PEMBAHASAN Perbedaan Gangguan Tidur Pada Remaja Urban dan Suburban

BAB 5. PEMBAHASAN

Gangguan tidur merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja. Pada penelitian ini didapati 132 orang remaja yang mengalami gangguan tidur di daerah urban dan 133 orang remaja yang mengalami gangguan tidur di daerah suburban. Angka tersebut cukup tinggi dan oleh karena itu ganguan tidur dapat mengganggu pertumbuhan fisik, emosional, kognitif, dan sosial seorang anak walaupun dalam penelitian ini tidak diteliti. Fakta tersebut menunjukkan besarnya kemungkinan masalah akademis, emosional, kesehatan, dan perilaku pada remaja dapat dicegah atau diperbaiki secara signifikan melalui intervensi yang memperbaiki kualitas dan kuantitas tidur. Kebutuhan tidur remaja tidak banyak berubah dari kehidupan praremaja ke masa remaja. Rata-rata anak remaja membutuhkan sekitar 8.5 sampai 9.5 jam tidur setiap malamnya. Kebanyakan remaja tidak cukup waktu tidur sesuai dengan kebutuhannya. 1,2 Faktor-faktor non-medis yang mempengaruhi antara lain jenis kelamin, pubertas, kebiasaan tidur, sosioekonomi, keluarga, gaya hidup, dan lingkungan. Perbedaan sosioekonomi, gaya hidup, lingkungan urban dan suburban dapat mempengaruhi pola tidur remaja urban dan suburban. Sedangkan faktor medis yang mempengaruhi antara lain berbagai gangguan neuropsikiatri dan penyakit kronis seperti asma dan dermatitis atopi. 4,6,7 Universitas Sumatera Utara Penelitian yang dilakukan di daerah urban yaitu SMP Syaffiyatul Amaliyah dan SMP GPKI di Kecamatan Medan Baru didapati persentase remaja yang mengalami gangguan tidur sebesar 38 atau 133 orang dengan usia rerata 12.9 tahun. Di daerah suburban yaitu SMP 31 Lau Cih di Kecamatan Tuntungan didapati persentase yang tidak jauh berbeda 37.7 dengan usia rerata 13.2 tahun. Penelitian ini dilakukan disekolah yang terletak didaerah urban dan suburban untuk kemudahan dalam mengumpulkan sampel dalam penelitian ini. Namun setelah dilakukan penelitian didapati kebanyakan pelajar yang bersekolah di daerah tersebut tinggal tidak sesuai dengan alamat sekolah tersebut. Sebuah systematik review juga menggambarkan prevalensi gangguan tidur di Singapura sebanyak 25, dan mengalami gangguan pernafasan seperti OSA Obstruktif Sleep Apnoea 1 sampai 3. 32 Dari penelitian lain didapati prevalensi dari gangguan tidur 25 sampai 40, dan didapati dari penelitian sebelumnya prevalensi gangguan tidur urban 41,3 dan rural 29. 33 Suatu studi di Cina menunjukkan adanya hubungan antara gangguan tidur dengan kecelakaan pada anak sekolah di daerah pedesaan Cina akibat durasi tidur yang pendek sehingga menimbulkan kantuk di siang hari. 34 Jenis – jenis gangguan tidur berdasarkan kuisioner pada penelitian ini di daerah urban didapati yaitu : gangguan memulai dan mempertahankan tidur sebanyak 57 orang 16.3, gangguan pernafasan waktu tidur 30 orang 8.6, gangguan kesadaran 58 orang 16.6, Universitas Sumatera Utara gangguan transisi tidur bangun 348 orang 99.4, gannguan somnolen berlebihan 85 orang 24,3, hiperhidrosis saat tidur 30 orang 8.6, di daerah suburban gangguan memulai dan mempertahankan tidur sebanyak 67 orang 19.1, gangguan pernafasan waktu tidur 31 orang 8.9, gangguan kesadaran 59 orang 16.9, gangguan transisi tidur bangun 128 orang 36.6, gannguan somnolen berlebihan 106 orang 30,3, hiperhidrosis saat tidur 23 orang 6.6. Kebisingan lalu lintas jalan merupakan masalah utama masyarakat di daerah perkotaan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti gangguan tidur yang terjadi pada remaja. 35 Pada penelitian ini suara bising merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya gangguan tidur di urban. Suara bising yang berasal dari lingkungan di derah tempat tinggal di tengah kota yang ramai dengan hiruk pikuk kendaraan bermotor. Beberapa hal yang hal yang dapat menyebabkan susah tidur adalah : Televisi terutama yang ada dikamar tidur, makan terlalu banyak, terlalu banyak minum, minuman beralkohol, kafein dan rokok. Kafein adalah perangsang yang mengaktifkan sistem syaraf pusat yang dapat membuat orang nerasa lebih waspada dan terjaga. Orang Amerika Utara mencerna rata – rata sekitar dua setengah cangkir perhari, pertama-tama dalam bentuk minuman berkafein seperti kopi, teh, dan coca cola. Semakin kental teh atau kopi semakin tinggi kadar kafeinnya. Kafein menggangu tidur dengan meningkatkan jumlah waktu untuk jatuh tertidur dan mengurangi jumlah waktu tidur. 2 Universitas Sumatera Utara Pada studi ini didapati beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan tidur di urban dan suburban. Pada daerah suburban didapati sebanyak 52.2 remaja yang mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein seperti teh, kopi, coca cola dari total remaja yang mengalami gangguan tidur. Kafein adalah alkaloid alami ditemukan dalam minuman umum seperti kopi, teh dan obat obatan termasuk sakit kepala. Studi di Amerika mengatakan prevalensi konsumsi kafein di Amerika Utara, kopi 60-75 dan teh 15-30 dimana kafein merupakan sumber utama dalam makanan. 36 Anak-anak dengan nyeri kepala biasanya mengalami gangguan tidur seperti tidur yang kurang, tidur harus ditemani oreangtua, sulit tertidur, restless, sering terbangun dan mimpi buruk. 37,38 Suatu penelitian yang dilakukan pada populasi anak dalam jumlah besar mendapatkan hubungan yang kuat antara nyeri kepala dan gangguan tidur seperti parasomnia, insomnia, mengantuk yang berlebihan. 39 Ada semakin banyak bukti bahwa tidur yang optimal penting bagi kesehatan fisik dan mental. 40 Kurang tidur pada remaja didapati pada kondisi tertentu yang berakibat negatif terhadap kesehatan, produktivitas dan keamanan karena adanya interaksi antara biologis, psikologis, sosial dan lingkungan. Dimana pola tidur berubah drastis pada masa remaja. 41 Berdasarkan hasil penelitian tidak ada dijumpai perbedaan yang bermakna mengenai gangguan tidur pada urban dan suburban dimana didapati sekitar 38 pada daerah urban dan 37.7 pada daerah suburban, Borderline didapati lebih tinggi diurban 52 dibandingkan Universitas Sumatera Utara dengan suburban 51.4. Pada penelitian ini didapati juga beberapa jenis gangguan tidur dapat dilihat pada Tabel 4.4. Dimana secara umum tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap jenis gangguan tidur antara kelompok urban dan suburban. Meskipun terlihat bahwa gangguan tidur yang paling banyak terjadi baik di urban maupun suburban adalah gangguan transisi tidur bangun. Penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain desain penelitian yang bersifat cross sectional. Penelitian lanjutan masih dibutuhkan untuk menilai secara langsung hubungan antara prestasi remaja dengan gangguan tidur atau hubungan gangguan tidur dengan kecelakaan pada remaja. Pada penelitian ini dilakukan di sekolah SMP yang terletak di daerah urban dan suburban ternyata yang didapati dilapangan masih banyak remaja yang tinggal diluar daerah tersebut sehingga menimbulkan bias. Pada penelitian ini, pola tidur juga bersifat subjektif yaitu hanya berdasarkan keterangan orangtua dan hanya satu kali penilaian. Universitas Sumatera Utara

BAB 6. KESIMPULAN