4.1.2 Hasil Uji Kelayakan
Uji kelayakan dilakukan pada guru SD dengan menggunakan instrumen lembar angket uji kelayakan. Angket uji kelayakan digunakan untuk mengetahui
tingkat kelayakan bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan, sehingga didapatkan informasi bahwa buku cerita ini layak atau tidak digunakan sebagai
pendamping bahan ajar. Kisi-kisi angket uji kelayakan bahan ajar buku cerita ditinjau dari dimensi materi, tampilan, dan bahasa. Skor kelayakan yang
didapatkan adalah 88,89 , artinya kelayakan buku cerita bermuatan kebencanaan alam berada pada kategori sangat layak. Skor setiap aspek kelayakan buku cerita
bermuatan kebencanaan disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Skor Setiap Aspek Kelayakan Buku Cerita
No Aspek Kelayakan
Persentase Kriteria
1 Materi
100 Sangat Layak
2 Tampilan
83,33 Layak
3 Bahasa
85,19 Sangat Layak
Total Persentase 88,89
Sangat Layak
4.1.3 Hasil Uji Keterbacaan
Uji Keterbacaan berupa tes uraian singkat. Tes Uraian digunakan untuk mengetahui tingkat keterbacaan teks bahan ajar, sehingga diperoleh informasi
bahwa bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan mudah dipahami atau tidak. Uji keterbacaan dilakukan pada siswa yang pernah mendapatkan materi sumber
daya alam. Skor keterbacaan yang didapatkan adalah 81,60, menunjukkan bahwa keterbacaan buku cerita bermuatan kebencanaan mudah dipahami. Skor
keterbacaan setiap cerita dalam buku cerita bermuatan kebencanaan disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Skor Keterbacan Setiap Cerita No
Cerita Persentase
Kriteria 1
Banjir 88
Mudah dipahami 2
Jangan Bakar Hutan Robi 76
Mudah dipahami 3
Hutanku Jadi Jalan 76
Mudah dipahami 4
Pancing atau Obat 84
Mudah dipahami 5
Mengali Pasir 84
Mudah dipahami Total Persentase
81,60 Mudah dipahami
4.1.4 Hasil Prestasi Belajar Sains
Peneliti mengukur peningkatan prestasi belajar sains dengan materi sumber daya alam dengan buku cerita bermuatan kebencaaan menggunakan hasil belajar
kognitif. Pada awalnya peneliti memberikan soal pre test dan pada tahap akhir peneliti menggunakan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil
pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data Hasil Prestasi Belajar Siswa
No Kelompok
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre Test Post Test
Pre Test Post Test
1 Nilai Terendah
35 70
25 55
2 3
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
65 49,41
100 82,94
60 44,5
85 69,75
Nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen sebesar 35, 65 dan 49,41, sedangkan kelas kontrol sebesar 25, 60 dan
44,5. Jika dilihat dari nilai-nilai pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan. Nilai post test pada kelas eksperimen sebesar 70, 100 dan
82,94, sedangkan kelas kontrol sebesar 55, 85 dan 69,75. Jika dilihat dari nilai- nilai post test kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai perbedaan. Nilai
kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Grafik Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Penguasaan materi post test untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan uji t dan uji gain. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
kognitif siswa setelah menggunakan bahan ajar buku cerita dan tidak menggunakan bahan ajar buku cerita digunakan uji-t. Analisis uji t menghasilkan
harga t = 4,98, berdasarkan tabel, harga t untuk α = 5 dengan dk = 17 + 20 - 2 =
35 adalah 2,03. Karena harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil belajar
35 70
25 55
65 100
60 85
49,41 82,94
44,5 69,75
20 40
60 80
100 120
Pre Tes Post Tes
Pre Tes Post Tes
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Terendah Tertinggi
Rata-rata
dilihat dari skor post-testkelas eksperimen dan kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan untuk nilai rata-rata post test kelas eksperimen dan kontrol. Rata-
rata nilai kelas eksperimen dan kelas kontrolsiswa adalah 82,94 dan 69,75. Berdasarkan analisis data menggunakan uji gain diperoleh peningkatan
hasil belajar kognitif kelas ekperimen sebesar 0,66 yang menunjukkan peningkatan sedang, sedangkan hasil belajar kognitif kelas kontrol 0,45 yang
menunjukkan peningkatan sedang. Peningkatan pemahaman materi sumber daya alam kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar
kognitif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.5
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Hasil Prestasi Belajar Sains
4.1.5 Hasil Minat Membaca
Peneliti mengukur peningkatan minat membaca siswa dengan buku cerita bermuatan kebencaaan. Pada awalnya peneliti memberikan soal pre test dan pada
tahap akhir peneliti menggunakan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat disajikan pada Tabel 4.4.
0,66 0,45
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
0,7
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Uji Gain
Tabel 4.4 Data Hasil Minat Membaca Siswa
No Kelompok
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre Test Post Test
Pre Test Post Test
1 Nilai Terendah
70,00 80,00
66,67 71,67
2 3
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
90,00 80,10
96,67 88,04
88,33 78,43
95,00 83,83
Nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen sebesar 70, 90 dan 80.10, sedangkan kelas kontrol sebesar 66.67,
88.33 dan 78.43. Nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata post test pada kelas eksperimen sebesar 80, 96.67 dan 88.04, sedangkan kelas kontrol sebesar
71.67 , 95 dan 83.83. Jika dilihat dari nilai pre test angket minat membaca kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan yang signifikan,
sedangkan nilai post test angket minat membaca mempunyai perbedaan yang signifikan. Nilai kelas ekperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Grafik Hasil Angket Minat Membaca Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
70 80
66,67 71,67
90 96,67
88,33 95
80,1 88,04
78,43 83,83
20 40
60 80
100 120
Pre Tes Post Tes
Pre Tes Post Tes
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Terendah Tertinggi
Rata-rata
Minat membaca dengan menggunakan post test untuk kelas ekperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan uji t dan uji gain. Untuk mengetahui perbedaan
minat membaca siswa setelah menggunakan bahan ajar buku cerita dan tidak menggunakan bahan ajar buku cerita digunakan uji-t. Analisis uji t menghasilkan
harga t = 2,34 , berdasarkan tabel, harga t untuk α = 5 dengan dk = 17 + 20 - 2 =
35 adalah 2,03. Karena harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata minat membaca
siswa dilihat dari skor post-testkelas eksperimen dan kontrol dan terdapat perbedaan yang signifikan untuk kelas eksperimen dan kontrol. Rata-rata nilai
kelas eksperimen dan kelas kontrolsiswa adalah 88,04 dan 83,83. Berdasarkan analisis data menggunakan uji gain diperoleh peningkatan
minat membaca kelas ekperimen sebesar 0,4 yang menunjukkan peningkatan sedang, sedangkan hasil belajar kognitif kelas kontrol 0,25 yang menunjukkan
peningkatan rendah. Peningkatan pemahaman materi sumber daya alam kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Perbedaan minat membaca antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.7
Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Minat Membaca
0,4 0,25
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Uji Gain
4.1.6 Hasil Angket Sikap Tanggap Bencana
Peneliti mengukur peningkatan sikap tanggap bencana dengan buku cerita bermuatan kebencaaan. Pada awalnya peneliti memberikan soal pre test dan pada
tahap akhir peneliti menggunakan post test kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
dapat disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data Sikap Tanggap Bencana Siswa
No Kelompok
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre Test Post Test
Pre Test Post Test
1 Nilai Terendah
73,33 84,44
68,89 75,56
2 3
Nilai Tertinggi Nilai Rata-Rata
91,11 80,92
97,78 91,37
91,11 81,78
95,56 87,56
Nilai terendah, nilai tertinggi dan nilai rata-rata pre test pada kelas eksperimen sebesar 73.33 , 91.11 dan 80.92, sedangkan kelas kontrol sebesar
66.89, 91.11 dan 81.78. Jika dilihat dari nilai-nilai pre test angket sikap tanggap bencana kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mempunyai perbedaan yang
signifikan. Nilai post test pada kelas eksperimen sebesar 84.44 , 97.78 dan 91.37, sedangkan kelas kontrol sebesar 75.56 , 95.56 dan 87.56. Jika dilihat dari nilai-
nilai post test angket sikap tanggap bencana kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai perbedaan yang signifikan. Nilai kelas kontrol dan eksperimen
ditunjukkan pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Grafik Hasil Sikap Tanggap Bencana Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Sikap tanggap bencana siswa kelas eksperimen antara pre test dan post test untuk dianalisis dengan uji t dan uji gain. Untuk mengetahui perbedaan sikap
tanggap bencana siswa setelah menggunakan bahan ajar buku cerita dan tidak menggunakan bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan digunakan uji-t.
Analisis uji harga t yang diperoleh berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai sikap tanggap bencana siswa
kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Berdasarkan analisis data menggunakan uji gain diperoleh peningkatan
sikap tanggap bencana kelas ekperimen sebesar 0,55 dan kelas kontrol sebesar 0,32 yang menunjukkan peningkatan sedang. Perbedaan sikap tanggap bencana
antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4.9.
73,33 84,44
68,89 75,56
91,11 97,78
91,11 95,56
80,92 91,37
81,78 87,56
20 40
60 80
100 120
Pre Tes Post Tes
Pre Tes Post Tes
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Terendah Tertinggi
Rata-rata
Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Hasil Sikap Tanggap Bencana
4.2 Pembahasan
4.2.1 Prototipe Buku Cerita
Pada proses pembuatan buku cerita sains langkah pertama adalah pembuatan alur cerita yang sesuai dengan kurikulum dan materi sumber daya
alam. Langkah-langkah pada pembuatan ceritameliputi penentuan karakter tokoh, setting atau latar, dan alur cerita. Pemilihan tokoh dan latar cerita dalam cerita
disesuaikan dengan usia pembaca yaitu anak kelas IV SD. Tiap tokoh dalam buku cerita bermuatan kebencanaan ini mempunyai karakter sifat dan watak yang
berbeda-beda dan saling melengkapi satu sama lain. Perbedaan karakter ini bertujuan agar memunculkan sebuah konflik cerita yang akan membuat isi cerita
bahan ajar buku ini akan lebih berwarna, sehingga daya tarik bahan ajar ini akan bertambah. Latar dalam buku cerita kebanyakan disekitar kita misalnya sekolah,
sungai, dan lain-lain. Latar yang digunakan bertujuan agar kita tidak merasa asing dengan tempat yang diceritakan, sehingga kita dapat dengan mudah memahami
dan mengambil pelajaran dari buku cerita bermuatan kebencanaa.
0,55 0,32
0,1 0,2
0,3 0,4
0,5 0,6
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Uji Gain
Langkah yang terakhir adalah pembuatan ilustrasi gambar serta pewarnaan sesuai dengan tema bermuatan kebencanaan yaitu hutan dan sungai. Peneliti
memilih latar tersebut karena di hutan dan sungai dapat dengan mudah menemukan penyebab-penyebab terjadinya bencana alam.
Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan terdiri atas 86 halaman yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pendahuluan dan bagian isi. Bagian
pendahuluan berisi halaman judul dan daftar pustaka. Bagian isi berisi materi yang disajikan dalam sebuah cerita bergambar.
Sampul buku cerita bermuatan kebencanaan menampilkan judul dan beberapa ilustrasi gambar. Sampul dibuat berwarna dan tulisan judul yang
berwarna disesuaikan dengan latar belakang cerita, agar siswa tertarik untuk membaca buku cerita bermuatan kebencanaan.
Bagian awal buku cerita berisi daftar isi. Bagian isi berisi cerita bermateri sumber daya alam.Materi yang disajikan dalam buku cerita bermuatan
kebencanaan meliputi dampak pengambilan bahan tanpa pelestarian, langkah pelestarian, dan cara menghemat energi. Pada bagian dampak pengambilan
sumber daya alam ditampilkan tentang akibat penebangan pohon dapat menyebabkan terjadi banjir dan tanah longsor. Pada bagian pelestarian sumber
daya alam ditampilkan tentang penanaman pohon yang merupakan salah satu upaya pelestarian hutan yang telah gundul. Pada bagian cara menghemat energi
ditampilkan tentang bagaimana cara menghemat sumber daya alam yang ada. Bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan diharapkan dapat
meningkatkan minat membaca serta sikap tanggap bencana siswa. Tujuannya
adalah agar siswa dapat mengetahui dan memahami pesan-pesan positif yang terkandung di dalamnya serta mencontoh dari sikap tokoh buku cerita dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan adanya buku cerita siswa lebih tertarik untuk membaca buku.
4.2.2 Kelayakan Buku Cerita
Uji kelayakan dilakukan pada guru SD dengan menggunakan instrumen lembar angket uji kelayakan. Skor kelayakan buku cerita didapatkan adalah
88,9. Skor setiap aspek kelayakan adalah aspek materi 100, tampilan 83,33 dan bahasa 85,19.
Aspek tampilan memperoleh kriteria layak, karena buku cerita ini disajikan melalui ilustrasi gambar yang sesuai dengan alur cerita, menarik dan
mudah dipahami, sehingga pembaca dapat memahami isi cerita dalam buku cerita. Bahan ajar buku cerita disusun dengan ilustrasi gambar berwarna dengan
komposisi yang indah dan seimbang sehingga siswa akan lebih tertarik untuk membacanya. Ilustrasi gambar dari peristiwa alam secara sederhana sehingga
siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan daripada melalui informasi berupa teks tertulis seperti pada buku teks.
Aspek bahasa pada bahan ajar buku cerita bermuatan kebencanaan memperoleh kriteria sangat layak. Bahasa yang digunakan dalam bahan ajar buku
cerita bermuatan kebencanaan materi sumber daya alam adalah bahasa Indonesia baku yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan EYD. Selain itu penulisan
huruf teks dalam buku cerita bermuatan kebencanaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa kelas IV SD. Ukuran huruf yang digunkanan tidak terlalu