi dan Pengaduan 0 0 0 0

20 Parkir Kendaraan antar dan Jemput 0 0 0 0

Dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka yang disediakan untuk parkir bis mencapai 80% dari luas lahan Terminal.


(13)

5

1.2.3 Peruntukkan Lahan

Ketentuan lahan perencana, sebagai berikut : Peraturan

Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah

KDB 50% Jawa Barat Pusat Pariwisata dan Budaya

KLB 1,5 Bandung Wilayah Pengembangan

GSB 10m Tegal Lega Terminal Jalan Raya,

Komersial, Perkantoran

KDH 20%

Peruntukan lahan diatas diperoleh dari RTRW Kota Bandung 2013 yang melampirkan gambar peruntukan lahan seperti dibawah :

Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Seperti untuk penyelesaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang akan memperoleh Luas Lantai Dasar bangunan dengan mengkalikan dengan Luas Lahan tersebut dengan nilai KDB dan dimanfaatkan luas 100% hasilnya adalah

Tabel 2: Peruntukkan Lahan


(14)

6

19.000 m². Kemudian penyelesaian Koefisien Luas Bangunan (KLB) yang akan diuraikan untuk memperoleh Luas Bangunan yang akan dibangun dengan cara mengkalikan nilai KLB dengan Luas Lahan dan memanfaatkan luas 100% hasilnya adalah 57.000 m².

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan pengembangan kota Bandung salah satu aspek yang tidak terselesaikan adalah pemasalahan transportasi jalan raya. Sesuai tulisan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Bandung 2013 pada Bab II, 2.6.2 Permasalahan Transportasi: Disebabkan oleh jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan serta penggunaan jalan oleh kegiatan diluar kegiatan transportasi. Perbandingan kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan yang ada di Kota Bandung tidak seimbang, yaitu luas jalan sekitar 3% dari total luas wilayah. Kondisi ini masih sangat minimum bila dibandingkan dengan kondisi ideal proporsi luas jalan dari suatu kota, yaitu sekitar 15% hingga 20%.

Pola jaringan transportasi di Kawasan Kota Bandung menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

a. Pola jaringan cenderung membentuk pola kombinasi radialkonsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antara sangat dekat.

b. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) membentuk pola radial untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota.

c. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak bercampur dengan pergerakan internal kota.


(15)

7

a. Struktur bangunan terkesan tua, karena sudah lama.

b. Padat dengan populasi yang berkegiatan diluar sebagai penumpang/karyawan terminal.

c. Keamanan/keselamatan penumpang menjadi terancam oleh populasi yang bertujuan lain.

d. Kebersihan kurang terpantau, penempatan tempat sampah sulit dijangkau.

e. Ruang perkerasan lebih luas dari ruang hijau, sehingga sulit untuk mengimbangi udara kotor dengan udara bersih.

1.4 Manfaat dan Tujuan Perencanaan

Perencanaan Terminal Bis Leuwipanjang merupakan tujuan penataan ruang serta memberikan manfaat dalam meningkatkan daya guna dan hasil guna palayanan atas pengembangan dan pengelolaan ruang khususnya pada permasalahan transportasi jalan raya.

Dengan direncanakan kembali pembangunan Terminal Bis Leuwipanjang, bermaksud ingin mencapai beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Membangun kembali secara keseluruhan pada lahan Terminal Bis Leuwipanjang.

b. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budaya.

c. Menata ulang sirkulasi penumpang, menghilangkan populasi diluar aktifitas penumpang dan karyawan resmi.

Dari tujuan – tujuan yang ingin dicapai maka bermaksud untuk memberikan beberapa manfaat perencanaan, sebagai berikut :

a. Dengan membangun kembali secara keseluruhan, sehingga terminal yang hingga kini menjadi tampak tua dan kurang terawat


(16)

8

(lingkungan kebersihan) dapat menjadi lebih bersih dan struktur yang muda/kuat.

b. Lebih jelas dan teratur pada sirkulasi kendaraan mampu penumpang.

c. Mencoba untuk mengatasi jalur keluar kendaraan dalam tapak yang tidak terjadi kemacetan.

d. Menghilangkan budaya pihak pendamping (calok) untuk membeli tiket dengan meningkatkan keamanan dalam tapak.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan akan disusun berdasarkan tahapan sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan, yang menjelaskan tentang latar belakang perencanaan rancangan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi. Kemudian akan diolah lebih khusus hingga merumuskan masalah desain serta tujuan yang tepat.

2. Bab II Landasan Teori, akan menguraikan potensi dan kekurangan lahan perencanaan berdasarkan literatur akurat atau pendekatan rancangan yang dapat mengwakili penjelasan terhadap maksud yang ingin dilaporkan. Mengumpulkan data dan rincian dari beberapa terminal lokal dan luar negeri yang memiliki sifat kesamaan untuk dijadikan pegangan dalam merancang perencanaan ini. Memuat secara terperinci mengenai metoda – metoda dalam merancang terminal yang terbaik.

3. Bab III Elaborasi Tema, penggarapan secara cermat dan teliti mengenai tema Perilaku Penumpang Terminal.

4. Bab IV Analisis, metoda – metoda perencanaan penulis dalam menyelesaikan pemrograman mengenai perancangan kembali terminal bis khususnya di lokasi Leuwipanjang.


(17)

9

5. Bab V Konsep Perancangan, Ide awal, perencanaan awal dan gambar – gambar sketsa awal perancangan yang menjadi konsep merancang ditampilkan dengan berurutan dan bertahap hingga menghasilkan suatu gambar kerja.

6. Bab VI Hasil Perancangan, gambar – gambar perancangan akhir yang siap dibangun sesuai bimbingan.

7. Lampiran, menampilkan lembar – lembar perancangan awal yang tidak kalah pentingnya untuk ditunjukkan kepada pembaca.


(18)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Terminal Bis

Definisi Terminal berdasarkan Juknis LLAJ pada tahun 1995 yang berisi Terminal Transportasi merupakan:

1. Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum.

2. Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu lintas.

3. Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. 4. Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi

kehidupan kota.

Definisi Terminal yang terdapat di Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Tim Redaksi yang dipimpin oleh Densy Sugono (2008), adalah perhentian penghabisan(bis, kereta api, dsb); stasiun.

2.2 Potensi Lahan

Lokasi yang ditata berdasarkan rencana tata ruang wilayah terbaru, memiliki beberapa penilaian, sebagai berikut :

a. Lokasi yang dinyatakan terjangkau dekat dengan gerbang tol Pasir Koja.

b. Jalan utama yang digunakan merupakan jala raya terusan lurus dan lebar.


(19)

11

2.3 Pemahaman Tipologi Bangunan

2.3.1 Landasan Hukum Terhadap Terminal Bis

Adapun peraturan – peraturan yang menjadi pegangan bagi perencanaan terminal bis. Beberapa peraturan yang di rangkum adalah sebagai berikut: Berdasarkan Undang – Undang yang melandaskan perencanaan, berupa: a. Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan

b. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah c. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang d. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah yang melandaskan perencanaan, berupa:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dalam Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II d. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan

Jalan

e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan

Berdasarkan Keputusan – keputusan para penguasa yang melandasan perencanaan, berupa:


(20)

12

a. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 43 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan b. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003

tentang Penyelengaraan Angkutan Orang Di Jalan dengan Kendaraan Umum

c. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK. 136/ AJ. 106/ DRJD/ 2003 tentang Penetapan Simpul Jaringan Transportasi Jalan Untuk Terminal Penumpang Tipe A di Seluruh Indonesia

d. Keputusan Presiden Nomor 102 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen

2.3.2 Isu yang Berkenaan dengan Tipologi a. Fungsionalitas

Elemen – elemen yang terdapat pada sebuat perancangan tidak kurang dari fungsi yang seharusnya dimiliki, berikut adalah uraian menurut Ali Faizin dalam mendesain Terminalnya :

 Terminal sebagai tempat pengendalian operasi bis, mengatur penjadwalan dan pemberangkatan bis. Dalam fungsi operasional ini berfungsi membentuk keteraturan lintasan setiap trayek dan memberi kenyamanan pengguna jasa transportasi baik pelayanan umum naik – turun penumpang/bongkar muat barang.

 Sebagai simpul dari sistem jaringan angkutan jalan sehingga memegang kunci dalam kelancaran alur transportasi; seperti diantaranya menciptakan keterpaduan intra dan antarnoda secara lancar dan tertib. Seperti hubungannya dengan stasiun kereta api, bandara, maupun moda transportasi yang lain.

 Ditinjau dari aspek yang lain, terminal dapat menjadi cerminan keadaan suatu kota, mampu berperan sebagai gerbang bagi para


(21)

13

pendatang dari berbagai daerah. Di sini terminal berperan sebagai sebuah ikon memberi kesan psikologis bagi pengunjung, meskipun menghasilkan penilaian parsial yang relatif dan subjektif, namun cukup untuk memberikan kebutuhan akan citra dan pemberi makna.

 Fungsi lainnya adalah sebagai tempat yang tepat untuk kegiatan usaha pedagangan dan rekreasi sebagai kegiatan penunjang. Sehingga terminal dikenal sebagai pusat kegiatan masyarakat.  Di luar fungsi perangkutan, sejarah mencatat terminal menyandang

fungsi kewilayahan yakni sebagai pusat pengembangan wilayah. Terminal bis adalah sebuah ‘aset’ ke suatu daerah karena dapat

bertindak sebagai katalis untuk ekonomi dan pembangunan sosial di daerah sekitarnya.

Dalam peraturan perundang – undangan lainnya juga terdapat pengertian dari terminal penumpang, yaitu pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan, dimana terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Menurut Abubakar (1996), dijelaskan bahwa fungsi terminal penumpang dapat ditinjau dari 3 unsur utama, yaitu :

1. Fungsi Terminal bagi Penumpang

Bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas

– fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi. 2. Fungsi Terminal bagi Pemerintah

Bagi pemerintah, keberadaan terminal dari segi perencanaan dan manajemen lalulintas adalah untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan angkutan umum.


(22)

14

3. Fungsi Terminal bagi Operator/ Pengusaha Angkutan

Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah untuk pengaturan operasi bus/angkutan umum, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak angkutan/bus, dan juga sebagai fasilitas pangkalan.

b. Citra

Untuk menghilangkan kesan negatif sebagai lokasi rawan tindak kriminal, pemerintah kota (pemkot) Bandar Lampung kembali merenovasi Terminal Induk Bus Rajabasa. Saat ini, sejak renovasi tahap awal dilakukan, kondisi dalam terminal sudah lebih baik dari sebelumnya. Kesan semrawut dan kumuh yang mudah mengundang mendukung aksi kriminal dalam terminal perlahan mulai hilang.

"Sekarang masuk terminal Rajabasa sudah mulai aman. Beda dengan dulu, banyak yang narik-narik tas," kata Yudi, warga Hanura, yang sering bolak-balik, Rajabasa (Bandar Lampung)-Rawajitu (Tulangbawang Barat), Jumat (19/4).

Menurut dia, pada era orde baru dan memasuki reformasi, kesan rawan dan kejahatan oleh penghuni terminal masih kerap ia alami. Menurut dia, tidak ada keramahan apalagi petugas yang resmi dalam terminal, semua dikuasai calo dan preman.

“Dulu pengantar saja, malas masuk terminal, apalagi calon penumpang

bus,” tuturnya.

Ketua DPRD Bandar Lampung, Budiman AS, mengatakan, renovasi Tterminal Rajabasa sangat baik untuk meningkatkan infrastruktur terminal. Hal ini, kata dia, setidaknya dapat menghilangkan kesan angker dan rawan tindak kejahatan.


(23)

15

itu, ia berharap renovasi tidak hanya sekadar membangun dan menambah gedung, tetapi harus mementingkan kenyamanan calon penumpang dan pengantar serta masyarakat di dalam terminal.

c. Sirkulasi

Adanya sirkulasi silang (cross circulation) merupakan isu yang sering muncul pada setiap terminal bis Nusantara. Salah satunya adalah Terminal Bis Purabaya, dengan jumlah manusia yang terlalu banyak berlalu lalang pada jalur kendaraan (khusus bis), kondisi ruang tunggu penumpang yang kurang nyaman bagi pengunjung, penuhnya parkir kendaraan pribadi dan taksi, penetapan jalur keberangkatan AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) yang mengakibatkan calon penumpang mengharuskan mencapainya dengan cross circulation melalui jalur keberangkatan AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi) serta kurang terawatnya kondisi terminal sehingga menyebabkan kondisi terminal terlihat kumuh dan kotor.

2.4 Studi Banding

2.4.1 Terminal Bis Cicaheum - Bandung

Bis dari Terminal Leuwipanjang yang ke luar kota akan mengadakan sekali transit di Terminal Cicaheum. Dengan demikian penumpang yang berangkat melalui terminal ini sendiri juga akan bertambah jumlahnya. Meskipun Terminal Cicaheum sebagai tempat transit penumpang keluar kota, juga terdapat loket pembeli tiket sendiri dan penumpang sendiri. Selain terdapat kendaraan bis, juga terdapat angkutan kota (Angkot) yang berjalur Ciroyom, Ledeng, Gedebage, Cileunyi dan beberapa lagi.

Terminal Bis Cicaheum terletak di Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution, Bandung. Terminal ini hanya memiliki dua sisi jalan berhadapan yaitu Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution dan Jl. Antanan. Yang merupakan jalan terusan utama yang lebar adalah Jl. Jenderal Abdul Haris Nasution dan berjalur Jl. Ujungberung.


(24)

16

No Nama Fasilitas Jml. Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m²)

1 Luas Lahan 0 0 0 11500

2 Luas Emplasemen 0 0 0 7900

3 Luas Kantor 0 0 0 600

4 Akses Masuk 0 40 0 0

5 Akses Keluar 0 65 0 0

6 Luas Taman 0 0 0 220

7 Ruang Tunggu Penumpang 0 0 0 68

8 Jalur Keberangkatan 1 0 0 0

9 Jalur Kedatangan 1 0 0 0

10 Menara Pengawas 1 0 0 0

11 Loket Penjualan Tiket 4 0 0 60

12 Kamar Kecil/ Toilet 4 0 0 0

13 Musholla 1 0 0 0

14 Gardu TPR/ LLAJR/ Keamanan 1 0 0 0

15 Parkir Kendaraan antar dan Jemput 1 0 0 0

Gerbang utama hanya memiliki bentang kira-kira 10m. Material gapura untuk gerbang terbuat dari besi dan di rakit sedemikian rupa. Dengan ketinggian sisi bawah dari permukaan tanah 4 meter dan keseluruhan tinggi hingga ke ujung paling atas 7,8m. Gerbang masuk memiliki tanda

sapaan baik yang tertulis dengan “selamat datang ” dan “selamat berpergian” maupun visual yang di berikan dari bentukkan gerbang.

Tabel 3: Tabel Kebutuhan Ruang Terminal Bis Cicaheum


(25)

17 Gambar 6: Loket Tiket

Gambar 5: Gerbang Terminal Bis Cicaheum Gerbang terminal dirancang dengan tipe sederhana.

Pembelian tiket diloket – loket dilakukan secara langsung sesuai jurusan. Namun ruang pembelian tiket tidak memiliki kantilever beratap yang cukup untuk antrian panjang.


(26)

18 Gambar 2.4.1d Tenan – tenan Gambar 2.4.1e Jembatan Penyebrangan

Gambar 9: Ruang parkir bis

Ruang tunggu yang disediakan diletakkan pada tempat yang beraktifitas jualan makanan.

Ruang parkir bis yang lebih rapi dibandingkan dengan Terminal Leuwipanjang. Namun kekurangannya adalah parkir bis tidak berdasarkan jalur keberangkatan. Tersusun rapi, tetapi tidak teratur dengan jalur keberangkatan.

Setiap jalur keberangkatan diberi gapura sebagai pembatas tapak bahwa kendaraan telah keluar dari tempat parkir.


(27)

19 Gambar 11: WC Umum

Gambar 10: Ruang Tunggu

Pada jalan raya Jenderal Abdul Haris Nasution dan berjalur Jl. Ujung berung memiliki jembatan penyebrangan.

Meskipun memiliki beberapa toilet umum yang disediakan pada bangunan tenan, juga di bangun gedung toilet terpisah yang dapat di jangkau.

Gedung Toilet dipisah dari gedung – gedung tenan. Namun pada tenan masih terdapat toilet kecil pada bentang yang cukup jauh.


(28)

20

2.4.2 Terminal Bis Purabaya - Surabaya

Pada pulau Jawa, yang dijadikan studi banding terletak pada Purabaya di Surabaya yang masih termasuk Jawa bagian Timur.

No Nama Fasilitas Jml. Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m²)

1 Luas Lahan 0 0 0 120000

2 Luas Emplasemen 0 125 2 250

3 Luas Kantor 0 15 10 150

4 Akses Masuk 1 200 12 2400

5 Akses Keluar 1 200 12 2400

6 Luas Taman 0 85 10 850

7 Ruang Tunggu Penumpang 0 100 13 1300

8 Jalur Keberangkatan 12 0 0 0

9 Jalur Kedatangan 7 0 0 0

10 Tempat Tunggu Kendaraan Umum 2 0 0 0

11 Tempat Parkir Kendaraan Umum 0 250 15 3750

12 Menara Pengawas 1 6 4 24

13 Loket Penjualan Tiket 18 0 0 0

14 Parkir Kendaraan antar dan Jemput 0 155 15 2325

15 Kamar Kecil/ Toilet 10 0 0 0

16 Musholla 2 0 0 0

17 Kios/ Kantin/ Bisnis Area 147 0 0 0

18 Ruang Pengobatan 1 0 0 0

19 Ruang Informasi dan Pengaduan 1 6 3 18

20 Tempat Cuci Kendaraan 1 150 10 1500

21 Rambu – rambu 50 0 0 0

22 Gardu TPR/ LLAJR/ Keamanan 1 6 5 30


(29)

21 Gambar 14: WC Umum

Gambar 12: Gerbang Terminal Purabaya

Letak terminal ini pada pulau Jawa Timur di Jl. Letnan Jenderal S Parman, Surabaya. Lokasi terminal yang memiliki banyak cabang jalan.

Toilet umum diletakkan secara terpisah pada bangunan lain dengan diletakkan pada beberapa sisi menyudut dari lahan terminal. Seperti pada dibawah ini.

Gambar dikanan atas menunjukan kios/kantin/bisnis area yang rapi dan bersih. Loket Tiket terletak pada sisi terdepan dari kios – kios.

Gambar 13: Peta Terminal Bis Surabaya

Gambar 15: Kios


(30)

22 Gambar 17: Pool Bus

Gambar 18: Gerbang Terminal Kampung Rambutan Gambar 19: Loket Lekot keluar/masuk bis terpisah dengan rapi dengan pembatas yang kuat. Dengan demikian keluar/masuk bis menjadi lebih teratur.

2.4.3 Terminal Bis Kampung Rambutan – Jakarta Timur

Terminal ini terletak di sekitar kawasan Kampung Rambutan dengan sempadan jalan tol Lingkaran Luar pada dua sisi lahan. Dengan demikian akses bis keluar kota dapat dengan langsung bersisi dengan jalan tol.


(31)

23

Adapun kebutuhan ruang yang terdapat pada terminal, sebagai berikut :

No Nama Fasilitas Jml. Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m²)

1 Luas Lahan 0 0 0 14100

2 Luas Emplasemen 0 0 0 5560

3 Luas Kantor 0 0 0 2780

4 Luas Taman 0 0 0 9600

5 Akses Masuk 2 0 0 18225

6 Akses Keluar 2 0 0 18225

7 Ruang Tunggu Penumpang 3 0 0 0

8 Jalur Keberangkatan 17 0 0 0

9 Jalur Kedatangan 1 0 0 0

10 Menara Pengawas 1 0 0 0

11 Loket Penjualan Tiket 8 0 0 120

12 Papan Informasi 7 0 0 0

13 Kamar Kecil/ Toilet 7 0 0 0

14 Musholla 2 0 0 0

15 Kios/ Kantin/ Bisnis Area 39 0 0 0

16 Gardu TPR/ LLAJR/ Keamanan 1 0 0 0

17 Tempat Parkir Kendaraan Umum 1 0 0 0

18 Pengelolaan Limbah 2 0 0 0

19 Parkir Kendaraan antar dan Jemput 1 0 0 650

Gerbang yang melingtang jalan berukuran untuk 4 jalur mobil menggunakan rangka besi ringan.


(32)

24

Karena lahan terminal yang sangat luas dan masyarakat yang berkegiatan di dalam dapat dikatakan banyak maka bangunan mesjid merupakan sebuah kebutuhan ruang khusus di terminal ini.


(33)

25

BAB III ELABORASI TEMA

3.1 Definisi Tema

Perilaku Penumpang Bis merupakan tema perancana dalam Mendesain Ulang Terminal Bis Leuwipanjang ini. Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan. Penumpang adalah orang yang menumpang atau orang yang naik (kereta, kapal, dsb). Dan Bis=Bus yang artinya kendaraan bermotor angkutan umum yang besar yang dapat memuat penumpang banyak. Secara keseluruhan arti dari Tema Perilaku Penumpang Bis adalah reaksi sekelompok orang terhadap lingkungan terminal bis.

Menurut Laurens, M. J. (2005) dalam bukunya Arsitektur dan Perilaku Manusia. Ahli Psikologi (Kurt Lewin), menemukan sebuah rumusan perilaku manusia bahwa :

Keterangan :

B = Behavior (Kelakuan) P = Person (Manusia)

E = Enviromment (Lingkungan)

Beliau membuat rumusan bahwa tingkah laku (B = behavior) merupakan fungsi dari keadaan pribadi seseorang (P = person) dan lingkungan tempat orang itu berada (E = environment) atau B = f (P, E).

E

P

B

E

P

B


(34)

26

Sementara itu, memiliki 2 pendapat yang berbeda sehingga memiliki 2 anggapan. Pendapat nativis beranggapan bahwa faktor manusialah (faktor P) yang berperan dalam menentukan tingkah laku manusia sehingga apabila P bersifat x (Px) maka tingkah laku orang itu menjadi x pula (Bx). Demikian pula Py akan menimbulkan By. Seperti seseorang yang memiliki sifat pemarah akan marah dalam situasi menghadapi kesulitan. Sementara itu, seseorang yang penyabar akan bertambah sabar dalam menghadapi situasi serupa. Di pihak lain, pendapat empiris berpendapat bahwa faktor lingkungan (faktor E) yang menentukan sehingga Ex akan menimbulkan Bx, dan Ey menghasilkan By. Misalnya, jika seseorang dimarahi maka ia akan merasa tidak senang, sedangkan apabila ia dipuji, ia akan merasa senang.

3.2 Interpretasi Tema

Penggunaan Tema Perilaku Penumpang Terminal Bis adalah memper-hatikan aktifitas mayoritas yang terdapat pada sebuah terminal bis merupakan penumpang yang berasal dari berbagai kalangan. Sehingga solusi desain untuk memenuhi kebutuhan penumpang adalah dengan menciptakan sebuah lingkungan yang berasal dari hasil penelitian/ penelusuran terhadap penumpang yang mendalam.

Hasil rancangan harus mampu memberikan manfaat bagi semua kalangan pengunjung yang memiliki fisik, sifat, kebiasaan dan kelakuan yang unik. Seperti pada gambar disamping, jika hasil rancangan hanya

meng-Gambar 22: Akibat Perilaku Pengguna Buku Arsitektur dan Perilaku oleh Joyce Marcella


(35)

27

utamakan praktis/indah/hemat untuk merancang sebuah objek yang akan digunakan masyarakat umum. Maka untuk biaya perawatan akan lebih mahal dari pada pembuatannya. Karena objek itu tidak sanggup untuk menahan perilaku yang diberikan oleh kalangan masyarakat yang bervariasi.

Kemudian, Maslow membuat daftar hierarki kebutuhan dasar manusia. Sesungguhnya, ia bukan satu – satunya ahli yang membuat daftar kebutuhan ini. Ada Robert Ardrey, Alexander Leighton, Henry Murray dan Peggy Peterson, yang masing – masing mengemukakan daftar kebutuhan dasar manusia.

Dalam mendesain dapat menerapkan untuk fasilitas pengguna dalam rancangan. Namun hanya beberapa kebutuhan dasar yang mampu diterapkan dalam sebuah perancangan. Karena itu, diperlukan seleksi yang lebih rinci dalam menentukan perioritas kebutuhan yang relevan. 3.3 Studi Banding Perancangan Tema Sejenis

Tema Perilaku Manusia merupakan untuk diterapkan ke proyek tidak mudah. Karena harus mempertimbangkan segala kalangan perilaku yang berbeda untuk menciptakan suatu fungsi yang berhubungan dalam suatu jenis bangunan. Salah satu contoh bangunan yang menggunakan kaitan Perilaku Manusia adalah Victoria Coach Station. Sebuah pusat pelatihan keberangkatan bis kota London.

Gambar 23: Perspektif gedung dan koridor stasiun

http://www.flickr.com/photos/flissphil/4113235754/ dan

http://commons.wikimedia.org/wiki/File:Victoria_Coach_Station_-_geograph.org.uk_-_645649.jpg


(36)

28

Stasiun bis Victoria Coach merupakan stasiun pelatihan di London yang paling besar. Memiliki pengunjung luar terbanyak dan melayani masyarakat London paling luas. Sehingga penerapan kenyaman dan keamanan pengguna sangat diutamakan.

Stasiun bis Victoria Coach terletak di jalan Buckingham Palace, London sejak tahun 1932. Memiliki gaya bangunan khas Art Deco oleh Wallis, Gilbert dan rekan – rekannya. Stasiun ini beroperasi pada pekerjaan utama, seperti keberangkatan dan kedatangan pada terminal serta kedatangan barang – barang.

Gambar 24: Suasana Parkiran

http://www.theguardian.com/uk/2012/feb/26/economy-young-car-coach-train dan


(37)

29

BAB IV ANALISA

4.1 Analisa Tapak 4.1.1 Aksesbilitas

Pada gambar tapak di bawah menunjukkan penataan yang terdapat pada terminal sesuai kondisi terbaru sejak penyusun laporan menerima data tersebut. Gerbang masuk bis utama adalah pada sisi Jl. Leuwipanjang. Namun tidak memiliki perbatasan yang jelas untuk pelayanan bis masuk dari jalur Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) dan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP). Yang menjadi pembatas sementara adalah perkerasan fleksibel yang digunakan.


(38)

30

Pada arah sisi Jl. Soekarno Hatta merupakan gerbang utama yang berfungsi untuk akses masuk dan keluar penumpang inap dan antar jemput serta para pekerja yang membawa kendaraan pribadi. Melalui gerbang masuk dan keluar yang di buka dari sisi jalan ini pengguna langsung dapat memparkir kendaraan pada kawasan tersebut. Pembagian wilayah yang dapat diakses oleh masyarakat umum yang membawa kendaraan hanya terdapat pada sisi ini. Maka untuk perancang ini merupakan ide untuk membuka persepsi tersebut. Karena untuk pengunjung umum yang membawa kendaraan masuk ke tapak, di perbolehkan untuk melihat suasana bis namun tidak dapat melalui alur bis. Dengan demikian pengemudi akan terasa suasana di dalam tapak terminal yang memiliki bis beroperasi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka perancang menampilkan perencanaan seperti di atas. Yang memiliki uraian sebagai berikut :

1. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Leuwipanjang. Kendaraan umum dan bis dapat mengakses kedalam tapak dengan dibagi


(39)

31

menjadi beberapa gerbang kecil dengan perbedaan gerbang utama untuk Bis sedangkan, gerbang yang berukuran kecil untuk kendaraan sedan dan Angkutan Kota (angkot). Masing – masing mengakses ke wilayah yang berbeda sesuai kebutuhannya. Seperti : Bis masuk ke daerah parkir bis, Kendaraan pribadi masuk ke tempat parkir pengunjung, sedangkan angkot parkir ke daerah khusus parkir angkot.

2. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Soekarno Hatta merupakan Gerbang setapak yang memiliki ikonik Terminal Bis Leuwipanjang. Memiliki dua gerbang yang berfungsi sebagai akses masuk – keluar kendaraan pribadi dan para pekerja(karyawan terminal). Dengan demikian keramaian akses masuk yang awalnya pada terminal hanya dari gerbang Jl. Leuwipanjang dikurangi menjadi setengahnya ke Jl. Soekarno Hatta.

3. Para pengunjung/penumpang yang tidak menggunakan kendaraan pribadi untuk mengakses ke terminal dapat melalui semua bukaan jalan yang dapat menuju ke terminal dengan melalui gerbang yang di jaga oleh pos keamanan. Alur pencapaian pengunjung dapat diperhatikan pada gambar dibawah.

4. Pengunjung yang menggunakan jalan kaki dapat melalui pedestrian yang aman dengan pembatas taman dengan jalan raya. Pada setiap jarak perjalanan yang memiliki pencapaian yang jauh akan diberi penataan taman untuk kenyaman pejalan kaki. Pada


(40)

32

pedestrian tidak kurang menyediakan penghijau/peneduh dari pohon – pohon tropis yang sekaligus merupakan pembatas dengan jalan kendaraan. Seperti yang digambarkan pada ilustrasi berikut.

5. Melalui Gerbang yang dibuka pada Jl. Kopo merupakan gerbang keluar untuk jenis kendaraan. Kecuali yang akses masuk terminal dari gerbang Jl. Soekarno Hatta hanya dapat keluar lagi melalui gerbang keluar dari jalan yang sama. Pada gerbang keluar Jl. Kopo, bagi pengunjung pejalan kaki juga dapat masuk dari terotoar yang disediakan untuk pejalan kaki.


(41)

33

4.1.2 Analisa Peruntukan Lahan

Peruntukan lahan merupakan penetapan pemerintah dalam membangun kota. Ketentuan lahan perencana, sebagai berikut :

Peraturan

Membangun Rencana Tata Ruang Wilayah

KDB 50% Jawa Barat Pusat Pariwisata dan Budaya

KLB 1,5 Bandung Wilayah Pengembangan

GSB 10m Tegal Lega Terminal Jalan Raya,

Komersial, Perkantoran

KDH 20%

Lahan Terminal dapat dimanfaatkan untuk penghijauan yang berfungsi untuk mengurangi pencemaran yang di produksi oleh transportasi yang beroperasi di dalam site. Setiap perbatasan untuk pemisahan kawasan dalam tapak akan diberi pembatas yang dapat menumbuhkan penghijauan. Misalnya dengan trotoar pas bak bunga yang langsung tertanam pada permukaan tanam. Sehingga tidak mudah untuk peredaran luas kawasan untuk pengoperasian transportasi.

Peruntukan lahan diatas diperoleh dari RTRW Kota Bandung 2013 yang melampirkan gambar peruntukan lahan seperti dibawah :

Tabel 6: Peruntukkan Lahan


(42)

34

Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Proses analisa dapat disimak, sebagai berikut :

Dari data peruntukan lahan tersebut dapat diproses ke jumlah untuk mengetahui hasil perancangan yang akan didesain. Seperti untuk penyelesaian Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang akan memperoleh Luas Lantai Dasar bangunan dengan mengkalikan dengan Luas Lahan tersebut dengan nilai KDB dan dimanfaatkan luas 100% hasilnya adalah 19.000 m². Kemudian penyelesaian Koefisien Luas Bangunan (KLB) yang akan diuraikan untuk memperoleh Luas Bangunan yang akan dibangun dengan cara mengkalikan nilai KLB dengan Luas Lahan dan memanfaatkan luas 100% hasilnya adalah 57.000 m². Sehingga, dapat disimpulkan bahwa lahan Terminal tersebut dapat membangun gedung yang luas lantai dasar 19.000 m² dengan luas keseluruhan terbangun 57.000m² yang artinya bangunan ini memiliki 3 tingkatan jika perlantainya memiliki luas yang sama dengan lantai dasar. Namun hasil ini hanya dalam hitungan konstanta secara langsung. Untuk mempertimbangkan apakah akan menggunakan luas bangunan keseluruhan harus diperhatikan pada program ruang yang akan dibahas pada subbab selanjutnya pada bab analisa ini. Jika memanfaatkan luas keseluruhan bangunan tersebut untuk membangunan ruang yang tidak memiliki fungsi yang optimal hanya menciptakan suasana hampa bagi terminal.


(43)

35 Gambar 29: Kondisi tapak sekitar

4.1.3 Kondisi Tapak

Kondisi tapak diperhatikan dari 2 kategori penjelasan, yaitu sekitar tapak (dari luar tapak) dan kondisi didalam tapak. Berikut adalah uraian untuk sekitar tapak yang berdasarkan pengamatan disekitar lingkungan.

Sesuai gambar di atas, pada tapak bentuk tapak yang mengakses ketiga jalan utama ini memiliki bentuk yang aneh. Pada sisi selatan yang mengakses ke Jl. Soekarno Hatta berhadapan dengan bangunan rumah penduduk yang hanya 1 lantai yang beroperasi sebagai toko – toko makanan. Sedangkan, pada sisi tapak sendiri merupakan gedung – gedung lebih dari 1 lantai dan rendah dari 4 lantai merupakan fungsi komersial yang bersifat swasta dan pemerintah.

Pada sisi Barat yang mengakses ke Jl. Leuwipanjang berhadapan dengan bangunan komersial yang memiliki ruang terbuka luas. Sedangkan, pada sisi tapak merupakan rumah residensial yang hanya 1 lantai. Namun tepat pada kanan gerbang memiliki 1 buah bangunan komersial yang bertingkat 4 lantai.


(44)

36 Gambar 30: Kondisi di dalam tapak

Pada sisi Timur yang mengakses ke Jl. Kopo berhadapan dengan bangunan perumahan yang bertingkat 2 lantai. Sedangkan, pada sisi tapak merupakan perumahan satu lantai. Seperti pada sisi Selatan, merupakan daerah pemukiman masyarakat wilayah Kopo.

Pembahasan untuk dalam tapak dapat diperhatikan pada gambar di atas. Didalam tapak yang berdiri bangunan hanya merupakan bangunan kantor dan kios/ bisnis area yang menyatu menjadi satu bangunan pada pusat lahan. Tidak memiliki perbedaan yang mendasar untuk perbedaan fungsi bangunan untuk bentuk bangunan karena terkesan kumuh dan tua.

Gerbang utama di buka pada Jl. Soekarno Hatta namun yang banyak beroperasi atau keluar masuk Bis yang paling sibuk adalah bukaan pada Jl. Leuwipanjang. Namun pada sisi Jl. Leuwipanjang tidak memiliki ikonik yang menunjukan bahwa sisi tersebut merupakan gerbang masuk. Bukaan yang luas menimbulkan ketidak sempadannya jalan dengan akses masuk yang ramai.


(45)

37 Gambar 31: Kegiatan dan Fungsional Manusia

4.2 Analisa Kegiatan dan Fungsional

Pada Terminal Bis kegiatan rutin adalah sirkulasi manusia yang berangkat dari terminal dan yang berkedatangan. Sehingga unit kegiatan yang menjadi penunjang kegiatan tersebut pada umumnya disediakan oleh tiap tempat umum (terminal bis) adalah dengan fasilitas komersial. Kegiatan jual beli ini terletak pada pusat perhatian saat manusia lalu lalang. Contoh penempatan ruang kios, seperti pada gambar 4.2.

Mengeksplorasikan kegiatan dapat melalui subjek yang melakukan kegiatan tersebut. Beberapa pelaku yang beraktivitas didalam terminal, di antaranya :

4.2.1 Penumpang

Alur penumpang hanya memiliki satu tujuan umum, kemudian berdasarkan perilaku pribadi memiliki beberapa tujuan khusus. Dari tujuan tujuan tersebut maka muncul kegiatan yang yang mewadahi terminal menjadi ramai. Kegiatan tersebut seperti:


(46)

38

1. Masuk ke terminal, membeli tiket sesuai tujuan,

2. Berbelanja yang ingin di beli. Namun jika memiliki terkecuali, 3. Masuk ke terminal istirahat karena tiket telah di hari sebelumnya. 4. Tidak perlu belanja di terminal karena telah membeli di luar terminal. Dari contoh di atas perilaku setiap penumpang dapat berbeda – beda. Sehingga bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.

4.2.2 Pengunjung

Alur pencapai tujuan pengunjung dapat dikhususkan menjadi beberapa pengamatan, seperti berikut :

1. Pengunjung yang bertujuan menunggu orang yang akan di jemput. 2. Pengunjung yang bertujuan untuk berekreasi ke terminal.

3. Pengunjung yang bertujuan mengantar orang yang akan berangkat. 4. Pengunjung yang bertujuan hanya mengantar orang namun tidak berkegiatan di dalam teminal.

Semua tujuan tersebut akan mempengaruhi setiap komponen yang ada didalam terminal. Sehingga bagi pengunjung adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.

4.2.3 Pengelola Terminal

Didalam Terminal Bis Leuwipanjang yang menjadi pengelola adalah bagian dari pekerja pemerintahan. Bagi pemerintah, keberadaan terminal dari segi perencanaan dan manajemen lalulintas adalah untuk menata lalu


(47)

39

lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan angkutan umum. Salah satu kepentingan operator kendaraan terhadap terminal adalah untuk pengaturan operasi bus/angkutan umum, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak angkutan/bus, dan juga sebagai fasilitas pangkalan.

4.2.4 Penyewa Retail

Ruang kegiatan penyewa adalah sebidang ruang sewa yang diretail. Namun kegiatan menunjang yang melanjutkan kegiatan tersebut dapat dipenuhi dengan meneruskan kebiasaan perilaku pada terminal, seperti; tempat istirahat, tempat pembuangan dan tempat pengangkutan barang. Sehingga bagi penyewa adalah kenyamanan melayani, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau ke moda lain, tempat fasilitas – fasilitas informasi dan fasilitas parkir kendaraan barang.

4.3 Analisa Pengguna

Kegiatan keberangkatan dan kedatangan dibantu dengan alat transportasi pada terminal dilakukan oleh penggunanya yang berbeda – beda. Pengguna tersebut hanyalah manusia yang mengoperasi dan menciptakan suasana berkegiatan didalam terminal.

4.3.1 Manusia

Untuk memusatkan perhatian mengenai hierarki kebutuhan manusia, dalam perancangan terminal, haruslah berpikir akan kebutuhan pengguna dan buka kebutuhan manusia secara umum. Kerena beragamnya preferensi dan tingkat kebutuhan seseorang maka akan sangat bermanfaat jika dilakukan penelitian kebutuhan kasus demi kasus, dari pada sekadar memakai data yang sangat umum.

Randy Hester, seorang arsitektur lanskap, mengatakan bahwa perancang umunya lebih menekankan pentingnya activity setting (penataan aktivitas).


(48)

40

Sementara itu, pemakai lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang memakai fasilitas itu, atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam penggunaan fasilitas itu. Jadi, terlihat disini adanya perbedaan prioritas pemenuhan kebutuhan dasar. Pada ilustrasi dibawah menunjukkan 3 jenis preferensi umum, seperti; orang yang senang menyendiri, menyukai kebersamaan (sosial) dan yang dianta keduanya.

Sehingga perancangan terminal tidak hanya memandang dari segi manusia yang memiliki preferensi tidak terbatas untuk mendesain. Dalam pengakhiran desain terminal harus memasukkan penilaian komponen penggunaan bagi pengguna yang memiliki nilai kenyaman dan keselamatan mereka.


(49)

41

4.4 Analisa Ruang dan Bentuk

Dalam menganalisa bentuk, perancang memanfaatkan teori Ordering Principle (prinsip pendekatan), diantaranya unsur Transformasi, Hierarki dan Sirkulasi.

Seperti pada gambar diatas, tranformasi menggunakan perubahan bentuk lahan yang menyatu dengan bentuk bangunan. Dengan demikian bangunan yang menjadi pusat dari lahan tersebut menunjukan hierarki yang beda dari sekitarnya. Pada hirarki yang lebih jauh dari pusat lahan memiliki nilai terbuka dan dekat dengan sekitarnya menjadi nilai hierarki untuk ruang – ruang terbuka (ruang hijau). Masih pada bangunan yang menjadi terpusat, menimbulkan suasana yang memiliki poros untuk bersirkulasi. Sirkulasi yang mengalir berdasarkan poros tersebut menunjukkan sebuah keserasian dan tidak menimbulkan cross circulation (sirkulasi silang) yang jelas.

Untuk menganalisa ruang, perancang membaginya menjadi dua berdasarkan fungsi gedung terdapat pada Terminal Bis, yaitu Gedung khusus terminal dan gedung fasilitas penunjang.


(50)

42

4.4.1 Terminal

Bentuk bangunan terminal diambil dari bentuk persegi panjang karena menimbang bentuk dasar ini dapat menciptakan ruang yang efisien dan rapi. Penataan rapi bermaksud rapi pada ruang dalam serta luar. Untuk parkiran yang bersikap pada bangunan.

Dengan bentuk dasar persegi panjang dan membentuk 3 jari yang bersikap pada bentuk lahan, mempermudahkan dalam menyusun ruang parkir. Serta pembagian zona berbeda.

4.4.2 Fasilitas Penunjang

Pada bentuk bangunan yang membentuk tiga jari merupakan area fasilitas penunjang, seperti ruang tunggu, kios, kantin, toilet dan lainnya.

Jenis ruang bersifat single loaded (satu bidang bukaan).

Gambar 34: Bentuk Bangunan


(51)

43 Gambar 36: Struktur Bangunan

Jembatan penghubung Struktur pendukung yang menjadi penghubung bangunan

4.5 Analisa Struktur dan Utilitas Bangunan

Dalam merancang struktur merupakan rangka inti bangunan yang menanggung semua beban pada bangunan. Karena itu, perlu ketelitian khusus dalam memilih struktur bangunan dalam merancang.

4.5.1 Struktur Pendukung Bangunan

Bangunan terminal bis leuwipanjang terdiri dari struktur konvensional (struktur rigid frame) dan pada atap merupakan struktur truss baja. Yang membuat atap tersebut tampak datar. Seperti pada gambar berikut.

Struktur pendukung lainnya terdapat pada penghubung gedung persegi panjang dengan yang bangunan pusat yang berbentuk tabung. Dengan struktur jembatan yang menyambung seluruh gedung tersebut membuat bangunan seolah – olah terdiri dari satu bangunan gemuk. Namun penghubungnya hanya sekedar struktur pendukung. Solusi tersebut untuk mengatasi gaya lateral dari alam yang tidak terduga. Dengan demikian mengurangi resiko semua bangunan mengalami akibat dari gaya lateral tersebut.


(52)

44 Gambar 37: Struktur Atap

Atap metal deck dirancang bentuk kerucut Atap metal deck dirancang datar

4.5.2 Struktur Atap

Struktur bangunan rigid frame membuat bangunan tersebut kaku dan kokoh. Dengan demikian bentuk kaku ini menguntungkan pada pengolahan atap yang dapat memainkan pola yang lebih banyak. Seperti pada gambar di bawah.

Pada struktur atap perancang menggunakan struktur truss baja yang menata pola atap datar tersebut dengan bentuk sama dengan bangunan. Dengan terusan struktur bangunan pada tiap balok lantai paling atas memasang struktur atap baja tersebut dan lapisan selanjutnya penutup atap yang menggunakan metal deck. Lapisannya seperti pada ilustrasi berikut:

Gambar 38: Struktur Atap dilapis penutup Struktur truss baja

Penutup Atap dengan material Metal Deck


(53)

45

4.5.3 Utilitas Bangunan

Disamping struktur bangunan yang memikul beban seluruh bangunan. Sistem utilitas merupakan salah satu pemberi beban yang berdampingan pada struktur bangunan. Karena sistem utilitas sering di simpan pada sisi tidak terlihat dari morfologi bangunan pada umumnya.

Sistem penyaluran semuanya ditanggung dari pemerintah. Menggunakan PLN, PDAM dan pembuangan akhir ke rio kota melalui proses kimiawi. Bangunan dua lantai tidak menggunakan pompa air khusus masih termasuk tekanan air cukup. Penekanan pompa air akan dipasang pada setiap lantai satu toilet untuk memompa air bersih ke lantai dua.

Pembuangan air kotor menggunakan jalur yang sama dengan air bersih. Namun dipisahkan dengan pipa lain dan pembatas beton dibawah permukaan tanah. Dengan demikian saat perawatan air bersih dan air kotor dapat langsung dipantau. Letak pipa air bersih diatas sedangkan air kotor dibawah dengan dibatas dengan plat beton.

Elektrikal sederhana dengan ruang kontrol panel listrik pada gedung pusat mengingat arus listrik yang sangat jauh akan menganggu energi yang digunakan. Listrik awalnya ditarik dari PLN ke gedung pusat kemudian disalurkan secara paralel ke tiga gedung.

Gambar 39: Isometri Sistem Utilitas = Air Bersih

= Air Kotor

= Mekanikal dan Elektrikal

Rio Kota PDAM PLN Toilet Toilet Toilet Ruang Panel


(54)

46

4.6 Analisa Kebutuhan Ruang

Berdasarkan hasil studi terhadap Terminal Bis Cicaheum, Purabaya dan Kampung rambutan. Sehingga mengerucutkan program ruang Terminal Bis Leuwipanjang yang baru, seperti:

No Nama Fasilitas Jml. Panjang (m)

Lebar (m)

Luas (m²)

1 Luas Emplasemen 0 0 0 15000

2 Luas Kantor 0 0 0 600

3 Akses Masuk 2 - 8 8

4 Akses Keluar 2 - 8 8

5 Luas Taman 8 0 0 350

6 Ruang Tunggu Penumpang 3 20 250 5000

7 Jalur Keberangkatan 4 0 0 0

8 Jalur Kedatangan 4 0 0 0

9 Pos Pengawas 10 1.2 1.2 1.44

10 Loket Penjualan Tiket 8 4 3 12

11 Papan Informasi 2 0 0 0

12 Kamar Kecil/ Toilet 8 8 3 24

13 Musholla 3 4 3 12

14 Kios/ Kantin/ Bisnis Area 67 4 3 12

15 Rambu – rambu 6 0 0 0

16 Gardu TPR/ LLAJR/ Keamanan 3 4 3 12

17 Tempat Parkir Kendaraan Umum 1 20 10 200

18 Ruang Informasi dan Pengaduan 3 4 3 12

19 Parkir Kendaraan antar dan Jemput 2 30 20 600

20 Ruang Pengobatan 1 4 3 12

21 Tempat Cuci Kendaraan 1 20 10 200

22 Pengelolaan Limbah 1 10 10 100


(55)

47

Sesuai tabel diatas, penguraian proses mengumpulkan hasil tersebut adalah sebagai berikut:

4.6.1 Gedung Terminal

Bangunan utama mencakup pelayanan umum dalam terminal, seperti; ruang tunggu, ruang informasi, ruang administrasi, ruang informasi dan pengaduan, GarduTPR/LLAJR/Keamanan dan loket penjualan tiket. 1. Ruang tunggu

Ruang tunggu menyediakan tempat duduk yang nyaman berdasarkan kenyaman posisi duduk manusia, seperti:

Untuk tempat umum seperti terminal bis, ruang tunggu juga didasarkan kenyaman posisi difabel.

Gambar 40: Kenyamanan posisi duduk


(56)

48

Standar kenyaman bagi kalangan lansia.

Untuk mengakses ke ruang tunggu tentunya akan melewati jalan – jalan umum. Standar ruang jalan untuk tempat umum sangat penting untuk kenyaman bersama sehingga untuk merancang juga harus memperhatikan standar kenyaman ruang jalan dibawah ini.

Serta orang yang membawa barang di dalam terminal.

Gambar 42: Kenyamanan kekurangan visual dan lansia

Gambar 43: Lebar untuk berjalan


(57)

49

2. Ruang Administrasi

Ruang kerja yang digunakan untuk mengoperasi sistem terminal terletak pada ruang administrasi yang memiliki standar pengolahan data. Susunan mesin dan posisi duduk yang standar. Seperti pada gambar

3. Loket penjualan tiket

Loket tiket merupakan pusat pelayanan karcis bis sesuai jadwal berangkat. Sehingga ketelitian dan kenyaman pekerja sangat penting. Berikut standar dalam mendesain loket.

Gambar 45: Ruang kerja


(58)

50

4.6.2 Gedung Penunjang

Bangunan penunjang mencakup fasilitas ruang kios/ bisnis area/ kantin, resepsionis, musholla, toilet, ruang pengobatan, pengelolaan limbah dan ruang cuci kendaraan.

1. Ruang kantin

Ruang tunggu juga ditata dengan sistem untuk ruang makan sehingga standar yang digunakan sesuai gambar di bawah.


(59)

51

2. Resepsionis

Untuk mengakses ke sebuah ruang public tentunya harus memiliki pengidentitas terlebih dahulu. Tempat yang melayani ini adalah resepsionis yang bekerja. Standar ruang resepsionis, seperti:

3. Musholla

Luas sebuah ruang berdoa tergantung pada jumlah pengguna yang terdapat pada suatu tempat. Sehingga merupakan ukuran bebas. Namun tahap – tahap untuk menuju ruang doa dipengaruhi oleh agama masing – masing. Tempat ambil Wudhu merupakan suatu etika dalam ruang publik.

Pada terminal penumpang yang menunggu lama tidak menutupi kemungkinan akan bersamaan dengan waktu sholat. Sehingga posisi yang nyaman untuk tidak membasahi pakaian adalah sebuah standar perancangan.

Gambar 48: Penataan ruang resepsionis


(60)

52

4. Toilet

Terminal bis merupakan tempat umum yang pengunjungnya berasal dari berbagai kalangan masyrakat. Sehingga penataan ruang toilet haruslah memenuhi standar tersebut.

5. Pengelola Limbah

Tempat keramaian akan menghasilkan pembuangan bekas – bekas bawaan yang banyak. Sehingga untuk menjaga kebersihan lingkungan standar pengolahan sampah sangat diperhatikan.

Gambar 50: Layout Toilet Publik


(61)

53 Gambar 52: Layout parkir bis tegak lurus

4.6.3 Ruang Parkir

Ruang terbuka perkerasan berupa tempat parkir dibedakan menjadi tempat parkir kendaraan antar jemput, tempat parkir kendaraan umum, tempat parkir bis dan tempat parkir angkutan kota. Disamping itu, juga terdapat rambu – rambu, pos pengawas, jalur kedatangan, jalur keberangkatan serta gerbang untuk masuk – keluar kendaraan.

1. Ruang parkir

Parkiran untuk kendaraan besar jika tidak tepat dengan ukurannya akan sangat boros dengan lahan sisa.

Dalam teknik penataan parkiran dapat dipengaruhi lahan proyek yang memilik bentuk yang berbeda – beda. Sehingga standar parkir bis juga akan demikian.


(62)

54

Parkiran diagonal dapat menghemat ruang lebar namun mengurangi kuota parkir yang dapat dipenuhi dengan parkir tegak lurus.

Selain dalam teknik parkir yang mengharuskan teknis yang benar. Pada penataan poros perputaran bis merupakan sebuah standar utama dalam desain jalan. Pada halaman selanjutnya akan ditampilkan standar ukuran untuk melakukan suatu poros bis. Ukurannya merupakan nilai minimum yang harus dipatuhi, jika merangcang dengan ukuran lebih dari itu tidak menjadi kesalahan. Namun menjadi sebuah kenyamanan yang dilebihkan untuk pengemudi dalam menyupir.


(63)

55 Gambar 54: Layout poros putar bis


(64)

56

Selain ukuran parkir bis yang harus diperhatikan, parkir mobil merupakan standar yang tidak dapat ditinggalkan dari perancangan.

Ukuran kendaraan kecil yang juga akan masuk kedalam terminal bis.

Gambar 55: Layout parkir mobil


(65)

57

2. Jalur keberangkatan dan kedatangan

Ukuran jalan menjadi salah satu perancangan dalam standar teminal bis. Berikut adalah ukuran kendaraan yang akan beroperasi didalam terminal.


(66)

58

Ukuran jalan untuk kendaraan dapat dirancang berdasarkan ukuran kendaraan pada umumnya. Namun pemberian pola pada jalan dapat menambah nilai keramaian untuk konsentrasi pengemudi. Berikut adalah contoh pengolahan jalan dengan standar ukuran kendaraan pada umumnya.

Penataan jalur keberangkatan dan kedatangan sebenarnya sama pada ukuran jalannya. Karena standar kendaraan yang menggunakan jalan adalah sama. Yang ditekankan pada perancangan adalah sensasi pada saat kedatangan akan berbeda pada saat untuk keberangkatan. Maka penggunaan material dan pengolahan bentuk elemen lahan pada kedua jalur harus mampu menunjukkan makna tersebut.


(67)

59 Gambar 60: Standar dasar pedestrian

4.6.4 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka juga dimanfaatkan sebagai penataan penghijauan, seperti; emplasemen, taman dan pedestrian.

1. Emplasemen

Ruang terbuka yang lapang pada terminal bis akan sangat banyak karena untuk pemisahan kendaraan dengan bangunan harus dilakukan untuk kenyaman pada bangunan yang menjadi ruang tunggu bagi penumpang.

Sehingga pada setiap pemisahan bangunan diberi bak bunga yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi penumpang.

2. Pedestrian dan Taman

Pedestrian merupakan jalur akses penumpang/pengunjung yang menggunakan jalan kaki.


(68)

60

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

5.1 Ide Awal

Beberapa alasan yang menjadi awal pemikiran menggunakan tema perilaku manusia (khususnya penumpang bis), sebagai berikut :

a. Berdasarkan pendekatan tingkah laku penumpang keberangkat dan kedatangan.

b. Berdasarkan pendekatan tingkah laku penumpang sedang menunggu keberangkatan, serta orang yang sedang menunggu seseorang yang akan tiba.

c. Dapat menuangkan konsep desain yang mampu menjadi solusi pemecahan masalah baik melalui komponen tapak, perabot dan estetika bangunan.

Melalui tema Perilaku Penumpang Terminal, maka muncullah teori awal dengan konsep skematik, seperti:

Gambar 61: Skematik Sirkulasi Kendaraan

= Pusat tapak yang dijadikan poros sirkulasi kendaraan = Jalur kendaraan masuk


(69)

61

Dengan dibagi menjadi 2 zona di lahan perencana, yaitu zona 1 untuk bis dalam kota dan zona 2 untuk bis ke luar kota. Serta akses kendaraan masuk dan keluar di putar pada poros di tengah lahan. Untuk tidak menciptakan keramaian sirkulasi pada dalam lahan.

5.2 Konsep Tapak

Lahan terminal bis Leuwipanjang memiliki bentuk yang unik. Sehingga untuk penataan gedung menjadi cara khusus. Setelah perancang menggunakan teori Ordering Principle yang mendapatkan bentuk dasar bangunan yang menyikapi bentuk lahan. Maka seterusnya adalah mengelompokkan fungsi dan mengatur sirkulasi untuk pencapai setiap ruang yang digunakan.

5. 2.1 Pengelompokkan Fungsi

Pemetakatan area dapat membantu perancang dalam mengelompokkan fungsi bangunan dengan cepat dan rapi. Seperti pada gambar berikut:


(70)

62

Pada bentuk bangunan berbentuk tiga jari ini, perancang memetakannya dalam 3 zona dengan masing – masing zona mendapat 1 bangunan dan bersamaan menggunakan bangunan pusat.

Pada zona A, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis, seperti; kioas, kantin, musholla, toilet, gardu, loket damri dan ruang tunggu. Di zona A juga terdapat ruang operasi bis damri dan angkot serta kendaraan penumpang.

Pada zona B, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis yang melayani penumpang bis AKDP dan AKAP. Sehingga merupakan zona paling ramai diantaranya. Serta memiliki bidang paling luas. Pada zona ini memiliki fungsi ruang kios, kantin, musholla, toilet, loket, gardu, ruang tunggu dan ruang informasi. Tempat parkir AKDP dan AKAP di lapang kosong tersebut dengan disediakan sedikit lahan untuk parkir inap kendaraan pribadi penumpang. Memiliki luas emplasemen paling luas diantara kedua zona.

Pada zona C, gedung panjang berfungsi sebagai ruang servis khusus karyawan yang di gedung pusat. Masih memiliki aktifitas bagi penumpang yang melewati jalan. Memiliki ruang tunggu, kantin, musholla, toilet dan gardu. Di zona ini memiliki tempat parkir khusus untuk para pekerja; seperti pekerja kios, kantin, administrasi dan pos jaga.

Gedung pusat memiliki akses pada ketiga zona tersebut. Sehingga menjadi gedung yang beroperasi terus dan memiliki fungsi utama pada terminal ini. Memiliki jarak jauh yang sama untuk melayani ketiga gedung panjang. Memiliki fungsi ruang administrasi, balai pengobatan, gardu dan pusat informasi.

5.2.2 Sirkulasi dan Pencapaian

Sirkulasi dalam terminal perancangan ini dapat dibedakan menjadi sirkulasi manusia dan kendaraan. Untuk pengelompokkan sirkulasi manusia dibedakan menjadi penumpang, pengunjung dan pekerja kios.


(71)

63

Untuk lebih jelas dapat memperhatikan gambar alur sirkulasi manusia dibawah ini.

Sedangkan, untuk kendaraan dibedakan menjadi bis AKAP dan AKDP, bis damri, angkot, kendaraan pribadi penumpang dan kendaraan pribadi pekerja. Untuk lebih jelas dapat memperhatikan gambar alur sirkulasi kendaraan dibawah ini.

Sesuai dengan pembagian zona sebelumnya, lahan terminal dibagi menjadi tiga area yang memiliki fungsi berbeda. Sehingga sirkulasi kendaraan juga demikian. Arah pergerakkan kendaran dalam terminal

Gambar 63: Arah pergerakan kendaraan didalam terminal Bagan 2: Arah pergerakan manusia didalam terminal


(72)

64

hanya memiliki satu arah lurus, yaitu dari arah masuk, kendaraan parkir, kemudian berangkat lagi atau keluar dengan jalur gerbang keluar.

5.3 Konsep Bangunan

5.3.1 Konsep Selubung Bangunan

Bentuk bangunan ini diambil dari bentuk lahan. Kemudian diolah lebih realitis dengan konsep, sebagai berikut:

Bangunan terdiri dari dua bentuk dasar seperti pada gambar urutan pertama, terdiri atas bentuk tabung sebagai pusat dan 3 persegi panjang sebagai jari bangunan. Kemudian dengan disubtraktif pada bidang ujung bangunan persegi panjang dengan bidang luar tabung sehingga membentuk massa bangunan seperti urutan nomor 2. Dipotong daerah persegi panjang untuk menunjukan satu kesamaan terhadap bangunan pusat dan memiliki sisi berhadapan ke luar yang lebih banyak. Dengan demikian hanya menunjukkan bentuk luar yang memiliki kesamaan, untuk menyatukan ruang dalam yang berhubungan makan pada penghubung massa – massa tersebut diberikan bentuk sambungan seperti urutan nomor 3. Maka bentuk bangunan yang dikonsepkan menjadi seperti hasil akhir pada urutan nomor 4. Bentuk bangunan dengan transformasi bentuk lahan dan disubtraktif bentuk luar sehingga memiliki kesamaan kemudian dipereratkan lagi dengan penghubung ruang yang kuat.

Gambar 64: Perubahan bentuk massa

1

2

3


(73)

65

5.3.2 Konsep Ruang Dalam

Bangunan yang memanjang ini di rancangan dengan konsep ruang dalam yang single loaded untuk mendapat pencahayaan yang teratur. Konsep satu tampak bangunan ini juga untuk mengurangi pengolahan fasade pada sisi tidak penting, seperti sisi yang menghadap ke parkiran. Ilustrasi single loaded yang digunakan pada bangunan, seperti berikut:

Pada salah satu bangunan menggunakan Double Loaded karena kedua sisi bangunannya memiliki aktivitas terminal yang utama.

5.3.3 Konsep Bangunan Tropis

Terminal ini juga memiliki konsep bangunan yang sesuai dengan iklim lokal. Seperti penggunaan Jalusi sebagai penghalang cahaya langsung dan tiupan angin hujan.

Gambar 65: Pencahayaan Alami

U

Double Loaded

Single Loaded

SingleLoaded


(74)

66

5.4 Konsep Struktur Bangunan

Bangunan terminal bis Leuwipanjang yang akan dirancang ini hanya memiliki 2 lantai. Sehingga untuk solusi struktur menggunakan struktur sederhana(rigid frame) dengan pondasi batu kali dan setapak.

Struktur rigid frame memiliki sistem yang kuat untuk bentuk gedung terminal yang bentuk dasar persegi panjang. Juga memudahkan dalam pemilaan ruang kios/area bisnis untuk disewa.

5.5 Konsep Utilitas Bangunan

5.5.1 Sistem Drainase dan Penyaluran Air Hujan

Pada lahan terminal yang disediakan untuk parkiran mencakup sebagian besar lahan sehingga yang menjadi drainase utama adalah tempat parkir yang menggunakan paving block yang memiliki rongga untuk penyerapan air hujan.

Gambar 67: Isometri Struktur Bangunan


(75)

67

5.5.2 Pencahayaan

Pencahayaan alami untuk sistem ruang yang single loaded mencakup cahaya yang dari satu sisi. Sehingga penataan bangunan harus menghadap sisi pencahayaan. Disamping mendapat pencahayaan alami juga mendapat radiasi panas yang menganggu kenyaman penumpang maka menerapkan penghalang radiasi. Sehingga konsep jalusi menjadi solusi.

5.5.3 Elektrikal

Penggunaan elektrikal hanya sekitar mengoperasikan media elektrik yang mengerjakan data administrasi, layar informasi, pantauan gardu, penerangan khusus kios.

Elektrikal sederhana dengan ruang kontrol panel listrik pada gedung pusat mengingat arus listrik yang sangat jauh akan menganggu energi yang digunakan. Listrik awalnya ditarik dari PLN ke gedung pusat kemudian disalurkan secara paralel ke tiga gedung. Sistematika penyeluran tersebut dapat dilihat lebih jelas dari gambar berikut ini.

Gambar 69: Pencahayaan Alami

U

Double Loaded

Single Loaded


(76)

68

Kabel listrik yang disambung hanya sekedar horizontal dan vertikal berhubung dua lantai.

5.5.4 Plumbing

Pemipaan saluran air dibagi menjadi dua, yaitu saluran air bersih dan air kotor.

Pembuangan air kotor menggunakan jalur yang sama dengan air bersih. Namun dipisahkan dengan pipa lain dan pembatas beton dibawah permukaan tanah. Dengan demikian saat perawatan air bersih dan air kotor dapat langsung dipantau. Letak pipa air bersih diatas sedangkan air kotor dibawah dengan dibatas dengan plat beton.

PLN

Ruang Panel

= Mekanikal dan Elektrikal

Rio Kota PDAM Toilet

Toilet Toilet

= Air Bersih = Air Kotor

Gambar 70: Sistem eletrikal


(77)

69

BAB VI

HASIL RANCANGAN

6.1 Tapak

Lahan diolah lebih mendekati penghijauan yang diinginkan sekitar 30% dari luas lahan. Namun tidak mengurangi dalam mengolah lahan untuk parkir bis. Karena daerah penghijauan tersebut diperoleh dari pembatas – pembatas yang menata parkiran sedemikian rapi seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

Disamping menata tapak perancang juga menata penutup bangunan dengan teliti. Seperti pada gambar yang ditunjukkan pada halaman berikut. Menunjukkan gambar penataan atap bangunan datar dengan bahan metal deck dengan sistem struktur truss dari baja ringan. Penata atap ini mempengaruhi pembuangan air hujan yang melanda tapak terminal di samping penataan tempat parkir yang luas dengan penggunaan material paving block sebagai bahan dasar. Dengan demikian maka penyerapan air hujan dapat diserap dengan cepat dibandingkan jika lahan parkir menggunakan aspal.


(78)

70

Selain drainase yang diperhatikan dalam terminal, sistem utilitas juga mempengaruhi sistem kerja dalam terminal, seperti pada saat menunjukkan informasi jadwal secara elektronik, panggilan informasi, pencahayaan pada ruang dalam, pengawasan keamanan terminal serta penggunaan daya listrik pada kegiatan penunjang lainnya.

Gambar 73: Block Plan


(79)

71

6.2 Bangunan

Hasil rancangan sesuai program ruang ditampilkan pada denah yang dikerjakan berikut.

Bentuk denah memanjang karena menggunakan pendekatan bentuk bangunan dengan tranformasi lahan. Disamping itu, dengan bentuk demikian menunjukkan arus sirkulasi yang rapi.

Gambar 75: Denah Gedung A


(80)

72

Pada penerapan bentuk bangunan menimbangkan bentuk fasade akhir. Seperti pada gambar dibawah.

Tampak bangunan dirancang dengan pendekatan bentuk bis yang mempertimbangakan nilai kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan fasilitas serta melakukan kegiatan dalam bangunan. Pengeluaran bentuk akhir ini dipengaruhi juga pada penerapan nilai tema seperti yang diuraikan pada bab III sebelumnya. Sehingga bentuk bangunan menjadi demikian rupa tidak sembarangan.

Gambar 78: Tampak Gedung B, C & D Gambar 77: Tampak Gedung A


(81)

73 Gambar 79: Potongan Gedung A

Gambar 80: Potongan Gedung B,C & D

6.3 Struktur

Bangunan persegi panjang menggunakan struktur rigid frame dan pada bangunan pusat yang lingkaran menggunakan logika yang sama.

Rangka atap pada bangunan pusat juga sama yaitu menggunakan struktur truss baja ringan. Membentuk atap lingkaran dengan rangka baja yang berjejeran pada setiap pembalokkan teratas.


(82)

74 Gambar 81: Potongan Prinsip

Gambar 83: Isometri Struktur gedung pusat Gambar 82: Isometri Struktur

Untuk keterangan struktur yang lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini.

Potongan prinsip menunjukkan gambaran struktur bangunan yang digunakan dengan terperinci.

Pada gambar diatas menunjukkan struktur keseluruhan bangunan yang menggunakan struktur rigid frame.


(83)

75

6.4 Perspektif

Berikut adalah hasil perseptif suasana yang dirancang sesuai konsep.

Gambar 84: Perseptif mata burung

Gambar 85: Perseptif Suasana 1


(84)

76 Gambar 87: Perseptif Suasana 3

Gambar 88: Perseptif Suasana 4


(85)

77

6.5 Maket Tugas Akhir

Contoh miniatur nyata adalah maket studio tugas akhir yang dibuat sedemikian rupa dengan hasil perancangan.


(1)

72 Pada penerapan bentuk bangunan menimbangkan bentuk fasade akhir. Seperti pada gambar dibawah.

Tampak bangunan dirancang dengan pendekatan bentuk bis yang mempertimbangakan nilai kenyamanan dan keamanan dalam penggunaan fasilitas serta melakukan kegiatan dalam bangunan. Pengeluaran bentuk akhir ini dipengaruhi juga pada penerapan nilai tema seperti yang diuraikan pada bab III sebelumnya. Sehingga bentuk bangunan menjadi demikian rupa tidak sembarangan.

Gambar 78: Tampak Gedung B, C & D Gambar 77: Tampak Gedung A


(2)

73 Gambar 79: Potongan Gedung A

Gambar 80: Potongan Gedung B,C & D 6.3 Struktur

Bangunan persegi panjang menggunakan struktur rigid frame dan pada bangunan pusat yang lingkaran menggunakan logika yang sama.

Rangka atap pada bangunan pusat juga sama yaitu menggunakan struktur truss baja ringan. Membentuk atap lingkaran dengan rangka baja yang berjejeran pada setiap pembalokkan teratas.


(3)

74 Gambar 81: Potongan Prinsip

Gambar 83: Isometri Struktur gedung pusat Gambar 82: Isometri Struktur

Untuk keterangan struktur yang lebih jelas dapat diperhatikan pada gambar dibawah ini.

Potongan prinsip menunjukkan gambaran struktur bangunan yang digunakan dengan terperinci.

Pada gambar diatas menunjukkan struktur keseluruhan bangunan yang menggunakan struktur rigid frame.


(4)

75 6.4 Perspektif

Berikut adalah hasil perseptif suasana yang dirancang sesuai konsep.

Gambar 84: Perseptif mata burung

Gambar 85: Perseptif Suasana 1


(5)

76 Gambar 87: Perseptif Suasana 3

Gambar 88: Perseptif Suasana 4


(6)

77 6.5 Maket Tugas Akhir

Contoh miniatur nyata adalah maket studio tugas akhir yang dibuat sedemikian rupa dengan hasil perancangan.