8 1 Kabupaten Karanganyar dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Distribusi Kejadian Diare
Variabel Frekuensi Persentase
Kejadian Diare
Diare Tidak diare
6 39
13,3 86,7
Berdasarkan Tabel 7, distribusi kejadian diare pada balita usia 12-24
bulan di
Wilayah Puskesmas
Colomadu I sebagian besar tidak maengalami diare 86,7. Distribusi
karakteristik deskriptif berdasarkan kejadian diare dapat dilihat pada
tabel 8.
Tabel 8 Karakteristik Statistik
Deskriptif Berdasarkan Kejadian Diare
Statistik Deskriptif Kejadian Diare
Mean Standar Deviasi
Nilai Minimum Nilai Maksimum
0,49 1,272
4 Berdasarkan Tabel 8,
mean atau rata-rata kejadian diare pada balita
termasuk dalam kategori baik yaitu dengan angka 0,49. Nilai minimum
dari kejadian diare pada balita yaitu 0 yang berarti baik sedangkan nilai
maksimum dari kejadian diare pada balita dalam penelitian ini adalah 4
yang menunjukkan bahwa angka tersebut tidak baik. Kejadian diare
pada balita dikatakan baik apabila diare 3 kali dalam sehari yang
disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair, dengantanpa darah
danatau lendir yang diukur dalam sebulan 4 kali pengukuran.
Diare disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
infeksi, malabsorbsi,
makanan, status gizi dan hygiene yang buruk.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang menyebabkan diare di Wilayah
Puskesmas Colomadu 1 Kabupaten Karanganyar adalah dimungkinkan
karena alergi susu formula dan kurang minum kurang cairan.
Alergi susu sapi merupakan suatu reaksi yang muncul dengan
perantaraan Ig E, meskipun tidak jarang kasus alergi susu sapi muncul
tanpa perantaraan mediator Ig E. Manifestasi klinis dari alergi susu
sapi bisa berupa reaksi yang ringan atau sedang seperti muntah, diare,
konstipasi, darah pada tinja dan balita tidak mau makan Santoso,
2011
9
3. Analisis Bivariat a. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare
Tabel 9 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare
Variabel Kejadian diare
Total Nilai p
Diare Tidak Diare
N N
N
Status Gizi Kurang
Lebih Baik
1 5
50,0 0,0
12,2 1
2 36
50,0 100,0
87,7 2
2 41
100,0 100,0
100,0 0,938
Uji korelasi Spearman’s nilai p0,05
Kejadian diare
yang diuji
adalah lama terjadinya diare balita. Berdasarkan
Tabel 9,
hasil penelitian mununjukkan bahwa dari
41 balita yang memiliki status gizi baik
terdapat 36
balita tidak
menderita diare. Berdasarkan hasil analisa uji korelasi
Spearman’s, didapatkan nilai p=0,93 p0,05
maka Ho ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak
ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian diare pada balita usia 12-24 bulan
di wilayah
Puskesmas Colomadu 1.
Hal ini disebabkan karena anak
balita yang
sakit diare
memperoleh asupan makan yang baik atau lebih dari orang tua
sehingga tidak
berpengaruh terhadap status gizi balita yang
sedang sakit. Balita yang sedang sakit cenderung mendapat perhatian
lebih dari orangtua terutama dalam hal makanan yang bergizi dan
segera membawa
anaknya ke
tenaga kesehatan, sehingga hal ini dapat berdampak pada status gizi
balita yang sakit tetap baik. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ona, dkk
2012, yang
menyatakan bahwa
tidak ada
hubungan antara status gizi balita pada
usia 0-5
tahun dengan
kejadian penyakit diare. Hal ini disebabkan karena balita yang sakit
diare memperoleh asupan makan yang baik atau lebih dari orang tua
sehingga tidak akan berpengaruh terhadap status gizi anak yang
sedang sakit. Orang tua yang balitanya
sakit cenderung
memberikan perhatian khusus pada balitanya
terutama dalam
segi makanan yang lebih bergizi dan
segera membawa
anaknya ke
tenaga kesehatan untuk berobat
10 sehingga hal tersebut juga bisa
menyebabkan status gizi anak yang sakit tetap terjaga dan baik.
Menurut penelitian Rosari, dkk 2013, yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang bermakna antara kejadian diare dalam satu
bulan terakhir dengan status gizi balita di Kelurahan Lubuk Buaya
p0,05. Hal
ini dikarenakan
sebagian besar ibu melakukan tindakan
yang cepat
dalam menaggulangi
diare dengan
membawa berobat
ke tempat
pelayanan kesehatan
seperti bidandokter dan memberikan oralit
atau cairan
sehingga tindakan
tersebut akan
memperkecil terjadinya gangguan keseimbangan
elektrolit pada anak. Frekuensi diare yang jarang, durasi diare yang
singkat serta pemberian tindakan penanggulangan
yang tepat
menyebabkan diare yang terjadi tidak mempengaruhi status gizi
balita secara bermakna. Menurut Rahmawati 2008,
semakin baik status gizi balita maka semakin
besar peluang
tidak menderita penyakit infeksi. Menurut
Nuryanto 2012, status gizi baik umumnya
akan meningkatkan
resistensi tubuh terhadap penyakit- penyakit infeksi.
Diare pada
balita dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, tidak
hanya status
gizi saja.
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Pudiastuti 2011 dan
Aziz 2006, diare dapat dipengaruhi oleh infeksi virus, faktor lingkungan,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial
ekonomi, dan
perilaku masyarakat.
Diare pada
balita dapat
disebakan oleh
infeksi virus,
personal hygiene
dan sanitasi
lingkungan. Virus
yang menyebabkan diare adalah rotavirus
dan adenovirus. Virus ini melekat pada sel-sel mukosa usus yang
mengakibatkan sel-sel mukosa usus menjdai rusak sehungga kapasitas
reabsorbsi menurun dan sekresi air maupun
elektrolit meningkat
Pudiastuti, 2011. Faktor
lingkungan yang
dimaksud adalah
kebersihan lingkungan dan perorangan seperti
kebersihan puting susu, kebersihan botol susu dan dot susu, maupun
kebersihan air yang digunakan untuk mengelola susu dan makanan. Aziz,
2006. Faktor
kependudukan menunjukkan bahwa insiden diare
lebih tinggi
pada penduduk
perkotaan yang padat dan miskin