Saran Buku-buku Kewenangan yang Diberikan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973

120 adanya kepatuhan hukum, maka perlu juga diatur tentang bagian hak pengelolaan yang telah diberikan kepada pihak ketiga sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.

B. Saran

1. Penyerahan kewenangan di bidang pertanahan dari Otorita Batam kepada Pemerintah Kota Batam, di dalam pelaksanaan penyerahan kewenangan tersebut perlu dibentuk suatu peraturan khusus yang memperinci secara jelas dan tegas tentang batas kewenangan di bidang pertanahan tersebut. Hal ini mengingat bahwa Pulau Batam merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekhususan yang selama ini kewenangan di bidang pertanahan di wilayah tersebut dilaksanakan oleh suatu badan yaitu Otorita Batam. Pemberlakuan peraturan khusus ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan di bidang pertanahan antara Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam yang dapat menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan tersebut. 2. Pemerintah Republik Indonesia perlu menerbitkan suatu Undang-Undang Peraturan Pemerintah tentang hubungan kerja antara Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam Dengan meningkatkan keselarasan keseimbangan dan keserasian kewenangan bidang pertanahan tersebut antara Pemerintah Kota Batam dengan Otorita Batam agar dapat tercipta suatu kejelasan, ketegasan dan kepastian hukum terhadap kewenangan masing-masing institusi tersebut di bidang pertanahan Universitas Sumatera Utara 121 sehingga tidak terjadi kebingungan dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan di Pulau Batam itu sendiri. 3. Apabila terjadi pelimpahan kewenangan dari Otorita Batam kepada pemerintah kota Batam dalam bidang pertanahan tersebut, maka perlu ditetapkan jangka waktu transisi melalui suatu peraturan yang tegas dan jelas untuk mengganti antisipasi munculnya masalah – masalah yang dapat menimbulkan ketidakpastian hukum kepada masyarakat di Pulau Batam dalam bidang status hak kepemilikan atas tanah. Universitas Sumatera Utara 122 DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Andayani Dwi B, Keberadaan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia, Disertai, Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990. Fachruddin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004. Gunawan Markus, Rumah Liar Problematika Multidimensial, Syari Pos, Batam, 12 Juli 2002. Gunawan Markus dan Anggraini Lisya Editor, Batam Problematika Multidimensial CV. Karya Mandiri, Batam, 2004. Harsono Boedi, Tinjauan Hukum Pertanahan Diwaktu Lampau, Sekarang dan Masa Akan Datang, Makalah, Seminar Nasional Pertanahan dalam rangka HUT UUPA ke-XXXII, Yogyakarta, 1992. _____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional Djambatan, Jakarta, 1999. _____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2003. _____________, 46 Tahun UUPA, Usaha Penyempurnaan yang Belum Selesai, Makalah disampaikan pada Pertemuan Tahunan Memperingati Hari Ulang Tahun UUPA, Jakarta, 14 September 2006. Hoessein Bhenyamin, Berbagai Faktor yang Memengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II, Suatu Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah dari Segi Ilmu Administrasi Negara, Disertai Program Pascasarjana, 1993. Hutagalung, S. Arie, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, 2005. 111 Universitas Sumatera Utara 123 Idham, Konsilidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 2004. Kamelo Tan, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2006. Lubis M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994. Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2002. Moelong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993. Nasution Surya Makmur, Batam Jangan Sampai Arang Abis Besi Binasa,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 2001. Nicolai, P Oliver, B.K., Bestuursrecht, Amsterdam, 1994, hal. 4 dalam Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004. Nugraha Safri, dkk, Hukum Administrasi Negara, CLGS-FHUI, Depok, 2007. Parlindungan AP., Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju, Bandung, 1998. Pemerintah Kota Batam, Profil Batam Madani, 2004, Pemko Batam, 2004. Rahardjo Satjipto, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1994. Roeroe Freddy, Et.al, Batam Komitmen Sete ngah Hati, Aksara Karunia, Jakarta, 2003. Salam Dharma Setyawan, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber Daya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003. Soekanto Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1988. Sudiyat Iman, Hukum Adat, Sketsa Azas, Liberty, Yogyakarta, 1978, hal. 1. Conditio sine qua non merupakan istilah dari bahasa latin yang berarti syarat mutlak atau syarat yang absolut. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002. Universitas Sumatera Utara 124 Surya Brata Sumardi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998. Syahrin Alvi, Beberapa Masalah Hukum, Sofmedia, Medan, 2009. Tim Teknis Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pertanahan, Kerangka Kebijakan Pertanahan Nasional, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas dan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan BPN, Jakarta, 2004. Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Padjajaran, Bandung, 1960. Wasistiono Sadu, Esensi UU 322004 tentang Pemerintahan Daerah, Makalah disampaikan pada Rakernas Asosiasi DPRD Kota-Se-Indonesia, Batam, 2005. Wignjosoebroto Sutandyo, Desentralisasi Dalam Tata Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, Bayumedia Publishing, Malang, 2004. Wuisman, M, DJJ, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI Press, Jakarta, 1996.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBERIAN KEWENANGAN BIDANG PERTANAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH SESUAI UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 DI KABUPATEN SLEMAN

0 6 102

KEWENANGAN GUBERNUR SUMATERA BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 12

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 17

KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 6

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH OTONOM DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH | FAHRIAH | Legal Opinion 5850 19411 1 PB

0 0 10

BAB II TINJAUAN TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI BIDANG EKONOMI - ASPEK HUKUM KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MELAKSANAKAN KERJASAMA EKONOMI DENGAN LUAR NEGERI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIN

0 0 56

MENENGAH (RPIJM} BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2OL7-2O21 Berdasarkan Undang- Undang No.32 Tahun 20A4 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

0 0 6