Regenerasi Kalus Styrax benzoin Dryander Kesimpulan

Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 28 ini juga menunjukkan adanya pengaruh interaksi yang signifkan antar variabel F hitung 2.78 F crit 2.81 pada taraf signifkansi 0,05 tetapi tidak signifkan pada taraf signifikansi 0,01. Tabe15.7.Analisis sidik ragam pertumbuhan akar kemenyan sumatrana Styrax benzoin Dryander pads. media MS yang diperkaya dengan zat pengatur tumbuh Data pada Tabel 5.6. SK db JK KT Fhit F,05 F.01 Perlakuan 15 15.52 1.03 8.08 1.88 2.44 D 3 10.59 3.53 27.56 2.80 4.23 B 3 1.72. 0.57 4.48 2.80 4.23 DxB 9 3.21 0.36 2.78 2.08 2.81 Galat 49 6.28 0.13 Total 64 21.80 Ket : KK a = 23.82 = sangat nyata = nyata tn = tidak nyata

5.4. Regenerasi Kalus Styrax benzoin Dryander

Regenerasi Styrax benzoin Dryander dapat dilakukan dengan memindahkan kalus embriogenik dalam media inisiasi ke media MSO untuk membentuk planlet. Di samping itu, pembentukan planlet dapat juga dilakukan melalui regenerasi langsung, yaitu planlet langsung terbentuk di dalam media. Untuk mengembangkan kalus menjadi plantlet maka embrio somatik dipindahkan ke dalam media yang tidak mengandung zat pengatur tumbuh.. Dalam hal ini pembentukan planlet terjadi melalui regenerasi tidak langsung, yaitu melalui pembentukan kalus dan harus terlebih dahulu dipindahkan ke media MSO. Kalus yang beregenerasi pada media yaitu menunjukkan diferensiasi sel menjadi tunas dan akar. Pada tahap ini belum dapat dilakukan aklimatisasi tanaman karena tidak terbentuk planlet. Usaha Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 29 masih dilakukan dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk menumbuhkan planlet untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 30 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin dryander melalui kultur daun pucuk dalam penelitian ini menunjukkan tahapan yang menggembirakan, yaitu sebagai langkah awal dalam usaha penyediaan bibit kemenyan menggunakan teknik kultur jaringan tanaman. Tahapan penelitian sebagai usaha perbanyakan tanaman Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander secara kultur jaringan masih belum mencapai tahapan perbanyakan tanaman, akan tetapi langkah yang sudah berhasil dilakukan sudah berada pada arah yang tepat. Beberapa hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu diperoleh pengaruh pemberian zat tumbuh terhadap pertumbuhan eksplan kultur daun pucuk di dalam media kultur. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kemampuan jaringan tanaman untuk membentuk kalus sangat dipengaruhi oleh konsentrasi zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP. Perkembangan kalus di dalam media kultur sangat lambat. Persentase kultur berkalus yang bervariasi, yaitu 50-83, di mana persentase tertinggi ditemukan pada kelompok D1B0 dan D2B0 masing-masing 83, sedangkan persentase terendah ditemukan pada kelompok D3B1 hanya bertumbuh 50. Pertumbuhan kalus di dalam media kultur untuk seluruh kelompok perlakuan adalah dengan rata-rata berat basah kalus 0,764 g. Berat basah kalus yang paling tinggi adalah pada perlakuan D3B3 dengan rataan berat kalus 0.319 g. Analisis data dengan menggunakan statistik analisis sidik ragam bahwa zat pengatur tumbuh yang ditambahkan ke dalam media sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander F hitung 27.39 F crit 2.44 pada taraf signifikansi Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 31 0,01. yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan kalus F hitung 113.45 F crit 4.23 dun media BAP juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kalus F hitung 11.70 F crit 4.23 masing-masing pada taraf signifikansi 0,01, adanya pengaruh interaksi yang signifikan antar variabel F hitung 3.94 F crit 2.44 pada taraf signifikansi 0,01. 2. Persentase keberhasilan kultur untuk bertumbuh menjadi tunas cukup tinggi. variasi perlakuan memberikan perkembangan kultur menjadi tunas bervariasi.namun jumlah tunas antar perlakuan tidak berbeda nyata. perlakuan D1B3 memiliki intensitas pertumbuhan tunas yang tinggi dengan rataan jumlah tunas sebanyak 2,0 buah. Zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas kemenyan sumatrana F hitung

1.88 F

crit 2.44 yaitu 2,4-D nyata mempengaruhi pertumbuhan tunas F hitung 9.50 F crit 4.23 dan media BAP juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas F hitung 52.45 F crit 4.23, interaksi antar variabel nyata F hitung 4.59 F crit 2.81 pada taraf signifikansi 0,01. 3. Pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP di dalam media basal MS sangat mempengaruhi terhadap pertumbuhan akar. Pola pertumbuhan akar tanaman bervariasi untuk kelompok perlakuan, dimana jumlah akar yang paling banyak ditemukan pada kelompok perlakuan D3B0 dengan rataan jumlah akar 5.50 buah. Zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan akar kemenyan sumatrana F hitung 8.08 F crit 2.44, yaitu 2,4-D sangat nyata mempengaruhi pertumbuhan akar F hitung 27.56 F crit 4.23 dan BAP juga nyata mempengaruhi pertumbuhan akar F hitung 4.48 F crit 4.23 masing-masing pada taraf signifikansi 0,01, dan interaksi antar variabel signifikan F hitung 2.78 F crit 2.81 pada taraf signifikansi 0,05. 4. Regenerasi Styrax benzoin Dryander secara teoritis dapat dilakukan dengan memindahkan kalus embriogenik dalam media inisiasi ke media MSO untuk membentuk planlet. Akan tetapi kalus yang ditumbuhkan hanya dapat berkembang menjadi akar dan tunas dan belum berhasil berdifrensiasi menjadi planlet. Penumbuhan kalus menjadi planlet belum dapat dilakukan walau telah dikultur dalam waktu yang cukup lama 12 minggu dan dengan variasi berbagai jenis zat pengatur tumbuh. Elimasni: Perbanyakan Bibit Kemenyan Sumatrana Styrax benzoin Dryander Secara Kultur Jaringan, 2005 USU Repository ©2006 32 5. Pada tahap ini belum dapat dilakukan aklimatisasi tanaman karena tidak terbentuk planlet. Usaha masih dilakukan dengan penambahan berbagai jenis zat pengatur tumbuh untuk menumbuhkan planlet untuk perbanyakan tanaman secara kultur jaringan tanaman.

6.2. Saran