160.000 orang pekerja mengalami kemacetan Subagyono, 2005. Untuk menggerakkan kembali perekonomian di sektor pertanian, diperlukan suatu
kondisi yang layak untuk pemanfaatan lahan bagi kegiatan pertanian. Kenyataaan di atas menjadi latar belakang melakukan penelitian dalam
penelitian identifikasi kondisi lahan-lahan pertanian yang terkena dampak tsunami serta pendapat masyarakat terhadap upaya rehabilitasi lahan pertanian
yang rusak akibat tsunami agar lahan pertanian dapat kembali difungsikan secara berkelanjutan.
1.2. Perumusan Masalah
Sebelum bencana gempa bumi dan tsunami terjadi, sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Beberapa kabupaten yang merupakan sentra kegiatan pertanian adalah Aceh Besar, Aceh Barat Daya, Aceh Jaya, Aceh
Barat, Aceh Utara, Aceh Timur, Simeuleu, Pidie, dan Bireun. Bencana alam tsunami yang terjadi pada 26 Desember 2004 di Nanggroe
Aceh Darussalam tidak saja menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dan ratusan ribu lainnya hilang, tetapi juga merusak berbagai fasilitas termasuk lahan
pertanian. Kerusakan lahan pertanian sebagian besar diakibatkan oleh peningkatan kadar garam salinitas, sedimen lumpur laut, sampah dan puing-
puing bangunan, serta rusaknya infrastruktur irigasidrainase dan jalan. Kerusakan lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultur akibat tsunami
mencapai 61.816 ha yang meliputi lahan basah dan lahah kering. Kerusakan yang terjadi di pantai barat Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 45.755 ha dan
di pantai timur sebesar 16.061 ha. Dari jumlah lahan pertanian yang rusak di pantai timur dapat diklasifikasikan sekitar 50 tergolong rusak ringan dan 50
rusak sedang, sedangkan di pantai barat dari jumlah 45.755 ha, 10 tergolong rusak ringan 4.575,5 ha, 20 rusak sedang 9.151 ha dan 60 rusak berat
27.453 ha dan 10 tergenang air laut 5.575,5 ha. FAO, 2005. Petani yang meninggal dunia dan hilang akibat tsunami sebanyak 47.275 orang dan sekitar
243.394 orang petani yang selamat kini menempati kamp dan barak hunian sementara.
Kerusakan lahan terjadi utamanya dalam bentuk perubahan tekstur tanah dan perubahan garis pantai yang terjadi di hampir seluruh kawasan pesisir yg
terkena gelombang tsunami. Kerusakan lahan juga terjadi karena penimbunan dan pemadatan limbah tsunami yang terus berlangsung dibeberapa lokasi.
Bentuk kerusakan lahan lain terjadi akibat dari luapan air laut yang mengakibatkan sifat-sifat kimia dan kesuburan tanah mengalami degradasi.
Shofiyati, 2005 menyatakan paling sedikit ada empat bentuk utama kerusakan pada lahan pertanian yang terindentifikasi merupakan satu atau kombinasi dari
bentuk kerusakan tersebut yaitu : 1 perubahan bentang lahan landscape, 2 endapan lumpur dari laut dan pantai, 3 intrusi air laut ke dalam profil tanah, dan
4 penutupan sampah di atas permukaan tanah. Kerusakan terhadap lahan pertanian tersebut telah menyebabkan
kehancuran terhadap roda perekonomian masyarakat, karena sebagian besar penduduk di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam bermata pencaharian sebagai
petani. Saat sekarang ini lahan-lahan yang rusak tersebut tidak dapat diusahakan sehingga masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani
terpaksa mencari kegiatan usaha di bidang lainnya bahkan ada sebagian dari mereka hanya menunggu bantuan dari pemerintah untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dengan hancurnya berbagai kegiatan perekonomian masyarakat, khususnya di bidang pertanian yang menjadi andalan masyarakat
setempat, mengakibatkan masyarakat memerlukan pengaktifan kembali kegiatan usaha pertaniannya dan pemberian bantuan, untuk memulihkan keadaan
perekonomiannya. Menanggapi bencana tersebut pemerintah dengan berbagai pihak, baik luar
negeri maupun dalam negeri, menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pembangunan kembali provinsi ini recovery. Dalam hal penanganan sektor
pertanian terutama lahan-lahan pertanian yang terkena tsunami pemerintah telah merencanakan program rehabilitasi lahan pertanian yang rusak, sehingga lahan-
lahan pertanian dapat difungsikan kembali agar masyarakat kembali dapat melakukan aktifitas pertanian. Selain itu, perlu pula diperhatikan aspirasi
masyarakat yang menghendaki adanya pengalihan kegiatan usaha, mengingat sebagian lahan pertanian mereka ada yang sama sekali tidak dapat difungsikan
lagi karena lahan tersebut sudah tergenangi air laut. Berdasarkan gambaran kondisi dan permasalahan seperti di atas , maka
dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik lahan pertanian yang rusak akibat tsunami pada
lokasi penelitian.
2. Bagaimana aspirasi masyarakat terhadap kegiatan usaha pertanian mereka dimasa yang akan datang
3. Bagaimana pendapat masyarakat terhadap rencana kegiatan rehabilitasi dan perbaikan lahan pertanian pasca tsunami yang akan dilakukan oleh
pemerintah dalam upaya recovery Aceh pasca tsunami.
1.3. Tujuan Penelitian