TINJAUAN PUSTAKA IMPLIKASI PERLINDUNGAN HUKUM HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL TERHADAP PEROLEHAN MANFAAT EKONOMI.

19

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.

Perlindungan Hukum HKI
1. Perlindungan hukum
Perlindungan hukum dapat diuraikan menurut unsur-unsur
katanya. Kata perlindungan menurut Kamus Umum Bahasa
Indonesia berasal dari kata lindung yang berarti menempatkan di
balik atau di belakang sesuatu agar tidak kelihatan (W.J.S
Purwodarminto,1983:559.)

Perlindungan

adalah

hal


atau

perbuatan melindungi. Perlindungan dapat diartikan juga
sebagai perbuatan melindungi, menjaga dan memberikan
pertolongan supaya selamat. Kata hukum menurut Kamus
hukum adalah segala peraturan atau kaidah-kaidah dalam
kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi
dalam pelaksanaannya (Marbun dkk,2012:124-125)
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan
atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat
dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi (Mertokusumo,
2003:40). Tujuan adanya hukum adalah untuk kepentingan
(masyarakat) umum, yaitu berupa pemberian hak dan kewajiban
yang dijamin dalam peraturan hukum baik kepada perseorangan

20

maupun masyarakat luas. Hukum melindungi kepentingan
seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan
kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.

Pengalokasian kekuasaaan ini dilakukan secara terukur yaitu
ditentukan keluasannya dan kedalamannya. Kekuasaan yang
demikian itulah yang disebut dengan hak (Rahardjo, 2000:53).
Pemahaman tentang perlindungan dan hukum kemudian
disatukan menjadi konsep perlindungan hukum.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang dirugikan orang lain
dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat
menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum
(Rahardjo, 2000:54). Pendapat lain tentang perlindungan hukum
yaitu perlindungan atas harkat dan martabat, serta pengakuan
terhadap HAM yang dimiliki oleh subyek hukum berdasarkan
ketentuan hukum dari kesewenangan. Perlindungan hukum bagi
rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan
represif (Hajon, 1987:2). Perlindungan hukum yang preventif
bertujuan

untuk

mencegah


terjadinya

sengketa,

yang

mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati dalam
pengambilan keputusan berdasarkan diskresi, dan perlindungan
yang

represif bertujuan

untuk

menyelesaikan

terjadinya

21


sengketa, termasuk penangananya di lembaga peradilan (Maria,
2010:18).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikaji bahwa
perlindungan hukum adalah keadaan atau posisi dimana subyek
hukum memperoleh kepastian hukum dan memperoleh hak dan
melaksanakan kewajiban berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku dan dapat dipaksakan pelaksanaannya
dengan suatu sangsi.
Perlindungan hukum ini dapat dijadikan dasar untuk
bertindak pada saat mengalami gangguan pihak lain yang
sengaja melakukan pelanggaran hukum. Terciptanya jaminan
dan

kepastian

hukum

merupakan

syarat


utama

untuk

mewujudkan terpeliharanya keamanan, ketertiban, tegaknya
hukum serta terselenggaranya perlindungan hukum.
2. HKI
a. Pengertian HKI
HKI adalah hak memperoleh perlindungan secara hukum
atas kekayaan intelektual sesuai dengan peraturan perundangundangan (Pasal 1 ayat 15 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional
Penelitian, Pengembangan, Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan
Dan Teknologi Hak Kekayaan Intelektual). Peraturan
perundang-undangan di Indonesia tentang HKI yaitu:

22

Undang-undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000

tentang Rahasia Dagang, Undang-undang Nomor 31 Tahun
2000 tentang Desain Industri, Undang-undang Nomor 32
Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten,
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Secara konvensional HKI dibagi dalam dua bagian
(Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia R.I, 2003 : 3) yaitu: Hak
cipta (copyright) dan Hak Kekayaan Industri (industrial
property rights), yang mencakup: Paten (patent), Desain
Industri (industrial design), Merek (trademark), perlindungan
Varietas Tanaman, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (layout
design of integrated circuit), Rahasia Dagang (trade secret).
Pengertian jenis-jenis HKI yaitu:
1) Hak cipta adalah Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi
Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk
itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku

(Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun
2002 tentang Hak cipta)
2) Desain Industri adalah suatu kreasi tentang bentuk,
konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis
dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk
tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan
estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi

23

3)

4)

5)

6)

7)


atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk
menghasilkan suatu produk, barang, komoditas
industri, atau kerajinan tangan (Pasal 1 angka 1
Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain
Industri)
Sirkuit Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi
atau setengah jadi, yang di dalamnya terdapat berbagai
elemen dan sekurang-kurangnya satu dari elemen
tersebut adalah elemen aktif, yang sebagian atau
seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara
terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang
dimaksudkan untuk menghasilkan fungsi elektronik
(Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun
2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu)
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara
kepada Inventor atas hasil Invensinya di bidang
teknologi, yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri Invensinya tersebut atau
memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk
melaksanakannya (Pasal 1 angka 1 Undang-undang

Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten). Istilah invensi
yang digunakan bukan kata penemuan untuk
menunjukkan hasil serangkaian kegiatan sehingga
tercipta sesuatu yang baru atau yang belum ada
sebelumnya.
Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,
huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki
daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
perdagangan barang atau jasa (Pasal 1 angka 1 Undangundang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek)
Perlindungan Varietas Tanaman yang selanjutnya
disingkat PVT, adalah perlindungan khusus yang
diberikan negara, yang dalam hal ini diwakili oleh
Pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor
Perlindungan Varietas Tanaman, terhadap varietas
tanaman yang dihasilkan oleh pemulia tanaman melalui
kegiatan pemuliaan tanaman (Pasal 1 angka 1 Undangundang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan
Varietas Tanaman)
Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak diketahui
oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,

mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam
kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik
Rahasia Dagang (Pasal 1 angka 1 Undang-undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang)

24

HKI merupakan terjemahan dari Intellectual Property
Right (IPR). Beberapa istilah bahasa Indonesia yang pernah
digunakan untuk menerjemahkan Intellectual Property Right
(IPR) antara lain Hak Milik Immateril, Hak Milik Intelektual
dan Hak atas Kekayaan Intelektual. Berdasarkan Keputusan
Menteri

Hukum

dan

Perundang-undangan


Republik

Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia)
Nomor. M.03.PR.07.10 Tahun 2000 dan Persetujuan Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia
sesuai dengan surat Nomor 24/M.PAN/1/2000 secara resmi
digunakan istilah Hak Kekayaan Intelektual.
HKI terdiri dari tiga kata kunci yaitu Hak, Kekayaan, dan
Intelektual. Menurut L.J. Van Aveldoorn, Hak adalah hukum
yang dihubungkan dengan seseorang manusia atau subjek
hukum tertentu dan menjelma menjadi suatu kekuasaan dan
suatu hak timbul apabila hukum mulai bergerak (Kansil,
1989:119). Hak dapat dibagi menjadi dua yaitu Hak Dasar
(Asasi) yang merupakan hak mutlak yang tidak dapat
diganggu gugat dan Hak Amanat Aturan/Perundangan yang
merupakan hak yang diatur oleh masyarakat melalui
peraturan/perundangan. Di Indonesia HKI merupakan Hak
Amanat Aturan, sehingga masyarakatlah yang menentukan,

25

seberapa besar HKI yang diberikan kepada individu dan
kelompok (Sutedi, 2009:38).
Kekayaan
kepemilikan

(property)
(ownership).

merupakan
Kekayaan

padanan
dapat

kata

diartikan

kepemilikan atas suatu benda sebagai konsekuensi dari
diberikannya hak kepada seseorang oleh hukum. Intelektual
(intellectual) adalah kecerdasan daya pikir dan kemampuan
otak yang dimiliki oleh seseorang kekayaan intelektual
merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan
daya pikir seperti teknologi, pengetahuan seni, sastra,
gubahan lagu, karya tulis, karikatur dan lain sebagainya.
Ketiga penjelasan kata tersebut sampai pada penjelasan
umum bahwa Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang
diberikan oleh hukum kepada subyek hukum terhadap suatu
benda yang merupakan hasil dari kecerdasan intelektual
manusia (Irawan, 2011: 48-49).
Beberapa pengertian tentang HKI dari beberapa para ahli
yaitu:
1. HKI adalah suatu hak yang timbul dari karya intelektual
seseorang

yang

mendatangkan

keuntungan

materil.

Keuntungan materil inilah yang dapat memberikan
kesejahteraan hidup bagi pemilik (Marzuki, 1996:41)

26

2. HKI merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan
kepada khalayak umum dalam berbagai bentuk, yang
bermanfaat dalam menunjang kehidupan manusia karena
memiliki nilai ekonomis. Bentuk nyata dari kemampuan
tersebut

misalnya

dalam

bidang

teknologi,

ilmu

pengetahuan, seni dan sastra (Djumhana dan Djubaedillah,
1997:20-21)

Berdasarkan penjelasan di atas maka pengertian umum
HKI adalah hak memperoleh perlindungan hukum terhadap
kekayaan intelektual yang merupakan hasil daya pikir subyek
kreatif untuk memperoleh manfaat ekonomi. Hak tersebut
dapat

digunakan/dimanfaatkan

oleh

manusia

untuk

meningkatkan kesejahteraan/kebahagiaan hidup.

b. Sifat HKI
HKI sebagai hak untuk memperoleh perlindungan
hukum memiliki dua sifat yaitu mempunyai jangka waktu
terbatas dan bersifat eksklusif dan mutlak (N.E.Algra,
1983:210). Sifat ini melekat ketika perlindungan HKI telah
diperoleh oleh pemilik.

27

1) Mempunyai jangka waktu terbatas
Perlindungan hukum terhadap masing-masing HKI
memiliki

batasan

waktu

tertentu.

Jangka

waktu

perlindungan HKI telah ditentukan secara jelas masingmasing undang-undang HKI yang mengaturnya.
Hak cipta dilindungi selama 50 tahun terhitung sejak
lahirnya suatu ciptaan dan terus berlangsung hingga 50
tahun setelah pencipta meninggal dunia (Pasal 34 Undangundang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Desain
Industri dilindungi selama 10 tahun sejak tanggal
Penerimaan (Pasal 5 ayat 1 Undang-undang Nomor 31
Tahun 2000 tentang Desain Industri). Rahasia dagang
dilindungi terus-menerus tanpa batasan jangka waktu
kerahasiaannya terjaga dan memiliki nilai ekonomi (Pasal
3 ayat 1 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2000).
Perlindungan Paten terbagi dua yaitu paten biasa yang
dilindungi selama 20 tahun sejak tanggal penerimaan dan
tidak dapat diperpanjang dan paten sederhana dilindungi
selama 10 tahun sejak tanggal penerimaan dan tidak dapat
diperpanjang (Pasal 8 ayat 1 dan Pasal 9 Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2001)
Merek dilindungi selama 10 tahun sejak tanggal
penerimaan dan dapat diperpanjang (Pasal 28 Undang-

28

undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek). Desain
Tata Letak Sirkuit Terpadu dilindungi selama 10 tahun
sejak tanggal penerimaan (Pasal 4 ayat 3 Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu). Perlindungan Varietas Tanaman terbagi atas 20
tahun untuk tanaman semusim dan 25 tahun untuk
tanaman setahun (Pasal 4 ayat 1 dan 2 Undang-undang
Nomor 29 Tahun 2000).
2). Bersifat Eksklusif dan mutlak
Perlindungan hukum HKI memberikan hak eksklusif
dan mutlak bagi pemilik. Bersifat eksklusif dan mutlak
berarti bahwa hak tersebut hanya dimiliki oleh pemilik.
Pemilik berhak untuk mengekploitasi HKI yang dimiliki
untuk kepentingannya. Pemilik hak itu dapat menuntut
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh siapapun baik
secara

perdata,

pidana

maupun

administratif.

Pemilik/pemegang HKI mempunyai suatu Hak monopoli,
untuk mempergunakan haknya dengan melarang siapa pun
tanpa persetujuannya membuat ciptaan/penemuan ataupun
menggunakannya. Pihak yang melanggar hak pemilik
dapat dikenakan sanksi.

29

Kedua sifat tersebut tercantum dalam hukum HKI.
Sifat-sifat tersebut mensyaratkan adanya perlindungan
hukum bagi pemilik. Jangka waktu terbatas, eksklusif dan
mutlak dengan sendirinya melekat pada HKI tersebut.
c. Prinsip HKI
HKI

mengatur

mendapatkan

hak

bahwa

subyek

kepemilikannya

kreatif

dari

hasil

berhak
kreasi

kemampuan intektualnya tersebut. Sistem hukum Romawi
menyebutkannya sebagai cara perolehan alamiah (natural
acquisition) berbentuk spesifikasi, yaitu melalui penciptaan.
Pandangan demikian terus didukung, dan dianut banyak
pemikir, mulai dari Locke sampai kepada kaum sosialis.
Pemikir-pemikir hukum Romawi menamakan apa yang
diperoleh di bawah sistem masyarakat, ekonomi, dan hukum
yang berlaku sebagai perolehan sipil dan dipahamkan bahwa
asas suum cuique tribuere menjamin, bahwa benda yang
diperoleh secara demikian adalah kepunyaan seseorang itu
(Roscoe Pound, 1983:119-120).
HKI

memiliki

empat

prinsip

yaitu

(S.

Hartono,1982:124):
1) Prinsip Keadilan (the principle of natural justice)
Pencipta sebuah karya atau orang lain yang bekerja
membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar

30

memperoleh imbalan-imbalan misalnya rasa aman karena
dilindungi dan diakui atas hasil karyanya. Hukum
memberikan perlindungan tersebut demi kepentingan
pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam
rangka kepentingannya tersebut, yang disebut hak. Setiap
hak menurut hukum itu mempunyai alasan melekatnya
hak itu pada pemiliknya. Peristiwa yang menjadi alasan
melekatnya HKI adalah penciptaan yang mendasarkan atas
kemampuan intelektualnya.
Perlindungan yang dimaksud tidak terbatas di dalam
negeri pemilik HKI tersebut, tetapi juga dapat meliputi
perlindungan di luar batas negaranya. Hal itu karena hak
yang ada pada seseorang ini mewajibkan pihak lain untuk
melakukan comission atau tidak melakukan (omission)
sesuatu perbuatan.
2) Prinsip ekonomi (the economic argument)
HKI ini merupakan hak yang berasal dari hasil
kegiatan kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia
yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam
berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta berguna
dalam menunjang kehidupan manusia. Maksudnya adalah
bahwa kepemilikan itu wajar karena sifat ekonomis
manusia yang menjadikan hal itu suatu keharusan untuk

31

menunjang kehidupannya di dalam masyarakat. HKI
merupakan suatu bentuk kekayaan bagi pemiliknya.
Kepemilikan seseorang terhadap HKI akan menghasilkan
keuntungan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalty
dan technical fee.
3) Prinsip Kebudayaan (the cultural argument).
Karya manusia pada hakekatnya bertujuan untuk
memungkinkannya hidup, selanjutnya dari karya itu akan
timbul pula suatu gerak hidup yang harus menghasilkan
lebih banyak karya lagi. Pertumbuhan, perkembangan
ilmu pengetahuan, seni dan sastra sangat besar artinya
bagi peningkatan taraf kehidupan, peradaban, dan
martabat manusia. Kemanfaatan bagi masyarakat, bangsa
dan negarapun akan semakin meningkat. Pengakuan atas
kreasi, karya, karsa, dan cipta manusia yang dibakukan
dalam sistem HKI adalah suatu usaha yang tidak dapat
dilepaskan sebagai perwujudan suasana yang diharapkan
mampu membangkitkan semangat dan minat untuk
mendorong melahirkan ciptaan baru.
4) Prinsip Sosial (the social argument)
Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai
perseorangan yang berdiri sendiri, terlepas dari manusia
yang lain, tetapi hukum mengatur kepentingan manusia

32

sebagai warga masyarakat. Hubungan manusia dengan
manusia lain, yang sama-sama terikat dalam satu ikatan
kemasyarakatan. Hak apapun yang diakui oleh hukum dan
diberikan kepada perseorangan atau suatu persekutuan
atau kesatuan lain, tidak boleh diberikan semata-mata
untuk

memenuhi

kepentingan

perseorangan

atau

persekutuan, atau kesatuan itu saja, tetapi pemberian hak
kepada perseorangan persekutuan/kesatuan itu diberikan,
dan diakui oleh hukum, oleh karena dengan diberikannya
hak tersebut kepada perseorangan, persekutuan ataupun
kesatuan hukum itu, kepentingan seluruh masyarakat akan
terpenuhi. Kempat prinsip HKI di atas merupakan suatu
kesatuan yang mendasari perlindungan hukum HKI.
3. Perlindungan Hukum HKI
Perlindungan

hukum

HKI diperoleh

melalui

sistem

konstitutif dan sistem deklaratif. Sistem pendaftaran konstitutif
(first to file system) mengatur bahwa pendaftaran adalah bentuk
perlindungan hukum yang menimbulkan kepastian hukum.
Sistem konstitutif berlaku untuk Paten, Merek, Desain Industri,
Tata letak Sirkuit Terpadu.
Sistem pendaftaran deklaratif (first to use system)
merupakan sistem perlindungan yang tidak mewajibkan
pendaftaran (voluntary registration) HKI untuk memperoleh

33

perlindungan hukum karena meskipun tidak didaftarkan
perlindungan hukum bagi pencipta/pemilik/inventor pertama
telah dijamin oleh undang-undang. Sistem konstitutif berlaku
untuk Hak Cipta dan Rahasia dagang.
Perlindungan HKI menyangkut dua hal: pertama, terkait
hasil ide, hasil pemikiran dan kreatifitas manusia dan kedua,
terkait kehendak orang untuk melindungi ide, hasil pemikiran
dan kreatifitas tersebut sehingga secara umum tujuan dari sistem
HKI adalah melindungi pencipta dan juga memberikan sebuah
aturan kepada pihak di luar pencipta untuk dapat mengakses
ciptaan tersebut (Robert. M. Sherwood, 1999: 11). HKI adalah
instrumen hukum yang memberikan perlindungan hak seorang
atas segala hasil kreativitas dan perwujudan karya intelektual
dan memberikan hak kepada pemilik untuk menikmati
keuntungan ekonomi dari pemilikan hak tersebut. Hasil karya
intelektual tersebut dalam prakteknya dapat berwujud ciptaan di
bidang seni dan sastra, merek, penemuan di bidang teknologi
tertentu dan sebagainya.
HKI pada umumnya berhubungan dengan perlindungan
penerapan ide dan informasi yang memiliki nilai komersial. HKI
adalah kekayaan pribadi yang dapat dimiliki dan diperlakukan
sama dengan bentuk-bentuk kekayaan lainnya. HKI sebagai
suatu hak milik yang merupakan aset mendapat pengakuan

34

hukum perlu mendapat perlindungan hukum. Perlindungan
hukum yang layak atas HKI untuk menghindari kompetisi yang
tidak layak (unfair competition), walaupun dalam perlindungan
hukum ini diberikan suatu hak monopoli tertentu kepada pihak
pencipta atau inventor (pencipta di bidang hak cipta, inventor di
bidang hak paten) (S. Gautama, 1995: 60). Secara hukum,
negara yang memberikan perlindungan dan pengakuan kepada
subyek kreatif yang menghasilkan karya intelektual dengan
pengorbanan tenaga, waktu, pikiran dan biaya.
Perlindungan HKI sebagai konsekuensi Indonesia telah
meratifikasi ketentuan WTO melalui Undang-undang Nomor 7
Tahun 1994. Perlindungan hukum HKI bertujuan untuk
mendorong timbulnya inovasi, pengalihan dan penyebaran
teknologi seta diperolehnya manfaat bersama antara penghasilan
dan penggunaan pengetahuan teknologi, untuk menciptakan
kesejahteraan sosial dan ekonomi serta keseimbangan antara hak
dan kewajiban (Suherman, 2005:113).
Perlindungan hukum dapat memberikan rasa aman kepada
pemilik untuk memanfaatkan karya intelektualnya demi
menghasilkan manfaat ekonomi. Hal ini sekaligus merupakan
upaya preventif tindakan merugikan yang dilakukan oleh pihak
lain khususnya apabila produk tersebut telah beredar di pasaran.
Adanya jaminan perlindungan hukum maka pihak-pihak lain

35

yang ingin memanfaatkan HKI tersebut wajib untuk meminta
lisensi

kepada

pemilik.

Lisensi

yang

telah

diberikan,

mewajibkan pihak lain harus membayar royalti kepada pemilik
sesuai dengan perjanjian. Royalti inilah yang merupakan
manfaat ekonomi yang dapat diperoleh oleh pemilik dari HKI
yang dimilikinya
HKI menjadi sangat penting untuk menggairahkan laju
perekonomian

dunia

yang

pada

akhirnya

membawa

kesejahteraan umat manusia. Perlindungan hukum HKI yang
berujung pada perolehan manfaat ekonomi bagi pemilik dan
masyarakat luas maka dapat dikategorikan sebagai hal yang
baik. Hukum HKI yang berhasil ditegakkan, dapat membuat
para pencipta, inventor atau pemilik HKI memperoleh imbalan
atas ciptaan yang mereka buat. Hal ini sejalan dengan tujuan
hukum menurut teori utilitarianisme yaitu kesejahteraan yang
sebesar-besarnya bagi sebagian terbesar rakyat atau bagi seluruh
rakyat, dan evaluasi hukum dilakukan berdasarkan akibat-akibat
yang dihasilkan dari proses penerapan hukum. Berdasarkan
orientasi itu, maka isi hukum adalah ketentuan tentang
pengaturan penciptaan kesejahteraan Negara.
Tujuan Perlindungan hukum HKI tidak hanya sebatas pada
melindungi HKI pemilik tersebut tetapi juga mengatur bahwa
bagaimana pemilik memperoleh manfaat ekonomi dari HKI

36

yang dimilikinya tersebut. Manfaat ekonomi terkait erat dengan
dua hak utama yang dimiliki oleh pemilik yaitu hak ekonomi
dan hak moral.
4. Dasar Pengaturan HKI di Indonesia
Indonesia telah menyetujui dan menandatangani Perjanjian
Putaran Uruguay bersama dengan 110 negara anggota di
Marakesh Maroko pada tanggal 15 April 1994. Konsekuensinya
pemerintah telah meratifikasi perjanjian tersebut kedalam
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan
Agreement Establishing The World Trade Organization
(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia),
yang mencakup Trade Related Aspect of Intellectual Property
Rights Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs (Aspekaspek HKI yang terkait dengan Perdagangan) sebagaimana
dikemukakan dalam penjelasan pada bagian IV huruf C angka
11. Penjelasan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994, pada
Bagian IV huruf C angka 11 mengatur, bahwa:
“Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights,
Including Trade in Counterfeit Goods/TRIPs (Aspek-aspek
HKI yang terkait dengan perdagangan, termasuk
perdagangan barang palsu.”
Latar belakang dari munculnya TRIPs adalah bahwa
perdagangan dunia terkait dengan Intellectual Property Rights.
Persetujuan TRIPs juga mengatur tentang larangan praktek
persaingan curang dan perjanjian lisensi. Persetujuan tentang

37

TRIPs bertujuan untuk mendorong inovasi dan transfer serta
penyebaran teknologi untuk keuntungan produser, pemakai dan
konsumen. Hal ini merupakan hasil formal perundingan
Uruguay Round, yang perjanjiannya berisi perjanjian di bidang
jasa dan perjanjian di bidang Hak atas Kekayaan Intelektual
(H.S Kartajoemena, 2000: 104). Tujuan dari perundingan
Uruguay round yaitu meningkatkan perlindungan terhadap HKI
dari produl-produk yang diperdagangkan, menjamin prosedur
pelaksanaan

HKI

yang

tidak

menghambat

kegiatan

perdagangan, merumuskan aturan secara disiplin mengenai
pelaksanaan perlindungan terhadap HKI, dan mengembangkan
prinsip, aturan, dan mekanisme kerja sama internasional untuk
menangani perdagangan barang-barang hasil pemalsuan HKI.
Persetujuan aspek dagang di bidang HKI ini membawa
konsekuensi bahwa Indonesia harus mengharmonisasikan sistem
HKI yang dimilikinya dengan sistem HKI yang berlaku secara
internasional. Mengharmonisasikan sistem HKI bukanlah berarti
sistem HKI Indonesia harus sama sepenuhnya dengan sistem
HKI di negara lain tetapi yang disamakan atau diharmonisasikan
adalah prinsip-prinsip dasar atau standar minimal sistem HKI
yang sama diberlakukan dengan negara-negara lain dan harus
diterapkan di tanah air. Tidak tertutup kemungkinan sistem HKI

38

di Indonesia diterapkan melebihi dari standar minimal yang
diharuskan.
Hakekat TRIP’s adalah meningkatkan persaingan global
yang harus dilakukan secara “fair” transparan, dan jujur tidak
hanya di antara negara-negara anggota WTO tetapi juga dengan
yang belum menjadi anggota. Bagi negara-negara berkembang
seperti Indonesia yang pemahaman masyarakatnya tentang HKI
masih belum cukup memadai, baik di kalangan para praktisi
hukum, penegak hukum, dunia usaha, para peneliti, pencipta,
dan juga seniman tentu persaingan global akan sangat terasa
berat untuk menghadapinya. Berhadapan dengan situasi seperti
itu, Indonesia tidak mempunyai pilihan lain sebagai bangsa yang
ingin ikut terlibat dalam pergaulan bangsa-bangsa modern
lainnya, termasuk pula keterlibatannya di bidang ekonomi
global yang memberikan peranan penting terhadap HKI. Dengan
segala daya upaya, sebagai negara dengan potensi sumber daya
alam yang besar, dengan ribuan pulau, yang disatukan dengan
lautan maka Indonesia akan teguh berupaya menyiapkan diri
dalam era persaingan global mendatang.
Pembahasan tentang HKI dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945 pada dasarnya tidak ada. Namun Bab XA tentang
Hak Asasi Manusia memuat ketentuan yang relevan dengan
HKI. Pasal 28C UUD 1945 tercantum bahwa :

39

Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat
pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan
umat manusia.

Beberapa unsur penting dalam pasal 28C yang bisa
diterapkan dalam pengelolaan sistem HKI (Purba, 2005:101)
yaitu :
a. Pengembangan diri. HKI adalah refleksi dari pengembangan
diri manusia, yakni untuk berkreasi, termasuk menghasilkan
berbagai karya intelektual seperti invensi, karya cipta desain
serta berbagai gambar dan formula untuk dunia usaha dan
bisnis.
b. Kebutuhan dasar. Penyaluran kreativitas yang menghasilkan
karya-karya intelektual merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia dan karya-karya ini terserap oleh kebutuhan
pihak lain sehingga ada interaksi yang muncul.
c. Cakupan kemanfaatan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya. Ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya
merupakan representasi bidang-bidang yang terlibat dalam
berbagai

karya

intelektual

dan

setiap

orang

perlu

memanfaatkan bidang-bidang itu. HKI merupakan sistem
yang mencakup berbagai bidang, dari yang tradisional sampai
ke yang digital.

40

d. Peningkatan kualitas hidup. HKI merupakan hak privat dari
individu yang bersangkutan. Pada tingkat awal,

individu

berusaha untuk melindungi dan mempertahankan haknya,
misalnya dengan memintakan paten atas invensi atau
mendaftarkan karya-karya intelektual lain, atau tidak
memerlukan perlindungan sama sekali.
e. Kesejahteraan umat manusia. Kekayaan
telah

dilindungi

tersebut

dapat

intelektual yang

menyumbang

pada

pertumbuhan perekonomian.

Perlindungan HKI dapat membuat banyak orang atau pihak
dalam masyarakat menjadi termotivasi untuk terus berkreasi dan
dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Peningkatan
kualitas hidup bermuara pada kesejahteraan masyarakat yang
merupakan kunci dan sekaligus tujuan publik dari hak kekayaan
intelektual. Karya intelektual dapat membantu manusia dalam
kehidupannya sehingga dapat menjadi lebih baik dari hari ke
hari (TRIPs art 7.)
Pasal 28C UUD 1945 dapat menjadi dasar kuat bagi
pengembangan sistem HKI. Ketentuan lain yang merupakan
dasar konstitusional dari keberadaan HKI adalah mengenai
perlindungan dan kepastian hukum seperti tercantum dalam
pasal 28D ayat 1,

41

Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum.
Pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum serta
perlakuan yang sama di hadapan hukum jika diwujudkan maka
akan muncul rasa aman dalam diri subyek kreatif sehingga dapat
memunculkan kebebasan untuk berkreasi. Hal ini dapat
memberikan manfaat yang lebih luas bagi seluruh masyarakat.

B.

Manfaat Ekonomi HKI
1. Hak Ekonomi menghasilkan manfaat ekonomi
Manfaat ekonomi adalah keuntungan ekonomi yang
diperoleh oleh pemilik karena menggunakan hak ekonomi yang
dimilikinya. Hak ekonomi diperoleh oleh pemilik setelah
mendapatkan perlindungan hukum HKI. Hak moral adalah hak
lain yang dapat diperoleh oleh pemilik selain hak ekonomi. Hak
Moral adalah hak yang melekat secara terus menerus bagi
pemilik sedangkan hak ekonomi dapat menghasilkan manfaat
ekonomi bagi pemilik.
HKI dapat menjadi sumber kekayaan material bagi
pemiliknya karena mempunyai nilai ekonomi atau manfaat
ekonomi. Manfaat ekonomi tidak hanya dapat dinikmati oleh
pemilik tetapi juga oleh pihak lain. Cara memperoleh
keuntungan ekonomi tersebut antara lain:

42

a) HKI dapat digunakan untuk menjalankan suatu bisnis
tertentu oleh pemiliknya sendiri, misalnya pemilik dapat
memilih nama Merek Dagang/Jasa atas produk yang
dihasilkan atau untuk badan usaha.
b) HKI diwujudkan dalam bentuk modal dan suatu produk
industri yang kemudian dipasarkan kepada para konsumen.
Konsumen yang menggunakan akan membayar kepada
pemilik HKI atas produk yang telah dihasilkan, misalnya
karya arsitektur dan bangunan rumah
c) Pemilik HKI dapat memberikan lisensi atau izin kepada
pihak lain yang ingin menggunakan atau memanfaatkan hak
pemilik sehingga pemilik dapat memperoleh keuntungan
berupa royalti sesuai dengan yang tertera dalam perjanjian.
Hal ini berarti pemilik akan memperoleh keuntungan ganda,
yaitu dari penggunaan sendiri dan dari lisensi. Contohnya
adalah Hak Cipta dilisensikan kepada Produser, Hak Merek
dilisensikan

kepada

perusahaan

perdagangan,

Paten

dilisensikan kepada perusahaan industri (Muhammad,
2007:14-15)

Hak ekonomi pada masing-masing undang-undang HKI
diatur secara berbeda misalnya Hak ekonomi yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang hak cipta terdiri

43

dari Hak reproduksi (Reproduction Right), Hak adaptasi
(adaptation right), hak distribusi (distribution right), Hak
pertunjukan (performance right), Hak penyiaran (broadcasting
right), Hak programa kabel (cablecasting right), droit de suite,
dan

Hak

pinjam

masyarakat

(Public

Lending

Right)

(Djumhana,1997:65)
a. Hak reproduksi (Reproduction Right)
Hak reproduksi (Reproduction Right) adalah hak untuk
menggandakan

ciptaan.

Undang-undang

hak

Cipta

hak

untuk

menggunakan istilah hak perbanyakan
b. Hak adaptasi (adaptation right)
Hak

adaptasi

(adaptation

right)

adalah

mengadakan adaptasi terhadap Hak Cipta yang sudah ada,
misalnya, penerjemahan dari satu bahasa ke bahasa lain, isi
novel diubah menjadi isi skenario film
c. Hak distribusi (distribution right)
Hak distribusi (distribution right) adalah hak untuk
menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil Ciptaan dalam
bentuk penjualan atau penyewaan. Undang-undang Hak
Cipta menggunakan istilah hak mengumumkan
d. Hak Pertunjukan (Performance right)
Hak Pertunjukan (Performance right) adalah hak untuk
mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau

44

penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman, peragawati.
Hak ini diatur dalam Beren Convention, Universal
Copyright Convention, dan Rome Convention.

Hak ekonomi pada paten dan merek lebih terbatas. Hak
ekonomi dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
paten ada dua jenis, yaitu berupa hak penggunaan sendiri dan
penggunaan melalui lisensi tanpa variasi lain. Hak ekonomi
dalam Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
hak ekonomi ada tiga jenis, yaitu hak penggunaan sendiri,
penggunaan melalui lisensi merek dagang dan lisensi merek
jasa, tanpa variasi lain. Hak-hak ekonomi inilah yang dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik.
Hak moral pada dasarnya bersifat pribadi dan kekal. Sifat
pribadi menunjukkan ciri khas yang berkaitan dengan nama
baik, kemampuan, dan integritas yang hanya dimiliki oleh
Pencipta atau inventor. Kekal artinya melekat pada pencipta atau
Inventor selama hidup, bahkan setelah meninggal dunia
(Muhammad, 2007:26). Hak moral mempunyai tiga dasar yaitu
hak untuk mengumumkan (the right of publication), hak
paterniti (the right of paternity), dan hak integritas (the right of
integrity).

45

Manfaat perlindungan HKI berkaitan erat dengan ekonomi
dan investasi. Pelaksanaan HKI yang baik akan membawa
manfaat bagi sebuah negara karena beberapa alasan berikut
yaitu HKI mempercepat terjadinya penanaman modal ke sebuah
negara

baik

domestik

maupun

asing

dan

HKI

dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik suatu negara
(Erich H. Smith, 1996:574).
Beberapa manfaat yang diperoleh dari suatu sistem HKI
yang baik yaitu:
a. Hak Kekayaan Intelektual dapat meningkatkan posisi
perdagangan dan investasi.
b. Hak Kekayaan Intelektual mengembangkan teknologi.
c. Hak Kekayaan Intelektual mendorong perusahaan untuk
dapat bersaing secara internasional.
d. Hak Kekayaan Intelektual dapat membantu komersialisasi
inventoran dan inovasi secara efektif.
e. Hak Kekayaan Intelektual dapat mengembangkan
sosial budaya
f. Hak Kekayaan Intelektual dapat menjaga reputasi
Internasional untuk kepentingan ekspor (IASTP/Advanced,
1993:36).

Manfaat ekonomi dapat mendorong subyek kreatif untuk
berpikir terus-menerus untuk menghasilkan ciptaan atau invensi
baru yang mendatangkan manfaat ekonomi. Manfaat ekonomi
akan semakin banyak dihasilkan apabila kemampuan berpikir
dan mencipta semakin meningkat. Manfaat ekonomi bukan
hanya dapat diperoleh pemilik, melainkan juga oleh pihak
pemegang lisensi. Dari segi ekonomi, perkembangan HKI

46

mendasari

perkembangan

meningkatkan

pertumbuhan

indsutri
ekonomi

yang

berarti

berupa

akan

pendapatan

nasional suatu negara (Growth National Product) (Muhammad,
2007:15). Hal ini dapat menguntungkan masyarakat dalam
jangka panjang (Tim Lindsey, 2006:15).
2. Pemilik HKI
Pemilik HKI telah diatur dalam masing-masing Undangundang HKI. Pasal 5 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2000
tentang Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) mengatur bahwa
pemilik PVT adalah pemulia, badan hukum. Pasal 6 UndangUndang Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
mengatur bahwa pemilik adalah pemegang hak Rahasia Dagang.
Pasal 6 ayat 1 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri, pemilik disebut pendesain atau yang menerima
hak dari pendesain. Pasal 1 ayat 7 dan Pasal 5 ayat 1 Undangundang Nomor 32 Tahun 2000 mengatur bahwa pemilik Desain
Tata Letak Sirkuit adalah pendesain atau yang menerima hak
tersebut dari pendesain. Pasal 10 ayat 1 Undang-undang Nomor
14 Tahun 2001 tentang paten mengatur bahwa pemilik adalah
disebut inventor atau yang menerima hak inventor.
Pasal 3 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang
Merek mengatur bahwa pemilik merek adalah pemegang hak
atas merek, sedangkan Indikasi Geografis dan Indikasi asal,

47

pemilik haknya adalah lembaga yang mewakili, lembaga yang
diberi kewenangan, kelompok konsumen barang (Pasal 56 ayat
2 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001). Pasal 1 ayat 4
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
mengatur bahwa pemegang hak cipta adalah pencipta atau pihak
yang menerima hak tersebut dari pendipta. Hukum Hak Cipta
bertujuan melindungi ciptaan-ciptaan para Pencipta yang dapat
terdiri dari pengarang, artis, musisi, dramawan, programer
komputer dan sebagainya (Lindsey, 2006:96).

C.

Landasan Teori
1. Teori Utilitarianisme
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
Teori Utilitarianisme. Utilitarianisme berasal dari kata Latin
utilis yang berarti “bermanfaat”. Utilitarianisme adalah sebuah
teori yang diusulkan oleh

David Hume (1711-1776) untuk

menjawab moralitas yang saat itu mulai diterpa badai keraguan
yang besar, tetapi pada saat yang sama masih tetap sangat
terpaku pada aturan ketat moralitas yang tidak mencerminkan
perubahan – perubahan radikal di zamannya. Teori ini kemudian
dikembangkan
muridnya

oleh

Jeremy

Bentham (1748–1832) dan

John Stuart Mill (1806-1873). Persoalan yang

melatarbelakangi Bentham untuk mengembangkan teori ini

48

adalah bagaimana menilai baik-buruknya suatu kebijaksanaan
sosial politik, ekonomi, dan legal secara moral.
Bentham menemukan bahwa dasar yang paling objektif
dalam menilai suatu kebijaksanaan umum atau publik adalah
kemanfaatan

atau

hasil

yang

berguna.

Penilaian

etika

Utilitarianisme pada konsekuensi atau tujuan yang ingin dicapai.
Utilitarianisme merumuskan tiga kriteria obyektif yang dapat
dijadikan dasar obyektif sekaligus norma untuk menilai suatu
kebijaksanaan atau tindakan yaitu manfaat, manfaat terbesar dan
pihak yang merasakan manfaat tersebut. Kriteria pertama adalah
manfaat yaitu kebijaksanaan atau tindakan mendatangkan
manfaat atau kegunaan tertentu. Kriteria kedua adalah manfaat
terbesar yaitu kebijaksanaan atau tindakan mendatangkan
manfaat terbesar dibandingkan dengan kebijaksanaan atau
tindakan alternatif lainnya. Kriteria ketiga adalah pihak yang
merasakan manfaat adalah pihak dalam jumlah yang besar atau
sebanyak mungkin orang (Keraf, 1998:94).
Ketiga kriteria etika utilitarianisme di atas sampai pada
rumusan utilitarianisme yang telah dikenal luas yaitu the
greatest happiness of the greatest number, kebahagiaan terbesar
dari jumlah orang terbesar. (K. Bertens, 2000: 66). Perbuatan
baik jika membawa manfaat, tapi manfaat itu harus menyangkut
bukan saja satu atau dua orang tetapi masyarakat sebagai

49

keseluruhan.

Manfaat

kesejahteraan,

tersebut

keuntungan

antara

dan

lain

kebahagiaan,

sebagainya.

Kriteria

utilitarianisme juga berkaitan erat dengan tiga nilai positif
utilitarianisme itu sendiri yaitu rasionalitas, kebebasan individu
dan universalitas.
Utilitarianisme

dan

perlindungan

hukum

HKI pada

dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu kemanfaatan. Ketiga
kriteria utilitarianisme dalam menilai suatu tindakan dapat pula
diterapkan dalam mengkaji tentang perlindungan hukum hak
kekayaan intelektual yaitu apakah perlindungan hukum HKI
telah memberikan manfaat ekonomi bagi pemilik? Apakah
perlindungan hukum HKI telah memberikan manfaat ekonomi
yang sebesar-besarnya, Siapa sajakah yang memperoleh manfaat
ekonomi dari perlindungan hukum HKI?
Ketiga nilai positif dari utilitarianisme yaitu rasionalitas,
kebebasan, dan universalitas (Keraf, 1998:96-97) juga berkaitan
erat dengan perlindungan hukum HKI. Pertama, Rasionalitas
menyangkut alasan yang masuk akal untuk memilih suatu
perbuatan atau tindakan yang dianggap baik. Perlindungan
hukum HKI secara rasional dapat diterima secara umum karena
hal tersebut dipandang sebagai perlindungan terhadap subyek
kreatif yang telah bersusah payah untuk menghasilkan karyanya.
Kedua, Kebebasan. Perlindungan hukum HKI memberikan

50

jaminan bagi individu untuk secara bebas berkreasi dan
memanfaatkan karya intelektualnya tersebut untuk memperoleh
manfaat ekonomi. Ketiga, universalitas yaitu dengan adanya
perlindungan hukum HKI, dan jaminan kebebasan berkreasi
maka kekayaan intelektual yang dihasilkan dapat memberikan
manfaat bagi masyarakat secara luas.