Survei Tuberkulosis Pada Anak Di Pedesaan

Survei Tuberkulosis Pada Anak Di Pedesaan
H. Zakaria Siregar Chairuddin P. Lubis
Helmi M. Lubis Ridwan M. Daulay
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang menahun, disebabkan oleh
mikobakterium Tuberkolosis, yang ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Infeksi pada orang dewasa merupakan sumber penularan pada anak. Penyakit ini biasanya menyerang paru dan dapat menyebar ke hampir semua jaringan dan organ tubuh dengan disertai peradangan, infiltrasi, pembentukan tuberkel, pengajuan, pengapuran dan fibrosis (2,8).
Penyakit ini masih merupakan penyakit yang masih banyak dijumpai di negara berkembang seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang dapat menjadi smber penularan (1).
Laporan hasil survei rumah tangga yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 1980 menunjukan, bahwa tuberkolosis masih menduduki urutan ke 5 diantara 15 penyakit terpenting di Indonesia , dengan angka morbiditas 6,00 perseribu penduduk, sedangkan sebab kematian (mortabilitas) masih menduduki urutan ke 4 Jo Kian Tjaij, dkk, menemukan penderita Tuberkolosis primer di Rumah Sakit Umum Pusat Pirngadi Medan tahun 1963-1972 sebesar 1,14% dari total penderita yang dirawat (4).
Didaerah Sumatera Utara, prelevansi Tuberkolosis paru (1980), didapati BTA (Basil Tahan Asam) positip pada usia diatas 15 tahun sebesar 0,44% (3). Pasaribu dkk mendapatkan dari penderita yang dirawat mondok di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Medan 25% diantaranya dari sejumlah 248 anak yang menderita penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi menderita Tuberkolosis paru (9).
Meskipun Pemerintah telah mengadakan program pengontrolan dengan pengobatan kasus yang ditemukan dan mengadakan vaksinasi BCG, namun penyakit Tuberkolosis akan terus menghantui kesehatan ditengah – tengah masyarakat, khususnya anak – anak Indonesia. Gejala – gejala penyakit Tuberkolosis paru pada anak pada umumnya tidak begitu jelas , Tuberkolosis (11). Karenanya untuk mencegah jangan sampai terjadi komplikasi yang berat dan untuk menurunkan mortabilitas, maka diagnosis dini Tuberkolosis paru pada anak harus cepat ditegakan (2,7).
Insiden lain prevalensi yang tinggi di negara sedang berkembang bnyak dihubungkan dengan keadaan sosial dan ekonomi yang rendah, antara lain kemiskinan, perumahan yang kurang memenuhi syarat kesehatan, kepadatan penduduk, besarnya keluarga, keadaan gizi yang kurang serta kebersihan lingkungan. Disamping itu adanya adanya faktor – faktor lain seperti adanya sumber penularan penyakit, daya tahan tubuh, tidak

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

1

mendapat imunisasi, virulensi serta jumlah kuman, kesemua memegang peranan penting dalam infeksi Tuberkolosis paru (3,7).
Survei di Yogyakarta pada tahun 1962-1963 dan di daerah pedesaan di Malang tahun 1964-1965menghasilkan data sebagai berikut untuk semua golongan umur (10).
- Prevalendi penderita yang secara bakterilogis positip adalah 6 per 1000 penduduk, - Prelevansi penderita yang pada foto torak menunjukan indikasi untuk diobati
adalah 36 per 1000 penduduk. - Prelevansi dari penduduk yang mendapat infeksi secara alamiah (dengan uji

Tuberkulin Positif), pada masing – masing golongan umur :

1 – 44 tahun 5 - 9 tahun 10 – 14 tahun 15 – 19

= 3,4% = 11,7 % = 40,6% = 59,1%

Risiko untuk mendapati infeksi per tahun adalah per 30 per 1000 penduduk dan insiden dari menular 1 – 1,5 per 1000 penduduk. Tanpa imunisasi BCG, pencarian dan penemuan serta pengobatan penderita, diperkiraakan akan timbul sejumlah serta pengobatan penderita, diperkirakan akan timbul sejumlah 225.000 penderita Tuberkolosis paru yang baru di Indonesia, dan banyak diantaranya akan meninggal dunia. Karenanya Tuberkolosis dinyatakan sebagai salah satu problema kesehatan masyarakat yang utama, dan program pemberantasannya sedang kiat dilaksanakan (10) . Penyebaran penyakit Tuberkolosis di Indonesia , dalam hal ini yang menular tidak merata , tertinggi di Nusa Tenggara Timur sebesar 0,72% dan terendah di Bali sebesar 0,08%. Sedangkan untuk Sumatera Utara dan 2 tetangga propinsi lainnya yaitu D.I . Aceh dan Sumatera Barat masing – masing sebesar 0,44%, 0,14% dan 0,32%. (Lihat Tabel 1).
Mengenai angka penularan tidak sama pada semua lokasi menurut survei uji tuberkulin, ada yang menunjukan penurunan angaka pada re-survei setempat lain hampir tidak berubah (lihat Tabel 2).

Tabel 1

Perelevansi Penderita Tb-paru bta positip di 15 propinsi (3)

No. Tahun

Propinsi

Hasil

> 15 th Sel. Penduduk


1. 1979 Jawa Tengah

0,22%

0,14%

2. 1980 Jawa Barat

0,42%

0,20%

3. 1980 Jawa Timur

0,57%

0,28%

4. 1980 DKI Yogyakarta


0,26%

0,13%

5. 1980 D. I. Yogyakarta

0,42%

0,26%

6. 1980 Sumatera Utara

0,88%

0,44%

7. 1980 Sumatera Barat

0,64%


0,32%

8. 1980 Sumatera Selatan

0,70%

0,35%

9. 1980 Kalimantan Barat

0,24%

0,17%

10. 1980 Sulawesi Selatan

0,75%

0,47%


11. 1980 B a l i

0,14%

0,08%

12. 1981 D. I. Aceh (kec. Sukamakmur)

0,25%

0,14%

13. 1981 Sulawesi Utara

0,50%

0,25%

14. 1981 Kalimantan Timur


0,87%

0,30%

15. 1982 Nusa Tenggara Timur

1,24%

0,72%

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

2

Tabel 2

Hasil Survey /Re survey Tes Tuberkulin (3)

No.


Gol Umur

Daerah

Survey pertama Re- Survey I Re – Survey II Hasil Tahun Hasil Tahun Hasil Tahun

1. 6 – 9 Yogyakarta

13,8% 1963

-

-

-

-

2. 6 – 9 Malang (Jatim)


11,7% 1965 5,6% 1979%

-

1984

3. 7 – 10 Tangerang (Jabar)

36,25% 1972 26,44% 1978% 18,5% 1983

4. 7 – 10 Pati (Jateng)

13,36% 1974 17,34% 1979%

-

1984

5. 7 – 10 Oki (Sumsel)


28,80% 1975 28,06% 1980%

-

1985

6. 7 – 10 Gowa (Sulsel)

33,02% 1975 30,11% 1980%

-

1985

7. 7 – 10 Padang Pariaman

17,17% 1976 14,51% 1981%

-


1986

(Sumba)

8. 7 – 10 Sambas (Kalbar)

23,62% 1976 14,21% 1981%

-

1986

9. 7 – 10 Hulu Sungai Tengah 29,35% 1977 26,88% 1982%

-

1987

(Kalsel)


10. 7 – 10 Setabat (Sumut)

14,66% 1978 10,34% 1983%

-

1988

11. 7 – 10 Simpang Ulin (D. I

24,43% 1983

- 1988% -

1993

Aceh)

Diagnosis pasti Tuberkolosis paru ditegakan dengan ditemukannya hasil tuberkolosis, tetapi dengan tidak atau belum ditemukannya basil tuberkulosis bukan berarti seseorang tidak menderita Tuberkulosis. Lebih banyak data – data klinis dan laboratorium diperiksa, maka diagnosis Tuberkulosisakan lebih mendekati diagnosis pasti, seperti adanya sumber infeksi (kontak), amnesia yang teliti dan cermat, pemeriksaan fisik, uji tuberkulin, foto Rontgen torak, pemeriksaan bakteriologis, pemeriksaan patologi anatomi serta uji BCG (12,13).
Cara pendekatan diagnostik Tuberkolosis paru ada dengan mengadakan atau menggunakan uji Tuberkulin adalah yang paling penting, dan pendekatan secara radiologis dapat lebih memperbaiki diagnosis. Cara pendekatannya dengan memeriksa bakteriologis adalah yang paling tepat, hanya sayangnya tak banyak penderita anak yang positif pada pemeriksaan dahaknya dan juga harus dilakukan pembiakan yang memerlukan biaya besar (12). Untuk mengetahui Prelevansi penderita Tuberkolosis pada anak dilapangan, yang sebelumnya belum pernah dilakukan oleh Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak FK USU/ RS Dr. Pirngadi Medan, direncanakan dan telah dilaksanakan penelitian atau survei Tuberkolosis pada anak di pedesaan dengan memilih lokasi daerah pedesaan dengan memilih lokasi daerah pedesaan di Kabupaten Aceh Utara, derah istimewa Aceh.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prelevansi penderita Tuberkulosis paru
pada anak serta menemukan kontak (sumber infeksi) agar pengobatan dini dapat diberikan dan rantai infeksi.

Metodologi Penelitian ini dilaksanakan secara prospektif mulai tangal 1 Maret 1989 sampai
dengan 31 Agustus 1989 , di dua desa yaitu desa Paya Bakong dan cempedak, Kecamatan Matangkuli, Kabupaten Ace Utara.

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

3

Yang diikut sertakan dalam penelitian ini adalah semua anak berumur kurang dari 15 tahun (236 anak).
Besar sampel adalah 148 anak, ditentuklan dengan komputer (Epistat) berdasarkan estimasi proporsi penderita Tuberkulosis 50,5% dengan tingkat kepercayaan 95% dan perbedaan proporsi yang masih dapat diterima sebesar 5%.
Dari 148 sample ini diharapkan 74 yang didiagnosis dengan Tuberkulosis ini berasal dari 37 kepala keluarga (74 orang diagnosis tuberkulosis pada anak didasarkan atas riwayat penyakit/gejala klinik, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang lainnya, x- foto torak, pemeriksaan BTA dari sediaan dahak langsung dan kultur.
Uji Tuberkulin dilakukan dengan menggunakan PPD 5 TU, x-foto torak dibaca dan diinterprestasikan oleh seorang ahli radilogi, dan pemerksaan dahak sediaan langsung maupun kultur dilakukan oleh ahli mikrobiologi.
Terhadap semua anak yang menunjukan uji tuberkulin positip, dilakukan pemeriksaan dahak sediaan langsung dan kultur, dilakukan pemeriksaan dahak sediaan langsung dan kultur dilakukan x-foto thorak serta pemeriksaan darah tepi; demikian juga pemeriksaan yang sama dilakukan oleh ahli mikrobiologi.
Terhadap semua anak yang menunjukan uji tuberkulin positip, dilakukan pemeriksaan dahak sediaan langsung dan kultur, dilakukan x-foto thorak serta pemeriksaan darah tepi; demikian juga pemeriksaan yang sama dilakukan terhadap anggota keluarga yang serumah.
Hasil Uji Tuberkulin positif didapati pada 12 anak (lihat lampiran I) hasil x-foto torak
dari 12 anak dan keluarga lainnya sejumlah 70 0rang dari 72 orang yang direncanakan lihat lampiran II. Hasil pemeriksaan darah tapi berupa nilai Hb, Bed serta hitung jenis, lihat lampiran III.
Hasil pemeriksaan sediaan dahak langsung pada ke 12 anak maupun keluarganya menunjukan hasil negatip, sedangkan pemeriksaan kultur dahak masih dalam proses pemeriksaan oleh ahli mikrobiologi.
KEPUSTAKAAN
_______________,1985.Buku kuliah ilmu kesehatan anak FK UI, Jilid 2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, 1985.
Sichenwald, H.F, 1983. Tuberkulosis in Behrman, R.E ; Vanghan, V. C ; elson Textbook of Pedoatric, 12 th . ed. : 708 -718, Igaku-Shoin, Saunders, Tokyo (1983).
Gunardi, A.S,1984. Masalah Tuberkulosis anak dalam program pemberantasan Tuberkulosis Paru Nasional. Bali : Buku kumpulan makalah KONIKA VI, 1984
Jo Kian Tjaij ; Saragih, R ; Halim; Sahat; Irawati, Cut; Harnopijati, P ; Manorung, S.M ; dan Sitompul, M.V.O : Tuberculosis in children and BCG Vaccination in North Sumatera, Paediatrica Indonesiana 15 : 304-314 (1975).

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

4

Kending, E. L. Tuberkulosis in disolders of the respiratoty tract in children , ediotor E.L.Kendig &Victor C ; 4 th Ed, pp 662-676, WB Sauders Company, Philadelphia (1985).
Miller, F.J.W. Diagnostik problem and management tuberculosis in children, kumpulan makalah KONIKA VI, Denpasar , Bali 1984.
Miller, F.J. W Tuberculosis in Children, 1 st Ed, pp 133-136, churchil Livingstone, Edinburg, New York (1982).
Morley, D . Prioritas pediatri di negara yang sedang berkembang, hal 303-320, Yayasan Essentia Medica, (1979).
Pasaribu, s ; Nasution, M; Tamboen, I . Spektrum penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi di bangsal anak Rumah sakit Dr. Pirngadi Meda. Dibacakan pada simposium imunologi infeksi, medan (1988)
Pedoman Imunisasi di Indonesia ; Departemen Kesehatan republik Indonesia, hal 15 (1987)
Rahajoe, N.N ; Budiman, I ; Moeryono, H.W ; Suwarti, S . Tuberkulosis milier pada anak, masalah diagnosis, kumpulan abstrak KONIKA VII , Jakarta (1987)
Santoso , G . Pendekatan diagnostik tuberkolosis anak. Contiuning Pediatric Education 5, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (1982).
Trastotenojo, M.S ; Hendarto, T ; zain S . Diagnosis tuberkulosis paru pada anak , in Majalah Dokter Keluarga, Vol 4 No. 51 pp. 223 – 229 (1985).

e-USU Repository © 2004 Universitas Sumatera Utara

5