PENUTUP EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam uraian
pembahasan maka diuraikan dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Masyarakat adat suku Mee di Distrik Kapiraya berpandangan bahwa tanah sebagai
seorang ibu yang memberi susu (hidup) kepada anaknya, dan juga tanah sebagai
warisan nenek moyang yang di atasnya dilaksanakan sebagai aktivitas. Masyarakat
adat suku Mee berpandangan tanah, hutan, air, dusun, gunung, dan di wilayah
Kapiraya merupakan haknya dalam penguasaan dan pemilikan tanah hak ulayat
maupun tanah adat serta pengaturannya. Dalam penguasaan dan kepemilikan tanah
adat pada masyarakat persekutuan adat suku Mee di Kapiraya dilaksanakan secara
komunal yang disebut hak ulayat dan juga dimiliki secara individual yang dalam
pemanfaatan dan pengalihan hak atas tanah tidak dapat dicampuri oleh pihak lain
(kepala adat dan anggota yang tidak mempunyai hak). Tanah-tanah yang dimiliki
oleh kelompok masyarakat persekutuan hukum adat suku Mee mempunyai hak
milik yang bersifat hak mutlak dan hak pakai yang dimiliki secara hak sementara.
2. Tanah yang dikuasai dan dimiliki oleh masyarakat persekutuan hukum adat suku
Mee agar jelas kedudukan atau status tanahnya, maka tanah-tanah itu dapat
dilakukan dengan cara pemisahan-pemisahan. Dalam hal ini dengan cara

pembuatan pagar sebagai batas tanah, dan juga dengan memberi nama atas tanahtanah tersebut seperti tanah komunal, tanah marga, tanah bapak, tanah ibu, tanah

112

istri dan tanah teman. Hak atas tanah komunal (enaimo Makii) itu berupa tanah,
hutan dan kekayaan alam yang merupakan tempat untuk berburu, sedangkan
tanah-tanah individu itu berupa tanah marga, tanah bapak, tanah ibu, tanah istri
dan tanah teman yang tempatnya berdekatan dengan perkampungan. Pada
masyarakat adat suku Mee secara yuridis tujuan utama pendaftaran tanah untuk
menciptakan kepastian hukum dan menjamin perlindungan hukumnya, namun
pada kenyataan pada masyarakat adat suku Mee Kapiraya mengenai kepastian
hukum pendaftaran tanah tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat. Artinya
dalam kenyataan sepanjang hidup masyarakat adat Suku Mee Kapiraya
menganggap tidak ada kepastian hukum dari adanya pendaftaran tanah khususnya
di Distrik Kapiraya Kabupaten Deiyai pada umumnya Negara Indonesia.

B. Saran
1. Pada masyarakat persekutuan hukum adat suku Mee Kapiraya perlu melakukan
perdaftaran tanah agar tanah adat maupun tanah ulayat dapat dilindungi dan
mewujudkan serta menjamin kepastian hukum terhadap objek hak atas tanah.

Status tanah yang dihaki oleh masyarakat adat suku Mee dapat jelas dan perlu ada
pengendalian tanah adat maupun tanah ulayat secara benar dan tepat agar tidak
terjadi konflik tanah.
2. Perlu adanya aturan adat yang tegas tentang tanah adat dan tanah ulayat, maka
semua kebijakan yang dapat di ambil oleh ketua persekutuan hukum adat melalui
musyawarah mufakat bersama segenap anggota persekutuan hukum adat suku
Mee agar tidak terjadi sengketa tanah, sehingga semua pembangunan dapat
berjalan dengan baik dan lancar ketika melakukan pengalihan hak atas tanah.
113

Apabila melakukan pengalihan hak atas tanah adat dan tanah ulayat perlu ada
persetujuan pemilik tanah dengan menggunakan norma-norma adat secara resmi,
sehingga pengalihan hak atas dapat disetujui oleh seluruh masyarakat adat suku
Mee di Distrik Kapiraya Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.
3. Tanah adat dan tanah hak ulayat suku Mee telah ada hak-hak atas tanah dari
generasi terdahulu. Tanah yang berstatus hak milik dan hak pakai itu dalam
penerapan batas penguasaan dan penggunaan objek hak atas tanah kemiringan
sehingga dapat mengakibatkan kesulitan pembuktian tentang kebenaran batasbatas tanah secara hukum karena mudah saja terjadi kekeliruan. Oleh karena itu,
sengketa batas ini tidak saja terjadi antar kampung dengan kampung melainkan
wilayah teritorial berbatasan sering terjadi juga antara satu etnis dengan etnis

lainnya yang tinggal bersama-sama sekampung. Dengan melihat penetapan batas
tanah ini perlu mengadakan rapat atau musyawarah secara adat guna membuat
batas-batas tanah yang jelas secara lisan maupun tertulis.
4. Dengan adanya perkembangan pembangunan pemerintah, badan swasta, dan
agama, maka sebelum dilaksanakan pembangunan perlu ada negosiasi dengan
Kepala adat, kepala marga, kepala suku, tokoh adat, tokoh agama, tokoh
masyarakat

dan Lembaga

Masyarakat

Adat

Ogeiye

Selatan (LMA-O)

DIYOWEUTOPOKE, sehingga mencegah terjadinya konflik tanah.
5. Perlu ada Kantor Pertanahan di Kabupaten Deiyai agar tanah adat perorangan

dapat dilakukan pendaftaran tanah, sehingga dapat mewujudkan kepastian hukum
dalam eksistensi penguasaan dan pemilikan hak atas tanah yang ada supaya terus
dipertahankan baik oleh masyarakat adat suku Mee maupun Pemerintah.
114

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
B.Ter Haar Bzn, 1989, Agrarich Wet end Belanda (implementasi pertanahan),
Penerbit. Cv. Press Java. Jakarta.
C.Medi Suharyono, Sosiologi Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Harsono Boedi, 1992, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukum Tanah,
Djamban, Jakarta.
_____________, 2007, Hukum, Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan UndangUndang Pokok Agrarian, Isi Dan Pelaksanaannya), Penerbit :
Djamban, Jakarta.
Muhammad Bushar, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradaya Pramita, Jakarta.
Ruchiyat Eddy, 1995, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaku UUPA,

Alumni Bandung.
Perangin Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, CV.
Raja Wali, Jakarta.
Gunawan Wiradi, 1989, Masalah Tanah Di Indonesia, Bharata, Jakarta
Widjaja Haw, 2001, Pemerintahan Desa/Kampung, Marga, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Alting Husen, 2011, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan Dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, (Masa Lalu, Kini, Dan
Masa Akan Datang), Penerbit : Laksbang Pressindo,
Yogyakarta.
Sugeng, Istanto, 2011, Politik Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1993, Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, Djamban,
Jakarta.
115

Fernando.M, Manullang, E, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum
Kondrat dan Antinomi Nilai, Penerbit : Buku Kompas, Jakarta.
Marzuki, Piter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.
Mr.C.C.Maassen, Et.al dalam buku karangan Ruchiyat, 1995, Politik Pertanahan

Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni Bandung.
Mertokusumo, Sudikno, 2004, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit :
Liberty, Yogyakarta.
__________________,

1999, Mengenal Hukum : Sebuah Pengantar, Penerbit :
Liberty Yogyakarta.

Siregar Oscar, 1987, Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Sentani, Jayapura.
Parlindungan.A.P, 1991, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar
Maju, Bandung.
Rawls, Jhon, 1995, A Theory Of Justice, Revised Edn, oxford:oup.
R. Sutanto, 1980, Hukum Pertanahan (Agraria), Pradaya Paramita, Jakarta.
Saragih, Djaren, 1984, Pengantar Hukum Adat Di Indonesia (Edisi II), Penerbit :
Tarsito, Bandung.
Separa. J. S, 1993, Tanah Sebagai Milik Tuhan (Makalah Lokakarya Konsultan Hamba
Tuhan), Pedesaan Terpadu Irian Jaya, Jayapura.
Soetiknjo dan Ruwiastuti, 1997, Hukum Tanah dan penguasaan penggunaan hak atas
Tanah, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
S. Soekanto, 1983, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan

Di Indonesia, Akademika Presindo. Jakarta.
Subadi, 2010, Penguasaan Dan Penggunaan Tanah Kawasan Hutan, Penerbit :
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Subekti. R, 1984, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradaya Paramita, Jakarta.
Sunggono Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sumiarni, MG. Endang, 2011, Hand Out Metodologi Penelitian Hukum Dan Statistik,
Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
116

________________, ddk, 2010, Hukum Adat Dan Kearifan Lokal Suku Sentani,
Diterbitkan Oleh: Biro Hukum Secretariat Daerah Propinsi
Papua.
Supriadi, 2007, Hukum Agraria (Cetakan Pertama), Penerbit : Sinar Grafika, Jakarta.
S.R.H Werdono, 1973, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni Bandung.
Suseno, Franz Magnis, 1988, Kuasa Dan Moral, Penerbit : Kanisius Yogyakarta.
Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Di Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan)
(Cetakan Kesatu), Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Van Volennhoven, C, 1926, Miskeningen Van Het Adatrecht, Boekhandel En Drukkerij
Voorheen E.J.Brill, Leiden.

__________________, 1926, Suatu Kitab Hukum Adat Untuk Seluruh Hindia Belanda,
Terjemahan M. Rasjad St. Suleman, Penerbit Bhatara, Jakarta.
Wiryani Fifik, 2009, Reformasi Hak Ulayat (Pengaturan Hak-Hak Masyarakat Adat
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam), Penerbit : Setara
Perss, Malang.

B. HASIL PENELITIAN
Tias Vidawati, M.Kn, 2009, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa
Tanah : (Study Kasus Pada Suku Dayak Tobak Desa Tebang
Benua Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat, Universitas Diponegoro Semarang.
Syafan Akbar, M.Kn, 2010, Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat Dalam Suku
Caniago Di Nagari Muara Panas Kabupaten Solok Provonsi
Sumatera Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

C. KAMUS
M.Marwan, dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum (Cet.I), Penerbit : Reality Publisher,
Surabaya.
W.J.S. Purdawarminta, 1988, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.


117

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Pustaka Merah Putih, Yogyakarta,
1960.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Penerbit : Pustaka
Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta, 1960.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua, Jakarta, 2001.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Visimedia,
Jakarta, 2001.
Undang-Undang Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Deiyai,
Jakarta, 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Jakarta,
1997.
Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Dan Hak
Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat

Atas Tanah, Jayapura Papua, 2008.
Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat, Jakarta, 1999.

118

115

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU
Amiruddin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
B.Ter Haar Bzn, 1989, Agrarich Wet end Belanda (implementasi pertanahan),
Penerbit. Cv. Press Java. Jakarta.
C.Medi Suharyono, Sosiologi Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Harsono Boedi, 1992, Hukum Agraria Indonesia, Himpunan Peraturan Hukum Tanah,
Djamban, Jakarta.

_____________, 2007, Hukum, Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan UndangUndang Pokok Agrarian, Isi Dan Pelaksanaannya), Penerbit :
Djamban, Jakarta.
Muhammad Bushar, 1981, Pokok-Pokok Hukum Adat, Pradaya Pramita, Jakarta.
Ruchiyat Eddy, 1995, Politik Pertanahan Sebelum dan Sesudah Berlaku UUPA,
Alumni Bandung.
Perangin Effendi, 1986, 401 Pertanyaan dan Jawaban Tentang Hukum Agraria, CV.
Raja Wali, Jakarta.
Gunawan Wiradi, 1989, Masalah Tanah Di Indonesia, Bharata, Jakarta
Widjaja Haw, 2001, Pemerintahan Desa/Kampung, Marga, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Alting Husen, 2011, Dinamika Hukum Dalam Pengakuan Dan Perlindungan Hak
Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah, (Masa Lalu, Kini, Dan
Masa Akan Datang), Penerbit : Laksbang Pressindo,
Yogyakarta.
Sugeng, Istanto, 2011, Politik Hukum, Diktat Mata Kuliah, Yogyakarta, Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Koentjaraningrat, 1993, Irian Jaya Membangun Masyarakat Majemuk, Djamban,
Jakarta.

116

Fernando.M, Manullang, E, 2007, Menggapai Hukum Berkeadilan Tinjauan Hukum
Kondrat dan Antinomi Nilai, Penerbit : Buku Kompas, Jakarta.
Marzuki, Piter Mahmud, 2006, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta.
Mr.C.C.Maassen, Et.al dalam buku karangan Ruchiyat, 1995, Politik Pertanahan
Sebelum Dan Sesudah Berlakunya UUPA, Alumni Bandung.
Mertokusumo, Sudikno, 2004, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Penerbit :
Liberty, Yogyakarta.
__________________,

1999, Mengenal Hukum : Sebuah Pengantar, Penerbit :
Liberty Yogyakarta.

Siregar Oscar, 1987, Sistem Kepemimpinan Tradisional Masyarakat Sentani, Jayapura.
Parlindungan.A.P, 1991, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Mandar
Maju, Bandung.
Rawls, Jhon, 1995, A Theory Of Justice, Revised Edn, oxford:oup.
R. Sutanto, 1980, Hukum Pertanahan (Agraria), Pradaya Paramita, Jakarta.
Saragih, Djaren, 1984, Pengantar Hukum Adat Di Indonesia (Edisi II), Penerbit :
Tarsito, Bandung.
Separa. J. S, 1993, Tanah Sebagai Milik Tuhan (Makalah Lokakarya Konsultan Hamba
Tuhan), Pedesaan Terpadu Irian Jaya, Jayapura.
Soetiknjo dan Ruwiastuti, 1997, Hukum Tanah dan penguasaan penggunaan hak atas
Tanah, Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
S. Soekanto, 1983, Beberapa Permasalahan Hukum Dalam Kerangka Pembangunan
Di Indonesia, Akademika Presindo. Jakarta.
Subadi, 2010, Penguasaan Dan Penggunaan Tanah Kawasan Hutan, Penerbit :
Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.
Subekti. R, 1984, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradaya Paramita, Jakarta.
Sunggono Bambang, 1997, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Sumiarni, MG. Endang, 2011, Hand Out Metodologi Penelitian Hukum Dan Statistik,
Program Pasca Sarjana Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

117

________________, ddk, 2010, Hukum Adat Dan Kearifan Lokal Suku Sentani,
Diterbitkan Oleh: Biro Hukum Secretariat Daerah Propinsi
Papua.
Supriadi, 2007, Hukum Agraria (Cetakan Pertama), Penerbit : Sinar Grafika, Jakarta.
S.R.H Werdono, 1973, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni Bandung.
Suseno, Franz Magnis, 1988, Kuasa Dan Moral, Penerbit : Kanisius Yogyakarta.
Tolib Setiady, 2008, Intisari Hukum Adat Di Indonesia (Dalam Kajian Kepustakaan)
(Cetakan Kesatu), Penerbit : Alfabeta. Bandung.
Van Volennhoven, C, 1926, Miskeningen Van Het Adatrecht, Boekhandel En Drukkerij
Voorheen E.J.Brill, Leiden.
__________________, 1926, Suatu Kitab Hukum Adat Untuk Seluruh Hindia Belanda,
Terjemahan M. Rasjad St. Suleman, Penerbit Bhatara, Jakarta.
Wiryani Fifik, 2009, Reformasi Hak Ulayat (Pengaturan Hak-Hak Masyarakat Adat
Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam), Penerbit : Setara
Perss, Malang.

B. HASIL PENELITIAN
Tias Vidawati, M.Kn, 2009, Peranan Kepala Adat Dalam Penyelesaian Sengketa
Tanah : (Study Kasus Pada Suku Dayak Tobak Desa Tebang
Benua Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat, Universitas Diponegoro Semarang.
Syafan Akbar, M.Kn, 2010, Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat Dalam Suku
Caniago Di Nagari Muara Panas Kabupaten Solok Provonsi
Sumatera Barat, Universitas Diponegoro Semarang.

C. KAMUS
M.Marwan, dan Jimmy P, 2009, Kamus Hukum (Cet.I), Penerbit : Reality Publisher,
Surabaya.
W.J.S. Purdawarminta, 1988, Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

118

D. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, Pustaka Merah Putih, Yogyakarta,
1960.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, Penerbit : Pustaka
Pelajar, Celeban Timur, Yogyakarta, 1960.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua, Jakarta, 2001.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Visimedia,
Jakarta, 2001.
Undang-Undang Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kabupaten Deiyai,
Jakarta, 2008.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Jakarta,
1997.
Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 Tentang Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat Dan Hak
Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat
Atas Tanah, Jayapura Papua, 2008.
Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Pedoman
Penyelesaian Sengketa Tanah Hak Ulayat
Masyarakat Hukum Adat, Jakarta, 1999.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN PERANAN KEPALA ADAT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT SUKU WOMBONDA UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN SUPIORI PROVINSI PAPUA.

0 7 23

TINJAUAN PUSTAKA PERANAN KEPALA ADAT DALAM PENYELESAIAN SENGKETA TANAH ULAYAT SUKU WOMBONDA UNTUK MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI KABUPATEN SUPIORI PROVINSI PAPUA.

1 58 28

PENUTUP PENYELESIAN SENGKETA PENGUASAAN TANAH HAK ULAYAT KERET RUMBIAK SEBAGAI KEPASTIAN HUKUM DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN KANTOR BUPATI DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA.

0 3 15

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 33

EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 2 15

PENDAHULUAN EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 21

TINJAUAN PUSTAKA EKSISTENSI PENGUASAAN DAN PEMILIKAN TANAH HAK ULAYAT SUKU MEE DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM DI DISTRIK KAPIRAYA KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA.

0 3 33

Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

4 50 183