Pengalaman Penggunaan Obat Anti Amuba Pada Anak

Pengalaman Penggunaan Obat Anti Amuba Pada Anak
Sondang Tambunan Chairuddin P. Lubis
Helena Siregar
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Penyakit Infeksi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pendahuluan Pada akhir abad yang lalu Disenteri Amuba dan Abses Amuba Hati merupakan
penyakit yang fatal. Beberapa jenis obat telah banyak digunakan untuk pengobatan Disenteri Amuba ini. Roger (1912) memperkenalkan Emetine Hydro chloride yang pada saat itu menjadi obat yang paling efektif terhadap amubiasis, yang pada saat sekarang diketahui mempunyai toksisitas pada dosis terapi dan sering dijumpai relaps pada pengobatan amubiasis usus. Tahun 1915 Du Mez memperkenalkan persenyawaan Emetine oral yang ternyata mempunyai angka penyembuhan tinggi pada amubiasis usus. Sekitar 1920 - 1940 sering digunakan preparat Quinoline dan Arsen. Pada 1945 adalah era antibiotika untuk pengobatan amubiasis dan Conan (1948) melihat Chloroquine mempunyai efek pada abaes amuba hati, tetapi efektifitasnya lebih rendah dari emetine. Brosi (1959) memperkenalkan Dehydroemetin, tetapi toksisitasnya masih diragukan apakah lebih rendah dari emetine sendiri. Metronidazole, suatu turunan dari Nitroimidazole dilaporkan sangat baik untuk amubiasis (Powel, 1966).
Dibagian IKA RSPM telah dilakukan 9 kali percobaan mengenai obat anti amuba yang dimulai oleh Jo dan kawan – kawan pada 1967. Lihat tabel ini

No Tahun
1 1969 2 1970 3 1971 4 1971 5 1972 6 1976 7 1978 8 1979 9 1979

Peneliti
Jo dkk Jo dkk Jo dkk Jo dkk Jo dkk Jo dkk C. P. Lubis A. Panggabean N. Sitepu

Anti amuba
Mexaform dan Entobex Dehydroemetine Metronidazole sda sda sda Tinidazole Tinidazole dan Ornidazole sda

Tujuan dari tulisan ini adalah untuk memperoleh rangkuman tentang efektifitas, efek sampingan dan kejadian relaps pada penggunaan obat-obat anti amuba yang telah kami gunakan pada amubiasis usus pada anak di Bagian IKARSP sejak 1969 sampai dengan karang. uraian mengenai penggunaan obat anti amiba

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara


1

1. Nexaform (5) Bahan : Pada 23 penderita amubiasis usus yang berusia dibawah 6 tahun diberikan
pengobatan dengan Mexaform selama 7 hari berturut turut (10 anak) dan 13 anak selama 2 minggu. Dosis yang digunakan untuk usia 1-3 tahun sebanyak 11/2 tablet per hari dan pada usia 3-6 tahun sebanyak 3 tablet per hari. Hasil : Pada 10 dari 23 penderita diobati selama 1 minggu dan 13 diobati selama 2 minggu, pada pemeriksaan tinja ulangan 12 penderita (52,15 %) sudah negatif terhadap E. histolitika tetapi 8 diantaranya kembali positif pada pemeriksaan minggu minggu berikutnya.
2.Entobex (5) Bahan : Pada 18 penderita diberi pengobatan Entobex, dosis 3 tablet perhari selama 7-15
hari. Hasil : Dari 18 penderita ini,16,1% sudah negatip terhadap E.histolitika pada hari ke 5
tetapi 6 diantaranya kembali positip pada pemeriksaan tinja pada minggu berikutnya.
3. Oral dehydroemetine (6) Bahan : Pada 68 penderita diberikan pengobatan oral dehydroemetine 1mg/kgBB/hari
selama 5 hari. Pada 45 diantaranya diteruskan pengobatannya selama 5 hari lagi dengan dosis 1mg/kgBB/hari, pada 34 anak dan pada 11 anak dengan dosis 2mg/kgBB/hari. Pada 10 dari 68 anak ini diteruskan pengobatannya selama 10 hari lagi dengan dosis 2mg/kgBB/hari. Hasil : Dari 68 penderita dengan dosis 1mg/kgBB/hari selama 5 hari, dilakukan pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 5, 33 penderita (47,1%) sudah negatip terhadap E.histolitika. Pada 34 anak dari 68 diberi pengobatan lanjutan 5 hari dengan dosis yang sama, pada pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 10,74% sudah negatip terhadap E.histolitika. Sedang 11 penderita yang pada pemeriksaan hari ke 5 sesudah pengobatan masih positip terhadap E.histolitika, pengobatan diteruskan dengan 2mg/kgBB/hari selama 5 hari lagi. Pada pemeriksaan tinja ulangan dihari ke 10, 7 penderita sudah negatip (64%) terhadap E.histolitika. Pada 10 anak yang diteruskan pengobatan dengan 2mg/kgBB/hari 6 diantaranya (60%) pada pemeriksaan ulangan sudah negatip. Efek sampingan yang dijumpai hanya berupa gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah dan rasa sakit diperut tetapi hal ini tidak mempengaruhi pemberian obat pada penderita.
4. Metronidazole (3,4,5,6). Bahan: Pada 4 kelompok anak dengan jumlah 56, 51, 362 dan 55 anak. Kelompok 56
anak diberi dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tunggal selama 3 hari berturut turut, kelompok 51 anak dengan dosis tunggal 25mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut, kelompok 362 anak dengan dosis tunggal 50 mg/kgBB/hari dan kelompok 55 anak dengan dosis tunggal 25mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut dengan folow up lebih dari 2 minggu. Hasil : Pada 56 anak dengan dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut, penyembuhan parasitologik terlihat pada tabel ini

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

2

Evaluasi hari Ke 2 Ke 3 Ke 4 Ke 7 Ke 14

Jumlah anak 45 47 43 32 17


Penyembuhan parasit (%) 73 83 91 89 100

Pada 51 anak dengan dosis 25 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut; penyembuhan

terlihat pada tabel ini

Evaluasi hari

Jumlah anak Penyembuhan parasit (%)

Ke 2

41

85

Ke 3

40


95

Ke 4

40

88

Ke 7

39

87

Ke 14

23

87


Pada 362 anak dengan dosis 50 mg/kgBB/hari, dosis tungal penyembuhan parasit terlihat

pada tabel ini

Evaluasi minggu

Jumlah anak Penyembuhan parasit (%)

Ke I

162

96,9

Ke II

83

97,5


Ke III

47

97,8

Ke IV

14

85,7

Pada 55 anak dengan dosis 25 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut dengan folow

up lebih dari 2 minggu, lihat tabel

Evaluasi minggu

Jumlah anak Penyembuhan parasit (%)


Ke III

55

88

Ke IV

55

80

Tidak dijumpai efek sampingan yang berarti selama pengobatan.

5. Tinidazole (7) Bahan : Pada 33 anak dengan dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari berturut turut berupa
dosis tungal. Hasil : Dijumpai penyembuhan parasit 93,9%, 1 hari sesudah makan obat. Efek
sampingnya yang berarti tidak dijumpai (lihat tabel)

Evaluasi hari Ke 2 Ke 4


Jumlah anak 33 33

Penyembuhan parasit (%) 66,66 93,9

e-USU Repository ©2004 Universitas Sumatera Utara

3

6. Tinidazole versusu Ornidazole (9)

Bahan : Pada 40 anak dilakukan penelitian double blind dimana 20 anak diberi

Tinidazole dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3x dan sisanya 20 anak diberi

Ornidazole dosis 50 mg/kgBB/hari selama 3 hari.

Hasil : Hanya 17 anak dari group Tinidazole dan 18 anak dari group Ornidazole yang

dapat dievaluasi. Pada 35 anak ini hasil pengobatan cukup baik (Cnrv, rate 94,1


– 100?). tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada pengobatan kedua obat

ini. Efek sampingan pada kedua obat ini sangat minimal.

Evaluasi

Jumlah anak

Tinidazole

Ornidazole

Tinidazole Ornidazole Penyembuhan

Penyembuhan

Klinik Parasit (%) Klinik Parasit (%)

Hari ke 2


14

15 42,8 85,7 40

66,6

Hari ke 3 16 17 93,7 100 94,1 100

Hari ke 7 12 13 83,3 100 100 100

Minggu ke I

10

7 90 90 100 100

Minggu ke II

5


6

100 100 100

100

Minggu ke III

5

1

100 100 100

100

7. Tinidazole versusu Ornidazole (9) Bahan : Pada 50 anak dengan pengobatan Tinidazole dan Ornidazole secara double blind.
Pada 24 anak diberi Tinidazole 50mg/kgBB/hari 1 hari saja dan 26 anak diberi Ornidazole 50 mg/kgBB/hari 1 hari saja. Evaluasi dilakukan pada hari ke 2,3,4 dan 1 minggu kemudian. Hasil : Hanya 41 anak (19 anak group Tinidazole dan 22 anak group Ornidazole yang dapat dievaluasi).


Evaluasi Hari ke
2 3 4 11

Jumlah anak

Tinidazole

Ornidazole

Tinidazole Ornidazole Penyembuhan

Penyembuhan

Klinik Parasit (%) Klinik Parasit (%)

19

22 72 58 82

82

19

22

94,73

100

100

95,45

13 17 100 100 100 100

8 10 100 100 100 100

*p