120
adanya kepatuhan hukum, maka perlu juga diatur tentang bagian hak pengelolaan yang telah diberikan kepada pihak ketiga sehingga tidak menimbulkan
permasalahan baru.
B. Saran
1. Penyerahan kewenangan di bidang pertanahan dari Otorita Batam kepada
Pemerintah Kota Batam, di dalam pelaksanaan penyerahan kewenangan tersebut perlu dibentuk suatu peraturan khusus yang memperinci secara jelas dan tegas
tentang batas kewenangan di bidang pertanahan tersebut. Hal ini mengingat bahwa Pulau Batam merupakan salah satu wilayah yang memiliki kekhususan
yang selama ini kewenangan di bidang pertanahan di wilayah tersebut dilaksanakan oleh suatu badan yaitu Otorita Batam. Pemberlakuan peraturan
khusus ini dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan di bidang pertanahan antara Otorita Batam dengan Pemerintah Kota Batam yang dapat
menimbulkan kerancuan dan ketidakpastian hukum dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan tersebut.
2. Pemerintah Republik Indonesia perlu menerbitkan suatu Undang-Undang
Peraturan Pemerintah tentang hubungan kerja antara Pemerintah Kota Batam dan Otorita Batam Dengan meningkatkan keselarasan keseimbangan dan keserasian
kewenangan bidang pertanahan tersebut antara Pemerintah Kota Batam dengan Otorita Batam agar dapat tercipta suatu kejelasan, ketegasan dan kepastian hukum
terhadap kewenangan masing-masing institusi tersebut di bidang pertanahan
Universitas Sumatera Utara
121
sehingga tidak terjadi kebingungan dalam pelaksanaan kewenangan di bidang pertanahan di Pulau Batam itu sendiri.
3. Apabila terjadi pelimpahan kewenangan dari Otorita Batam kepada pemerintah
kota Batam dalam bidang pertanahan tersebut, maka perlu ditetapkan jangka waktu transisi melalui suatu peraturan yang tegas dan jelas untuk mengganti
antisipasi munculnya masalah – masalah yang dapat menimbulkan ketidakpastian hukum kepada masyarakat di Pulau Batam dalam bidang status hak kepemilikan
atas tanah.
Universitas Sumatera Utara
122
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Andayani Dwi B, Keberadaan Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Disertai, Pascasarjana Fakultas Hukum UI, 2004. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai
Pustaka, Jakarta, 1990. Fachruddin Irfan, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan
Pemerintah, Alumni, Bandung, 2004.
Gunawan Markus, Rumah Liar Problematika Multidimensial, Syari Pos, Batam, 12 Juli 2002.
Gunawan Markus dan Anggraini Lisya Editor, Batam Problematika Multidimensial CV. Karya Mandiri, Batam, 2004.
Harsono Boedi, Tinjauan Hukum Pertanahan Diwaktu Lampau, Sekarang dan Masa Akan Datang,
Makalah, Seminar Nasional Pertanahan dalam rangka HUT UUPA ke-XXXII, Yogyakarta, 1992.
_____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya,
Jilid I Hukum Tanah Nasional Djambatan, Jakarta, 1999.
_____________, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya,
Djambatan, Jakarta, 2003. _____________, 46 Tahun UUPA, Usaha Penyempurnaan yang Belum Selesai,
Makalah disampaikan pada Pertemuan Tahunan Memperingati Hari Ulang Tahun UUPA, Jakarta, 14 September 2006.
Hoessein Bhenyamin, Berbagai Faktor yang Memengaruhi Besarnya Otonomi Daerah Tingkat II, Suatu Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah dari
Segi Ilmu Administrasi Negara, Disertai Program Pascasarjana, 1993.
Hutagalung, S. Arie, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, Jakarta, 2005.
111
Universitas Sumatera Utara
123
Idham, Konsilidasi Tanah Perkotaan Dalam Perspektif Otonomi Daerah, Alumni, Bandung, 2004.
Kamelo Tan, Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2006.
Lubis M. Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994. Mertokusumo Sudikno, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar,Penerbit Liberty,
Yogyakarta, 2002. Moelong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1993. Nasution Surya Makmur, Batam Jangan Sampai Arang Abis Besi Binasa,Pustaka
Sinar Harapan, Jakarta, 2001. Nicolai, P Oliver, B.K., Bestuursrecht, Amsterdam, 1994, hal. 4 dalam Irfan
Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah,
Alumni, Bandung, 2004. Nugraha Safri, dkk, Hukum Administrasi Negara, CLGS-FHUI, Depok, 2007.
Parlindungan AP., Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar Maju,
Bandung, 1998. Pemerintah Kota Batam, Profil Batam Madani, 2004, Pemko Batam, 2004.
Rahardjo Satjipto, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1994. Roeroe Freddy, Et.al, Batam Komitmen Sete ngah Hati, Aksara Karunia, Jakarta,
2003. Salam Dharma Setyawan, Otonomi Daerah Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan
Sumber Daya, Penerbit Djambatan, Jakarta, 2003.
Soekanto Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1988. Sudiyat Iman, Hukum Adat, Sketsa Azas, Liberty, Yogyakarta, 1978, hal. 1. Conditio
sine qua non merupakan istilah dari bahasa latin yang berarti syarat mutlak
atau syarat yang absolut. Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Universitas Sumatera Utara
124
Surya Brata Sumardi, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998. Syahrin Alvi, Beberapa Masalah Hukum, Sofmedia, Medan, 2009.
Tim Teknis Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pertanahan,
Kerangka Kebijakan Pertanahan Nasional, Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan Bappenas dan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan BPN, Jakarta, 2004.
Utrecht, E, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Padjajaran, Bandung, 1960.
Wasistiono Sadu, Esensi UU 322004 tentang Pemerintahan Daerah, Makalah disampaikan pada Rakernas Asosiasi DPRD Kota-Se-Indonesia, Batam, 2005.
Wignjosoebroto Sutandyo, Desentralisasi Dalam Tata Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda,
Bayumedia Publishing, Malang, 2004. Wuisman, M, DJJ, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Jilid I, Penyunting, M. Hisyam, UI
Press, Jakarta, 1996.
B. Peraturan Perundang-Undangan