2.3. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka konseptual dapat dibuat secara sistematis sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Financial distress merupakan kondisi dimana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan.
Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapat dilakukan
tindakan-tindakan untuk mengantisipasi yang mengarah kepada kebangkrutan Mas’ud dan Srengga, 2015.Debt to Total Asset Ratio merupakan perbandingan
antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
dibelanjai oleh hutang. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang menunjukkan
Debt to Total Asset Ratio DAR X
1
Debt to Equity Ratio DER
Long Term Debt to Total Asset Ratio LDAR
Long Term Debt to Equity Ratio LDER
Financial Distress
Y
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan.
Long Term Debt to Total Asset Ratio adalah rasio yang menggambarkan besarnya tingkat penggunaan hutang jangka panjang dibandingkan dengan total
aset yang dimiliki. Long Term Debt To Equity adalah rasio yang memperbandingkan proporsi utang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa.
Semakin tinggi rasio LDER, maka semakin besar risiko yang ditanggung para pemegang saham.
2.4. Hipotesis
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
Debt to Total Asset Ratio DAR, Debt to Equity Ratio DER, Long Term Debt to Total Asset Ratio LDAR dan Long Term Debt to Equity Ratio LDER
berpengaruh terhadap Financial Distress.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Perkembangan ekonomi dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemajuan yang sangat pesat ini
disebabkan oleh semakin kuat dan meluasnya globalisasi di seluruh dunia. Bisnis yang kuat dan berpengalaman akan semakin mendapat keuntungan akan
meluasnya pengaruh globalisasi. Akan tetapi di sisi lain, sebagai bisnis yang baru tumbuh ataupun bisnis yang berskala nasional akan sulit untuk bersaing dengan
perusahaan asing, sehingga dampaknya adalah perusahaan yang berskala kecil akan mengalami krisis keuangan dalam perusahaan mereka.
Modal adalah sumber daya yang sangat penting bagi sebuah perusahaan untuk pendanaan bisnisnya. Ada tiga sumber modal pendanaan jangka panjang
yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu retained earning, penerbitan saham baru, dan hutang jangka panjang Zhao dan Wijewardana, 2012. Untuk
mendapatkan pendanaan modal itu semua, perusahaan harus membuktikan performanya agar menarik minat investor dalam berinvestasi. Sebagai investor
tentunya tidak mengharapkan investasi pada perusahaan yang akan mengalami kebangkrutan akibat masalah keuangan financial distress. Kebangkrutan secara
umum dapat diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasional perusahaan untuk menghasilkan laba. Semua perusahaan tentu tidak
lepas dari risiko mengalami kebangkrutan.
Universitas Sumatera Utara
Pada satu sisi penggunaan financial leverage pada struktur modal perusahaan yang jauh lebih besar daripada ekuitasnya akan tidak menguntungkan
karena akan meningkatkan risiko perusahaan, tetapi pada sisi yang lain, perusahaan dengan hutang yang kecil atau tidak memiliki hutang, akan membuat
perusahaan sulit untuk berkembang karena modal sendiri yang terbatas. Menurut Brigham dan Houston 2011, financial leverage adalah tingkat sampai sejauh
mana hutang digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan. Financial leverage juga berkaitan erat dengan financial risk risiko keuangan. Risiko
keuangan adalah tambahan risiko yang dibebankan kepada pemegang saham biasa maupun risiko insolvabilitas yang mungkin ada yang disebabkan oleh penggunaan
leverage keuangan. Ketika sebuah perusahaan meningkatkan proporsi pendanaan hutang dalam struktur modalnya, maka arus kas keluar juga akan meningkat yang
akibatnya juga meningkatkan kemungkinan risiko insolvabilitas. Semakin besar financial leverage yang diberikan oleh investor, maka semakin besar harapan
tingkat pengembalian yang diinginkan investor. Tingkat pengembalian ini mempengaruhi biaya modal perusahaan. Sebenarnya pendanaan dengan cara
hutang tidak selamanya buruk, yaitu seperti kasus Kellogg Co Brigham dan Houston, 2011. Adapun data total hutang dan laba perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 sampai 2014, disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1 Total Hutang dan Laba Perusahaan Pertambangan Tahun 2012-2014
NO KODE
EMITEN HUTANG
LABA 2012
2013 2014
2012 2013
2014 1
ADRO 3.697.211 3.521.758 3.155.500 1.066.661 1.196.797 1.309.707
2 ARTI
576.480 649.516
806.258 51.857
60.432 30. 077
3 ESSA
29.190 28.317
39.550 5.211
12.573 10.318
4 GEMS
538 1.053
841 132
228 134
5 MITI
53.731 45.430
88.899 -19.61
-0.4 -65.42
Sumber: data olahan Peneliti, 2016. Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa perusahaan ADRO memiliki
hutang pada tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami penurunan pada tahun 2012 sebesar 3.697.211, pada tahun 2013 sebesar 3.521.758, dan tahun 2014
sebesar 3.155.500, namun pada laba pada tahun 2012 sampai tahun 2014 mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 1.066.661, pada tahun 2013 sebesar
1.196.797, dan pada tahun 2014 sebesar 1.309.707. Sama halnya dengan perusahaan ARTI, ESSA, GEMS, dan MITI yang memiliki peningkatan hutang
setiap tahun dari tahun 2012 hingga 2014 namun jumlah laba yang diperoleh mengalami penurunan setiap tahun muali dari tahun 2012 hingga tahun 2014. Hal
ini sangat berpengaruh terhadap financial distress dan sangat berbanding terbalik dengan tujuan mendasar perusahaan menggunakan hutang adalah untuk
menghasilkan laba.Laba yang dihasilkan perusahaan ini diharapkan oleh investor untuk mengalami pertumbuhan. Menurut Brigham dan Houston 2011, financial
leverage adalah tingkat sampai sejauh mana hutang digunakan dalam struktur modal suatu perusahaan. Financial leverage juga berkaitan erat dengan financial
Universitas Sumatera Utara
risk risiko keuangan. Berdasarkan pernyataan diatas yang menyatakan bahwa semakin tinggi hutang yang dimiliki perusahaan akan meningkatkan laba suatu
perusahaan dengan demikian maka perusahaan tersebut berkemungkinan akan tidak mengalami financial distress.
Selain itu ini kondisi di Indonesia saat ini yang rawan dengan krisis keuangan. Hal tersebut disebabkan karena pada akhir tahun 2013 dan awal tahun
2014 nilai tukar rupiah semakin melemah dan mencapai Rp. 13.400 per dolar AS. Dengan melemahnya nilai tukar rupiah, maka jika suatu perusahaan mengimpor
barang dari luar negeri, harga barang tersebut akan menjadi lebih mahal, sedangkan jika suatu perusahaan mengekspor barang hasil produksinya ke luar
negeri, maka harga barang yang diekspor tersebut akan menjadi lebih murah. Karena kondisi seperti itulah suatu perusahaan di Indonesia akan lebih rentan
terhadap ancaman financial distress. Selain fenomena diatas, Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali
beberapa faktor dalam penelitian terdahulu yang mempengaruhi kondisi financial distress perusahan karena dalam penelitian terdahulu yang hasilnya diperoleh ada
yang berbeda, seperti dalam penelitian telah dilakukan oleh Ahmad 2011 selama periode 2005-2010. Financialleverage yang diukur dengan menggunakan total
debtto asset ratio DAR signifikan berpengaruh positif terhadap kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Hasil yang sama ditunjukkan
dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Platt dan Platt 2002 yang menunjukkan bahwa financialleverage notes payabletotal assets berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress. Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa semakin besar kegiatan perusahaan yang didanai oleh hutang, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan mengalami financial distress, ini
karena semakin besar kewajiban perusahaan untuk membayar hutang tersebut. Di sisi lain, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Alifiah, et al 2012, dimana dalam
penelitiannya menyatakan bahwa financialleverage yang diukur dengan menggunakan debt ratio justru mempunyai nilai koefisien negatif, dimana hal
tersebut bertentangan dengan penelitian-penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa rasio leverage mempunyai arah hubungan yang positif terhadap
kemungkinan terjadinya financial distress di suatu perusahaan. Dalam penelitiannya tersebut menyatakan hal itu bisa terjadi karena perusahaan-
perusahaan di Malaysia dalam pendanaannya terlalu bergantung pada hutang, sehingga jika semakin kecil hutang yang dimiliki perusahaan, maka malah
semakin besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan mengalami financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Eliu 2014 menyatakan bahwa financial
leverage baik secara simultan maupun parsial memliki pengaruh yang signifikan terhadap financial distress, sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
ahmad 2011 yang menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa financial leverage yang menggunakan rasio DAR dan DER memiliki pengaruh signifikan
terhadap financial distress berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga2015 menyatakan bahwa financial leverage tidak berpengaruh
terhadap financial distress.Berdasarkan adanya perbedaan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu, maka dalam penelitian ini digunakan
Universitas Sumatera Utara
variabel financialleverage untuk membuktikan bagaimana sebenarnya pengaruh financialleverage terhadap prediksi financial distress di suatu perusahaan.
Variabel financial indicators yang digunakan untuk memprediksi financial distress adalah financialleverage. Rasio ini dianggap dapat menunjukkan kinerja
keuangan dan efisiensi perusahaan secara umum untuk memprediksi terjadinya financial distress. Dalam penggunaannya, financialleverage juga sering disebut
dengan rasio solvabilitas, dimana di dalamnya termasuk solvabilitas jangka pendek dan solvabilitas jangka panjang Hanifah, 2013. Financialleverage
mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur. Pentingnya prediksi financial distress perusahaan yang
digunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini dan yang akan datang,
maka penulis tertarik mengambil judul “PengaruhFinancial Leverage terhadap Financial Distress pada perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2012 - 2014”.
1.2. Perumusan Masalah