LAPORAN KASUS DISKUSI Skrofuloderma

IX. PENATALAKSANAAN

Karena hampir sebagian kasus tuberkulosis pada kulit berhubungan dengan penyakit tuberkulosis pada organ lain dan jumlah basil pada kulit biasanya lebih sedikit dibandingkan tempat lain, regimen pengobatan, seperti yang digunakan untuk pengobatan tuberkulosis paru, dapat mencukupi. 2-3 Regimen terapi standar meliputi 2 bulan pengobatan quadrupel isoniazid, rifampisin, pyrazinamid, etambutol diikuti 4 bulan isoniazid dan rifampisin. Pengobatan yang lebih lama biasanya karena adanya keterlibatan organ lain seperti sistem saraf pusat atau tulang atau pada pasien dengan HIV. 3 Kriteria penyembuhan pada skrofuloderma ialah semua fistel dan ulkus telah menutup, seluruh kelenjar getah bening mengecil kurang dari 1 cm dan berkonsistensi keras, dan sikatriks yang semula eritematosa menjadi tidak eritematosa lagi. Laju endap darah LED dapat dipakai sebagai pegangan untuk menilai penyembuhan pada penyakit tuberkulosis. Jika terjadi penyembuhan, LED akan menurun dan menjadi normal. 4,5 Tabel 1. Pedoman pengobatan tuberkulosis kutis 2

X. LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki berusia 23 tahun, pekerjaan buruh, datang ke poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin konsul dari poliklinik Paru dengan keluhan berupa borok yang Universitas Sumatera Utara mengeluarkan cairan pada ketiak kanan dan sisi tubuh kanan sejak 1 bulan terakhir. Dua bulan sebelumnya pasien telah didiagnosis dengan efusi pleura dan telah dilakukan penyedotan cairan pleura. Pada pemeriksaan dermatologis tampak ulkus dangkal, berbatas tegas, pinggir menggaung, warna livid biru keungguan, multipel, ukuran 4 cm x 3 cm, 1,5 cm x 2 cm dan 1 cm x 2,5 cm dikelilingi krusta dan sikatriks pada bagian lateral dekstra setentang iga 7-8, dan ulkus, batas tegas, pinggir menggaung dan bewarna kebiruan dengan ukuran 2 cm x 3 cm yang ditutupi krusta dan sikatrik pada regio aksila dekstra. Nyeri dan gatal tidak dijumpai. Gbr 1 Pada pemeriksaan foto thoraks tampak efusi pleura dengan penebalan pleura kanan pleuritis dan konsolidasi peradangan pada paru kanan e.c sugestif TB dan pemeriksaan tes mantoux positif dengan indurasi 30 x 30 mm. Pada pemeriksaan biopsi dari kerokan kulit tampak sel datia, dengan latar belakang sel- sel limfosit dan PMN. Tidak dijumpai tanda-tanda keganasan. Kesimpulan suatu radang kronis spesifik yang lazim dijumpai pada tuberkulosis. Gbr 2 Gbr 1. Ulkus pada lateral dekstra dan regio aksila dekstra Pasien di diagnosis banding dengan skrofuloderma, blastomikosis, hidraadenitis supuratif. Dengan diagnosis kerja skrofuloderma. Pasien diterapi dengan regimen multidrug therapy tuberculosis yaitu ripamfisin 450 mg, isoniazid INH 300 mg, pirazinamid 1000 mg, dan etambutol 1000 mg. Dan perawatan luka untuk ulkus dengan kompres NaCl 0,9 selama 15 menit sebanyak 4-5 xperhari dan pemberian antibiotik topikal golongan gentamisin. Universitas Sumatera Utara GBr 2. Gambaran Sitologi

XI. DISKUSI

Skrofuloderma atau yang disebut juga tuberculosis colliquativa cutis merupakan salah satu bentuk tuberkulosis kutis sekunder yang timbul karena perluasan langsung dari tuberkulosis kelenjar limfe, tulang atau sendi. Perjalanan penyakitnya kronis dan sering kambuh. Pada kasus, tampak ulkus dangkal, berbatas tegas, pinggir menggaung, warna livid biru keungguan, multipel, ukuran 4 cm x 3 cm, 1,5 cm x 2 cm dan 1 cm x 2,5 cm dikelilingi krusta dan sikatriks pada bagian lateral dekstra setentang iga 7-8, dan ulkus, batas tegas, pinggir menggaung dan bewarna kebiruan dengan ukuran 2 cm x 3 cm yang ditutupi krusta dan sikatrik pada regio aksila dekstra. Nyeri dan gatal tidak dijumpai. Sebelumnya pasien telah didiagnosis dengan efusi pleura kanan. Ini dapat menegakkan diagnosis skrofuloderma, dimana skrofuloderma merupakan akibat perjalanan perkontinuitatum dari organ dibawah kulit yang telah diserang penyakit tuberkulosis. 1,2 Pada pemeriksaan biopsi dari kerokan kulit tampak sel datia, dengan latar belakang sel- sel limfosit dan PMN. Tidak dijumpai tanda-tanda keganasan. Ini merupakan gambaran yang mengarah ke suatu tuberkulosis, dimana pada tuberkulosis akan banyak dijumpai sel raksasa Langhans. 1,2 2 Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA 1. Soebono H. Penyakit kulit oleh mikobakteria. In : Harahap M. editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. p. 272-6. 2. Tappeiner G. Tuberculosis and infection with atypical Mycobacteria. In : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7 th 3. Bravo FG, Gotuzzo E. Cutaneous Tuberculosis . Clinics in Dermatology. 2007; 252:173-180 ed. New York: McGraw-Hill; 2008. p.1927-40. 4. Djuanda A. Tuberkulosis kutis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 4 th 5. Scrofuloderma. Available from: URL: HYPERLINK ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2005. p. 64-72. http:www.mercywords.blogspot.com200809skrofuloderma.html . 6. Meltzer MS, Nacy CA. Cutaneous tuberculosis. Available from: URL: HYPERLINK http:www.emedicine.medscape.comarticle1105317 7. Tuberculosis cutis. Available from: URL: HYPERLINK http:www.medlinux.blogspot.com200712tuberculosis-cutis.html Universitas Sumatera Utara