Pengaruh Kredit Terhadap Profitabilitas Bpr Di Provinsi Bali Periode 2011-2012 Dengan Likuiditas Sebagai Variabel Pemediasi

PENGARUH KREDIT TERHADAP PROFITABILITAS BPR
DI PROVINSI BALI PERIODE 2011-2012 DENGAN
LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL PEMEDIASI

JESICA

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kredit
Terhadap Profitabilitas BPR di Provinsi Bali Periode 2011-2012 dengan
Likuiditas Sebagai Variabel Pemediasi adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, 1 Agustus 2014

Jesica
NIM H24100049

ABSTRAK
JESICA. Pengaruh Kredit Terhadap Profitabilitas BPR di Provinsi Bali Periode
2011-2012 dengan Likuiditas Sebagai Variabel Pemediasi. Dibimbing oleh BUDI
PURWANTO.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kredit terhadap
profitabilitas melalui likuiditas sebagai variabel mediasinya. Data yang digunakan
merupakan laporan keuangan BPR di Provinsi Bali periode 2011-2012. Subjek
dari penelitian ini adalah BPR di Provinsi Bali yang memiliki data keuangan yang
lengkap dari tahun 2011-2012 dengan objeknya adalah kredit, likuiditas dan
profitabilitas. Jumlah BPR yang diteliti ada 113 dari 137 BPR yang ada di
Provinsi Bali. Data yang digunakan dianalisis dengan software Microsoft Excell
2010 dan diuji menggunakan metode Structural Equation Modelling (SEM)

berbasis Partial Least Square (PLS) dengan software Smart-PLS 2.0 M3. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) kredit berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas. (2) kredit berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas. (3)
likuiditas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Kata kunci: kredit, likuiditas dan profitabilitas

ABSTRACT
JESICA. Influence of Credit On Profitability BPR in province of Bali Period
2011-2012 Through Variable Liquidity As Pemediasi. Supervised by BUDI
PURWANTO.
This research conducted to determine the effect of credit on profitability
through the mediation of liquidity as a variable. The data used are the financial
statements of RB in Bali Province 2011-2012. The subject of this research is BPR
in Province of Bali which has complete financial data from the years 2011-2012
with its object is credit, liquidity and profitability. Total RBs who researched there
were 113 of the 137 RBs in the province of Bali. The data were analyzed with the
software used Microsoft Excel 2010 and are tested using Structural Equation
Modeling (SEM) based on Partial Least Square (PLS) with software Smart-PLS
2.0 M3. The results showed that (1) the credit significant negative effect on
profitability. (2) Credit significant positive effect on liquidity. (3) liquidity not

significant negative effect on profitability.
Keywords: credit, liquidity and profitability

ANALISIS PENGARUH KREDIT TERHADAP
PROFITABILITAS BPR DI PROVINSI BALI PERIODE 20112012 DENGAN LIKUIDITAS SEBAGAI VARIABEL
PEMEDIASI

JESICA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 hingga Juli 2014 ini adalah
BPR, dengan judul Pengaruh Kredit Terhadap Profitabilitas BPR di Provinsi Bali
Periode 2011-2012 dengan Likuiditas Sebagai Variabel Pemediasi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Juanah selaku orang tua yang
selalu sabar mendukung, mendoakan dan memberikan kasih sayangnya terutama
saat penulis sedang menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan
kepada Bapak Dr. Ir. Budi Purwanto, ME. selaku dosen pembimbing serta kepada
Bapak Deddy C. Sutarman, STP, MM dan Ibu Farida R. Dewi, SE, MM yang
selalu membantu memberikan masukan selama penelitian. Seluruh dosen yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis, staf Departemen Manajemen IPB,
teman satu perjuangan Pembimbing Skripsi (PS) Syarifah, Eka, Adheng dan Fitri
serta teman-teman Manajemen 47 terutama Emha, Wida, Erna dan Ratih yang
selalu membantu dan menyemangati penulis. Tidak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada junior kesayangan di UKM Bulutangkis IPB yaitu Patria dan
Bayu yang selalu mendukung, menemani dan menyemangati penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini dan seluruh keluarga besar UKM Bulutangkis IPB serta
semua pihak yang telah mendukung penulis namun tidak dapat disebutkan satu

persatu namanya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 1 Agustus 2014

Jesica

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

4

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5


TINJAUAN PUSTAKA

5

Bank Perkreditan Rakyat

5

Likuiditas

6

Kredit

7

Profitabilitas

7


Penelitian Terdahulu

7

METODE PENELITIAN

9

Kerangka Pemikiran Penelitian

9

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

Pengumpulan Data

11


Pengelolan dan Analisis Data

11

Analisis Rasio Likuiditas

11

Analisis Rasio Kredit

12

Analisis Rasio Profitabilitas

12

Analisis Structural Equation Modeling

13


HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Bali

15

Pengujian Model SEM

15

Pengaruh Tingkat Kredit Terhadap Likuiditas

21

Pengaruh Tingkat Kredit Terhadap Profitabilitas

21


Pengaruh Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas

21

Implikasi Manajerial

22

SIMPULAN DAN SARAN

22

Simpulan

22

Saran

23

DAFTAR PUSTAKA

23

LAMPIRAN

25

RIWAYAT HIDUP

72

DAFTAR TABEL
1 Sembilan provinsi yang memiliki penyaluran kredit BPR terbaik dari
Oktober 2012-Maret 2013
2 Perbandingan rata-rata kinerja BPR Provinsi Bali dengan BPR skala
nasional tahun 2011-2012
3 Penelitian terdahulu
4 Nilai Loading Factor Setelah Algoritm Analysis BPR Provinsi Bali
tahun 2011-2012
5 Nilai Loading Factor BPR Provinsi Bali tahun 2011-2012 Setelah
dilakukan Dropping
6 Nilai Cross Loading BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
7 Nilai AVE BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
8 Hasil Uji Realibilitas BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
9 Nilai R Square BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
10 Path Coefficients BPR Provinsi Bali periode 2011-2012

1
3
7
17
17
18
18
19
20
20

DAFTAR GAMBAR
1 Penyaluran kredit BPR Provinsi Bali kuartal Maret 2011-September
2013
2 ROA, ROE, NPL, dan LDR BPR Provinsi Bali 2011-2012
3 Kerangka pemikiran penelitian
4 Kerangka Pemikiran SEM
5 Model SEM setelah Algoritm Analysis
6 Model SEM setelah Dropping
7 Model SEM setelah Bootsrapping

2
3
10
14
16
16
19

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data seluruh BPR di Provinsi Bali
2 Data hasil pengolahan variabel kredit, likuiditas dan profitabilitas BPR
Provinsi Bali periode 2011-2012

25
29

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perekonomian merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pembangunan di Indonesia. Sistem keuangan yang sehat dan stabil dapat
mendukung peningkatan perekonomian. Dalam mewujudkan hal tersebut
diperlukan ketersediaan dan peran serta dari lembaga keuangan. Lembaga
Keuangan terbagi menjadi dua, yakni lembaga keuangan bukan bank dan lembaga
keuangan bank.
Lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan
usahanya tidak melakukan penarikan dana secara langsung sebagaimana halnya
yang dilakukan oleh lembaga depository atau bank. Sedangkan lembaga keuangan
bank ialah lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usahanya dengan
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kembali terutama dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya. Berdasarkan
jenisnya, lembaga keuangan bank terbagi menjadi dua, yaitu Bank Umum dan
Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Kedua bank ini sama-sama menjalankan
tugasnya dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dananya
melalui kredit atau investasi lain yang membedakan adalah BPR dalam
kegiatannya tidak melakukan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan tidak
menerima simpanan dalam bentuk giro. (Siamat 2005).
Wilayah dalam BPR beroperasi terbatas pada suatu wilayah tertentu. BPR
mengalami perkembangan karena sasaran BPR mengarah kepada kebutuhan atau
kredit bagi masyarakat menegah ke bawah yang membutuhkan dana untuk
pengembangan usaha atau pun untuk konsumsi rumah tangga. Pada bulan Oktober
2012 sampai Maret 2013 kredit yang disalurkan oleh BPR konvensional mencapai
52.6 triliun rupiah. Sedangkan dana yang dihimpun dari masyarakat dalam bentuk
tabungan dan deposito mencapai sekitar 45.5 triliun rupiah. Suatu bank dapat
dikatakan memiliki penyaluran kredit yang baik apabila menggunakan dana untuk
menyalurkan kredit mencapai 70% - 80% dari volume usaha bank. (Siamat 2005).
Tabel 1 Sembilan Provinsi yang memiliki penyaluran kredit BPR terbaik dari
Oktober 2012- Maret 2013
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Nama Provinsi
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Bali
Lampung
Kep. Riau
D.I. Yogyakarta
DKI. Jakarta
Sumatera Barat

Sumber : Jayaprana, diolah (2013)

Kredit yang Disalurkan
(Trilliun Rupiah )
11.39
7.97
5.92
4.77
4.31
2.51
2.41
1.06
1.05

2

Berdasarkan data tabel 1 Provinsi Bali termasuk ke dalam sembilan
provinsi yang memiliki penyaluran kredit terbaik dalam periode Oktober 2012 –
Maret 2013 karena mampu menyalurkan kreditnya diatas satu triliun rupiah dalam
periode enam bulan. Data tersebut ditunjang oleh gambar 1 yang menunjukkan
grafik perkembangan penyaluran kredit BPR di Provinsi Bali dari kuartal Maret
2011-September 2013 yang terus mengalami peningkatan.
6
5.61
5.36
5
4.75

4.98

4.48
4.16

4
3.52
3

2.86

3.1

3.76

3.27

2
1
0

Gambar 1 Penyaluran kredit BPR Provinsi Bali kuartal Maret 2011September 2013
Sumber : Bank Indonesia , diolah (2013)
Kegiatan penyaluran kredit oleh BPR merupakan kegiatan yang
menghasilkan aset bagi BPR berupa bunga jangka panjang. Semakin besar bunga
jangka panjang yang diterima oleh BPR maka profitabilitas yang diperolehnya
semakin besar. Kegiatan penyaluran kredit tentunya tidak terlepas dari likuiditas
bank tersebut. Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang sangat kompleks
dalam kegiatan operasi bank. Hal ini disebabkan karena dalam pengelolaan
likuiditas terdapat dana pihak ketiga (DPK) yang digunakan untuk mencapai
tingkat profit yang maksimum sebagian besar sifatnya dalam jangka pendek dan
tidak terduga.
Dipandang dari sisi kreditur, bank yang memiliki likuiditas tinggi
merupakan bank yang baik, karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam
dapat dijamin oleh aktiva lancar yang jumlahnya relatif lebih banyak sehingga
risiko yang dimiliki bank tersebut relatif kecil, akan tetapi jika dipandang dari sisi
manajemen, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan
kinerja manajemen yang kurang baik, karena adanya saldo kas yang menganggur,
persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang
tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha. Dapat disimpulkan
bahwa likuiditas dalam usaha BPR menjadi salah satu variabel pengganggu dalam
menjalankan kegiatan BPR. Secara ekonomi, likuiditas dilihat berdasarkan nilai
LDR-nya sedangkan risiko kredit dilihat berdasarkan NPL-nya. Jika nilai LDR

3
dibawah 110% maka likuiditas bank tersebut dinilai sehat (Denawijaya, 2001),
sedangkan untuk nilai NPL harus dibawah 5%, untuk nilai ROA diatas 1.5 % dan
untuk ROE diatas 12%.

Gambar 2 ROA, ROE, NPL dan LDR BPR provinsi Bali 2011-2012
Sumber : Bank Indonesia, diolah (2014)

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara ekonomi keseluruhan BPR di
Provinsi Bali pada tahun 2011-2012 memiliki kinerja yang baik karena LDR yang
dimiliki berada dibawah 110%, NPL-nya dibawah 5% dengan ROA yang dimiliki
diatas 1.5 dan untuk ROE yang dihasilkan diatas 12%. Dapat disimpulkan bahwa
kredit berpengaruh positif terhadap likuiditas akan tetapi berpengaruh negatif
terhadap profitabilitas. Meskipun BPR Provinsi Bali dianggap memiliki kinerja
keuangan yang baik karena telah memenuhi standar rasio yang diberikan oleh
Bank Indonesia, tetapi ROA yang dimiliki oleh BPR Provinsi Bali masih dibawah
kinerja keuangan BPR dalam skala nasional. Data perbandingan rata-rata kinerja
BPR Provinsi Bali dengan kinerja BPR skala nasional dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Perbandingan rata-rata kinerja BPR Provinsi Bali dengan BPR skala
Nasional tahun 2011-2012
Prov. Bali (%)
Skala Nasional (%)
Rasio
JanJulJanJulJanJulJanJulNo.
Keuangan Jun
Des
Jun
Des
Jun
Des
Jun
Des
2011 2011 2012 2012 2011 2011 2012 2012
LDR
1.
81.66 79.52 80.44 82.95 80.54 81.67 81.28 82.04
2. ROA
3.06
2.94
3.10
3.43
3.90
3.57
3.70
3.70
3. ROE
40.70 39.15 42.21 50.19 32.84 30.62 32.76 33.68
4.

NPL

4.15

3.31

3.16

Sumber: Bank Indonesia, diolah (2014)

2.52

6.39

5.91

5.50

5.26

4
Selain itu sejak terjadinya krisis perbankan dan dilanjutkan dengan proses
rekapitalisasi perbankan tahun 1999 menyebabkan angka LDR berubah fungsi dan
lebih sering digunakan sebagai indikator utama untuk mengukur kemampuan
sebuah bank dalam menyalurkan kredit (fungsi intermediasi) (Irwan 2010)
sehingga pada penelitian ini indikator untuk variabel likuiditas menggunakan LTA
(Liquid Asset to Total Asset Ratio) dan LAD (Liquit Asset to Deposits Ratio).
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
suatu analisa berkaitan dengan pengelolaan kredit, likuiditas dan profitabilitas
BPR di Provinsi Bali dengan judul : “ Pengaruh Kredit Terhadap Profitabilitas
BPR di Provinsi Bali Periode 2011-2012 dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Pemediasi.”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah hubungan pengaruh antara kredit terhadap profitabilitas BPR
di Provinsi Bali pada periode 2011-2012?
2. Bagaimanakah hubungan pengaruh antara kredit terhadap likuiditas pada BPR
Provinsi Bali selama periode 2011-2012?
3. Bagaimanakah hubungan pengaruh antara kredit terhadap profitabilitas
melalui likuiditas sebagai variabel pemediasi untuk BPR di Provinsi Bali pada
periode 2011-2012?
Tujuan Penelitian
Ditinjau dari pemaparan permasalahan sebelumnya, maka dapat disebutkan
tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menguji seberapa besar kredit mempengaruhi profitabilitas BPR di Provinsi
Bali selama periode 2011-2012.
2. Menguji seberapa besar pengaruh kredit terhadap likuiditas BPR di Provinsi
Bali selama periode 2011-2012.
3. Menguji peran likuiditas sebagai variabel pemediasi antara hubungan kredit
dengan profitabilitas BPR di Provinsi Bali selama periode 2011-2012.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diambil dari penelitian ini
adalah :
1. Dapat memberikan informasi mengenai analisis tingkat kredit, likuiditas, serta
profitabilitas berdasarkan rasio keuangan perbankan.
2. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan tambahan mengenai kredit,
likuiditas, serta profitabilitas.
3. Bagi pihak lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan
referensi informasi tambahan maupun rujukan untuk melakukan penelitian
selanjutnya

5
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya memperhitungkan pengaruh kredit terhadap
profitabilitas melalui likuiditas sebagai variabel pemediasi pada BPR se-Provinsi
Bali. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan masing-masing BPR di
Provinsi Bali pada periode 2011-2012 karena pada periode tersebut hampir semua
bank memiliki data yang lengkap. Tingkat likuiditas, kredit dan profitabilitas
dianalisis berdasarkan rasio keuangan perbankan. Hal-hal disamping itu tidak
akan dibahas dan diperhitungkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima
simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. (Siamat
2005). Menurut Undang – undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998,
pengertian dari Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Bank
Indonesia 2014)
Pada umumnya, lokasi BPR terletak dekat dengan tempat masyarakat yang
membutuhkan. Tujuannya adalah menyediakan berbagai kemudahan dalam
mendapatkan sumber permodalan bagi masyarakat golongan berpenghasilan
rendah, terutama pedesaan guna mengembangkan usaha dan kemampuannya.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, lembaga-lembaga ini diawasi dan dibina
oleh Bank Indonesia, akan tetapi tugas pengawasan tersebut di delegasikan kepada
Bank Rakyat Indonesia yang kantornya tersebar di berbagai daerah. Selanjutnya,
tugas pengawasa tersebut diambil alih kembali oleh Bank Indonesia setelah
dikeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan.Didalam UU tersebut ,
status BPR diberikan kepada Bank Desa, Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank
Pegawai, Lumbung Pitih Nagari (LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Badan
Desa (BKPD), dan / lembaga lainnya yang dipersamakan.
Berikut ini adalah usaha yang dilakukan oleh BPR:
1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. Pemberian kredit
3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam PP.
4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
deposito berjangka, tabungan pada bank lain, dan sertifikat deposito. SBI
adalah sertifikat yang ditawarkan BI kepada BPR apabila BPR mengalami
over liquiditas.
Kemudian, berikut ini adalah usaha yang tidak boleh dilakukan BPR:
1. Menerima simpanan berupa giro.

6
2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing.
3. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.
4. Melakukan usaha perasuransian.
5. Melakukan usaha lain diluar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksudkan
dalam usaha BPR.
Sesuai dengan SK Direksi Bank Indonesia No. 32/35/KEP/DIR tanggal 12
Mei 1999 tentang BPR dikatakan bahwa modal disetor untuk mendirikan BPR
ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar:
1. Dua miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di DKI Jakarta, dan Kabupaten/
Kotamadya Tanggerang, Bogor, Bekasi, dan Karawang.
2. Satu miliar rupiah untuk BPR yang didirikan di wilayah Ibukota Provinsi di
luar wilayah yang disebut dalam huruf (a).
3. Lima ratus juta rupiah untuk BPR yang didirikan di luar wilayah yang disebut
dalam huruf (a) dan (b). (Hasibuan, 2008)

Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan
untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta
lancarnya. Kewajiban jangka pendek atau utang lancar adalah utang yang akan
dilunasi dalam waktu satu tahun. Dalam rutinitas sehari-hari, likuiditas antara lain
akan tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditor
tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu. Likuiditas bank adalah kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dengan dapat membayar
kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
dianjurkan para debitur tanpa terjadi penangguhan.
Dalam mengukur likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka pendek
dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya., dimana lingkup dari
pengukuran bisa bersumber dari seluruh aset lancar ataupun sebagian aset lancar.
Terdapat beberapa usulan terbaru mengenai pengukuran likuiditas yang tidak
menggunakan aset lancar dalam pengukurannya, melainkan menggunakan arus
kas operasi. Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena meskipun pada
kenyataanya pengukuran dengan aset lancar masih sering digunakan karena lebih
mudah menghitungnya. Menurut Fred Weston dikutip oleh Kasmir (2010),
menyebutkan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek.
Risiko likuiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko likuiditas aset
(asset liquidity risk) dan risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk).
Risiko likuiditas aset atau sering disebut dengan market/product liquidity risk,
timbul ketika suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar yang
terjadi akibat besarnya nilai transaksi relatif terhadap besarnya pasar. Sedangkan
risiko likuiditas pendanaan yang juga sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko
ketidak mampuan memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan
likuidasi.

7

Kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998
menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Saat bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, tentu saja bank
berharap uangnya kembali. Oleh karena itu, untuk memperkecil risiko uang yang
diberikan tidak kembali, diharapkan bank dalam memberikan kreditnya
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to
pay) dan kemampuan nasabah untuk membayar dan melunasi kembali pinjaman
beserta bunganya (ability to pay). Semua hal ini termasuk ke dalam risiko kredit.
Risiko kredit adalah suatu risiko kerugian yang disebabkan oleh ketidak
mampuan (gagal bayar) dari debitur atas kewajiban pembayaran utangnya baik
utang pokok maupun bunganya ataupun keduanya pada waktu yang telah
ditentukan. Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi kerugian nilai market to
market yang mungkin timbul karena pemberian kredit oleh bank. Kerugian risiko
kredit dapat timbul sebelum terjadinya default (risiko perusahaan).
Profitabilitas
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran
dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu
menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Menurut Husnan (1998),
profitabilitas merupakan rasio untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan (atau mungkin sekelompok aktiva perusahaan). Nilai profitabilitas
menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan. Menurut O.P.Simorangkir
(2004:152) profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu bank dalam
memperoleh laba. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungan dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri.

Penelitian Terdahulu
Tabel 3 berisikan mengenai penelitian terdahulu yang digunakan sebagai
referensi penelitian.
Tabel 3 Penelitian terdahulu
No
.
1

Tahun

Nama

Judul

2005

Ferdi
Rindhatmono

Analisis
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank
Pasca Merger di Indonesia

Metode
Regresi
Linier

Hasil Utama
LDR (Likuiditas) berpengaruh
positif tapi tidak signifikan
terhadap ROA (Profitabilitas)
pasca merger.

8
Tabel 3 Penelitian terdahulu (Lanjutan)
No.
2

Tahun
2008

Nama
Shopi Guspiah

Judul
Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap
Profitabilitas (Studi Kasus Pada Bank
Syariah Mandiri Tahun 2004-2007)

Metode
Regresi
Linier
Berganda

3

2010

Mohammad
Hasanudin dan
Prihatiningsih

Analisis Pengaruh dana Pihak Ketika,
Tingkat Suku Bunga Kredit, Non
Performing Loan (NPL) dan Tingkat
Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di
Jawa Tengah

Regresi
Linier
Berganda

Shopy Nadia

Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Likuiditas Bank
Syariah
Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan
Likuiditas
(LDR)
Terhadap
Profitabilitas (ROA) PT. Bank
Danamon Indonesia Tbk.
Faktor-Faktor
Penentu
Tingkat
Profitabilitas Bank Umum Syariah di
Indonesia

Regresi
Linier
Berganda
Regresi
Linier
Berganda

4

2010

Hasil Utama
LTA, LAD dan FDR (Likuiditas)
berpengaruh secara signifikan
terhadap terhadap Profitabilitas
akan tetapi LTA berpengaruh
positif,
LAD
berpengaruh
negatif,
dan
FDR
tidak
berpengaruh.
NPL berpengaruh positif tetapi
tidak
signifikan
terhadap
penyaluran kredit BPR dan ada
pengaruh negatif dan signifikan
antara variabel tingkat risiko
kredit dengan jumlah penyaluran
kredit.
ROI (profitabilitas) berpengaruh
secara negatif signifikan terhadap
LAD (likuiditas).
LDR (likuiditas) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
ROA (profitabilitas ).

5

2011

Irsan Herlandi
Putra

6

2012

Anto dan M.
Ghafur
Wibowo

7

2012

Nurul
Fitria
dan
Raina
Linda Sari

8

2012

Shelvi Jayanti

9

2014

Pengaruh Tingkat Risiko Perbankan
Terhadap Profitabilitas Pada BPR di
Kabupaten Badung.

Analisis
Jalur Path

10

2014

Luh Putu Eka
Oktaviantari
dan Ni Luh
Putu
Wiagustini
Devi Anindita

Analisis Pengaruh Tingkat Likuiditas
dan Intermediasi Terhadap Tingkat
Profitabilitas
Pada
PT.
BRI
Agroniaga, Tbk.

Structural
Equation
Modelling
(SEM)

Likuiditas (LTA dan LAD) dan
Intermediasi (LDR dan LAR)
memiliki pengaruh yang positif
signifikan kepada profitabilitas
(ROA, ROE, dan NIM).

11

2014

Pengaruh CAR, NPL, dan CR Pada
Profitabilitas
BPR
sekabupaten
Gianyar

Regresi
Linier
Berganda

NPL (kredit) berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas.

12

2014

Pengaruh
Risiko
Kredit
dan
Likuiditas Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Perbankan yang Go
Public Periode 2010-2012

Regresi
Berganda

NPL (kredit)
berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap
profitabilitas, sedangkan LDR
(likuiditas)
tidak
memiliki
pengaruh terhadap profitabilitas.

13

2014

Luh
Putu
Fiadevi
Wulandari dan
Luh Komang
Sujarni
Ni
Nym
Karisma Dewi
Paramitha , I
Wayan
Suwendra dan
Fridayana
Yudiaatmaja
Putu
Yesi
Fransiska
Dewi

Pengaruh Risiko Kredit, DPK,
Likuiditas dan Tingkat Efisiensi
Usaha pada Volume Kredit

Regresi
Linier

Ada Pengaruh positif dan
signifikan
antara
likuiditas
dengan volume kredit pada BPR
di Kota Denpasar.

Analisis Kebijakan Pemberian Kredit
dan Pengaruh Non Performing Loan
Terhadap Loan To Deposit Ratio Pada
PT.
Bank
Rakyat
Indonesia
(PERSERO), Tbk Cabang Rantau ,
Aceh Tamiang (Periode 2007-2011)
Pengaruh Risiko Kredit Terhadap
Profitabilitas
Melalui
Risiko
Likuiditas
Sebagai
Variabel
Intervening Pada Bank Umum
Konvensional yang Listing di BEI
2006-2010.

Regresi
kointegrasi
(Metode
Kuadrat
Terkecil
(OLS))
Regresi
Linier
Sederhana

Variabel Market share tidak
berpengaruhsignifikan terhadap
ROE (profitabilitas).

Path
Analysis

Risiko Kredit (NPL) memiliki
pengaruh langsung terhadap
Profitabilitas (ROA) negatif
signifikan, sedangkan Risiko
Kredit melalui Likuiditas (LDR)
berpengaruh lebih kecil terhadap
Profitabilitas .
NPL berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap variabel LDR
dan LDR berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA.

NPL
(Kredit)
berpengaruh
negatif signifikan terhadap LDR
(likuiditas).

9

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini membahas tentang pengaruh kredit yang diberikan terhadap
profitabilitas BPR Provinsi Bali melalui likuiditas sebagai pemediasinya.
Aktivitas dari BPR ialah menghimpun dana dari masyarakat berupa simpanan
yang kemudian disalurkan lagi kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau
pinjaman dengan tujuan utamanya untuk mendapatkan profitabilitas. Demi
mengoptimalkan kegiatan operasionalnya, bank harus mengetahui tingkat
kecukupan likuiditas yang harus dipertahankan dalam melaksanakan
kewajibannya, serta mengetahui volume pembiayaan kredit yang harus disalurkan
dalam upaya meningkatkan profitabilitas BPR tersebut.
Bank menggunakan rasio keuangan berdasarkan data akuntansi sebagai
indikator awal dalam interpretasi analisis dana dari laporan keuangan sebagai
bahan untuk mengevaluasi kegiatan operasional hingga pengambilan keputusan
dan penentuan kebijakan manajemen bank. Rasio keuangan yang digunakan
dalam penelitian ini berasal dari data laporan keuangan , baik neraca maupun
laporan laba rugi, sebagai dasar dari analisis tingkat likuiditas, pemberian kredit,
dan profitabilitas selama periode 2011 hingga periode 2012. Sebagai variabel
eksogen yakni kredit (X), indikator yang dilihat adalah Market Share (MS) yang
menunjukan porsi total jumlah kredit yang disalurkan oleh masing-masing BPR
terhadap total kredit yang disalurkan, jumlah kredit yang diberikan (ΣKr) dilihat
dari seberapa besar bank mengeluarkan dananya untuk disalurkan kepada
masyarakat, serta Non Performing Loan (NPL) yang melihat kepada kredit
bermasalah yang dimiliki. Pada variabel mediasi, yakni likuiditas (M) indikator
yang digunakan yaitu Liquid Asset to Total Asset Ratio (LTA) untuk melihat
besarnya aktiva lancar terhadap total aset yang dimiliki dan Liquid Asset to
Deposits Ratio (LAD) yang digunakan untuk melihat seberapa besar bank mampu
memenuhi likuiditas berdasarkan DPK-nya. Kemudian untuk variabel endogen,
yakni profitabilitas (Y) indikator yang digunakan adalah rasio Return on Asset
(ROA) untuk menghitung keuntungan secara keseluruhan, rasio Return on Equity
(ROE) untuk menghitung laba bersih yang dimiliki bank, dan rasio Net Interest
Margin (NIM) digunakan karena bank memperoleh keuntungan dari bunga bank
yang dibayar oleh masyarakat yang meminjam uang.
Di bawah ini merupakan gambar kerangka pemikiran penelitian yang
dibuat oleh peneliti. Dimulai dari Bank Indonesia sebagai pusat dari semua
kegiatan yang berhubungan dengan keuangan, termasuk laporan keuangan periode
2011-2012 dari BPR di Provinsi Bali yang di dalamnya melaporkan segala
kegiatan transaksi keuangan. Kemudian laporan keuangan tersebut dianalisis
oleh peneliti menggunakan rasio-rasio keuangan mengenai kredit, likuiditas dan
profitabilitas yang kemudian diolah menggunakan metode Structural Equation
Modelling untuk melihat hubungan di antara kredit, likuiditas dan profitabilitas
pada periode tersebut. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi
salah satu acuan untuk Bank Indonesia mengenai permasalahan kredit, likuiditas
dan profitabilitas BPR di Provinsi Bali.

10

Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengambilan data dilakukan di Otoritas Jasa Keuangan Jakarta, Jl. Jend.
Gatot Subroto Kav. 71-73 (Komplek Bank Indonesia). Pada Bulan Maret 2014 Mei 2014.

11
Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
berupa laporan laba/rugi dan laporan neraca masing-masing seluruh BPR Provinsi
Bali yang memenuhi periode 2011-2012 yang diperoleh dari penelitian dengan
browsing ke Internet melalui www.bi.go.id dan www.ojk.go.id .
Pengolahan dan Analisis Data
Data kuantitatif yang diperoleh, diolah untuk mendapatkan rasio likuiditas,
rasio kredit, serta rasio profitabilitas. Software yang digunakan untuk mengolah
dan menganalisis data penelitian adalah Microsoft Excel 2010. Kemudian, data
yang diperoleh diuji dengan metode Structural Equation Modeling berbasis
component atau variance – Partial Least Square (PLS) dengan software
SmartPLS 2.0 M3. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk gambar dan tabel,
serta diuraikan secara kualitatif dalam bentuk uraian deskriptif.
Analisis Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas pada penelitian ini mengenai bagaimana
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban hutang-hutangnya dengan dapat
membayar kembali semua deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit
yang dianjurkan para debitur tanpa terjadi penangguhan baik kewajiban yang
bersifat jangka pendek maupun pencairan dana oleh deposan sebelum jatuh
tempo.
Liquid Asset to Total Asset Ratio (LTA)
Liquid Asset to Total Asset (LTA) merupakan alat rasio likuiditas yang
menunjukkan porsi aktiva lancar (liquid assets) atas total aktiva (total assets).
Semakin besar rasio ini maka kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya
akan semakin baik.
………………………………………………… (1)
Liquid Asset to Deposits Ratio (LAD)
Liquid Asset to Deposits (LAD) merupakan rasio yang dapat dijadikan
ukuran untuk menilai kemampuan bank dalam memenuhi likuiditas akibat adanya
penarikan dana oleh pihak ketiga, dengan menggunakan aset likuid yang tersedia.
Semakin besar rasio ini, semakin baik posisi likuiditasnya pada suatu bank. Rasio
LAD memiliki pengaruh negatif terhadap tingkat profitabilitas.
LAD =

x 100% ……………………………………………...…….. (2)

12
Analisis Rasio Kredit
Analisis rasio kredit pada penelitian ini mengenai seberapa besar
kemampuan bank dapat menyalurkan kredit kepada pihak deposit berdasarkan
likuiditasnya. Penyediaan kredit tersebut merupakan kegiatan utama bank dalam
upaya meningkatkan profit. Analisis ini hanya melihat: Market Share (MS), Non
Performing Loan (NPL) dan jumlah kredit yang disalurkan (ΣCr).
Market Share (MS)
Merupakan alat rasio kredit yang menunjukkan porsi total jumlah kredit
yang disalurkan oleh BPR terkait atas total kredit BPR provinsi tersebut. Menurut
Schuster (1984) dikutip oleh Stiawan (2009), Perusahaan dengan pangsa pasar
yang lebih besar lebih menguntungkan karena skala ekonomi yang besar
mempunyai kekuatan pasar yang lebih besar dan kualitas manajemen yang lebih
baik.
…………….…….…. (3)
Jumlah Kredit yang Disalurkan (ΣCr)
Merupakan analisis yang dilihat dari berapa besar suatu bank
mengeluarkan dana untuk disalurkan kepada masyarakat. Semakin tinggi jumlah
kredit yang dikeluarkan oleh bank, maka pertumbuhan laba bank akan semakin
meningkat.
ΣCr = ln (ΣCr) ……………………..………………………………..................(4)
Non Performing Loan (NPL)
Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
bank dalam menekan atau meminimalisir jumlah tunggakan merah atau kredit non
lancar untuk menjadi kredit lancar. Jika hasil dari NPL < 5% maka bank dikatakan
sehat (Ansori 2006).
……………..………………..…..(5)
Analisis Rasio Profitabilitas
Analisis rasio profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat untuk
menganalisis atau mengukur tingkat profitabilitas yang dicapai oleh bank. Rasio
rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA),
Return on Equity (ROE), dan rasio Net Interest Margin (NIM).
Return on Assets (ROA)

13
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank dan semakin baik
pula posisi bank tersebut dari segi pengunaan aset (Denawijaya 2001). Standar
rasio ROA menurut Bank Indonesia sebesar 1.5%.
x 100% ……………………………………..……(6)

ROA =
Return on Equity (ROE)

Rasio ini merupakan indikator bagi para pemegang saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
berkaitan dengan pembayaran dividen. Kenaikan ROE berarti terjadi kenaikan
laba bersih dan menyebabkan kenaikan harga saham bank dan semakin besar pula
dividen yang diterima investor (Prihadi 2008). Standar ROE menurut Bank
Indonesia adalah sebesar 12%.
ROE =

x 100% ……………………………………………. (7)

Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin adalah rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan
bunga dikurangi beban bunga. Standar NIM menurut Bank Indonesia adalah 6%.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
……………………………………… (8)

Analisis Structural Equation Modeling
Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat statistik yang
dipergunakan untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak
dapat diselesaikan oleh persamaan regresi linear. SEM adalah sekumpulan teknikteknik statistik yang memungkinkan pengujian sebuah rangkaian hubungan yang
relatif “rumit” secara simultan (Waluyo 2008). SEM dapat juga dianggap sebagai
gabungan dari analisis regresi dan analisis faktor yang dapat dipergunakan untuk
menyelesaikan model persamaan dengan variabel terikat lebih dari satu dan juga
pengaruh timbal balik (recursive). SEM berbasis pada analisis covarians sehingga
memberikan matriks covarians yang lebih akurat dari pada analisis regresi linear.
Partial Least Square (PLS) adalah sebuah software yang dikembangkan
untuk mengolah data menggunakan persamaan struktural, dan juga dapat
digunakan untuk persamaan regresi linear. Secara umum dikenal dua software
yang paling populer mengenai Partial Least Square, yakni Smart PLS dan PLS
Graph yang menitikberatkan pada gambar. Software ini diciptakan sebagai proyek
di Institute of Operation Management and Organization (School of Business)

14
University of Hamburg, Jerman oleh Professor Christian M. Ringle, Sven Wended
an Alexander Will (Latan dan Ghozali 2012).
SEM- PLS merupakan teknik analisis yang merupakan gabungan dari dua
metodologi disiplin ilmu yaitu perspektif ekonometrika yang mampu untuk
menggambarkan konsep model dengan variabel laten (variabel yang tidak dapat
diukur secara langsung) akan tetapi diukur melalui indikator-indikatornya
(manifest variables). Variabel dalam konsep SEM pada penelitian ini terdapat
tiga jenis variabel yang berbeda, yakni variabel dependen, variabel independen
dan variabel mediasi (intervening). Variabel independen (variabel stimulus/
prediktor/antecendent/eksogen/bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat)
(Sugiyono 2009). Variabel dependen (variabel output/ kriteria/ konsekuen/
endogen/ terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Kemudian, untuk variabel intervening (variabel
penyela/ antara/ mediasi), adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi
hubungan tidak langsung dan tidak dapat diamati atau diukur (Sugiyono 2009).
Gambar 4 merupakan kerangka pemikiran peneliti dalam permodelan SEM.

Gambar 4. Kerangka pemikiran SEM
Berdasarkan uraian metode penelitian diatas , rumusan hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1
: Kredit berpengaruh terhadap profitabilitas
H0
: Kredit tidak berpengaruh terhadap profitabilitas
2. H2
H0

: Kredit berpengaruh terhadap likuiditas
: Kredit tidak berpengaruh terhadap likuiditas

3. H3

: Likuiditas mempengaruhi kredit terhadap tinggi-rendahnya
profitabilitas.
: Likuiditas tidak mempengaruhi kredit terhadap tinggi-rendahnya
profitabilitas.

H0

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Provinsi Bali
Perkreditan Rakyat di Indonesia dimulai sejak abad 19 dengan berdirinya
Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang dibangun dengan tujuan
membantu para petani, pegawai, dan buruh agar dapat melepaskan diri dari jeratan
para lintah darat (rentenir) yang membebankan dengan bunga sangat tinggi. Pada
masa Pemerintahan Koloni Belanda, Perkreditan Rakyat dikenal masyarakat
dengan istilah Lumbung Desa, Bank Desa, Bank Tani, dan Bank Dagang Desa,
yang saat itu hanya ada di Jawa dan Bali. Kemudian tahun 1929 berdiri badan
yang menangani kredit di pedesaan yaitu, Badan Kredit Desa (BKD) yang
terdapat di pulau Jawa & Bali, sementara untuk Pengawasan dan Pembinaan,
Pemerintah Kolonial Belanda membentuk Kas Pusat dan Dinas Perkreditan
Rakyat, dengan nama lembaga yaitu Instansi Kas Pusat (IKP).
Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah mendorong pendirian bank-bank
Pasar yang terutama sangat dikenal karena didirikan dilingkungan pasar dan
bertujuan untuk memberikan pelayanan jasa keuangan kepada para pedagang
pasar. Bank-bank Pasar tersebut kemudian berdasarkan Pakto 1988 dikukuhkan
menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sejak itu BPR di Indonesia tumbuh
dengan subur.Bank-bank yang didirikan antara 1950-1970 didaftarkan sebagai
Perseroan Terbatas (PT), CV, Koperasi, Maskapai Andil Indonesia (MAI),
Yayasan, dan Perkumpulan. Pada masa tersebut berdiri beberapa lembaga
keuangan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah ; Bank Karya Produksi Desa
(BKPD) di Jawa barat, Badan Kredit Kecamatan (BKK) di Jawa Tengah, Kredit
Usaha Rakyat Kecil (KURK) di Jawa Timur, Lumbung Pitih Nagari (LPN) di
Sumatera Barat, dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Bali.
LPD di Bali yang kini sudah berubah nama menjadi Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) tumbuh berkembang sangat pesat. Berdasarkan data publikasi Bank
Indonesia, jumlah BPR di Provinsi Bali hingga tahun 2014 berjumlah 137 BPR.
Jumlah tersebut terbagi ke dalam Sembilan daerah, yaitu Kabupaten Badung
sebanyak 52 BPR, Kabupaten Bangli sebanyak 3 BPR, Kabupaten Buleleng
sebanyak 7 BPR, Kabupaten Gianyar sebanyak 28 BPR, Kabupaten Jembrana
sebanyak 1 BPR, Kabupaten Karangasem sebanyak 4 BPR, Kabupaten
Klungkung sebanyak 5 BPR, Kabupaten Tabanan sebanyak 24 BPR, dan Kota
Denpasar sebanyak 13 BPR. Namun, dalam pengolahan data untuk penelitian ini
hanya menggunakan 113 BPR dikarenakan hanya 113 BPR tersebut yang
memenuhi kriteria dalam penelitian ini yakni memiliki data laporan keuangan
lengkap dari tahun 2011 hingga 2012. Nama-nama serta jumlah pembagian BPR
baik yang lengkap maupun yang diambil untuk data penelitian akan disertakan
didalam lembar lampiran.
Pengujian Model SEM
Menurut Latan dan Ghozali (2012) model evaluasi PLS dilakukan dengan
menilai outer model dan inner model. Evaluasi model pengukuran (outer model)
dilakukan untuk menilai validitas dan reabilitas model. Outer model dengan

16
indikator refleksif dievaluasi melalui validitas convergent dan discriminant dari
indikator pembentuk konstruk laten dan composite reliability serta cronbach
alpha untuk blok indikatornya. Sedangkan untuk evaluasi model struktural atau
inner model bertujuan untuk memprediksi hubungan antar variabel laten. Inner
model dievaluasi dengan melihat besarnya presentase variance yang dijelaskan
yaitu dengan melihat R-Square untuk konstruk laten endogen test (Geisser 1975;
Stone 1974) untuk menguji predictive relevance, dan average variance extracted
(Fornell dan Larcker 1981) untuk predictivenness dengan menggunakan prosedur
resampling seperti jackknifing dan bootstrapping untuk memperoleh stabilitas dari
estimasi. Pada penelitian ini, pengujian model SEM memiliki tiga variabel laten
yakni Kredit, Likuiditas dan Profitabilitas. Dengan indikator yang digunakan
untuk menghitung variabel Kredit ialah Market Share (MS), Non Performing
Loan (NPL) dan jumlah kredit yang disalurkan (ΣCr). Indikator yang digunakan
untuk menghitung Likuiditas adalah Liquid Asset to Total Asset (LTA) dan Liquid
Asset to Deposits (LAD). Kemudian, indikator yang digunakan untuk menghitung
nilai Profitabilitas adalah Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan
Net Interest Margin (NIM). Gambar permodelan SEM setelah dilakukan proses
Algortm Analysis tersaji pada Gambar 5 dan Gambar 6 untuk proses Algortm
Analysis setelah dilakukan dropping.

Gambar 5 Model SEM setelah Algortm Analysis

Gambar 6 Model SEM setelah dilakukan Dropping
Model Pengukuran (Outer Model)
Uji validitas convergent indikator refleksif dengan program SmartPLS 2.0
M3 dapat dilihat dari loading factor untuk tiap indikator konstruk dengan nilai

17
loading factor harus lebih dari 0.7. Namun demikian untuk penelitian tahap awal
dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading factor 0.5 - 0.6 masih
dianggap cukup (Chin 1998). Dibawah ini merupakan tabel nilai loading factor
setelah dilakukan proses Algortm Analysis dengan input data berupa hasil
penghitungan laporan keuangan BPR Provinsi Bali tahun 2011-2012
menggunakan rasio kredit, likuiditas dan profitabilitas.
Tabel 4 Nilai Loading Factor setelah Algortm Analysis BPR Provinsi Bali tahun
2011-2012
Konstruk
Indikator
Nilai Faktor
Keterangan
Loading
Kredit
LN Jumlah Penyaluran
-0.803
Tidak Valid
Kredit
Ms
-0.523
Tidak Valid
NPL
0.847
Valid
Likuiditas
LTA
0.999
Valid
LAD
0.999
Valid
Profitabilitas
ROA
0.896
Valid
ROE
0.827
Valid
NIM
0.920
Valid
Berdasarkan data Tabel 4, diketahui bahwa nilai loading factor NPL,
LTA, LAD, ROA, ROE, dan NIM lebih dari 0.7, sedangkan indikator LN Jumlah
Penyaluran Kredit dan MS yang bernilai kurang dari 0.7 yakni -0.803 dan -0.523.
Berarti kedua indikator tersebut tidak dapat merefleksikan konstruknya sehingga
kedua indikator tersebut harus dihapus dari penelitian ini. Tanda negatif yang
dihasilkan menunjukkan bahwa LN Jumlah Penyaluran Kredit dan MS tidak dapat
mencerminkan kredit. Sedangkan untuk LTA dan LAD dapat mencerminkan
variabel Likuiditas sebesar 99%. ROA, ROE dan NIM dapat mencerminkan
variabel Profitabilitas sebesar 93%, 74% dan 95%. NPL mencerminkan kredit
sebesar 84%. Tahap selanjutnya dilakukan kembali proses Algortm Analysis
tanpa indikator LN Jumlah Penyaluran Kredit dan MS sehingga dihasilkan model
SEM seperti Gambar 6, untuk hasil report html disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Nilai Loading Factor BPR Provinsi Bali Tahun 2011-2012 setelah
dilakukan dropping
Konstruk
Indikator
Nilai Faktor
Keterangan
Loading
Kredit
NPL
1.000
Valid
Likuiditas
LTA
0.999
Valid
LAD
0.999
Valid
Profitabilitas
ROA
0.939
Valid
ROE
0.746
Valid
NIM
0.954
Valid
Berdasarkan Tabel 5 setelah dilakukan dropping nilai loading factor yang
dihasilkan lebih dari 0.7, menunjukkan semua indikator tersebut valid dan mampu
merefleksikan setiap konstruknya. Bahkan untuk NPL nilai loading faktornya

18
berubah menjadi 1.000 atau 100%. Hal ini terjadi karena dalam variabel hanya
terdapat satu indikator saja sehingga hasil loading factor yang didapat jika
indikator tersebut mencerminkan variabel-nya pasti 1.000 atau 100%. Selanjutnya,
untuk uji validitas discriminant dengan indikator refleksif dilihat dari nilai cross
loading yang dihasilkan harus > 0.70. Validitas discriminant berhubungan dengan
prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifest variable/ indikator) konstruk yang
berbeda seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi (Ghozali 2012).
Tabel 6 Nilai Cross Loading BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
Indikator
Kredit
Likuiditas
Profitabilitas
Keterangan
NPL

1.000

0.176

-0.460

Valid

LAD

0.174

0.999

-0.089

Valid

LTA

0.178

0.999

-0.107

Valid

NIM

-0.463

-0.086

0.954

Valid

ROA

-0.431

-0.070

0.939

Valid

ROE

-0.309

-0.115

0.746

Valid

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa manifest varibel hanya memiliki
kolerasi yang tinggi dengan konstruk yang direfleksikan dan nilai indikator yang
dihasilkan terhadap variabel yang direfleksikan semuanya > 0.70. Data Tabel 6
hanya digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa indikator (manifest variabel) yang
digunakan benar-benar akan merefleksikan variabel-nya saja dan tidak cocok
dengan variabel lainnya sehingga hubungan satu indikator terhadap variabel yang
tidak ia cerminkan akan bernilai negatif. Seperti indikator NPL yang memiliki
nilai 1.000 terhadap variabel kredit dan bernilai negatif terhadap variabel
likuiditas dan profitabilitas, artinya bahwa indikator NPL benar-benar
merefleksikan variabel kredit dan tidak cocok untuk merefleksikan variabel
likuiditas maupun profitabilitas. Hasil cross loading ini hanya menunjukkan
tingkat kevalidan saja bukan interpretasi secara rasio.
Dalam menguji validitas discriminant disarankan melihat juga kepada
nilai average variance extracted (AVE) , dimana kriteria nilai kevalidan harus >
0.50. Data AVE BPR Provinsi Bali periode 2011-2012 disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Nilai AVE BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
Variabel Laten
AVE
1.000
Kredit
0.999
Likuiditas
0.783
Profitabilitas

Keterangan
Valid
Valid
Valid

Berdasarkan data hasil Tabel 7, dapat dilihat bahwa nilai semua variabel >
0.50. Dengan hasil ini dapat disimpulkan bahwa 50% atau lebih variance dari
indikator refleksif dapat dijelaskan. Semua konstruk dinyatakan memenuhi

19
persyaratan validitas konvergen. Selain uji validitas, untuk membuktikan
keakuratan, kekonsistenan dan ketepatan instrumen dilakukan juga uji reabilitas.
Konstruk dengan indikator refleksif dikatakan memiliki reliabilitas yang baik
apabila Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability atau yang biasa disebut
Dillon-Goldstein’s bernilai di atas 0,70.
Namun demikian, penggunaan
Cronbach’s Alpha untuk menguji reliabilitas konstruk akan memberikan nilai
yang lebih rendah (under estimate) sehinga disarankan untuk menggunakan
Composite Reliability dalam menguji sebuah konstruk (Ghozali 2012). Tabel 8
menyajikan uji reliabilitas untuk data BPR Provinsi Bali periode 2011-2012.
Tabel 8 Hasil uji realibilitas BPR Provinsi Bali periode 2011-2012
Konstruk
Composite Reliability Cronbachs Alpha
Keterangan
Kredit
Likuiditas
Profitabilitas

1.000
0.999
0.914

1.000
0.999
0.857

Reliabel
Reliabel
Reliabel

Berdasarkan Tabel 8, hasil uji realibility konstruk Likuiditas dan
Profitabilitas memiliki Composite Reliability dan Cronbach’s Alpha diatas 0.70
sehingga konstruk kredit, likuiditas dan profitabilitas dapat dinyatakan reliabel.

Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dinilai dengan melihat nilai R-Square untuk setiap
variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model struktural. Perubahan
nilai R-Squares dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel laten
eksogen tertentu terhadap variabel laten endogen mempunyai pengaruh yang
substantive atau tidak. Nilai R-Square berada pada selang 0.75, 0.50 dan 0.25
dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah (Ghozali 2012). Tabel
8 merupakan gambar permodelan SEM setelah dilakukan bootstrapping.

Gambar 7. Model SEM setelah bootstrapping

20

Tabel 9 Nilai R Square BPR Provinsi Bali Periode 2011-2012
Konstruk
R Square
Kredit
Likuiditas
0.031
Profitabilitas
0.212
Dari hasil Tabel 9 dapat dilihat nilai R-Square untuk variabel likuiditas
dan profitabilitas sebesar 0.031 dan 0.212 yang berarti bahwa pengaruh kredit
sebagai variabel eksogen terhadap likuiditas dan profitabilitas termasuk ke dalam
kategori lemah.Kemudian dapat diinterpretasi