33
dalam labu Kjeldahl 100 ml. Kemudian ditambahkan 2 g K
2
SO
4
, 40 mg HgO dan 2.5 ml H
2
SO
4
pekat, selanjutnya didestruksi hingga warna larutan berubah menjadi hijau jernih dan didinginkan. Setelah dingin, ditambahkan 35 ml akuades
dan 10 ml NaOH pekat untuk selanjutnya didestilasi. Destilat ditampung dalam erlenmeyer 125 ml yang berisi H
3
BO
3
dan indikator, kemudian dititrasi menggunakan HCl 0.02 N hingga berubah warna. Prosedur analisis yang sama
diterapkan juga untuk blanko. Kadar protein dihitung berdasarkan rumus berikut: Kadar nitrogen dalam sampel N =
.
Kadar protein g100 g bahan basah = 6.25 x N Dimana:
W =
bobot contoh awal g Vs
= volume HCl yang digunakan untuk titrasi sampel ml
Vb =
volume HCl yang digunakan untuk titrasi blanko ml
f. Analisis Kandungan Pati SNI 01-2891-1992
Sebanyak 5 gram sampel dimasukkan dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3, kemudian dididihkan selama 3 jam menggunakan
pendingin tegak. Larutan dinetralkan dengan NaOH 30 dan ditambahkan sedikit CH
3
COOH 3 agar suasana larutan menjadi sedikit asam. Larutan dipindahkan dalam labu ukur 500 ml dan ditepatkan hingga tanda tera dengan akuades
kemudian disaring. Sebanyak 10 ml filtrat dipipet ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambah dengan 25 ml larutan Luff, batu didih dan 15 ml akuades kemudian
dipanaskan dengan nyala api tetap. Setelah mendidih selama 10 menit, erlenmeyer didinginkan di dalam bak berisi es. Setelah campuran dingin, dilakukan
penambahan KI 20 sebanyak 15 ml dan H
2
SO
4
25 sebanyak 25 ml. Campuran dititrasi menggunakan larutan Na
2
S
2
O
3
0.1 N dengan indikator pati 0.5 hingga diperoleh titik akhir. Prosedur analisis yang sama diterapkan terhadap blanko.
Perhitungan kadar pati dilakukan berdasarkan kandungan glukosa yang terukur pada titrasi sampel. Kadar glukosa dihitung berdasarkan rumus berikut:
Na
2
S
2
O
3
yang digunakan = Vb – Vs x N Na
2
S
2
O
3
x 10
34
Dimana: Vb = volume
Na
2
S
2
O
3
yang digunakan pada titrasi blanko Vs = volume
Na
2
S
2
O
3
yang digunakan pada titrasi sampel N = konsentrasi
Na
2
S
2
O
3
yang digunakan untuk titrasi Jumlah mg gula yang terkandung untuk ml Na
2
S
2
O
3
yang digunakan ditentukan melalui tabel Luff Schoorl Tabel 9. Dari tabel tersebut dapat
diketahui hubungan antara volume Na
2
S
2
O
3
0.1 N yang digunakan dengan jumlah glukosa yang ada pada sampel yang dititrasi. Selanjutnya kadar glukosa dan kadar
pati dihitung berdasarkan rumus berikut: Kadar glukosa G =
Kadar pati = G x 0.90 Dimana:
W = glukosa yang terkandung untuk ml Na
2
S
2
O
3
yang digunakan mg dari tabel
W1 = bobot sampel
fp = faktor
pengenceran Tabel 10 Penetapan gula menurut Luff Schoorl
Na
2
S
2
O
3
0.1 N ml Glukosa, fruktosa dan
gula inversi mg Na
2
S
2
O
3
0.1 N ml Glukosa, fruktosa dan
gula inversi mg 1
2.4 13
33.0 2
4.8 14
35.7 3
7.2 15
38.5 4
9.7 16
41.3 5
12.2 17
44.2 6
14.7 18
47.1 7
17.2 19
50.0 8
19.8 20
53.0 9
22.4 21
56.0 10
25.0 22
59.1 11
27.6 23
62.2 12
30.3
g. Analisis Kandungan Amilosa dan Amilopektin Riley et al. 2006 Penetapan Sampel