Relationship between Starch and Amino Acid Levels of Broiler Diets on Growth Performance and Feed Efficiency

HUBUNGAN TINGKAT KANDUNGAN PATI DAN ASAM
AMINO TERHADAP PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI
PAKAN AYAM PEDAGING

NUGROHO ADI HARTONO

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Hubungan Tingkat
Kandungan Pati dan Asam Amino terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan
Ayam Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Pebruari 2014

Nugroho Adi Hartono
NIM D152110011 

ii

RINGKASAN
NUGROHO ADI HARTONO. Hubungan Tingkat Kandungan Pati dan Asam
Amino terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ayam Pedaging. Dibimbing
oleh NAHROWI dan SUMIATI.
Industri peternakan ayam pedaging di Indonesia merupakan industri yang
sangat penting. Efisiensi pakan merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan industri ini. Teknologi nutrisi baru banyak diaplikasikan
untuk mencapai perbaikan efisiensi pakan. Salah satu teknik untuk meningkatkan
performa pertumbuhan ayam pedaging adalah dengan mempertimbangkan
kandungan pati dan rasio terhadap asam amino dalam formulasi pakannya. Pati
merupakan bagian utama dari karbohidrat. Pati menyediakan lebih dari 50%
kebutuhan energi di dalam ransum ayam pedaging yang berbasis jagung dan

bungkil kedelai. Kecernaan pati secara umum diasumsikan sangat tinggi, tetapi
laju degradasinya di usus bervariasi (Weurding et al. 2001). Ransum dengan
kandungan pati yang dipecah bertahap di usus halus, akan menyediakan glukosa
secara kontinyu ke dalam peredaran darah. Glukosa di dalam darah ini akan
direspon oleh lepasnya hormon insulin. Insulin memegang peranan penting dalam
transpot glukosa dan deposisi protein ke dalam otot selama pertumbuhan (Fox
1996). Tersedianya glukosa yang cukup sampai ke bagian posterior usus halus,
bisa mencegah penggunaan asam amino sebagai sumber energi untuk dinding
usus (Weurding et al. 2003). Laju kecernaan pati di dalam jejunum lebih cepat
dibandingkan dengan protein (Liu et al. 2013). Adanya ketidakselarasan antara
laju kecernaan pati dan protein, menyebabkan perbedaan pertumbuhan ayam yang
diberikan ransum sorgum dan biji gandum (Black et al. 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan produksi ayam
pedaging strain ROSS yang diberi pakan dengan imbangan pati dan asam amino
yang berbeda. Penelitian ini menggunakan 240 ekor ayam pedaging strain ROSS
yang dipelihara selama lima minggu dalam kandang sekat berukuran 1m x 1m x
1m. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap faktorial 2x3 dengan
empat ulangan. Ransum yang diberikan pada umur 0-21 hari adalah sebagai
berikut : (HSLL) ransum dengan pati 36% dan lisin 1.34%, (HSML) ransum
dengan pati 36% dan lisin 1.43%, (HSHL) ransum dengan pati 36% dan lisin

1.48%, (LSLL) ransum dengan pati 32% dan lisin 1.34%, (LSML) ransum dengan
pati 32% dan lisin 1.43%, (LSHL) ransum dengan pati 32% dan lisin 1.48%.
Ransum yang diberikan pada umur 21-35 hari adalah sebagai berikut : (HSLL)
ransum dengan pati 36% dan lisin 1.18%, (HSML) ransum dengan pati 36% dan
lisin 1.30%, (HSHL) ransum dengan pati 36% dan lisin 1.35%, (LSLL) ransum
dengan pati 32% dan lisin 1.18%, (LSML) ransum dengan pati 32% dan lisin
1.30%, (LSHL) ransum dengan pati 32% dan lisin 1.35%. Parameter yang diamati
diantaranya konsumsi ransum, konversi ransum, pertambahan berat badan, kadar
glukosa darah, kadar uric acid darah, kadar insulin, penyerapan pati di dalam usus
halus dan penyerapan protein.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ransum HSLL yang mengandung pati
36% dan asam amino berbasis lisin 1.34% untuk fase starter dan 1.18% untuk
fase finisher memberikan pertambahan berat badan yang paling tinggi. Ransum
HSML yang mengandung pati 36% dan asam amino berbasis lisin 1.43% untuk

fase starter dan 1.3% untuk fase finisher memberikan konversi ransum yang
paling baik. Kandungan pati dan asam amino dalam ransum berpengaruh terhadap
penyerapan protein, kadar insulin dan uric acid di dalam darah. Rasio pati dan
asam amino di dalam ransum mempunyai korelasi yang positif terhadap
pertambahan berat badan (r=0.573, P