5.02 Perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara

Gambar 57, menunjukkan nilai p-hitung = 0.90 0.05, nilai Root Mean Square Error Appoximation RMSEA = 0.061 0.08 dan nilai Comparative Fit Indeks CFI = 0.97 0.90. Berdasarkan hasil uji model tersebut, maka H diterima atau H 1 ditolak, artinya model yang diuji mampu mengestimasi matriks kovariansi populasi atau hasil estimasi parameter model dapat diberlakukan pada penelitian. Dengan demikian bahwa hasil pengujian kesesuaian model menunjukkan bahwa model pengukuran fit dengan data atau model pengembangan perikanan tangkap sesuai dengan pengujian. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa model pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara dipengaruhi oleh produksi ikan x 1 , unit penangkapan ikan x 2 sarana dan prasarana x 3 , aspek sosial nelayan x 4 , keamanan dan kepastian hukum serta pengawasan x 5 , dan aspek ekonomi x 6 . Secara matematik, persamaan model struktural dapat dirumuskan sebagai berikut Y 1 = 1.55X 1 + 1.84X 2 + 0.41X 3 + 1.69X 4 + 1.57X 5 + 2.71X 6 . Namun dari persamaan diperoleh hanya ada satu yang memberikan pengaruh signifikan yaitu aspek ekonomi, karena nilai X 6 2,71 1,96 pada α=0,05 dan nilai koefesien determinasi R 2 = 0.98 artinya bahwa model tersebut mampu dijelaskan sebesar 98 persen. Untuk sasaran pengembangan hasil analisis menunjukkan adanya pengaruh dari pengembangan unit perikanan tangkap, dengan rumus model matematik sebagai berikut : Y 2 = 0.56Y 1 , dimana pengaruh Y 1 peubah tersebut yaitu 0.γβ yang nyata pada α = 0.05, atau H 1 diterima dengan koefesien determinasi R 2 = 0.32 artinya bahwa model tersebut mampu dijelaskan sebesar 32 persen. Hasil analisis SEM model yang fit pada pengujian model pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Gorontalo Utara bahwa; 1 oleh musim dan zona penangkapan berpengaruh terhadap produksi ikan, 2 oleh efektifitas menangkap ikan, kemudahan pengoperasian alat tangkap, ramah lingkungan, berpengaruh terhadap unit penangkapan ikan 3 TPI dan pelabuhan perikanan, kesediaan es, tempat menampung ikan, tempat pengolah ikan, dan kesediaan BBM berpengaruh terhadap sarana dan prasarana 4 tingkat kepercayaan nelayan, kemampuan berkelompok atau berorganisasi, kecintaan terhadap pekerjaan, dan penyerapan tenaga kerja berpengaruh terhadap aspek sosial 5 keamanan, kepastian hukum dan pengawasan berpengaruh terhadap keamanan, kepastian hukum, dan pengawasan 6 pasar, kemitraan, dukungan modal, dan kestabilan harga ikan berpengaruh terhadap aspek ekonomi, 7 purse seine, pancing tuna, bagan perahu, pancing ulur, dan payang berpengaruh terhadap pengembangan unit penangkapan ikan, 8 menciptakan pertumbuhan ekonomi, peningkatan produksi hasil tangkapan, dan menjamin mutu hasil tangkapan berpengaruh terhadap sasaran pengembangan. Faktor-faktor yang tidak berpengaruh terhadap model pengembangan perikanan tangkap yaitu: 1 jarak antara fishing ground dan fishing base tidak berpengaruh terhadap produksi ikan, 2 kemudahan perbaikan alat tangkap dan keamanan hasil tangkapan tidak berpengaruh terhadap unit penangkapan ikan, 3 sarana informasi bengkel dan kedai nelayan tidak berpengaruh terhadap sarana dan prasarana, 4 kemudahan perizinan tidak berpengaruh terhadap aspek ekonomi, 5 unit tangkap bubu, sero dan gillnet tidak berpengaruh terhadap pengembangan unit penangkapan ikan. 6 PEMBAHASAN

6.1 Status Sumberdaya Ikan

Pengelolaan sumberdaya ikan merupakan suatu aspek yang sangat fragile disektor perikanan, ketidakmampuan pengelolaan sumberdaya ikan khususnya sumberdaya perikanan tangkap dapat berakibat menurunnya pendapatan sektor perikanan tangkap yang berasal dari sumber yang ada. Penangkapan yang berlebihan akan mengakibatkan potensi lestari dari sumber daya ikan akan menurun dan dalam jangka panjang akan mengakibatkan biological overfishing bahkan kepunahan dari spesies. Oleh karena itu, perlu pengelolaan sumberdaya ikan yang lestari. Pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang akan di kembangkan melalui pengembangan perikanan, terlebih dahulu mengetahui potensi sumberdaya ikan yang akan mendukung pengembangan perikanan tangkap di daerah tersebut. Hasil perhitungan analisis potensi sumberdaya ikan dominan memperlihatkan bahwa status potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2010 dalam katagori moderately exploited hingga over exploited Tabel 46. Tabel 46 Status potensi sumberdaya ikan di Kabupaten Gorontalo Utara pada tahun 2010 Jenis Ikan Cacth ton MSY tonthn F Std tripthn F Opt tripthn Tingkat pemanfaatan Tingkat pengusahaan Peluang pemanfaatan Peluang pengusahaan Layang 1880 - 4843 - - - - - Kerapu 322 - 6194 - - - - - Cakalang 2579 3562 55758 36195 72.41 154.05 27.59 -54.05 Tembang 783 1130 4557 14347 69.32 31.77 30.68 68.24 Teri 176 194 2905 4204 90.72 69.10 9.28 30.90 Tuna 392 410 2914 4202 95.61 69.35 4.39 30.65 Lemuru 468 432 2437 1832 108.27 133.05 -8.27 -33.05 Selar 456 452 4205 3534 100.95 118.99 -0.95 -18.99 Kembung 230 328 1148 1847 70.12 62.18 29.88 37.82 Tongkol 1694 1729 19584 36057 98.00 99.54 2.00 0.46 Kuwe 154 299 3509 12762 51.51 27.49 48.49 72.51 Sumber : Data DKP Kabupaten Gorontalo Utara telah diolah Tabel 46, terlihat bahwa ikan layang dan kerapu tidak memiliki nilai MSY, F optimum, tingkat pemanfaatan, tingkat pemanfaatan peluang pemanfaatan dan peluang pengusahaan. Hal ini karena, hubungan antara CPUE dan upaya penangkapan masih menunjukan nilai positif dan tidak bisa dikelompokkan dalam kategori menurut Bailey 1987 dan FAO 2000. Hasil analisis pada Tabel 46, yang dapat dikategorikan berdasarkan kriteria Bailey 1987 dan FAO 2000, tentang status pemanfaatan sumberdaya ikan di suatu perairan sebagai berikut : 1 Kategori moderately exploited Moderately exploited adalah stok sumberdaya ikan sudah tereksploitasi setengah dari MSY. Pada kondisi ini, peningkatan jumlah upaya penangkapan masih dianjurkan tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya ikan, akan tetapi hasil tangkapan per unit upaya mungkin mulai menurun. Ikan yang termasuk dalam kriteria ini yaitu ikan tembang, kuwe dan kembung. Ikan tembang tahun 2010 tingkat pemanfaatannya mancapai 69,29 dimana produksi pada tahun 2010 mencapai 783 ton sedangkan nilai MSY nya adalah 1.130 ton dengan tingkat pengusahaan 31,77. Potensi pemanfaatan produksi ikan tembang masih mempunyai peluang 30,68 dengan peluang peningkatan potensi pengusahaan hingga 68,24. Dari analisis tersebut dapat dikatakan usaha pengembangan produksi untuk ikan tembang masih layak dikembangkan. Ikan kembung pada tahun 2010, tingkat pemanfaatan kembung mencapai 70,12 dimana produksi pada tahun tersebut sebesar 230 ton dari total MSY 328 tontahun dengan upaya pengusahaan sebesar 62,18. Produksi tangkapan kembung masih berpeluang untuk ditingkatkan pengusahaannya, dimana peluang potensi pengusahan sebesar 37,82 untuk memperoleh peluang produksi sebesar 29,88. Peningkatan jumlah upaya trip sangat direkomendasikan untuk pencapaian produksi optimum. Ikan kuwe merupakan sumberdaya ikan demersal yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Gorontalo Utara. Pada tahun 2010 pemanfaatan potensi ikan kuwe baru mencapai 51,51 atau sebesar 154 ton dari MSY 299 tontahun. Pemanfaatan potensi yang masih rendah disebabkan karena upaya