Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan

PENGEMBANGAN CHECKLIST OTOMATIS PADA SISTEM
PENELUSURAN PERATURAN PELABELAN

SARAH FIDILAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Checklist
Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan Pelabelan adalah benar karya saya
denganarahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2013
Sarah Fidilah
NIM F24090140

ABSTRAK
SARAH FIDILAH. Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran
Peraturan Pelabelan. Dibimbing oleh M. AMAN WIRAKARTAKUSUMAH dan
INDRAWATI TANURDJAJA
Compliance secara umum berkaitan dengan kesesuaian perusahaan terhadap
hukum, peraturan, standar, dan kode yang mengatur perilaku perusahaan tersebut.
Program compliance yang efektif dibutuhkan oleh setiap organisasi/perusahaan untuk
meyakinkan bahwa produk, karyawan, dan sistem perusahaan tersebut telah sesuai
dengan peraturan yang berlaku khususnya yang terkait dengan pangan. PT Nestlé
Indonesia berkomitmen untuk mematuhi peraturan yang berkaitan dengan kegiatan di
wilayah usahanya. Untuk memudahkan pelaksanaan program compliance ini maka
dibutuhkan suatu sistem yang sistematis untuk menelusuri dan memantau berjalannya
kegiatan ini. Tujuan dari magang ini untuk mengembangkan suatu sistem pendukung
(tracking tools) yang sistematis yang mampu mendukung kegiatan sistem
pengembangan label yang telah diterapkan PT Nestlé. Metode yang digunakan dalam
kegiatan ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pengumpulan data dan mengupdate database

peraturan yang disesuaikan dengan peraturan yang baru dikeluarkan oleh Menteri
Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), mempelajari sistem
compliance management perusahaan, dan pembuatan alat pendukung penelusuran
kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label yang sedang dikembangkan. Sistem
pendukung penelusuran peraturan dari hasil studi ini dapat dianjurkan untuk diterapkan
di PT. Nestlé Indonesia. Sistem pendukung penelusuran dapat mengevaluasi tiga
keterangan pada label tetapi keterangan tersebut belum mencakup seluruh persyaratan
keterangan pada pelabelan.
Keywords: compliance, peraturan, penelusuran, sistem

ABSTRACT
SARAH FIDILAH. Development of Automated Checklist in Labeling Tracking System
Supervised by M. AMAN WIRAKARTAKUSUMAH and INDRAWATI
TANURDJAJA.
Compliance generally refers to the organization adherence to the laws, rules,
regulation, standards, and codes of conduct that govern its behavior. An effective
compliance program is needed by organizations to ensure that its employees and
product and system meet all current legal and regulatory requirements, particularly that
of relevant to food. PT Nestlé is committed to comply with the applicable laws that are
relevant to its bussiness activities. An effective compliance management needs to have a

systematic compliance system. The aims of this study was to develop a tracking tool (an
automatic checklist) to support the existing company label artwork development
process. The study was carried out in three steps. It started with collecting data and
update the database with the regulations recently released by Ministry of Health and
BPOM. Second step was to learn the company compliance system. The last step was to
develop a simple automatic checklist to support further the existing label development

system. It is suggested that the developed tracking tool can be applied by PT. Nestlé
Indonesia. This simple tracking tool was only covering the three requirements as
stipulated in the labeling regulation, but has not yet covering the entire requirements of
the labeling regulation.
Keyword : compliance, regulation, tracking, system

Skripsi
sebagai salah
satu syarat untuk
memperoleh gelar
PENGEMBANGAN
CHECKLIST
OTOMATIS

PADA SISTEM
SarjanaPERATURAN
Teknologi Pertanian
PENELUSURAN
PELABELAN
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

SARAH FIDILAH

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan
Pelabelan
Nama
: Sarah Fidilah

: F24090140
NIM

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. M . Aman Wirakartakusumah, M. Sc
Pembimbing I

Indrawati Tanurdjaja
Pembimbing II

an Teknologi Pangan

Tanggal Lulus:

1 6 ocr 2013

Judul Skripsi : Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran Peraturan
Pelabelan
Nama

: Sarah Fidilah
NIM
: F24090140

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. M. Aman Wirakartakusumah, M. Sc
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr. Ir. Feri Kusnandar, M. Sc
Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Tanggal Lulus:

Indrawati Tanurdjaja
Pembimbing II

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan pada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya
sehingga penyusunan tugas akhir penelitian magang ini berhasil diselesaikan. Penelitian
magang dengan judul Pengembangan Checklist Otomatis Pada Sistem Penelusuran
Peraturan Pelabelan dilaksanakan sejak bulan April sampai dengan Juli 2013.
Tersusunnya tugas akhir ini tidak luput dari dukungan, bantuan, dan doa dari berbagai
pihak. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Keluarga tercinta mama, papa, kakak-kakak dan adik yang senantiasa
menemani, memberikan dukungan dan kasih sayang serta kekuatan kepada
penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. M. Aman Wirakartakusumah, M. Sc selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan arahan, masukan, dan
bimbingannya selama masa perkuliahan, magang, hingga penyusunan tugas
akhir.
3. Ibu Indrawati Tanurdjaja selaku Head of Department Regulatory Scientific
Affairs dan pembimbing lapang yang telah memperkenankan penulis untuk
menyelesaikan tugas akhir di PT. Nestlé Indonesia serta memberikan
bimbingannya selama kegiatan magang berlangsung.
5. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, M. Sc selaku dosen penguji atas kesediaan waktu
dan masukan yang membangun pada saat persidangan.

6. Seluruh dosen dan staf pengajar Ilmu dan Teknologi Pangan, terima kasih atas
ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama 3 tahun di ITP.
7. Seluruh staff divisi Technical , PT Nestlé Indonesia, Mba Reni, Ibu Fifi, Mba
Aan, Mba Brita, Mba Amel, Mba Sari, Mba Donna, Mbak Mimi, Mbak Fetty,
Mba Pingky, Pak Nana, Pak Anas, dan para staf lain yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu atas segala bimbingan dan pengalaman serta
keramahtamahan yang telah diberikan kepada penulis selama magang.
9. Teman-teman magang di PT. Nestlé Indonesia atas kebersamaan dan
keceriaannya selama penulis magang.
10. Rekan sebimbingan penulis, Aktri’s Mauliddian dan Kak Sally atas saran dan
tukar pikiran baik selama magang maupun semasa kuliah.
11. Sahabat-sahabat terbaik semasa kuliah: Ghesi, Aca, Mila, Anita, Ayash,
Hayyu, Vincen, Anan, Richard, Cicil, Charles, Hana, Karen, Royhani dan
teman-teman ITP 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala
kebahagiaan, keceriaan, dan suka duka semasa kuliah
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknologi
pangan.Terima kasih.
Bogor, Oktober 2013


Sarah Fidilah

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

viii
viii
1

Latar Belakang

1

Tujuan

1

METODE


2

Waktu dan Lokasi Magang

2

Langkah Kerja Magang

2

HASIL DAN PEMBAHASAN

4

Update Database

4

Implementasi Internal


4

Pelabelan

6

Pembuatan Sistem Pendukung Penelusuran

8

SIMPULAN DAN SARAN

12

Simpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

RIWAYAT HIDUP

28

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir pembuatan database

2

2 Diagram alir tahapan implementasi internal

3

3 Contoh konsep sistem penelusuran

3

4 Diagram alir konsep implementasi internal

5

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh check sheet yang digunakan untuk kegiatan compliance

14

Lampiran 2 Hasil pengecekan syarat pelabelan pada produk

20

Lampiran 3 Data yang dihasilkan dari alat penelusuran sederhana

26

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Compliance umumnya mengacu kepada kepatuhan sebuah organisasi terhadap
peraturan, hukum, standar, dan kode etik yang mencerminkan budaya perusahaan.
Compliance yang efektif dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk meyakinkan bahwa
karyawan, produk, dan sistem telah sesuai dengan seluruh peraturan dan hukum yang
berlaku (Silverman 2008). Compliance yang efektif dapat melindungi brand dan
reputasi perusahaan dengan mengurangi resiko yang dapat ditimbulkan karena kelalaian
dan kegagalan dalam pemenuhan regulasi (Darmowinoto 2011). Selain itu perusahaan
juga dapat memastikan dan memantau lebih lanjut kualitas dari produk-produk tersebut.
Tersedianya pangan yang cukup, aman, bermutu dan bergizi merupakan
prasyarat utama yang harus terpenuhi. Keseluruhan mata rantai harus dijaga melalui
sistem pengaturan, pembinaan dan pengawasan yang efektif di bidang keamanan, mutu
dan gizi pangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem pengaturan pangan berupa
aturan normatif untuk melindungi kesehatan masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Peraturan pangan tersebut sebagai landasan hukum bagi
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kegiatan produksi, peredaran, dan
perdagangan pangan.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2013), selama periode tahun
2005-2009 terdapat 143 peraturan tentang makanan yang telah diterbitkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan. Jumlah peraturan yang banyak dan secara dinamis terus
berganti sesuai dengan isu serta permintaan yang beredar di masyarakat mendorong
para pelaku usaha untuk terus mencari dan mengupdate informasi mengenai peraturan
terbaru yang harus dipenuhi.
Nestlé merupakan salah satu pelaku usaha yang berkomitmen tinggi untuk
mematuhi peraturan yang berkaitan dengan wilayah perusahaan. Selain peraturan
eksternal yang diatur oleh pemerintah, Nestlé juga memiliki peraturan internal yang
harus dipenuhi. Komitmen Nestlé ini terencana di dalam compliance management.
Dalam penelitian ini objek peraturan lebih difokuskan pada peraturan eksternal yang
diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan, yaitu Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran
Pangan Olahan lampiran 3 mengenai ketentuan Pelabelan Pangan Olahan. Untuk dapat
mendukung proses pengembangan label produk maka dibutuhkan suatu sistem
penelusuran sederhana dan praktis.
Sistem pendukung penelusuran diperlukan terutama bagi orang-orang teknis
yang baru dan orang-orang non-teknis yang masih awam dengan peraturan pelabelan.
Dengan adanya sistem ini, orang yang bekerja pada bagian pengembangan label produk
dapat bekerja lebih efisien, efektif dan konsisten, serta bisa terus berkreasi dan tetap
mematuhi peraturan pelabelan yang berlaku.
Tujuan
Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pendukung
penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan dan label produk yang sedang
dikembangkan untuk mendukung proses kegiatan pengembangan label. Peraturan

2
tentang pelabelan dituangkan di dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan HK.03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan pada
lampiran 3 mengenai ketentuan pelabelan pangan olahan dan ini merupakan salah satu
usaha untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus.

METODE
Waktu dan Lokasi Magang
Magang dilakukan selama empat bulan, mulai dari bulan April hingga Juli 2013.
Lokasi magang berada di PT. Nestlé Indonesia yang terletak di Wisma Nestlé Indonesia,
Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. Letjen TB. Simatupang Kav. 88 Jati Padang – Pasar
Minggu, Jakarta Selatan 12520, Indonesia.Hari kerja magang dimulai dari Senin sampai
Jumat pukul 08.30 – 17.00 WIB.
Langkah Kerja Magang
1. Update database
Tahap pertama merupakan tahap pengumpulan data yang berasal dari dokumen
internal dan eksternal PT. Nestlé Indonesia. Dokumen peraturan tersebut kemudian di
review untuk mengetahui peraturan mana yang applicable dan tidak. Penentuan
applicable atau tidak berdasarkan pada apakah peraturan tersebut berkaitan dengan
kegiatan di wilayah usahanya atau tidak. Seluruh data itu dibuat dalam satu database,
yang kemudian dihubungkan langsung ke dokumen masing-masing peraturan.
Pencarian data
peraturan

Peninjauan
kembali

Penentuan applicable
atau tidak

Update
database

Gambar 1. Diagram alir update database

2. Konsep implementasi internal
Implementasi secara internal dilakukan dengan mengacu pada tracking tools
yang dimiliki oleh PT Nestlé Indonesia. Sistem ini digunakan sebagai suatu cara untuk
mengimplementasikan peraturan. Tahapan dalam implementasi internal ini digambarkan
dalam diagram alir berikut ini:
Peraturan

Pembuatan
check sheet
Penyebaran ke tiap
pabrik melalui sistem

3
Pemantauan pelaksanaan
oleh tiap departemen
Pelaporan hasil pelaksanaan pada sistem

Hasil

Audit internal dan eksternal
Gambar 2. Diagram alir tahapan implementasi internal
3. Pembuatan sistem pendukung untuk penelusuran
Penelusuran informasi secara otomatis pada umumnya dilakukan dengan
membandingkan secara langsung antara kata kunci yang dimasukkan dengan kata yang
ada di dalarn database.
Pembuatan alat pendukung penelusuran kesesuaian antara peraturan pelabelan
dan label yang sedang dikembangkan ini terbagi menjadi dua tahapan, yaitu
pengelompokkan data dan pembuatan system itu sendiri. Secara lebih spesifik, alat ini
mengacu pada peraturan mengenai label yang diatur oleh Badan Pengawas Obat dan
Makanan pada Peraturan Kepala Badan POM RI nomor HK.03.1.5.12.11.09955 tahun
2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan lampiran 3 mengenai ketentuan pelabelan
pangan olahan. Data dikelompokkan berdasarkan persyaratan masing-masing kategori
pada label pangan. Contoh untuk kategori nama jenis, data yang berhubungan dengan
nama jenis dikelompokkan secara terpisah, seperti nama jenis yang berdasarkan Standar
Nasional Indonesia dibuat terpisah dengan nama jenis berdasarkan Kategori Pangan.
Pembuatan alat sederhana ini menggunakan Microsoft Excel dengan kombinasi
formula. Contoh pola sistem seperti bagan alir berikut ini:
Nama jenis
pangan olahan

Pencarian data di
kategori SNI

Ada

Lolos

Ada

Lolos

Tidak Ada
Pencarian data di
kategori pangan
Tidak Ada
Harus
didaftarkan
Gambar 3.Contoh konsep sistem penelusuran

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Update Database
Peraturan tersebut berasal dari pemerintah yang terdiri dari berbagai lembaga,
diantaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian
Perindustrian, Badan Pengawas Obat dan Makanan. Dalam laporan ini akan lebih
difokuskan pada peraturan yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM).
Update database ini merupakan salah satu upaya untuk mendukung kegiatan
compliance. Database ini berupa kumpulan peraturan yang menjadi acuan bagi
perusahaan, untuk mengetahui peraturan yang masih berlaku dan tidak, yang sudah
dipenuhi dan yang belum dipenuhi. Peraturan ini disusun dengan menggunakan
hyperlinks. Hyperlinks adalah rangkaian penghubung (link) pada suatu dokumen yang
menghubungkan antara halaman yang satu dengan yang lain, sehingga saat mengklik
suatu link pada suatu halaman maka window akan membawa ke halaman lain
berdasarkan struktur hyperlinks yang disusun.
Terdapat 113 peraturan eksternal dan 49 peraturan internal, namun jumlah ini
belum mencakup keseluruhan peraturan, karena informasi yang didapatkan ini berasal
dari website dan belum termasuk dengan peraturan yang diperoleh secara langsung.
Sebelum menerapkan sebuah peraturan tentu setiap orang harus mengetahui apakah
peraturan ini masih berlaku atau tidak. Untuk itu jumlah peraturan yang tidak sedikit
dan terus berubah dari waktu ke waktu, maka industri perlu melakukan suatu tindakan
untuk tetap up to date terhadap peraturan. Terdapat beberapa cara agar selalu
mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan peraturan. Salah satu nya
dengan melakukan update secara berkala melalui website resmi lembaga yang terkait,
dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Namun bagi perusahaan langkah itu dinilai masih belum cukup. Perlu usaha yang
lebih cepat tanggap lagi untuk mengatasinya. Hal ini karena peraturan baru akan
mempengaruhi peredaran produk sehingga perlu dilakukan pencarian informasi
mengenai peraturan terbaru dari jauh hari. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk
mengatasinya lebih dini. Misalnya dengan mempelajari rencana peraturan yang dibuat
oleh badan terkait. Dengan menelaah rencana tersebut, maka akan membuat perusahaan
dapat memiliki waktu untuk bersiap melakukan perubahan.
Adapun langkah yang dilakukan perusahaan untuk lebih meningkatkan efektifitas
implementasi compliance management, meliputi (1) Ikut serta dalam proses
pembahasan draft peraturan bersama pemerintah, dengan memperhatikan rencana
strategis dari badan-badan terkait yang akan menerbitkan peraturan (2) Lebih inisiatif
dan proaktif untuk mengajukan dan membahas peraturan yang berkaitan langsung
dengan perusahaan, (3) Mengajukan draft peraturan yang berkaitan dengan perusahaan,
bersama dengan industri-industri sejenis yang memiliki satu pemikiran di bawah satu
asosiasi agar efektif, (4) Membangun networking badan terkait untuk membantu
mendapatkan informasi terkini, dan (5) Menempatkan utusan di asosiasi untuk berperan
aktif menggali informasi.
Sistem Compliance Management Perusahaan
Sistem ini akan digunakan untuk mengetahui sejauh mana peraturan telah
diterapkan oleh PT. Nestlé Indonesia, baik di kantor maupun di setiap pabriknya. PT

5
Nestlé Indonesia memiliki satu kantor pusat yang terletak di Jakarta dan empat pabrik
yang terletak di Kejayaan, Panjang, Karawang, dan Cikupa. Untuk meyakinkan bahwa
program compliance ini telah berjalan dengan baik maka diperlukan suatu sistem yang
dapat menjangkaunya. Konsep sistem ini dapat digambarkan dengan bagan alir berikut:
Peraturan

Pembuatan
check sheet
Penyebaran ke tiap
pabrik melalui sistem
Pemantauan pelaksanaan
oleh tiap departemen
Pelaporan hasil
pelaksanaan pada sistem
Hasil

Audit internal dan eksternal
Gambar 4. Diagram alir konsep implementasi internal
Konsep implementasi ini diawali dengan pembuatan check sheet yang
merupakan butir-butir persyaratan dari setiap peraturan yang harus dipenuhi. Check
sheet berguna untuk membantu memahami situasi yang sebenarnya, menganalisis
persoalan, mengendalikan proses, mengambil keputusan, dan membuat rencana
(Muhandri dan Kadarisman 2012). Kegunaan check sheet dalam implementasi ini
digunakan sebagai alat pengukur sejauh mana peraturan telah diterapkan dan dilakukan.
Teknis penggunaan check sheet dengan cara men-check list butir-butir peraturan yang
telah sesuai dengan keadaaan produk maupun sistem. Lingkup penelitian dibatasi pada
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan nomor HK.03.1.5.12.11.09955
tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan dan lebih dikhususkan pada ketentuan
pelabelan yang terdapat di lampiran 3 pada peraturan ini. Produk yang digunakan
merupakan minuman serbuk kopi instan, krimer & gula dengan merek dagang
―NESCAFE‖ dengan rasa original. Contoh check sheet dapat ditemukan pada lampiran
1 dalam laporan ini.
Langkah selanjutnya check sheet yang telah disediakan kemudian disebarkan ke
setiap pabrik dan kantor pusat melalui sistem. Pengisian check sheet ini dilakukan oleh
orang yang telah ditunjuk sebagai penanggung jawab di setiap departemen. Penanggung
jawab bertugas untuk memonitor, mengawasi, dan meng-inputhasil pelaksanaan

6
peraturan. Check sheet yang telah diisi kemudian di-input kembali ke dalam sistem
untuk dilaporkan kepada kantor pusat. Contoh pengisian check sheet dapat dilihat pada
lampiran 2 dalam laporan ini. Kemudian sistem akan menelusuri apakah pabrik telah
melakukan compliance management atau tidak. Dalam periode tertentu pihak kantor
pusat akan melakukan audit untuk memeriksa kepastian pelaksanaannya.
Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti-bukti atas informasi untuk
menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi tersebut dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan (Arens and Loebbecke 1997). Auditing harus
dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independen. Salah satu hal yang
membuat audit berbeda dengan inspeksi adalah bahwa individu yang melakukan audit
harus mampu melakukannya dengan adil dan obyektif. Ini berarti bahwa orang yang
melakukan audit harus independen atau tidak memiliki kepentingan di daerah yang
diaudit (Russell 2007).
Internal audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam
organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat
dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber
daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah
dicapai secara efektif—semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan
manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya
secara efektif (Sawyer et al 2005). Sedangkan audit eksternal adalah audit yang
dilakukan oleh lembaga yang berada di luar organisasi yang diaudit. Ada beberapa
persiapan untuk sebelum melakukan audit seperti memilih anggota tim audit,
mempersiapkan rencana audit, memahami tujuan audit, identifikasi kebutuhan,
mempersiapkan atau mempersiapkan checklist, dan menentukan rencana koleksi data
(Kumar dan Sharma 2005).
PT Nestlé Indonesia melakukan audit secara berkala terhadap peraturan yang
telah diterapkan. Audit dilakukan dengan pihak internal dan eksternal. Pihak internal ini
merupakan karyawan tiap departemen di PT Nestlé Indonesia, tergantung bidang yang
akan diaudit. Dalam hal peraturan, khususnya peraturan yang dikoordinasi langsung
oleh Regulatory Scientific Affairs, maka auditor internalnya berasal dari bagian
Regulatory Scientific Affairs. Sedangkan pihak eksternal biasanya banyak dilakukan
oleh pihak pemerintah dan instansi terkait. Sebagai contoh untuk audit sistem jaminan
halal, pihak audit internal dilakukan oleh Regulatory Scientific Affairs dan pihak audit
eksternal dilakukan oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan KosmetikMajelis Ulama Indonesia (LPPOM-MUI) yang menangani masalah halal. Untuk
compliance management system, verifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi yang
independen.
Pelabelan
Label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk tulisan,
gambar atau kombinasi keduanya yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan, dicetak atau merupakan bagian kemasan (PP no. 69 1999). Tujuan utama
pelabelan adalah memberikan informasi tentang identitas produk dalam kemasan
sehingga konsumen dapat mengetahuinya tanpa harus membuka kemasan sehingga
konsumen terlindung dari pangan yang kadaluarsa maupun yang mengandung bahan

7
berbahaya. Tujuan lainnya label merupakan sarana komunikasi langsung antara
produsen dan konsumen.
Dasar hukum peraturan perundangan tentang pelabelan pangan adalah UndangUndang Pangan Nomor 18 tahun 2012 Bab VIII pasal 97 ayat 3, Peraturan Pemerintah
Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Peraturan Kepala Badan POM
RI no. HK 03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 pada lampiran 3 tentang Persyaratan Label
Pangan Olahan. Selain itu UU Perlindungan Konsumen Bab III pasal 4 juga
menyatakan bahwa konsumen berhak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur
mengenai kondisi barang. Kewajiban pelabelan pangan bagi produsen telah dijelaskan
dalam PP No. 69 tahun 1999 Bab II bagian pertama pasal 2 ayat 1. Pasal tersebut
menyebutkan bahwa setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang
dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label
pada, di dalam, dan atau di kemasan pangan.
Persyaratan umum pelabelan adalah label harus jelas, mudah terlihat, dan berisi
informasi yang benar, jujur dan akurat. Sedangkan persyaratan teknis pelabelan adalah
dibuat cukup besar agar memuat informasi penting mengenai produk, tidak mudah
lepas, luntur atau lekang air, gosokan atau sinar matahari, dan jika ditempelkan dengan
lem, lem tidak boleh mempengaruhi mutu kemasan (misalnya menyebabkan karat) dan
mutu label. Keterangan minimal yang harus ada dalam label menurut PP no. 69 tahun
1999 dan Peraturan Kepala BPOM tahun 2011 adalah:
1. Nama makanan dan/atau merek dagang
2. Komposisi
3. Berat atau isi netto/bersih
4. Nama dan alamat perusahaan yang memproduksi atau yang mengedarkannya
5. Nomor pendaftaran, bagi produk pangan yang wajib memiliki nomor pendaftaran
6. Tanggal dan atau kode produksi
7. Keterangan kadaluarsa
Keterangan atau peringatan yang disebutkan pada label tidak boleh menyesatkan
konsumen. Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 ini akan dikenai sanksi
administratif berupa:
1. Peringatan secara tertulis (sebanyak tiga kali)
2. Larangan untuk mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk
menarik produk pangan dari peredaran
3. Pemusnahan pangan jika terbukti membahayakan kesehatan dan jiwa manusia
4. Penghentian produksi untuk sementara waktu
5. Pengenaan denda paling tinggi Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan atau
pencabutan izin produksi dan izin usaha.
Kewajiban utama pelabelan yang harus dilakukan oleh produsen pangan adalah
pencantuman keterangan minimal pada label.
―NESCAFE‖ yang merupakan contoh produk pada laporan ini telah memenuhi
persyaratan pelabelan yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan pada lampiran 3
mengenai ketentuan pelabelan pangan olahan. Nama jenis yang dicantumkan dalam
produk ini sesuai dengan nama yang telah ditetapkan pada SNI 7708-2011 , yaitu
minuman serbuk kopi instan, krimer & gula. Menurut SNI, minuman serbuk kopi gula
krimer merupakan produk berbentuk bubuk, yang terdiri dari campuran kopi bubuk dan
atau kopi instan, gula serta krimer, dengan atau tanpa penambahan bahan pangan lain

8
dan bahan tambahan pangan yang diizinkan dan dikemas secara kedap. Nama dagang
―NESCAFE‖ juga telah sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Nama
―NESCAFE‖ hadir di Indonesia sejak tahun 1979 sebagai produk dari Nestlé dan nama
ini bukan merupakan milik umum. ―NESCAFE‖ dicantumkan dengan menyertakan
tanda ® pada produknya. Penulisan daftar bahan yang digunakan dicantumkan secara
lengkap dan berurutan sesuai dengan jumlah bahan terbanyak. Komposisi yang
dicantumkan sebagai berikut: gula, krimer nabati (mengandung protein susu), kopi
instan (7.99%), pengental nabati, perisa kopi identik alami, pemanis buatan asesulfam K
(0.07%; ADI 15 mg/kg berat badan). Pada kemasan produk ―NESCAFE‖ ini tercantum
gambar biji kopi yang menunjukkan jika produk tersebut benar-benar terbuat dari biji
kopi asli, maka sesuai dengan peraturan yang berlaku, pada komposisi harus
dicantumkan jumlah bahan yang digunakan tersebut dalam persentase, seperti kopi
instan (7.99%). Pencantuman nama asal bahan terdapat pada bahan pengental nabati. Di
dalam peraturan dijelaskan bahwa untuk bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein,
ekstrak dan bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus dicantumkan nama jenis
dan asal komponen tersebut. Pada label ―NESCAFE‖ terdapat pernyataan yang
mengatakan bahwa ―NESCAFE‖ ―terbuat dari biji kopi Robusta ….‖, pencantuman
keterangan yang berkaitan dengan asal dan sifat pangan dikategorikan menjadi 6,
diantaranya ―Alami‖, ―Murni‖, ―Dibuat dari…‖, ―Dibuat dengan…‖, ―100%‖, dan
―Asli‖. Pencantuman keterangan ―Dibuat dari…‖ hanya dapat digunakan bila produk
tersebut seluruhnya terdiri dari satu bahan. Pada label ―NESCAFE‖ pencantuman
keterangan ―terbuat dari biji kopi Robusta…‖ menegaskan bahwa produk ini hanya
dibuat dengan bahan berupa biji kopi Robusta, tidak ada pencampuran jenis kopi lain,
maka hal ini diperbolehkan untuk dicantumkan.
Persyaratan pencantuman berat bersih meliputi satuan yang harus dituliskan,
satuan ini dapat diketahui melalui jenis produk pangan tersebut.―NESCAFE‖ yang
digunakan ini dalam bentuk serbuk yang tergolong ke dalam kategori padat, sehingga
satuan yang digunakan adalah gram (g). Penulisan nama dan alamat pihak yang
meproduksi atau memasukkan produk ke wilayah Indonesia dicantumkan dengan
menuliskan nama dan alamat pihak yang memproduksi dan pihak yang memberikan
lisensi atas produk tersebut, yaitu PT. Nestlé Indonesia, Panjang-Bandar Lampung
35243, Indonesia dan Société des Produits Nestlé S.A., Vevey, Switzerland. Tanggal
kadaluarsa dan kode produksi yang dicantumkan juga telah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan.Nomor pendaftaran yang diperoleh dari Badan POM ditulis dengan tanda
―BPOM RI MD‖, hal ini karena produk ―NESCAFE‖ merupakan produk yang
diproduksi di Indonesia. Jika produk berasal dari luar negeri maka tanda yang akan
diperoleh berupa ―BPOM RI ML‖. Produk ―NESCAFE‖ juga mencantumkan
keterangan tentang saran penyajian dan petunjuk penyimpanan untuk menjaga produk
agar tetap memberikan kualitas dan mutu seperti yang ditawarkan.
Pembuatan Sistem Pendukung Penelusuran Sederhana
Menurut PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan Peraturan
Kepala Badan POM tahun 2011 tentang Pendaftaran Pangan Olahan, bagian utama label
sekurang-kurangnya memuat keterangan nama produk, berat bersih atau isi bersih, serta
nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesia. Atas dasar peraturan ini maka sistem pendukung penelusuran kesesuaian
antara peraturan pelabelan dan label yang sedang dikembangkan dibuat hanya dengan

9
menggunakan ketiga keterangan tersebut. Tetapi ketiga keterangan tersebut belum
mencakup keseluruhan persyaratan dalam pelabelan pangan olahan. Keterangan lain
yang harus ditambahkan diantaranya daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran
pangan, keterangan kadaluwarsa, kode produksi, keterangan tentang cara penyimpanan,
keterangan tentang saran penyajian, dan berbagai keterangan lainnya. Sistem ini
diperlukan terutama bagi orang-orang teknis yang baru dan orang-orang non-teknis
yang umumnya masih awam terhadap peraturan pelabelan, sehingga orang yang
mendesain pengembangan label dapat berkreasi dengan memperhatikan peraturan
pelabelan yang berlaku dan dapat melakukannya lebih efektif, efisien, dan konsisten.
Cara pembuatan alat penelusuran ini terdiri dari 2 tahapan, yaitu pembuatan database
dan pembuatan sistem penelusuran dengan Microsoft excel. Database pada alat ini berisi
kumpulan persyaratan untuk pencantuman nama jenis, berat bersih/isi bersih, serta nama
dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah
Indonesia. Persyaratan yang digunakan mengacu pada Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan nomor HK 03.1.5.12.11.09955 tahun 2011 tentang
Pendaftaran Pangan Olahan pada lampiran 3 yang mengatur tentang label secara teknis.
Pembuatan sistem penelusuran sederhana ini dilakukan dengan menggunakan
kombinasi rumus-rumus yang terdapat pada Microsoft Excel. Contoh alat penelusuran
sederhana terdapat pada lampiran 3 laporan ini.
1. Nama Pangan Olahan
Nama pangan olahan terdiri dari nama jenis dan nama dagang. Nama jenis
adalah pernyataan atau keterangan identitas mengenai pangan olahan. Pemberian nama
jenis memiliki persyaratan yang diatur dalam peraturan, yaitu nama jenis yang
dicantumkan harus sesuai dengan SNI yang telah diberlakukan wajib maupun yang
tidak. Saat ini jumlah SNI yang harus diberlakukan wajib untuk penamaan nya ada 5
jenis produk, yaitu tepung terigu, garam beryodium, gula rafinasi, cokelat bubuk, dan
air minum dalam kemasan. Bila nama jenis belum diatur di dalam SNI, maka nama
jenis harus memenuhi ketentuan kategori pangan. Beberapa produk Nestlé
penamaannya diatur dalam kategori pangan, diantaranya kelompok kategori nomor 5, 6,
13, dan 14.
Jika nama jenis belum ditetapkan dalam SNI dan/atau Kategori Pangan, maka
nama jenis yang akan digunakan harus didaftarkan terlebih dahulu dan dapat digunakan
setelah mendapat persetujuan dari Direktorat Standardisasi Produk Pangan. Nama-nama
yang terdapat dalam SNI dan Kategori Pangan ini yang menjadi basis data untuk
persyaratan dalam pencantuman nama jenis. Untuk melakukan penelusuran nama jenis
yang sesuai dengan SNI dan kategori pangan pada sistem, pengguna harus mengetikkan
nama jenis yang akan diperiksa, kemudian selanjutnya akan muncul hasil ―lolos‖ jika
nama telah sesuai dengan persyaratan dan ―daftar‖ jika nama jenis yang dimasukkan
tidak terdapat dalam kelompok nama SNI dan Kategori Pangan.
Pada contoh produk ―NESCAFE‖, nama jenis yang digunakan adalah ―minuman
serbuk kopi instan, krimer & gula‖. Ketika nama ini dimasukkan ke dalam sistem, maka
akan muncul hasil ―Lolos‖, karena nama ―minuman serbuk kopi instan, krimer & gula‖
telah sesuai dengan SNI sehingga nama tersebut dapat digunakan.

10
2. Berat bersih atau isi bersih
Berat bersih atau isi bersih merupakan pernyataan pada label yang memberikan
keterangan mengenai kuantitas atau jumlah pangan olahan yang terdapat di dalam
kemasan atau wadah. Keterangan ini harus dicantumkan pada bagian utama label.Untuk
pangan padat harus dinyatakan dalam berat bersih dengan penulisan satuan dalam
miligram (mg), gram (g), kilogram (kg). Pangan semi padat dinyatakan dengan berat
bersih atau isi bersih dengan penulisan satuan miligram (mg), gram (g), kilogram (kg),
mililiter (ml atau mL), atau liter (l atau L) dan untuk pangan cair dinyatakan dengan isi
bersih dengan penulisan satuan mililiter (ml atau mL), atau liter (l atau L). Nama
pencantuman yang sesuai dengan jenis pangan beserta satuannya ini yang menjadi basis
data dalam sistem penelusuran agar dapat mudah dideteksi sesuai jenis pangannya.
Penelusuran berat bersih atau isi bersih yang sesuai dengan peraturan dapat dilakukan
dengan cara memasukkan jenis pangan yang akan diperiksa. Jika jenis pangan telah
dimasukkan, maka akan muncul hasil satuan yang harus dituliskan dan pencantuman
keterangan yang sesuai dengan jenis pangan tersebut. Produk ―NESCAFE‖ merupakan
produk serbuk sehingga termasuk ke dalam kategori padat, maka ketika kata ―padat‖
dimasukkan ke dalam sistem, hasil yang akan muncul berupa nama pencantuman ―berat
bersih‖ dengan satuan yang boleh dipergunakan adalah ―mg/g/kg‖. Apabila kedua hal
itu telah sesuai maka akan muncul hasil ―Lolos‖.
3. Keterangan tentang nama dan alamat pihak yang memproduksi atau
memasukkan pangan ke wilayah Indonesia
Dalam hal pencantuman keterangan ini, pangan dibedakan menjadi tiga
berdasarkan asalnya yaitu pangan yang diproduksi di wilayah Indonesia, pangan yang
dimasukkan ke wilayah Indonesia, dan pangan impor. Keterangan pokok yang harus
dicantumkan untuk masing-masing pangan meliputi nama dan alamat produsen. Untuk
pangan olahan yang diproduksi di wilayah Indonesia, alamat perusahaan paling sedikit
mencantumkan nama kota, kode pos dan Indonesia. Jika pangan yang diproduksi
merupakan pangan olahan lisensi atau pangan olahan yang dikemas kembali, maka
harus terdapat informasi yang menghubungkan keduanya. Jika pangan yang diproduksi
merupakan pangan olahan yang diproduksi berdasarkan kontrak, maka harus
dicantumkan informasi yang menghubungkan antara nama perusahaan yang
mengajukan
pendaftaran
dengan
produsennya,
seperti
―diproduksi
oleh…untuk…‖.Pencantuman keterangan pada pangan olahan yang dimasukkan ke
wilayah Indonesia memiliki ketentuan seperti yang dipersyaratkan pada pangan yang
diproduksi di wilayah Indonesia. Tetapi terdapat sedikit perbedaan pada pencantuman
keterangan nama dan alamat. Nama dan alamat yang dicantumkan merupakan nama dan
alamat pihak yang memproduksi di luar negeri, kemudian alamat perusahaan paling
sedikit mencantumkan nama kota dan nama negara.
Untuk pangan impor, keterangan yang harus dicantumkan meliputi nama dan
alamat importir. Jika pihak yang mengajukan pendaftaran pangan bukan merupakan
importir, maka nama dan alamat importir dan pihak yang mendaftarkan pangan harus
dicantumkan dan disertai informasi yang menghubungkan keduanya, seperti ―diimpor
oleh… untuk…‖ atau ―diimpor oleh… dan didistribusikan oleh…‖. Pencantuman
keterangan nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
wilayah Indonesia yang sesuai dapat ditelusuri dengan menjawab kotak yang disediakan
dengan ―ya‖ atau ―tidak‖ sesuai dengan isi kotak sebelumnya. Setelah menjawab kotak,

11
maka akan muncul hasil format yang harus dipenuhi. Pada kotak berikutnya tersedia
kotak yang harus diisi untuk menjawab kesesuaian format yang harus dipenuhi dengan
format produk yang tersedia. Jika kedua format telah sesuai, maka akan muncul hasil
―lolos‖, tetapi jika sebaliknya maka hasil dari kotak selanjutnya akan menunjukkan
bahwa produk ―tidak lolos‖.
―NESCAFE‖ merupakan produk yang di produksi di wilayah Indonesia, yaitu di
Panjang-Bandar Lampung, sehingga kolom yang digunakan harus kolom yang
diperuntukkan untuk pangan yang diproduksi di wilayah Indonesia. Pada ―NESCAFE‖
hal itu telah terpenuhi, maka muncul hasil ―Lolos‖ dan format yang harus dipenuhi. Jika
label telah sesuai dengan format tersebut maka hasilnya adalah ―Lolos‖. Dan
―NESCAFE‖ memiliki hasil akhir ―Lolos‖ untuk syarat nama dan alamat perusahaan.

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sistem yang telah dikembangkan dapat dianjurkan untuk diterapkan pada PT
Nestlé Indonesia tetapi perlu dilengkapi dengan beberapa keterangan persyaratan
pelabelan lainnya. Secara keseluruhan label produk Nestlé telah sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Nestlé Indonesia juga telah menerapkan tindakan pencarian informasi
peraturan untuk meningkatkan efektifitas implementasi peraturan ke dalam perusahaan.
Salah satunya dengan ikut serta memberikan masukan dalam proses pembuatan draft
peraturan bersama dengan pemerintah.
Saran
Untuk meningkatkan proses pencarian informasi, perlu dilakukan ke website
resmi seperti BPOM dan GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia) perlu dilakukan secara berkala selama 1 bulan satu kali.
Sistem pendukung penelusuran dapat ditingkatkan akurasi pemeriksaannya
dengan menambahkan keterangan mengenai persyaratan pelabelan lainnya, seperti
komposisi bahan yang ada pada suatu produk, nomor pedaftaran pangan, kode produksi,
tanggal kadaluarsa, saran penyajian, petunjuk penyimpanan, dan sebagainya. Sistem ini
juga disarankan agar dapat dilanjutkan dengan pembuatan sistem dengan aplikasi yang
lebih canggih untuk dijadikan sebuah software.

DAFTAR PUSTAKA
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2006. Kategori Pangan. Jakarta: BPOM
RI.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan.2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat dan Makanan tentang Pendaftaran Pangan Olahan. Jakarta: BPOM RI.
[KEMENSESNEG] Kementrian Sekretariat Negara. 1999. Peraturan Pemerintah Nomor
69 tentang Label dan Iklan Pangan. Jakarta: KEMENSESNEG.
[KEMENSESNEG] Kementerian Sekretariat Negara. 2012. Undang-Undang Nomor 18
tentang Pangan. Jakarta: KEMENSESNEG.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional 7708-2011.2011. Kopi Gula Krimer dalam
Kemasan.
Arens A A, Loebbecke J K. 1997. Auditing: An Intergrated Approach. Pennsylvania
State University: Prentice Hall.
Kumar R and Sharma V. 2005.Auditing Principals and Practice. New Delhi: Prentice
Hall of India Private Limited.
Muhandri T, Kadarisman D, dan Tim PREMYSIS Consulting. 2012. Sistem Jaminan
Mutu Industri Pangan. Bogor: IPB Press.

13
Russell J P. 2007. The Internal Auditing Pocket Guide Second Edition. America:
Quality Press Milwaukee 53203.
Sawyers L B, Dittenhofer M A, Scheiner J H. 2005. Sawyer’s Internal Auditing 5th
Edition. America: The IIA Research Foundation.
Silverman MG. 2008.Compliance Management for Public, Private, or Non-Profit
Organizations. University States of America: McGraw Hill Professional.

14
Lampiran 1 Contoh check sheet yang digunakan untuk kegiatan compliance
No.

Parameter

LABEL COMPLIANCE
1 Nama produk
2 Nama dagang

BPOM
Terdiri dari nama jenis dan nama dagang.
Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban
umum.
Tidak boleh tidak memiliki daya pembeda.
Tidak boleh telah menjadi milik umum.
Tidak boleh merupakan keterangan atau berkaitan dengan
pangan yang didaftarkan.
Tidak boleh menggunakan nama jenis atau nama umum
yang mungkin terkait pangan yang bersangkutan.

2

Daftar bahan yang digunakan

Tidak boleh menggunakan kata sifat yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi penafsiran
terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain
yang semakna.
Nama dagang yang digunakan bukan merupakan nama
dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk
pangan olahan sejenis atas nama orang atau badan usaha
lain.
Dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari
jumlah terbanyak.

PRODUK

15
No.

Parameter

BPOM
Pencantuman daftar bahan yang digunakan didahului
dengan tulisan "komposisi", "daftar bahan", "bahan yang
digunakan" atau "bahan-bahan".
Bahan tambahan pangan ikutan dicantumkan setelah bahan
yang mengandung BTP tersebut. Contoh: "Komposisi: ….,
kecap (mengandung pengawet natrium benzoat), …."

3

Pencantuman BTP pada daftar
bahan

Pangan olahan yang mengandung BTP harus
mencantumkan nama golongan.
Khusus pemanis buatan, antioksidan, pengawet, penguat
rasa, dan pewarna harus mencantumkan nama jenis bahan
tambahan pangan.
Khusus pewarna selain harus mencantumkan nama
golongan dan nama jenis juga harus mencantumkan nomor
indeks.
khusus pemanis buatan harus mencantumkan jumlah dalam
mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan
informasi Nilai Gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan
dalam mg/saji.
Khusus perisa sekurang-kurangnya mencantumkan nama
kelompok perisa (alami, identik alami dan artifisial).

PRODUK

16
No.

Parameter

BPOM

4

Pencantuman nama asal bahan

Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan
bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus
dicantumkan nama jenis dan asal komponen tesebut.
Contoh: pengemulsi lesitin kedelai.

5

Keterangan yang berkaitan
dengan asal dan sifat pangan
(pilih salah satu atau lebih sesuai
dengan spesifikasi produk)

Alami: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak dicampur dan tidak diproses atau
pangan olahan yang diproses secara fisika tetapi tidak
merubah sifat dan kandungannya.
Murni: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun,
misalnya Air Minum Dalam Kemasan.
Dibuat dari… (nama bahan): pernyataan tersebut hanya
dapat digunakan bila pangan olahan yang bersangkutan
seluruhnya terdiri dari satu bahan.
Dibuat dengan … (nama bahan): dapat digunakan jika
bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama
yang digunakan dalam pangan olahan yang bersangkutan.
100 %: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan
bahan lain.

PRODUK

17
No.

Parameter

BPOM
Asli: Pernyataan tersebut tidak dapat digunakan untuk
pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang dapat
mengaburkan keasliannya, seperti penggunaan perisa.
Misalnya: Susu cokelat yang menggunakan cokelat dan
perisa cokelat tidak dapat mencantumkan kata "Dengan
Cokelat Asli".
Keterangan kuantitas atau jumlah pangan olahan yang
terdapat dalam kemasan atau wadah. Keterangan
dicantumkan pada bagian utama label. Dicantumkan dalam
satuan metrik.

6

Berat bersih

7

Nama dan alamat pihak yang
memproduksi atau memasukkan
pangan ke dalam wilayah
Indonesia

Alamat perusahaan paling sedikit mencantumkan nama
kota, kode pos dan Indonesia. Jika pangan yang diproduksi
merupakan pangan olahan lisensi, maka harus dicantumkan
informasi yang menghubungkan antara pihak yang
memproduksi dengan pihak pemberi lisensi.

8
9

Tanggal, bulan, dan tahun
kadaluarsa
Nomor pendaftaran pangan

10

Kode produksi

Pangan olahan yang daya simpan lebih dari 3 bulan
dinyatakan dalam bulan dan tahun.
Untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri
diberi tanda "BPOM RI MD". Untuk pangan olahan yang
dimasukkan ke wilayah Indonesia diberi tanda "BPOM RI
ML".
Dicantumkan dalam bentuk nomor bets dan dapat disertai
dengan atau berupa tanggal produksi.

PRODUK

18
No.

Parameter

BPOM

11

Keterangan tentang pangan

Keterangan dan atau pernyataan tentang pangan olahan
harus benar dan tidak menyesatkan.

12

Gambar

Gambar harus menunjukkan keadaan sebenarnya, termasuk
sifat dan/atau keadaan pangan olahan serta tidak boleh
menyesatkan.
Gambar buah, daging, ikan atau bahan pangan lainna hanya
boleh dicantumkan apabila pangan mengandung bahan
tersebut bukan sebagai perisa.
Pada bagian komposisi harus dicantumkan jumlah bahan
yang digunakan.
Mudah dibaca, teratur, tidak berdesak-desakan. Keterangan
pada label ditulis dalam bahasa Indonesia, huruf Latin, dan
angka Arab.

13

Tulisan

14

Keterangan tentang petunjuk
penyimpanan

Untuk pangan olahan yang memerlukan cara penyimpanan
khusus dan pangan olahan dalam kemasan yang tidak
mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan.

15

Keterangan tentang petunjuk
atau saran penyajian

Harus dicantumkan pada label pangan yang memerlukan
petunjuk tersebut.

PRODUK

19
No.

Parameter

BPOM
Untuk pangan yang memerlukan atau mempunyai saran
penyajian dapat mencantumkan gambar bahan pangan
lainnya sesuai dengan petunjuk/saran penyajian , disertai
dengan tulisan "saran penyajian".

16

Logo halal

17

Pangan Olahan yang
Mengandung Pemanis Buatan

Hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang
memiliki sertifikat halal.
Mencantumkan tulisan "Mengandung Pemanis Buatan".
Mencantumkan kadar pemanis buatan yang dinyatakan
dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label mencantumkan
informasi nilai gizi, kadar pemanis buatan dicantumkan
dalam mg/saji.
Mencantumkan nilai ADI, kecuali yang tidak mempunyai
nilai ADI.
Mencantumkan tulisan "Mengandung pemanis buatan,
disarankan tidak dikonsumsi oleh anak-anak, ibu hamil, dan
ibu menyusui".

KESIMPULAN

PRODUK

20
Lampiran 2 Hasil pengecekan syarat pelabelan pada produk
No.
1
2

Parameter
Nama produk
Nama dagang

BPOM
Terdiri dari nama jenis dan nama dagang.



Tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, moralitas, agama, kesusilaan, atau
ketertiban umum.



Tidak boleh tidak memiliki daya pembeda.
Tidak boleh telah menjadi milik umum.
Tidak boleh merupakan keterangan atau berkaitan dengan
pangan yang didaftarkan.
Tidak boleh menggunakan nama jenis atau nama umum
yang mungkin terkait pangan yang bersangkutan.

2

Daftar bahan yang digunakan

NESCAFЀORIGINAL

Tidak boleh menggunakan kata sifat yang secara langsung
ataupun tidak langsung dapat mempengaruhi penafsiran
terhadap pangan seperti alami, murni, suci dan kata lain
yang semakna.
Nama dagang yang digunakan bukan merupakan nama
dagang yang telah mempunyai sertifikat merek untuk
pangan olahan sejenis atas nama orang atau badan usaha
lain.
Dicantumkan secara lengkap dan berurutan mulai dari
jumlah terbanyak.











21
No.

3

Parameter

Pencantuman BTP pada daftar
bahan

BPOM

NESCAFЀ
ORIGINAL

Pencantuman daftar bahan yang digunakan didahului
dengan tulisan ―komposisi‖, ―daftar bahan‖, ―bahan yang
digunakan‖ atau ―bahan-bahan‖.



Bahan tambahan pangan ikutan dicantumkan setelah
bahan yang mengandung BTP tersebut. Contoh:
―Komposisi: …., kecap (mengandung pengawet natrium
rtifici), ….‖



Pangan olahan yang mengandung BTP harus
mencantumkan nama golongan.



Khusus pemanis buatan, antioksidan, pengawet, penguat
rasa, dan pewarna harus mencantumkan nama jenis bahan
tambahan pangan.



Khusus pewarna selain harus mencantumkan nama
golongan dan nama jenis juga harus mencantumkan
nomor indeks.

Tidak menggunakan
pewarna

khusus pemanis buatan harus mencantumkan jumlah
dalam mg/kg atau persen, kecuali jika label
mencantumkan informasi Nilai Gizi, kadar pemanis
buatan dicantumkan dalam mg/saji.



Khusus perisa sekurang-kurangnya mencantumkan nama
kelompok perisa (alami, identik alami dan rtificial).



22
No.
4

5

Parameter
Pencantuman nama asal bahan

Keterangan yang berkaitan
dengan asal dan sifat pangan
(pilih salah satu atau lebih
sesuai dengan spesifikasi
produk)

BPOM
Bahan tertentu seperti lemak/minyak, protein, ekstrak dan
bahan yang berasal dari nabati atau hewani, harus
dicantumkan nama jenis dan asal komponen tesebut.
Contoh: pengemulsi lesitin kedelai.

NESCAFЀ
ORIGINAL


Alami: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak dicampur dan tidak diproses
atau pangan olahan yang diproses secara fisika tetapi tidak
merubah sifat dan kandungannya.

(pilih salah satu)

Murni: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak ditambahkan sesuatu apapun,
misalnya Air Minum Dalam Kemasan.

(pilih salah satu)

Dibuat dari… (nama bahan): pernyataan tersebut hanya
dapat digunakan bila pangan olahan yang bersangkutan
seluruhnya terdiri dari satu bahan.
Dibuat dengan … (nama bahan): dapat digunakan jika
bahan tersebut merupakan salah satu bahan baku utama
yang digunakan dalam pangan olahan yang bersangkutan.
100 %: pernyataan tersebut hanya dapat digunakan untuk
pangan olahan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan
bahan lain.



(pilih salah satu)

(pilih salah satu)

23
No.

6

7

8
9

10

Parameter

Berat bersih

BPOM
Asli: Pernyataan tersebut tidak dapat digunakan untuk
pangan olahan yang dicampur dengan bahan yang