Karya Tari Jaipong Tradisi

Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dari keseluruhan karya yang telah Gondo ciptakan, dapat dikategorikan ke dalam dua kategori besar, yaitu kategori tari Jaipong tradisi dan kategori tari Jaipong kontemporer. Kategori tari Jaipong tradisi berisi karya tari Jaipong dengan gerak-gerak yang masih sangat sederhana dan masih berkiblat penuh pada ketuk tilu dan pencak silat gaya Gugum Gumbira serta mengandung pakem tradisi, baik dari gerak, atau tema tariannya contohnya tari Jaipong Senggot, Sekar Panggung, tari Jaipong Wayang Subali Sugriwa, tari Jaipong Wayang Srikandi Mustakaweni, tari Jaipong Wayang Wangsit Siliwangi dan masih banyak lagi. Adapun untuk kategori tari Jaipong kontemporer adalah karya tari yang sudah penuh dengan inovasi modern, baik dari ragam gerak, tema tarian, maupun musik iringannya, contohnya tari Jaipong bertemakan komedi yaitu NIKU dan Topeng Rehe, tari Jaipong Alewoh, tari Jaipong Etnik Kreatif, tari Jaipong Acapella Dance, tari Jaipong Techno Sancang Gugat, tari Jaipong Ronggeng Nyentrik dan masih banyak lagi. Karya tari dalam kategori ini cenderung berbeda dengan tari Jaipong pada umumnya, selain ragam gerak yang unik, tema tarian serta iringan musiknya pun sarat dengan sentuhan kreativitas, salah satunya dengan penggabungan sound effect pada musik tarinya.

A. Karya Tari Jaipong Tradisi

Setelah Gondo menciptakan karya Breakpong pada tahun 80-an yang mendapat respon baik di masyarakat, Gondo mencoba menciptakan karya lagi berdasarkan pengalaman empirik, imajinasi, rangsang audio dan pengaruh lingkungan sekitar serta pengalaman ia belajar pada gurunya. Dalam karyanya, Gondo tetap mengakar pada kekhasan gerak gurunya, ia tetap memadukan gerak Pencak Silat dalam karya tarinya. Setiap menciptakan karya, ia selalu meminta bantuan kepada Ega Robot untuk membuatkan musik pengiringnya. Hal ini tidak lepas dari kekagumannya pada sosok gurunya serta seniman Jaipong yang menginspirasinya yaitu Asep Syafaat dan Gugum Gumbira. Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gondo mulai mengenal sosok Gugum Gumbira pada tahun 1990, melalui keterlibatannya sebagi peserta dalam acara Kirab Remaja Nasional, saat itu Gugum Gumbira memberikan instruksi dan kepercayaan pada Gondo, hal itu sontak membuat ia senang dan terharu. Hal tersebut berpengaruh besar terhadap karya yang diciptakannya pada saat itu seperti tari Kembang Tanjung, Senggot, Pamayang, Kawitan, Mojang Tandang dan Makalangan. Pada karya Senggot khususnya, dalam tarian tersebut gerak yang ia ciptakan tidak lepas dari gaya Gugum Gumbira yang mengusung 3G Geol, Gitek dan Goyang dan Pencak Silat. Rangkaian geraknya didominasi oleh ragam gerak Jaipong pada umumnya yaitu adeg-adeg, ukel, capangan, nyikung, mincid, keupat, balik ban dan lain sebagainya. Contoh gerak Pencak Silat dalam tarian ini adalah sabet, sodok, jambret, nahan, yang membuat penari terlihat sedikit gagah, karena dalam gerak Pencak Silat ini penari memakai tenaga yang kuat serta ruang yang agak luas, hal ini terlihat pada style pose saat gerak sabet, sodok, jambret dan nahan, penari membuka kakinya lebar dan rengkuh, sehingga terlihat kuat pertahanannya, ditambah dengan gerak tangan yang terlihat menangkis dan menahan serangan lawan, ibaratnya. Foto 3.2 Tari Jaipong Senggot Dokumentasi Gondo, 2001 Sekitar tahun 2004, Gondo mendirikan sebuah wadah pembelajaran tari Jaipong yang ia beri nama Klinik Gondo Art Production. Dari awal didirikan Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sanggar tari ini, tarian yang diberikan untuk kelas dasar adalah tari Senggot, karena tarian ini dianggap paling mudah dan ragam geraknyapun tidak banyak, hanya diulang-ulang, karena murid sanggar didominasi oleh anak kecil, maka dipilihlah tarian ini untuk pemula dengan tujuan membentuk tubuh ke style Jaipong dan membiasakan serta memperkenalkan gerak tari terlebih dahulu. Kepercayaan dari Gugum Gumbira itu ia dapatkan kembali ketika dipercaya sebagai penata tari dalam acara yang sama, tepatnya pada acara Pencak Kirab Remaja Nasional bersama grup Jugala Bandung pada tahun 1995. Kepercayaan itu adalah tantangan yang dianggap cukup besar, dimana acara tersebut mengharuskan Gondo melibatkan 2,500 orang penari yang direkrut dari berbagai sanggar tari dan perguruan tinggi se-Indonesia. Dalam event itu, koreo tari yang ia ciptakan untuk acara tersebut masih berkiblat pada gaya Gugum Gumbira yaitu 3G dan Pencak Silat, namun yang membedakan disini yaitu Gondo bermain pada keragaman ruang dan pola. Ia melibatkan ribuan orang dalam event ini, otomatis Gondo sangat memikirkan cara agar tarian tersebut dapat terlihat menarik, selaras dan tetap mengandung daya pikat estetika yang tinggi. Dengan menerapkan gerak Canon pada salah satu rangkaian geraknya. Penari dengan jumlah tidak sedikit pasti akan menemukan masalah pada kekompakan. Gondo menyiasati hal tersebut dengan gerak Canon, yaitu gerak yang sambung menyambung dan bergiliran. Menurut Suherman 2006, gerak Canon adalah gerak yang dilakukan berurutan oleh kelompok penari dengan cara kelompok penari A melakukan gerak empat hitungan hingga selesai, kemudian kelompok penari B melakukan gerakan yang sama dengan hitungan dari awal empat hitungan dan seterusnya. Selain dapat menyiasati ketidakkompakan, gerak Canon juga dapat menambah keselarasan bila dilakukan dengan benar, dan tentunya akan terlihat menarik bagi yang menonton dari depan. Selain itu, pengolahan ruang juga sangat diperlukan dalam menarikan tarian yang penarinya tidak sedikit ini. Lahan yang luas sebagai arena pertunjukanpun menjadikan Gondo berfikir untuk membuat koreo dengan ruang yang luas, contohnya gerakan didominasi oleh putaran-putaran yang besar dengan Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu membuka kedua tangan dengan lebar serta langkah kaki yang besar pula Wawancara Gondo, 2015. Pengalaman dalam event ini menambah pembendaharaan kreativitas Gondo dalam membuat formasi dalam suatu bentuk tari dan pola serta pengolahan ruang yang lebih variatif. Kreativitas tersebut tercermin dalam karya tari Sekar Panggung, yang pola serta pengolahan ruangnya lebih variatif dibanding karya sebelumnya. Penggunaan level juga mulai diolah sebagai penunjang keselarasan pada geraknya. Dalam tari Sekar Panggung, Gondo mulai menciptakan gerak yang memiliki ruang yang luas dan level yang berubah-ubah, contohnya pada beberapa ragam geraknya penari melakukan gerakan dengan level sangat rendah yaitu duduk pada lantai bahkan sampai berguling. Selain itu ragam gerak yang memakai ruang yang luaspun banyak ditonjolkan seperti banyak gerak yang membuka kedua tangan, memutar penuh kedua tangan sambil berputar, dan masih banyak lagi. Foto 3.3 Tari Jaipong Sekar Panggung Dokumentasi Gondo, 2004 Pada tahun 2014, Gondo menciptakan kebaruan yang lain, yaitu dari tema tariannya. Gondo menciptakan tari Jaipong yang bertema Wayang. Tari Jaipong Wayang karya Gondo yaitu Subali Sugriwa, Wangsit Siliwangi dan Srikandi Mustakaweni. Dinamakan tari Jaipong Wayang bukan berarti penarinya berbusana seperti wayang tetapi hanya judul lagunya saja yang merupakan cerita wayang. Gondo tetap memadukan gerak yang sudah ada dengan gerak-gerak ciri khasnya Dea Asri Pujiasti, 2015 PERKEMBANGAN TARI JAIPONG GAYA GONDO DALAM KARYA TARI JAIPONG SENGGOT DAN ACCAPELLA DANCE Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yaitu paping, stakato, robotik dan gerak efek. Dalam penyajian tariannya, ada satu rangkaian gerak yang menceritakan sesuatu atau menyampaikan pesan pada penonton. Sesuai dengan cerita wayangnya. Disinilah letak perbedaannya dengan karya sebelumnya, Gondo menampilkan pesan dan cerita Wayang tersebut pada rangkaian gerak tarinya. Sebagai contohnya pada karya tari Jaipong Srikandi Mustakaweni, pada salah satu rangkaian geraknya, Gondo memperlihatkan gerakan yang memiliki kesan penari satu dengan penari lainnya sedang perang, baik pesan itu disampaikan melalui tatapan mata yang tajam, gerakan yang saling mengisi dan merespon, serta gerak yang memperlihatkan kekuatan. Contoh lainnya misalnya pada gerak yang menceritakan kesedihan, Gondo sampaikan melalui gerak penari satu yang membungkuk dengan ekspresi sedih kemudian dihampiri oleh penari lainnya dan menggunakan sampur sebagai penunjang tariannya yang didekatkan pada pipi penari satu, dalam hal ini menyampaikan bahwa si penari lain mengusap air mata penari satu dengan selendang. Foto 3.4 Tari Jaipong Wayang Dokumentasi Gondo, 2014

B. Karya Tari Jaipong Modern