Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terhadap lima informan perempuan sebagai orangtua tunggal dalam subordinasi di “Dalihan Na Tolu” , maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk subordinasi yang terjadi pada informan peneliti adalah beragam. RS dan YS memiliki banyak kesamaan, subordinasi yang mereka rasakan yaitu RS dan YS tidak dihargai oleh keluarga pihak laki-laki. RS dan YS dimarginalkan, sebagai “boru” di dalam adat RS dan YS tidak dapat ikut berpendapat dan hanya berada di dapur. Anak laki- laki sebagai pengganti ayah, subordinasi ini jelas dirasakan RS dan YS. Sekalipun anak, tetapi peneliti melihat adanya ketidaseimbangan gender yaitu dimana laki-laki lebih tinggi derajatnya dibanding perempuan. Sementara SM tidak diadati, peneliti melihat bahwa SM tidaklah berharga dan SM tidak banyak mengetahui tentang adat. Bahkan SM tidak tahu sama sekali tentang filosofi “Dalihan Na Tolu”. Selanjutnya, subordinasi yang dirasakan MP yaitu pendapat MP tidak dianggap saat awal menjadi orangtua tunggal, tidak dihargai karena suami yang membuat perempuan berharga. Bukan hanya tersubordinasi bahkan MP sempat termarginalkan oleh oranglain dan keluarga sendiri. Informan terakhir adalah LM, peneliti melihat tidak ada subordinasi yang LM rasakan selama menjadi orangtua tunggal. Akan tetapi, peneliti melihat adanya kesamaan dari kelima informan. RS, YS, SM, MP, LM mendapat pandangan negatif dari lingkungan ketika mereka salah bersikap dengan lawan jenisnya. Ini merupakan 85 Universitas Sumatera Utara subordinasi yang sangat jelas dilihat peneliti, dimana ketika “janda” berbicara dengan lawan jenis maka masyarakat spontan berfikiran negatif. Perempuan sebagai orangtua tunggal cendrung dinilai negatif dibanding laki-laki sebagai orangtua tunggal. 2. Peran perempuan sebagai orangtua tunggal yaitu RS, YS, SM, MP, dan LM harus menjadi ibu dan ayah bagi anaknya, serta menafkahi anaknya sendiri. Sekalipun demikian mereka tetap menjadi “boru” di dalam adat, peneliti melihat bahwa tidak begitu banyak yang berubah dari perubahan status RS, YS, SM, MP dan LM. 3. Peneliti melihat adanya ketidakseimbangan yang terjadi pada perempuan sebagai orangtua tunggal karena adanya pengaruh dari budaya masyarakat yang sudah tertanam sejak dulu. Pola pikir masyarakat yang salah mengartikan “Dalihan Na Tolu” lah yang membuat adanya ketidakseimbangan. Budaya yang tertanam pada masyrakat membuat pengertian yang berbeda terhadap “Dalihan Na Tolu”. Peneliti melihat bahwa “Dalihan Na Tolu” memiliki tujuan untuk tetap menyatukan suku Batak Toba. Sementara dari perlakuan masyarakat yang mensubordinasikan perempuan tersebut justru membuat suku Batak Toba terpecah. Ketidakadilan gender yang dirasakan perempuan akan membuat ketidakseimbangan dalam filosofi “Dalihan Na Tolu”. Selain itu, peneliti melihat ketidakseimbangan “Dalihan Na Tolu” terhadap sikap masyarakat batak yaitu karena adanya perbedaan sikap. RS, YS merasakan ketidakseimbangan karena sikap tegas mereka dan tidak menghormati keluarga pihak suami, sementara LM mendapatkan keseimbangan karena rasa hormatnya terhadap mertuanya. Sehingga, akibat hubungan interaksi yang tidak baik juga mempengaruhi ketidakseimbangan “Dalihan Na Tolu”. Universitas Sumatera Utara

5.2. Saran