luar negri pemerintah harus membatunya karena peragaan itu tidak murah”.
32
Keinginan Media Indonesia ialah perkembangan industri busana muslim harus selalu didorong. Maka, desainer dianjurkan terus belajar untuk
membuat mode yang bagus, menarik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pemerintah juga tetap mendukung dan mendorong, agar
kreatifitas desainer bisa disalurkan, diwujudkan dan akhirnya bisa dijual ke pasar.
Konstruksi sosial atas realitas media yang melahirkan enam corak bingkai berita mengenai industri busana muslim dalam surat kabar Media
Indonesia. Alasan pelaku konstruksi membingkai demikian, konstruksi sosial atas realitas media berbeda, sesuai kepentingan pelaku industri media
Media Indonesia. Menurut Media Indonesia, desainer membutuhkan peran media untuk mempromosikan produknya begitu juga media membutuhkan
desainer sebagai sumber berita. Berlapisnya kepentingan pencitraan yang melahirkan beragam
proses konstruksi. Pencitraan tersebut tertuju kepada pelaku konstruksi dan pencitraan objek konstruksi. Pelaku konstruksi dalam penelitian ini adalah
Media Indonesia. Konstruksi sosial atas realitas media yang melahirkan berbagai
corak. Penelitian ini menemukan perbedaan dalam menonjolkan pelaku dan objek konstruksi. P
ada edisi “Fesyen Muslim Berselera Global” menampilkan model dan busana siluet kimono karya Shafira. Pada edisi
“Bergaya Dengan Kerudung Rajut” yakni menonjolkan lima desainer Dian
32
Wawancara pribadi dengan Bintang Krisanti, Editor Rubrik Pesona Media Indonesia, 15 April 2013.
Pelangi, Irna Muitiara, Noni Zakiyah, Treimee, dan Jenny Tjahyawati dan kerudung bahan rajutnya. Pada edisi “Gaya Aktraktif untuk Hijabers” yaitu
model, desainer dan busana muslim karya Monika Jufri, Najua Yanti, Hannie Hananto
, Ghaida Tsurayya. Pada edisi “Fesyen Muslimah makin Trendi, Tetap Syar’I” yaitu acara pergelaran yang menampilkan model
dengan busana muslim. Pada edisi “Gencar berpromosi Jangan Mau Kalah” dan “Masih Sulit Ikut Stabilkan Neraca Perdagangan” adalah gambar
pedagang busana muslim yang sedang merapihkan dagangannya. Cara mengemas demikian berkaitan dengan strategi tata letak, gambar dan foto
disebut strategi pemilihan simbol Ibnu Hamad, 2004: 14. Adapun memilih judul yang sudah dibahas merupakan tanda sign kekuatan bahasa. Rubrik-
rubrik tersebut ada pula diambil dari faktaperistiwa acara pergelaran atau juga tidak dari acara pergelaran busana muslim, perbedaan pengambilan
fakta disebut strategi framing. Selanjutnya adalah strategi memberi ruang agenda setting, dalam hal ini media dipandang berkekuatan besar
powerfull dalam mempengaruhi masyarakat. Apa saja yang disajikan media, itu pula yang menjadi ingatan mereka.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada pemberitaannya terdapat enam corak bingkai berita terkait industri
busana muslim dalam surat kabar Media Indonesia edisi tanggal 24 Juni –
18 September 2012. Media Indonesia mengemas dengan menuliskan berita mengenai industri busana muslim, bahwa desainer membutuhkan media dan
media juga membutuhkan desainer. Jadi keduanya ikut membantu mengkonstruksi realitas. Media Indonesia juga menonjolkan produk-produk
busana muslim karya desainer yang sedang berkembang saat ini. Dalam hal ini objek konstruksinya terkait dengan acara pergelaran, para pemain
industri, model-model busana dan lain sebagainya. 2.
Dalam empat perangkat konsep framing Robert N. Entman terdapat enam corak bingkai berita yaitu:
a. Define Problems, yaitu Media Indonesia mendefinisikan bahwa
pertama, fesyen muslim menembus pasar internasional. Kedua, kerudung bahan rajut gaya desainer. Ketiga, batik menjadi tampilan
yang tetap santun. Keempat, fesyen muslim tidak murah. Kelima, Pemerintah dan MUI harus bekerjasama. Dan keenam ialah produk
muslim belum mampu membantu kinerja perdagangan. Saat ini industri busana muslim berkembang dengan pesat semenjak 7 tahun belakang.
Didorong dengan sudah adanya peragaan busana yang khusus busana
muslim. Dan desainer muda juga mamanfaatkan jejaring sosial, situs- situs online untuk menjual produk busana muslimnya,
b. Perangkat faming kedua Diagnose Causes, yaitu pertama, desainer
menjadikan Indonesia acuan fesyen muslim yang mengglobal. Kedua, mengenai koleksi tiga desainer top. Ketiga, beragam koleksi busana
muslim batik. Keempat, busana muslim dibuat pada skala rumahan. Kelima, Indonesia kalah cepat dengan Malaysia. Dan keenam karena
lemahnya promosi. Desainer-desainer tersebut antara lain Jenny Tjahyawati, Dian Pelangi, dan Irna Mutiara. Dijelaskan pula bahwa
yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan industri busana muslim karena adanya komunitas-komunitas muslimah ditengah
masyarakat dan juga karena kemunculan desainer-desainer muda yang berbakat menjadikan busana muslim semakin variatif.
c. Perangkat framing ketiga Make Moral Judgement, yaitu menilai bahwa
pertama, ingin menjadikan Indonesia kiblat fesyen muslim dunia. Kedua, desainer bermain berbagai detail. Ketiga, motif floral dan warna
cerah. Keempat, animo berhijab berkembang. Kelima, Indonesia belum serius mempromosikan. Dan keenam, adalah dukungan terhadap
kebijakan pemerintah. Pada pemberitaan mengenai industri busana muslim Media Indonesia menilai hanya menyampaikan fakta sesuai
dengan perkembangan yang terjadi. Penyampaian fakta itu bisa dilihat dari judul yang mereka tulis seperti “Fesyen Muslim Berselera Global”,
artinya mode yang diciptakan desainer busana muslim indonesia bagus dan mengikuti fesyen yang mengglobal.
d. Perangkat framing yang keempat Treatment Recommendation,
menjelaskan penyelesaian yang ditawarkan berupa yang pertama, penerapan padu padan. Kedua, penambahan aksesoris. Ketiga, Ghaida
merancang dengan bahan ringan. Keempat, perlu adanya industrialisasi. Kelima, mempromosikan produk. Dan keenam yaitu menjalin kerjasama
perdagangan. Menurut Media Indonesia Secara umum permasalahan industri busana muslim ada pada promosinya. Pada industri busana
muslim membutuhkan dorongan dari pemerintah. Pemerintah dalam hal ini memiliki kepentingan terhadap promosi busana muslim. Selain itu
pemerintah juga berperan membantu desainer memberikan dan meminjamkan modal usaha.
B. Saran
Dalam penulisan berita mengenai industri busana muslim Media Indonesia diharapkan terus menyajikan berita mengenai perkembangan industri
busana muslim, bukan hanya menjelang hari raya Idul Fitri melainkan setiap bulannya. Sebagai acuan para muslimah untuk berhijab sehingga mode busana
muslim semakin variatif. Untuk
pihak pemerintah,
agar segera
memperbaiki sistem
perekonomian Indonesia dan mensosialisasikan produk muslim Indonesia ke pasar Internasinal. Bagi masyarakat, hijab bukan lah tren tetapi sudah menjadi
kewajiban para muslimah untuk menutupi aurat mereka dengan hijab. Dalam hal ini, kesadaran pemerintah dan muslimah sangat berpengaruh terhadap
peningkatan produk busana muslim Indonesia.