Deskripsi Data 1. Hasil Data Kecerdasan Emosional

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 1. Hasil Data Kecerdasan Emosional

Pada pengumpulan data kecerdasan emosional, peneliti menggunakan angket. Angket disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada teori Goleman. Diantaranya mengukur tentang kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan bersosialisasi. Perhitungan statistik data kecerdasan emosional menggunakan Microsoft Office Excel dengan hasil sebagai berikut: Tabel 5 Deskripsi Data Kecerdasan Emosional Deskripsi Nilai Nilai maksimum 177 Nilai minimum 137 Range 40 Mean 159,56 Median 160 Modus 150 Standar Deviasi 11,16 36 Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui skor tertinggi yang diperoleh oleh siswa pada tes kecerdasan emosional ini sebesar 177 dan skor terendah yang diperoleh siswa 137 sehingga diperoleh nilai rentang 40. Range tersebut tidak terlalu besar sehingga dapat diprediksi bahwa distribusi skor akan homogen. Semakin kecil range dari sebuah data maka nilai rata-rata yang diperoleh juga cukup representative untuk mewakili data yang bersangkutan. Dan dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 159,56 dan untuk nilai tengah sebesar 160 dengan skor frekuensi terbesar adalah 150. Standar deviasi data kecerdasan emosional ini tidak terlalu besar yaitu 11,16. Untuk menentukan tingkat kecerdasan emosional dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang ordinal yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Dengan rumus: X µ - 1.0 α Rendah µ - 1.0 α ≤ X µ + 1.0 α Sedang µ + 1.0 α ≤ X Tinggi Dimana: X = skor total tiap tiap item µ = mean teoritisnya α = standar deviasi dengan rumus tersebut di atas maka siswa dapat digolongkan ke dalam: Tabel 6 Penggolongan Tingkat Kecerdasan Emosional Siswa X {159,56 - 1.0 11,16} Rendah X 148 {159,56 - 1.0 11,16} ≤ X {159,56+ 1.0 11,16} Sedang 149 ≤ X 171 {159,56 + 1.0 11,16} ≤ X Tinggi 172 ≤ X Hasil dari penggolongan tingkat kecerdasan emosional siswa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: 37 Tabel 7 Skor Skala Kecerdasan Emosional Kategori Skor Frekuensi Prosentase Rendah 0 – 148 7 13 Sedang 149 – 171 34 64 Tinggi 172 – 177 12 23 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan skor antara 172 sampai dengan 177 sebanyak 12 siswa dengan prosentase sebesar 23 dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan siswa yang mendapat skor antara 149 sampai dengan 171 sebanyak 34 siswa dengan prosentase sebesar 64 dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian dalam penelitian kecerdasan emosional ini hanya 13 siswa saja yang termasuk dalam kategori rendah. 13 64 23 Gambar 2 Skor Kecerdasan Emosional Siswa Rendah Sedang Tinggi

2. Hasil Data Akhlak Siswa

Pada pengumpulan data akhlak siswa peneliti menggunakan angket yang disusun berdasarkan indicator yang mengacu pada teori yang terdapat pada Bab II. Diantaranya mengukur tentang akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua, akhlak kepada guru, akhlak terhadap teman dan akhlak terhadap lingkungan. 38 Perhitungan statistik data akhlak siswa menggunakan Microsoft Office Excel dengan hasil sebagai berikut: Tabel 8 Deskripsi Data Akhlak Siswa Deskripsi Nilai Nilai maksimum 79 Nilai minimum 52 Range 27 Mean 65,9 Median 65 Modus 61 Standar Deviasi 6,12 Berdasarkan data yang telah diperoleh diketahui skor tertinggi yang diperoleh oleh siswa pada tes akhlak ini sebesar 79 dan skor terendah yang diperoleh siswa 52 sehingga diperoleh nilai rentang 27. Dan dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,9, nilai tengah sebesar 65 dan skor dengan frekuensi terbesar adalah 61. Standar deviasi data instrument akhlak ini tidak terlalu besar yaitu 6,12 sehingga dapat diprediksi bahwa data ini hampir mendekati sifat homogen. Untuk menentukan tingkat kualitas dari akhlak siswa dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah peneliti menggunakan kategorisasi jenjang ordinal yaitu menempatkan individu ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Pengukuran ini sama halnya dengan pengukuran pada data kecerdasan emosional tersebut di atas. Tabel 9 Penggolongan Tingkat Kualitas Akhlak Siswa X {65,9 – 1,0 6,12} Rendah X 59 {65,9 – 1,0 6,12} ≤ X {65,9 + 1,0 6,12} Sedang 60 ≤ X 72 {65,9 + 1,0 6,12} ≤ X Tinggi 73 ≤ X 39 Hasil dari penggolongan tingkat kualitas Akhlak siswa, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 10 Skor Skala Akhlak Siswa Kategori Skor Frekuensi Prosentase Rendah 0 – 59 5 10 Sedang 60 – 72 40 75 Tinggi 73 – 79 8 15 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan skor antara 73 sampai dengan 79 sebanyak 8 siswa dengan prosentase sebesar 15 dan termasuk dalam kategori tinggi, sedangkan siswa yang mendapat skor antara 60 sampai dengan 72 sebanyak 40 siswa dengan prosentase sebesar 75 dan termasuk dalam kategori sedang. Dengan demikian dalam penelitian ini hanya 10 siswa saja yang termasuk dalam kategori rendah. Deskripsi Data Kecerdasan Emosional dan Akhlak Siswa lasi antara kec Moment dari Pearson. Hasil perhitungan sebagai berikut: 10 75 15 Gambar 3 Skor Angket Akhlak Siswa Rendah Sedang Tinggi 3. Peneliti mengadakan perhitungan nilai koefisien kore erdasan emosional dengan akhlak siswa kelas XI SMA Triguna Utama Tangerang Selatan dengan menggunakan analisis data pada program SPSS yang rumus perhitungannya menggunakan rumus koefisien korelasi Product 40 Tabel 11 Hasil Koefisien Korelasi Correlations VAR00001 VAR00002 .674 VAR00001 Pearson Correlation 1 Sig. 2-tailed .000 N 53 53 .674 VAR00002 Pearson Correlation 1 Sig . 2-tailed .000 N 53 53 . Correlation the 0.01 level 2-t is significant at ailed. Berdasarkan tabel nilai koefisien korelasi diketahui bahwa nilai r hitung = 0,674 yang kemudian dirujuk dengan r tabel pada taraf signifikansi 0,05 = 0,2 ari hasil analisa dan interpretasi data diperoleh kesimpulan bahwa cukup signifikan antara kecerdasan emosional dengan akh 73 menggambarkan bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa hipotesis nihil Ho yang menyatakan “Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa” ditolak sedangkan hipotesis alternative Hayang menyatakan “Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa” diterima. Dengan tingkat pengaruh variabel kecerdasan emosional terhadap variabel akhlak sebesar 45. 1 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan akhlak siswa kelas XI SMA Triguna Utama Tangerang Selatan dengan taraf signifikasi cukup atau sedang.

4. Interpretasi Data

D terdapat hubungan yang lak siswa kelas XI SMA Triguna Utama Tangerang Selatan. Dengan kata lain akhlak siswa dapat ditingkatkan dengan kecerdasan emosional. Hal ini 1 Lampiran 8 41 berarti siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang tinggi, memiliki akhlak yang baik dan sebaliknya siswa yang mempunyai tingkat kecerdasan emosional yang rendah berarti memiliki akhlak yang kurang baik atau jauh dari kata baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan skor kecerdasan emosional dimana 23 siswa berada pada kategori tinggi, 64 berada pada kategori sed lak siswa ses r yang sejalan atau lurus. Hal ini disebabkan karena kedua factor ters sus kecerdasan emosional dalam bentuk perilaku yang ang dan 13 berada dalam kategori rendah. Disandingkan dengan hasil perhitungan skor akhlak siswa dimana 15 siswa berada kategori tinggi, 75 siswa berada pada kategori sedang dan sisanya 10 berada pada kategori rendah. Pada perhitungan koefisien korelasi didapat nilai r sebesar 0, 674 dengan koefisien determinasi sebesar 45 . Dimana tingkat keterpengaruhan akhlak oleh peningkatan kecerdasan emosional siswa cukup tinggi. Dengan demikian hasil akhir penelitian yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan akh uai dengan apa yang dinyatakan oleh Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence terjemahan bahwa kecerdasan intelektual IQ hanya menyumbang 20 bagi kesuksesan, sedangkan 80 adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau emotional quotient EQ yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati mood, berempati serta kemampuan bekerja sama. Disinilah kecerdasan emosional berperan ketika kecerdasan intelektual tidak mampu lagi memecahkan masalah keseharian. 2 Apabila kecerdasan emosional disandingkan dengan akhlak maka akan memiliki jalu ebut baik itu kecerdasan emosional maupun akhlak bersumber pada kepribadian manusia. Akhlak yang dimiliki oleh siswa merupakan interpretasi sehari-hari dari indikator-indikator khu 2 Goleman, Emitional Intelligence terjemahan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009,Cet. 18, h.44. 42 dap Tangerang Selatan ini tela si pada pengembangan kecerdasan intelektual siswa namun dal emberikan sum at dinilai baik dan buruk. Kita lihat dari indikator –indikator kecerdasan emosional tersebut diantaranya kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan social adalah cerminan yang tak terpisahkan dari kepribadian manusia khususnya dalam bidang akhlak. Dari data hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa di SMA Triguna Utama h menerapkan beberapa metode yang secara langsung menunjukkan keterkaitan antara pembinaan dan pengembangan kecerdasan emosional siswa dengan akhlak atau kepribadian dari seorang siswa itu sendiri. Diantaranya adalah penerapan disiplin diri yang tercermin dari sanksi bagi siswa-siswi yang telambat masuk sekolah, solat duhur berjamaah, pembacaan suart yasin setiap hari jumat, pelajaran BTQ Baca Tulis Qur’an dan Qiro’ahnya, serta masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka memupuk akhlak siswa. 3 Walaupun sistem pendidikan yang diterapkan di SMA Triguna Utama lebih berorienta am pengembangan kecerdasan emosional pun diikut sertakan dalam proses pembelajaran. Dimana telah diterapkannya penggabungan unsur pendidikan EQ dalam materi ajar. Sehingga kemampuan hidup atau kemampuan emosi siswa seperti mengatasi suatu konflik, mengendalikan amarah, konsentrasi, empati, dan keterampilan sosial siswa dapat lebih dikembangkan. 4 Tak ketinggalan pula kualitas interaksi emosional dari pendidik terhadap siswa yang terlihat dari keakraban yang muncul diantara mereka m bangsih yang besar terhadap pengembangan dan peningkatan akhlak siswa. Maka yang dibutuhkan sekarang adalah bagaimana agar siswa tidak hanya pintar dalam hal intelektual saja, tetapi juga lebih berkembang dalam hal emosinya. Dengan demikian siswa akan lebih cepat bersosialisasi, mandiri 3 Observasi di SMA Triguna Utama, Jakarta 2 April 2010 Wawancara dengan Bapak Ase Saepul Karim guru PAI SMA Triguna Utama, Jakarta 25 Mei 2010. 4 Observasi di SMA Triguna Utama, Jakarta 5 Mei 2010 Wawancara dengan Bapak Ase Saepul Karim guru PAI SMA Triguna Utama, Jakarta 25 Mei 2010. 43 44 gga pernyataan yang mengatakan bahwa kecerdasan emo dan kreatif. Hal ini sangat dipahami oleh para pendidik, sehingga pendidik dituntut untuk lebih berinteraksi secara lebih emosional terhadap siswa dengan cara melakukan observasi personal siswa secara lebih mendalam sehingga pendidik mengetahui kepribadian siswa dan dapat menentukan langkah- langkah ataupu metode yang tepat dalam proses pengembangan kecerdasan emosi lebih lanjut. 5 Hal inilah yang mempengaruhi peningkatan kecerdasan emosional dan akhlak siswa. Sehin sional memegang peranan yang cukup signifikan dalam peningkatan akhlak siswa dalam penelitian ini diterima. 5 Observasi di SMA Triguna Utama, Jakarta 15 Mei 2010 Wawancara dengan Bapak Ase Saepul Karim guru PAI SMA Triguna Utama, Jakarta 25 Mei 2010.

BAB V PENUTUP