Hipotesis Latar Belakang Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

38 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal H2 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal H3 : Struktur Aktiva berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal H4 : Growth Opportunity berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal H5 : Non Debt Tax Shield berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal H6 : Ukuran Perusahaan memoderasi hubungan antara Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aktiva, Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur Modal Profitabilitas ROA X 1 LikuiditasCR X 2 Struktur Aktiva X 3 Growth Opportunity X 4 Non Debt Tax Shield X 5 Ukuran Perusahaan Variabel Moderating Struktur Modal DER Y Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dunia bisnis yang memasuki era globalisasi menyebabkan persaingan yang semakin ketat, sehingga menuntut setiap perusahaan untuk berproduksi secara efisien apabila ingin memiliki keunggulan daya saing. Pada umumnya, perusahaan sebagai suatu entitas yang beroperasi dengan menerapkan prinsip- prinsip ekonomi tidak hanya berorientasi untuk memaksimalkan laba, tetapi juga meningkatkan nilai perusahaan dan memakmurkan pemiliknya. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengelola fungsi-fungsi penting yang terdapat di perusahaan. Salah satu fungsinya adalah fungsi manajemen keuangan. Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan, pendanaan, dan manajemen aktiva dengan beberapa tujuan umum sebagai latar belakangnya Horne dan Wachowicz, 2007:3. Dalam rangka meningkatkan kinerja perusahaan, diperlukan modal untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan dan mengembangkan usahanya. Modal tersebut dapat berasal dari pendanaan internal maupun eksternal perusahaan. Pendanaan yang berasal dari internal perusahaan dapat dipenuhi melalui laba ditahan. Apabila suatu perusahaan telah memaksimalkan modal yang bersumber dari internalnya, maka perusahaan harus mencari alternatif lain sebagai sumber pendanaan eksternal dengan cara mengeluarkan saham baru atau meminjam melalui kreditor. Setiap sumber pendanaan eksternal, baik yang diperoleh melalui utang maupun ekuitas mengandung biaya, yang disebut biaya modal. Biaya modal Universitas Sumatera Utara 2 adalah biaya riil yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal. Seorang manajer perusahaan harus menentukan komposisi yang tepat antara utang dan ekuitas untuk membentuk struktur modal yang optimal bagi perusahaan Cristie, 2014. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan dan karenanya memaksimalkan nilai perusahaan Horne dan Wachowicz, 2007:237. Menurut Riyanto 2001: 294 struktur modal yang optimal dapat didasarkan pada “aturan struktur finansial konservatif yang vertikal” yaitu menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain, “Debt Ratio” tidak melebihi 50, sehingga modal yang dijamin utang tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya modal sendiri. Struktur modal merupakan bauran atau proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa Horne dan Wachowicz, 2007:232. Struktur modal sangat mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan karena berkaitan dengan penentuan keputusan pendanaan jangka panjang perusahaan. Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi memegang peranan yang penting dalam mendukung perekonomian Indonesia, sehingga dibutuhkan perhatian khusus pada perusahaan-perusahaan dalam sektor ini. Hal ini dikarenakan sektor tersebut dapat menstimulasi pertumbuhan sektor-sektor lainnya sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pada kenyataannya banyak perusahaan yang cenderung Universitas Sumatera Utara 3 menggunakan utang dibandingkan modal sendiri yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Periode 2011-2014 No. Kode Perusahaan Struktur Modal Tahun 2011 2012 2013 2014 1. TBIG Utang 4.174.997 10.072.090 14.605.172 17.903.053 Modal Sendiri 2.705.209 4.245.393 4.114.039 4.131.029 2. JSMR Utang 12.191.853 14.965.766 17.499.365 20.432.952 Modal Sendiri 9.240.280 9.787.786 10.866.980 11.424.996 3. PGAS Utang 13.791.734 15.021.091 20.073.088 40.447.177 Modal Sendiri 17.184.172 22.770.838 33.463.069 36.848.736 4. EXCL Utang 17.478.142 20.085.669 24.977.479 49.745.863 Modal Sendiri 13.692.512 15.370.036 15.300.147 13.960.625 5. TPMA Utang 38.219.732 42.648.312 76.410.251 73.498.365 Modal Sendiri 22.468.460 35.979.222 52.987.994 62.607.361 Jumlah utang per tahun 85,856,458 102,792,928 153,565,355 202,027,410 Jumlah modal sendiri per tahun 65,290,633 105,162,047 116,732,229 125,972,747 Sumber: www.idx.co.id Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2012, perusahaan dengan kode TBIG menunjukkan peningkatan utang sebesar 1,41, tetapi mengalami penurunan berturut-turut pada tahun 2013 sebesar 0,45 dan tahun 2014 sebesar 0,23. Sementara, penggunaan modal sendiri oleh perusahaan ini adalah 0,57 pada tahun 2012 dan mengalami penurunan pada tahun 2013 sebesar 0,03 dan tahun 2014 sebesar 0,004. Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan ini lebih mengutamakan pendanaan eksternalnya, yaitu melalui utang. Universitas Sumatera Utara 4 Pada tahun 2012, perusahaan dengan kode JSMR menunjukkan penggunaan utang meningkat sebesar 0,23, tetapi menurun pada tahun 2013 sebesar 0,17 dan konsisten pada tahun berikutnya. Sementara, penggunaan modal sendiri oleh perusahaan ini mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012 dan tahun 2013, penggunaan modal sendiri meningkat sebesar 0,06 dan 0,11, tetapi menurun pada tahun 2014 sebesar 0,05. Perusahaan dengan kode PGAS menunjukkan penggunaan utang yang meningkat setiap tahunnya, yaitu 0,09 pada tahun 2012, 0,34 pada tahun 2013, dan 1,01 pada tahun 2014. Peningkatan penggunaan utang pada tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan peningkatan modal sendiri pula, yaitu sebesar 0,33 dan 0,47. Akan tetapi, peningkatan penggunaan utang pada tahun 2014 menyebabkan penggunaan modal sendiri menurun sebesar 0,01. Perusahaan dengan kode EXCL menunjukkan penggunaan utang yang meningkat setiap tahunnya, yaitu 0,15 pada tahun 2012, 0,24 pada tahun 2013, dan 0,99 pada tahun 2014. Berbeda halnya dengan penggunaan modal sendiri yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2012, modal sendiri yang digunakan perusahaan menunjukkan peningkatan sebesar 0,12, tetapi menurun pada tahun 2013 dan tahun 2014 sebesar 0,005 dan 0,09. Perusahaan dengan kode TPMA menunjukkan penggunaan utang yang meningkat pada tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 0,12 dan 0,79. Pada tahun 2014, penggunaan utang menurun sebesar 0,04. Penggunaan modal sendiri menunjukkan peningkatan yang berturut-turut setiap tahunnya, yaitu 0,60 pada tahun 2012, 0,47 pada tahun 2013, dan 0,18 pada tahun 2014. Universitas Sumatera Utara 5 Berdasarkan Tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah utang per tahun mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,20 pada tahun 2012, 0,49 pada tahun 2013, dan 0,32 pada tahun 2014. Jumlah penggunaan modal sendiri per tahunnya juga menunjukkan peningkatan, yaitu sebesar 0,61 pada tahun 2012, 0,11 pada tahun 2013, dan 0,08 pada tahun 2014. Peningkatan penggunaan modal modal sendiri tidak dapat dijadikan patokan bahwa perusahaan sektor ini aman dan tidak perlu memperhatikan struktur modalnya. Justru sebaliknya, perusahaan harus memperhatikan struktur modalnya dikarenakan penggunaan utang juga mengalami peningkatan melebihi 50 dari modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan jasa sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi pada periode 2011-2014 lebih memilih menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial leverage yang diukur dengan menggunakan rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio DER. Debt to Equity Ratio DER merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas Kasmir, 2013. DER yang semakin tinggi menunjukkan penggunaan utang oleh perusahaan semakin besar, sehingga resiko yang dihadapi perusahaan pun meningkat. Struktur modal memberikan efek secara langsung pada posisi keuangan suatu perusahaan, sehingga penting bagi perusahaan untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum mengambil keputusan pendanaan perusahaan. Terdapat faktor-faktor yang menentukan keputusan manajer dalam memilih komposisi struktur modal yang optimal dalam Universitas Sumatera Utara 6 perusahaan, antara lain profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, dan non debt tax shield, serta ukuran perusahaan firm size sebagai variabel moderating pada penelitian ini. Keputusan pendanaan yang tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap berupa biaya modal yang tinggi, resiko yang dihadapi oleh perusahaan tinggi, dan akan mengakibatkan rendahnya profitabilitas perusahaan. Tabel 1.2 Net Income, Current Asset, Fixed Asset, Total Aset, Depresiasi, dan Utang Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Periode 2011-2014 Rp Juta Kode Perusahaan Tahun NI CA FA TA Depresiasi Utang TBIG 2011 492.348 1.186.268 5.693.938 6.880.206 15.618 4.174.997 2012 927.415 2.301.229 12.016.254 14.317.483 25.678 10.072.090 2013 1.351.524 2.598.596 16.120.615 18.719.211 22.728 14.605.172 2014 1.372.104 3.152.206 18.881.876 22.034.082 34.381 17.903.053 JSMR 2011 1.318.824 3.996.741 17.435.393 21.432.134 490.606 12.191.853 2012 1.535.812 4.531.117 20.222.434 24.753.551 112.688 14.965.766 2013 1.237.821 3.746.345 24.620.000 28.366.345 130.268 17.499.365 2014 1.215.332 3.641.372 28.216.576 31.857.948 211.900 20.432.952 PGAS 2011 6.118.210 13.656.295 15.866.650 30.976.446 192.828 13.791.734 2012 8.850.528 19.183.520 16.378.657 37.791.930 189.405 15.021.091 2013 10.967.963 21.847.077 22.542.829 53.536.157 185.636 20.073.088 2014 9.298.043 23.141.099 30.904.599 77.295.913 176.976 40.447.177 EXCL 2011 2.830.101 3.387.237 27.783.417 31.170.654 4.611 17.478.142 2012 2.764.647 3.658.985 31.796.720 35.455.705 4.994 20.085.669 2013 1.032.817 5.844.114 34.433.512 40.277.626 5.643 24.977.479 2014 -891.063 13.309.762 50.396.726 63.706.488 6.222 49.745.863 TPMA 2011 9.157.456 16.550.900 44.137.292 60.688.192 2.781.715 38.219.732 2012 8.358.288 14.593.005 64.034.529 78.627.534 3.460.537 42.648.312 2013 8.015.771 16.550.440 112.847.805 129.398.245 4.672.474 76.410.251 2014 12.002.480 14.047.027 122.058.699 136.105.726 7.573.583 73.498.365 Sumber: www.idx.co.id Keterangan : NI = Net Income CA = Current Asset FA = Fixed Asset TA = Total Aset Universitas Sumatera Utara 7 Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Brigham dan Houston 2010:146 menyatakan bahwa rasio profitabilitas mencerminkan hasil akhir dari seluruh kebijakan keuangan dan keputusan operasional. Dalam meningkatkan sumber pendanaan internal, perusahaan harus mampu meningkatkan laba, sebab tanpa laba, perusahaan tidak mempunyai modal untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Apabila suatu perusahaan memiliki laba yang tinggi, maka penggunaan utang pun akan semakin sedikit. Tabel 1.2 menunjukkan laba bersih perusahaan mengalami fluktuasi selama periode 2011- 2014. Perusahaan yang menunjukkan peningkatan laba bersih per tahun secara konsisten adalah perusahaan dengan kode TBIG, yaitu sebesar 0,88, 0,46, dan 0,02. Akan tetapi, jika dilihat dari jumlah laba bersih per tahun, laba perusahaan meningkat berturut-turut sebesar 0,13, 0,01, dan 0,02. Namun, penggunaan utang tidak menurun, melainkan meningkat setiap tahunnya. Hal ini tidak sesuai dengan pecking order theory yang menjelaskan mengapa perusahaan yang sangat menguntungkan pada umumnya mempunyai utang yang lebih sedikit Cahyani, 2013. Menurut Riyanto 2001:25, likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Brigham dan Houston 2001:38 menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat aktiva lancar terutama arus kas bebas yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa tersedianya dana internal yang cukup bagi perusahaan untuk mendanai kegiatan operasionalnya, sehingga perusahaan Universitas Sumatera Utara 8 mengutamakan pendanaan internal. Perusahaan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi memperlihatkan data yang berbeda dengan teori. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa aktiva lancar perusahaan dengan kode JSMR, PGAS, dan EXCL meningkat setiap tahun. Namun, peningkatan ini tidak menunjukkan adanya penurunan penggunaan utang oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Weston 2005:175, struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Menurut Riyanto 2001:298 pada umumnya perusahaan industri menanamkan modalnya dalam aktiva tetap dan akan mengutamakan pemenuhan modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini disebabkan oleh penggunaan aktiva tetap yang akan menimbulkan fixed cost, sehingga jika perusahaan menggunakan sumber pendanaan lainnya dalam membelanjakan aktiva tetap akan menyebabkan fixed cost yang ditanggung perusahaan menjadi lebih besar. Dengan demikian, perusahaan akan menggunakan utang dalam jumlah yang lebih sedikit. Namun, pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa aktiva tetap perusahaan yang meningkat setiap tahunnya, yaitu sebesar 0,26, 0,42, dan 0,22 tidak diiringi dengan penurunan penggunaan utang. Growth opportunity peluang pertumbuhan adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk melakukan investasi di masa mendatang Brigham Weston, 2005:457. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi berarti kesempatan bagi perusahaan untuk bertumbuh juga semakin tinggi yang berakibat pada semakin Universitas Sumatera Utara 9 besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi dan pertumbuhannya di masa mendatang. Menurut signaling theory, perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan memilih menggunakan utang dibanding ekuitas saham baru sebagai sumber pendanaannya dikarenakan adanya kesenjangan infromasi yang tinggi antara investor dan manajer yang menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih mahal. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur melalui total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Total aktiva yang semakin besar menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan semakin tinggi dan berakibat pada tingginya tingkat kepercayaan kreditor terhadap perusahaan yang dinilai memiliki prospek pertumbuhan yang menguntungkan. Penghematan pajak yang diperoleh perusahaan selain dari utang disebut non debt tax shield. Menurut Bradley et al., dalam Krisnanda dan Wiksuana, 2015, non debt tax shield tersebut berupa depresiasi aktiva tetap. Depresiasi merupakan pendorong pengurangan utang bagi perusahaan sehingga terjadi penghematan pajak. Semakin besar aktiva tetap yang dimiliki perusahaan menunjukkan penghematan pajak melalui depresiasi akan semakin besar dan berakibat pada penurunan penggunaan utang. Non debt tax shield yang semakin tinggi pada suatu perusahaan menunjukkan komposisi utang yang digunakan dalam struktur modal perusahaannya semakin rendah Krisnanda dan Wiksuana, 2015. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang lebih menyukai internal financing, sehingga perusahaan tidak perlu membuka diri pada pemodal asing. Namun, Tabel 1.2 menunjukkan hal yang kontras pada perusahaan dengan kode EXCL dan TPMA yang depresiasinya meningkat setiap tahun, Perusahaan dengan Universitas Sumatera Utara 10 kode EXCL mengalami peningkatan depresiasi setiap tahun sebesar 0,08, 0,13, dan 0,10. Perusahaan dengan kode TPMA juga mengalami peningkatan depresiasi setiap tahun sebesar 0,24, 0,35, dan 0,62. Sementara, penggunaan utang mengalami peningkatan setiap tahunnya pada kedua perusahaan tersebut. Total aktiva dapat menjadi indikator bagaimana perusahaan mengelola sumber pendanaannya untuk meningkatkan ukuran perusaahan. Menurut Riyanto 2001: 235, ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya ekuitas, total penjualan, dan total aktiva. Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total aktiva perusahaan karena nilai aktiva relatif lebih stabil. Riyanto 2001:279 menyebutkan bahwa besarnya suatu perusahaan juga mempengaruhi struktur modal perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki laba dan aktiva yang besar, sehingga cenderung menggunakan sumber pendanaan eksternal, yaitu utang. Hal ini dikarenakan perusahaan besar dinilai profitable dan mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dari kreditor. Perusahaan yang besar juga memiliki growth opportunity yang tinggi dikarenakan laba dan aktiva perusahaan besar, sehingga kesempatan perusahaan untuk bertumbuh dan berkembang akan semakin besar. Perusahaan dengan aktiva yang besar juga memperoleh manfaat pajak melalui depresiasi aktiva tetapnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, growth opportunity, non debt tax shield, dan struktur modal suatu perusahaan. Universitas Sumatera Utara 11 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

26 137 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 7 88

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

1 3 10

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 26

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 2 5

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderating di Bursa Efek Indonesia

0 0 17