Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

3. Konsep Struktur Kepadatan Penduduk dan Bangunan

Kepadatan perumahan Kota Medan campuran kepadatan tinggi, sedang, rendah berdasarkan kebijaksanaan, strategi pembangunan perumahan. Setiap wilayah campuran pembangunan rumah dengan berbagai kepadatan. Namun konsep kepadatan memusat konsentrik tetap digunakan, kepadatan tinggi dekat pusat lingkungan, rendah jauh dari pusat lingkungan. Kelompok-kelompok pemukiman kepadatan memusat menyebar keseluruh wilayah kota sesuai penyebaran pusat- pusat kegiatan.

4. Konsep Pengembangan Sistem Jaringan Jalan

Jaringan jalan berdasarkan arah perkembangan fisik kota, eksisting, rencana, bentuk permukaan lahan kota. Konsep pengembangan sistem jaringan grid, radial, ring road, campuran. Pola ditentukan kendala fisik alam, standard spasi jangkauan pelayanan fungsi jalan. Bentuk jaringan grid, ekonomis, pemanfaatan lahan sesuai perkembangan jaringan utama Kota Medan sehingga optimal manfaatnya, kepadatan jaringan jalan kolektor sekunder kearah pinggiran rendah, pelayanan jalan 500-1.250 m, jaringan jalan di pusat kota padat. Rencana dimensi jalan adalah : 1 Arteri Sekunder : 1.000m-1.500m. 2 Kolektor Sekunder : 300m-700m. 3 Lokal Sekunder : 200m. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Spasi jaringan jalan kolektor sekunder di daerah pinggiran dipertahankan agar cepat berkembang. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

IV.1 Gambaran Umum Kota Medan 1. Asal Usul Kampung kecil yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota yang dewasa ini kita kenal sebagai Kota Medan, berada disatu tanah datar atau medan ditempat Sungai Babura bertemu dengan Sungai Deli, yang waktu itu dikenal sebagai “Medan Putri” tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Menurut Tengku Lukman Sinar, SH dalam bukunya “Riwayat Hamparan Perak” terbit tahun 1971 yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak Dua Belas Kuta dan Datuk Sukapiring, yaitu dua dari tempat Kepala Suku Kesultanan Deli. John Anderson, seorang pegawai Pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang pernah berkunjung ke Medan tahun 1823. Dalam bukunya “Mission to the Eastcoast of Sumatera” edisi Edinburg tahun 1826 menuliskan bahwa Medan masih merupakan satu kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang. Dipinggir sungai sampai ke tembok mesjid kampung Medan ada dilihatnya susunan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar yang menurut dugaannya berasal dari Candi Hindu di Jawa. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Deli terkenal namanya setelah orang-orang Belanda yang dipelopori Nihenyus membawa tembakau yang dihasilkannya tidak ada tandingannya sampai sekarang sebagai daun pembungkus cerutu. Hal ini menarik investior-investor asing dan menyebabkan banyak orang-orang dari daerah lain yang pindah ke daerah Deli untuk mencari nafkah. Nienhuys kemudian meninggalkan kantornya dari Labuhan ke Medan Putri asal muasal medan berkembang dengan pesat dan akhirnya menjadi pusat pemerintahan Propinsi Sumatera Timur dan kerajaan Deli. Tahun 1918, Medan dijadikan Kotapraja tidak termasuk dalamnya daerah kota Maksum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada dibawah kekuasaan Sultan Deli. Ketika itu penduduk Medan telah berjumlah 43.826 jiwa terdiri dari 409 orang bangsa Eropah, 25.000 orang bangsa India, 8.269 orang bangsa Cina, dan 130 orang bangsa Asia lainnya. 2. Dasar Hukum Dengan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara Nomor 66IIIPU tanggal 21 September 1951 daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan tersebut disusul oleh maklumat Walikota Medan Nomor 21 tanggal 29 September 1951 menetapkan luas Kota Medan 5.130 Ha meliputi 4 kecamatan yaitu Medan, Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru dengan 59 kepenghuluan. Melalui Undang-undang Darurat Nomor 7 dan 8 tahun 1956 dibentuk di Propinsi Sumatera Utara Dati-II antara lain Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Medan. Perkembangan selanjutnya Propinsi Sumatera Utara umumnya dan Kota Medan khususnya memerlukan perluasan daerah menampung laju perkembangan. Sehingga terbit Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1973 termasuk beberapa bagian Kabupaten Deli Serdang dalam Kotamadya Medan menjadi 26.510 Ha meliputi 11 kecamatan dan 116 kelurahan. Kemudian surat Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD tanggal 5 Mei 1986 menjadi 144 kelurahan dari 11 kecamatan yaitu Medan Kota, Medan Timur, Medan Barat, Medan Baru, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Tuntungan. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang pembentukan beberapa kecamatan termasuk 2 kecamatan pemekaran di Kotamadya Dati-II sehingga 19 kecamatan dimekarkan menjadi 21 kecamatan yaitu Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimon, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Perjuangan. Perkembangan terakhir SK Gubernur KDH Tk-I Sumut Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefenitipan 7 kelurahan di Dati-II Medan menjadi kecamatan Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Tembung, Medan Kota, Medan Area, Medan Baru, Medan Polonia, Medan Maimon, Medan Selayang, Medan Sunggal, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Timur, Medan Deli, Medan Labuhan, Medan Belawan, Medan Marelan, Medan Perjuangan. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Dengan demikian wilayah Kotamadya Medan secara administratif terbagi atas 21 kecamatan 151 kelurahan. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah penyebutan nama Dati-II Kotamadya Medan berubah menjadi Daerah Kota Medan. 3. Hari Jadi Kota Medan Hari jadi Kota Medan diperingati tiap tahun. Sejak tahun 1970 ditetapkan tanggal 1 April 1909. Tetapi mendapat bantahan dari pers dan ahli sejarah sehingga walikota membentuk panitia sejarah hari jadi Kota Medan melakukan penelitian dan penyelidikan. Sesuai SK Nomor 4DPRD1955 tanggal 26 Maret 1975 ditetapkan tanggal 1 Juli 1590 hari jadi Kota Medan, hingga saat ini diterima oleh semua pihak.

IV.2 Kondisi Fisik Kota Medan 1. Letak dan Wilayah Administrasi

Kota Medan terletak antara 2 27’ - 2 47’ LU dan 98 35’ - 98 44’ BT. Ketinggian Kota Medan 2,50 - 37,50 m diatas permukaan laut dengan kemiringan tanah 0–4. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan salah satu dari 25 Daerah Tingkat II Sumatera Utara dengan luas wilayah daratan 26.510 Ha yang terdiri dari 21 kecamatan dengan batas-batas wilayah Kota Medan sebagai berikut : a. sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 c. sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.1 berikut ini. 2. Geologi, Iklim dan Suhu Sebahagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah pertemuan 2 sungai penting yakni Sungai Babura dan Sungai Deli. Kota Medan beriklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia antara 23,2 C - 24,1 C dan suhu maksimum 30,6 C - 33,9 C, menurut Stasiun Sampali suhu minimum antara 23,6 C - 24,8 C dan suhu maksimum antara 30 C - 33,4 C. Temperatur rata-rata Kotamadya Medan 27 C. Secara umum beriklim teratur karena dipengaruhi oleh udara pegunungan dan angin laut. Pergantian musim kemarau dan musim penghujan umumnya berjalan teratur yaitu musim kemarau dari bulan April sampai Juli, musim penghujan dari bulan Agustus sampai bulan Desember. Musim pancaroba dari bulan Januari sampai Maret. Kelembaban udara di wilayah Kota Medan rata-rata 83. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,45 msec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 111,26 mm. Hari hujan di Kota Medan rata-rata per bulannya 17 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 173,58 mm, dan pada Stasiun Polonia perbulannya 184,33 mm. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

IV.3. Sejarah Pertumbuhan Kota Medan

Perkembangan fisik Kota Medan tahun 1862 sampai 1992 melalui beberapa tahap yakni sebagai berikut. Tahun 1862, terlihat dua kutub pertumbuhan di pelabuhan laut Belawan dan pusat Kota Medan sekarang dari pasar ikan berubah fungsi menjadi pasar ikan, daerah perkantoran dan perdagangan kota. Tahun 1945, pertumbuhan masih berorientasi pada pusat kegiatan diatas dengan perkembangan kearah Kelurahan Kesawan, Silalas, Petisah dan Petisah Tengah. Tahun 1972, perkembangan ke arah timur dan selatan. Perkembangan tersebut masih bersifat konsentris dan terbatas pada areal yang tidak terkena banjir, namun daerah Belawan berkembang kearah selatan. Tahun 1980 mengalami pembangunan besar-besaran. Daerah terbangun di Belawan berkembang lebih dari dua kali. Pusat kota meluas kearah Barat, Selatan dan Timur meliput areal seluas 3.375 Ha. Tahun 1992, pertumbuhan Kota Medan ke arah barat Kecamatan Medan Helvetia, Medan Sunggal, Medan Selayang, Medan Petisah dan Medan Baru seluas 3.638,86 Ha, ke arah selatan Kecamatan Medan Johor seluas 845,33 Ha, ke arah timur Kecamatan Medan Timur, Medan Tembung, Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Kota seluas 2.519,93 Ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar IV.2 berikut ini. Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008

IV.4 Arah dan Perkembangan Fisik Kota Medan

Perkembangan Kota Medan yang pesat terutama di pusat kota kearah timur dan barat kota. Bagian utara dan selatan kota kurang berkembang. Berdasarkan sejarah umur dan kepadatan bangunanlingkungan, unsur-unsur lingkungan kota yang menjadi daya tarik serta kendala-kendala fisik diduga perkembangan fisik Kota Medan bermula dari Kecamatan Medan Kota dan Medan Area yang merupakan daerah pusat kota saat ini. Daerah ini terdiri dari kawasan perkampungan, kawasan perdagangan dan pusat pemerintahan dengan radius perkembangan saat ini mencapai ± 6 Km. Perkembangan selanjutnya secara linier mengikuti jalur kegiatan pengangkutan regional Medan-Binjai kearah barat dan Medan-Tebing Tinggi kearah timur. Tarikan perkembangan kearah barat dan timur ini sangat kuat sejalan dengan peningkatan kegiatan pengangkutan di jalur jalan arteri primer tersebut. Akhir-akhir ini perkembangan mulai mengarah ke utara dan selatan dengan adanya pengembangan kawasan industri di utara dan kawasan perumahan di selatan. Sejak tahun 2000 banyak investor yang menanamkan investasi ke Kota Medan dalam sektor industri, jasa, dan perdagangan. Secara fisik Kota Medan tumbuh dengan pembangunan bangunan-bangunan tinggi, apartemen, perdagangan, dan jasa fungsi campuran. Ruang Kota Medan selain tumbuh vertikal juga secara horizontal dengan perkembangan ke arah utara, barat, dan selatan. Beberapa kawasan perkembangan di bagian utara adalah perumahan-perumahan Kecamatan Medan Ida Sitti Masnur : Evaluasi Peruntukan Lahan Setelah Pelebaran Jalan Studi Kasus : Kecamatan Medan Sunggal Tiap Kelurahan, 2008 Marelan dan Medan Labuhan. Di wilayah Medan bagian barat Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Helvetia banyak pembangunan perumahan sejalan dengan pembangunan jalan lingkar luar dan jalan penghubung di bagian barat Kota Medan. Wilayah selatan tumbuh dengan pesat akibat mekanisme pasar dan keunggulan aksesibilitas lokasi.

1. Tinjauan Kebijakan