Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Phalaenopsis spp.

PENGARUH PUPUK ORGANIK GUANO DAN CHITOSAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANGGREK Phalaenopsis spp.

IRA FAUZIAH NOER
A24070185

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

PENGARUH PUPUK ORGANIK GUANO DAN CHITOSAN TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANGGREK Phalaenopsis spp.
The effect of Guano and Chitosan on the Growth and Development of
Phalaenopsis Orchids
Ira Fauziah Noer 1Dewi Sukma2, Sandra A. Aziz2
1
2

Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB


Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB

Absract
This research was conducted to determine the effect of organic fertilizer
guano and chitosan on the growth and development of phalaenopsis orchid
conducted in the Gunung Batu nursery, Bogor in March until August 2011. This
research used a completely randomized block design with 4 treatments and
4 replications. Fertilizer treatments consisted of Thaichung fertilizer 1 g /l,
Thaichung fertilizer 1 g/l + chitosan 10 ppm, Thaichung fertilizer 1 g/l + guano
10 ml / l, and Thaichung fertilizer 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml / l.
Thaichung fertilizer 1 g/l were needed for P. bellina and P. modesta, and guano
10 ml/l were needed for P. amabilis in compot in the hot and dry conditions.

Keyword : guano, chitosan, phalaenopsis orchids
 

RINGKASAN

IRA FAUZIAH NOER. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan

terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek Phalaenopsis spp.
(Dibimbing oleh DEWI SUKMA dan SANDRA A. AZIZ).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk
organik guano dan chitosan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggrek
Phalaenopsis spp. Penelitian ini dilaksanakan di nursery Gunung Batu, Bogor
pada bulan Maret hingga Agustus 2011. Lokasi berada pada ketinggian sekitar
250 m dpl. Pembuatan larutan chitosan di Laboratorium Pasca Panen, Departemen
Agronomi dan Hortikultura, dan untuk bibit anggrek P. amabilis di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa spesies
anggrek Phalaenopsis, antara lain P. bellina, P. modesta, dan bibit P. amabilis.
Media tanam (pakis, arang, dan sphagnum moss), pot tanah liat, pupuk organik
guano (0.93% N, 2.13% P, 2.80% Ca, 1.73% Mg, 1.11% K), chitosan, asam asetat
1%, pupuk daun Taichung (12% N, 12% P, 10.5% K, 16% Ca), fungisida
(Benlox) dan bakterisida (Plantomycin). Alat-alat yang digunakan adalah sprayer,
timbangan, gelas ukur, meteran, SPAD, dan alat tulis.
Penelitian terdiri dari tiga percobaan terpisah untuk 3 spesies (P. bellina,
P. modesta, dan bibit P. amabilis). Setiap percobaan menggunakan metode
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu

perlakuan pupuk organik guano dan chitosan. Setiap percobaan yaitu P. bellina
dan P. modesta menggunakan 4 perlakuan dengan 4 ulangan, sedangkan untuk
bibit P. amabilis menggunakan 4 perlakuan dengan 3 ulangan, masing-masing
perlakuan terdiri dari pupuk Taichung (dengan dosis sesuai rekomendasi 1 g/l),
pupuk Taichung + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung + guano 10 ml/l, dan pupuk
Taichung + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l. Data dianalisis sidik ragam, jika
terdapat pengaruh yang nyata dari perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nilai Jujur (BNJ) untuk anggrek P. bellina dan P. modesta dan DMRT untuk bibit

iii 
 

anggrek P. amabilis pada taraf 5%. Untuk melihat perbandingan antara perlakuan
pupuk Taichung 1 g/l dengan ketiga perlakuan lainnya, dilakukan uji t.
Hasil sidik ragam pada anggrek spesies P. bellina menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap
peubah vegetatif yaitu tinggi tanaman, panjang, lebar, dan jumlah daun. Perlakuan
pupuk organik guano dan chitosan tidak disarankan digunakan saat kondisi
kekeringan bila dibandingkan dengan pupuk Taichung 1 g/l. Hasil uji t
perbandingan antara tiga perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l + chitosan

10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l + guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan
10 ppm + guano 10 ml/l dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah
panjang tangkai bunga, jumlah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai,
ukuran bunga, dan tingkat kehijauan daun tidak berbeda nyata untuk anggrek
P. bellina.
Hasil percobaan pada P. modesta menunjukkan bahwa faktor tunggal
pupuk organik guano dan chitosan tidak berpengaruh nyata terhadap peubah
vegetatif meliputi tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, dan berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun pada 14-16 MSP. Hasil uji t perbandingan antara tiga
perlakuan yaitu pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm, pupuk Taichung 1 g/l +
guano 10 ml/l, pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm + guano 10 ml/l dengan
perlakuan pupuk Taichung 1 g/l pada peubah panjang tangkai bunga, jumlah
kuntum bunga, jumlah kuntum bunga per tangkai, ukuran bunga, dan tingkat
kehijauan daun tidak berbeda nyata untuk anggrek P. modesta.
Hasil percobaan pada bibit P. amabilis menunjukkan bahwa pupuk
organik guano dan chitosan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, panjang,
lebar dan jumlah. Hasil uji t perbandingan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l +
guano 10 ml/l dengan perlakuan pupuk Taichung 1 g/l tidak berbeda nyata pada
peubah tinggi tanaman, panjang, lebar, jumlah daun saat bibit anggrek berumur 4,
6, dan 8 MSP. Perlakuan chitosan tidak disarankan karena bibit anggrek menjadi

kering yang menyebabkan kematian pada bibit anggrek tersebut saat umur 4 MSP.
Perlakuan yang terbaik adalah perlakuan pupuk Taichung ditambah guano, hal ini
ditandai dengan warna daun lebih cerah dan lebih segar.

PENGARUH PUPUK ORGANIK GUANO DAN CHITOSAN
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
ANGGREK Phalaenopsis spp.

Skripsi sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

IRA FAUZIAH NOER
A24070185

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012


Judul

:

PENGARUH
CHITOSAN

PUPUK

ORGANIK

TERHADAP

GUANO

DAN

PERTUMBUHAN

DAN


PERKEMBANGAN ANGGREK Phalaenopsis spp.
Nama :

IRA FAUZIAH NOER

NIM

A24070185

:

Menyetujui,
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Dewi Sukma, SP. MSi.

Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS.


NIP. 19700404 199702 2 001

NIP. 19591026 198503 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta, pada tanggal 09 Februari 1989 sebagai
anak ke empat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. M. Nurdin Santosa
dan Ibu Hj. Ade Djubaidah (Almh). Penulis memasuki pendidikan formal pertama
TK Melati Purwakarta dan melanjutkan ke SDN Jend. A. Yani XI Purwakarta dan

lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP
Negeri 3 Purwakarta. Selanjutnya, pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA
Negeri 3 Purwakarta.
Penulis diterima menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2007 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dengan
sistem Mayor Minor, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Penulis pernah menjadi panitia Penerimaan mahasiswa AGH “Semai 45”
pada tahun 2009. Penulis juga pernah menjadi pengurus koperasi Agrohotplate
sebagai administrasi keuangan pada tahun 2009-2010.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anggrek Phalaenopsis spp.”. Penulis menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dorongan dan motivasi selama
kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini :
1.


Dr. Dewi Sukma, SP. MSi. dan Dr. Ir. Sandra A. Aziz, MS. selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama penelitian dan proses pembuatan skripsi ini.

2.

Dr. Ir. Sudradjat, MS. selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang
membangun untuk menyempurnakan skripsi ini.

3.

Dr. Ir. Trikoesoemaningtyas, MSc. selaku pembimbing akademik atas
arahan dan bimbingan ilmu yang diberikan kepada penulis.

4.

Almarhumah mamah, bapak, serta kakak-kakakku tercinta yang tidak
hentinya memberikan doa, dukungan baik secara moril maupun materil
kepada penulis.


5.

Mba Cika, mas Cei serta seluruh anggota nursery Gunung Batu yang telah
memberikan bantuan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung.

6.

Bapak Agus selaku staf Laboratorium Pascapanen yang telah memberikan
bantuan atas kerjasamanya selama penelitian.

7.

Titin Suningsih dan Prima T. Nugroho teman seperjuangan atas dukungan,
kerjasama, dan bantuannya selama penelitian.

8.

Ima, Qori, Ami, Martini, Vicky, Namira, Fikrin, Nandya, Lia, Enjim, dan
seluruh sahabat AGH 44 atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

9.

Seluruh teman-teman Amanda 48 terimakasih atas persaudaraan dan
kebersamaan selama tiga tahun ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua orang, khususnya bagi penulis.

Bogor, Desember 2011
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Tujuan.......................................................................................................... 2
Hipotesis ...................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3
Botani Anggrek Phalaenopsis ..................................................................... 3
Klasifikasi Anggrek..................................................................................... 5
Syarat Tumbuh Anggrek ............................................................................. 8
Pembibitan ................................................................................................... 9
Pupuk Organik Guano ................................................................................. 9
Chitosan ................................................................................................... 12
BAHAN DAN METODE ..................................................................................... 14
Tempat dan Waktu .................................................................................... 14
Bahan dan Alat .......................................................................................... 14
Metode Percobaan ..................................................................................... 15
Pelaksanaan Percobaan ............................................................................. 16
Pengamatan ............................................................................................... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 19
Kondisi Umum .......................................................................................... 19
Phalaenopsis bellina ................................................................................. 24
Phalaenopsis modesta ............................................................................... 30
Bibit Anggrek P. amabilis ......................................................................... 36
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 39
Kesimpulan................................................................................................ 39
Saran .......................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 43

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Komposisi Guano (Malagon, 2004) .................................................................. 10
2. Perbandingan Komposisi Pupuk untuk Anggrek .............................................. 11
3. Deskripsi Standar Kriteria Tanaman Anggrek P. bellina dan
P. modesta (Redaksi Trubus, 2005) ................................................................. 19
4. Data Suhu, Penyinaran Matahari, Curah Hujan, dan Kelembaban
Bulan Maret-Agustus 2011 .............................................................................. 21
5. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan
Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Bibit Anggrek
P. amabilis ........................................................................................................ 23
6. Peubah Vegetatif P. bellina pada Perlakuan Pupuk Organik Guano
dan Chitosan ..................................................................................................... 25
7. Rataan Nilai Peubah Generatif P. bellina pada Beberapa Perlakuan
Pupuk ................................................................................................................ 27
8. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anggrek P. bellina ............................................................ 28
9. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. bellina .............................................. 29
10. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. bellina Diukur dengan
Alat SPAD ........................................................................................................ 30
11. Peubah Vegetatif P. modesta pada Perlakuan Pupuk Organik Guano
dan Chitosan ..................................................................................................... 31
12. Rataan Nilai Peubah Generatif P. modesta pada Beberapa Perlakuan
Pupuk ................................................................................................................ 33
13. Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap Pertumbuhan
dan Perkembangan Anggrek P. modesta......................................................... 34
14. Waktu Keluar Bakal Bunga Anggrek P. modesta.......................................... 35
15. Perbandingan Tingkat Kehijauan Daun P. modesta diukur dengan
Alat SPAD ........................................................................................................ 36
16. Pertumbuhan Bibit Anggrek P. amabilis pada Perlakuan Pupuk
Organik Guano dan Chitosan ........................................................................... 37
17. Rataan Nilai Perbandingan antara Perlakuan Pupuk Taichung +
Guano 10 ml/l dengan Perlakuan Pupuk Taichung 1 g/l .................................. 38

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Anggrek Phalaenopsis : P. bellina (a); P.modesta (b); dan bibit
P.amabilis (c) ................................................................................................... 14
2. Kondisi Anggrek P. bellina (a, b): dan P. modesta (c) saat Tanaman
Berumur 12 MSP .............................................................................................. 20
3. Gejala Serangan Penyakit Busuk Lunak pada Anggrek P. bellina ................... 22
4. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk Taichung +
Chitosan 10 ppm (c); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l (a, b) saat Umur 2 MSP ............................................................ 22
5. Kondisi Bibit Anggrek P. amabilis dengan Perlakuan Pupuk
Taichung 1 g/l (a); dan Perlakuan Pupuk Taichung + Guano 10 ml/l (b)
saat Umur 8 MSP ............................................................................................. 23
6. Keragaan Tanaman P. bellina Perlakuan Pupuk Taichung +
Guano 10 ml/l (a); Perlakuan Pupuk Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l (b) ............................................................................................. 25

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Kandungan Pupuk Organik Guano (Fitplanta) ................................................. 44
2. Konversi Lama Penyinaran Matahari................................................................ 44
3. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano
dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan
Anggrek P. bellina ........................................................................................... 45
4. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ................................................. 46
5. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Guano 10 ml/l
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ................................................. 47
6. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. bellina ........................ 48
7. Rekapitulasi Hasil Uji t Tingkat Kehijauan Daun Anggrek
P. bellina .......................................................................................................... 48
8. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano
dan Chitosan terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anggrek
P. modesta ........................................................................................................ 49
9. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ............................................... 50
10. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Guano 10 ml/l
dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ............................................... 51
11. Rekapitulasi Hasil Uji t Perbandingan Taichung + Chitosan 10 ppm +
Guano 10 ml/l dan Pupuk Taichung 1 g/l Anggrek P. modesta ....................... 52
12. Rekapitulasi Hasil Uji t Tingkat Kehijauan Anggrek P. modesta ................. 53
13. Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Organik Guano dan Chitosan terhadap
Pertumbuhan Bibit Anggrek P. amabilis ....................................................... 53
14. Rekapitulasi Hasil Uji t Pertumbuhan Bibit Anggrek P. amabilis ................. 54 

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia kaya akan keragaman jenis dan varietas berbagai tanaman
hortikultura, salah satunya anggrek (Rosmanita, 2008). Anggrek merupakan salah
satu tanaman suku Spermatophyta yang unik dan termasuk dalam famili
Orchidaceae. Salah satu anggrek yang digemari adalah Phalaenopsis. Anggrek ini
memiliki keragaman bunga yang tidak diragukan lagi keindahannya. Bentuk,
ukuran, dan warna-warni bunganya memberikan nilai lebih pada anggrek jenis
Phalaenopsis dibandingkan dengan anggrek lainnya (Kencana, 2007). Indonesia
merupakan negara tropis yang memiliki berbagai jenis spesies anggrek
Phalaenopsis, di antaranya Phalaenopsis bellina, Phalaenopsis modesta, dan
Phalaenopsis amabilis. Spesies-spesies asli tersebut harus dilindungi dan
dipelihara sehingga dapat dimanfaatkan dalam pengembangan varietas baru
anggrek.
Sebagai komoditas bisnis, anggrek Phalaenopsis amabilis ini pernah
menduduki rangking atas dalam perdagangan tanaman anggrek, karena harganya
yang relatif terjangkau namun memiliki sosok bunga yang sangat indah dan
bahkan bunganya tahan sampai kisaran hampir 6 bulan (Virnanto, 2010).
Distribusi anggrek sangat luas dengan diversitas yang besar dan sebagian besar
tanaman anggrek tumbuh di kawasan tropis dan subtropis. Tanaman anggrek liar
di Indonesia diperkirakan ada sekitar 5 000 jenis. Hongkong, Singapura, dan
Amerika Serikat merupakan negara yang cukup banyak meminta anggrek
Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga
tropis. Hal ini menimbulkan tingginya minat masyarakat untuk memelihara dan
mengelola tanaman anggrek sebagai tanaman komersil, karena peluang pasar di
dalam dan di luar negeri yang masih terbuka. Anggrek merupakan sumber devisa
potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani
dan pendapatan asli daerah (Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,
2005).
Pertumbuhan dan perkembangan anggrek dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan. Kondisi lingkungan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu


 

iklim yang meliputi cahaya, suhu, dan kelembaban serta faktor lain diantaranya
jenis media dan pemupukan. Aplikasi pemupukan yang tepat untuk tanaman
anggrek pada fase pertumbuhannya sangat diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anggrek, seperti pemberian pupuk organik
guano. Seta (2009) menyatakan bahwa pupuk organik guano adalah pupuk yang
berasal dari kotoran dari jenis burung laut (contohnya Larus argentus) dan
kelelawar (contohnya Phylloncyteris aphylla).
Selain aplikasi pemupukan, pertumbuhan dan perkembangan anggrek
dapat dibantu dengan pemberian bahan organik seperti chitosan. Chitosan adalah
poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa)

dengan

rumus

molekul

(C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin (Wahyono et al., 2009).
Chitosan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman anggrek Dendrobium muda
dengan konsentrasi chitosan sebesar 10 mg/l (Chandrkrachang, 2002).

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik guano
dan chitosan terhadap pertumbuhan dan perkembangan beberapa spesies anggrek
Phalaenopsis.

Hipotesis
Terdapat perlakuan pupuk organik guano dan chitosan yang terbaik untuk
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anggrek Phalaenopsis spp.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Anggrek Phalaenopsis
Anggrek merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Orchidaceae.
Anggrek memiliki ciri-ciri umum yaitu termasuk tanaman monokotil, selain itu
memiliki karakteristik tersendiri terutama dalam struktur bunga. Hal ini
di antaranya dapat dilihat dari stamen yang terdapat di satu sisi bunga. Stamen
umumnya bersatu dengan pistil dan membentuk satu struktur yang disebut tugu
(column) (Jodi dan Destri, 2006).
Anggrek merupakan tanaman yang bersifat hermaprodit, yaitu serbuk sari
dan putik terdapat di dalam satu bunga, sedangkan sifat kelaminnya adalah
monoandrae, yaitu kelamin jantan dan betina terletak pada satu tempat atau satu
bunga, sehingga anggrek mudah mengalami penyerbukan dengan bantuan
serangga dan manusia untuk perbanyakan tanaman (Rosmiati, 2007). Proses
penyerbukan anggrek mengalami penyerbukan ganda tidak sempurna karena biji
anggrek tidak memiliki embrio dan tidak memiliki cadangan makanan
(endosperm) (Arditii, 1992).
Iswanto (2001) menyatakan bahwa anggrek Phalaenopsis memiliki tipe
pertumbuhan monopodial, yaitu pola pertumbuhan ujung batang yang terus
vertikal ke atas. Tanaman anggrek terdiri dari bagian bunga, buah, daun, batang,
dan akar.

Bunga
Bagian-bagian bunga anggrek Phalaenopsis sama dengan jenis anggrek
lainnya. Bunga tersusun menurut pola baku, yaitu terdiri dari tiga buah sepal atau
kelopak bunga dan tiga buah mahkota bunga atau petal. Satu buah sepal yang
terletak di punggung dinamakan daun kelopak punggung atau sepalum dorsale,
sedangkan dua lainnya dinamakan daun kelopak samping atau sepalum lateralia.
Ukuran kelopak dan mahkota hampir sama atau sedikit lebih besar. Ukuran bunga
bervariasi dari 2-3 cm hingga 9-10 cm. Phalaenopsis dapat berbunga serempak
atau bergantian. Jumlah bunga Phalaenopsis bervariasi, 1-30 kuntum. Warna-


 

warni bunga bervariasi, yaitu putih, merah muda, ungu, dan kuning dengan bercak
merah kecoklatan (Iswanto, 2001).

Buah
Ukuran buah Phalaenopsis cukup besar dapat mencapai 5-20 cm.
bentuknya bulat dan panjang. Diameter 1-2 cm dan panjang 10-20 cm. Buah muda
berwarna hijau muda. Semakin tua kian semakin cerah dan kekuningan. Garis di
kulit buah kian merekah sehingga bisa dipetik. Saat dibelah, tampak “kapaskapas” halus yang seolah menjadi bantalan biji. Biji sangat kecil, berukuran
1-2 mm dan berjumlah puluhan hingga ribuan (Iswanto, 2001).

Daun
Iswanto (2001) menyatakan bahwa daun anggrek muncul pada ruas-ruas
batang dengan posisi berhadapan atau berpasangan. Posisi daun Phalaenopsis
pada umumnya bertunggangan dan berderet dalam dua baris yang rapat
berhadapan. Rata-rata bentuk helaian daunnya melebar ke arah ujung dan bagian
pangkalnya menghimpit batang atau pangkal daun di atasnya. Warna daun hijau
dengan tekstur tebal dan berdaging karena memiliki zat hijau daun (klorofil) serta
berfungsi untuk menyimpan air dan cadangan makanan. Lebar daun rata-rata
5-10 cm.

Batang
Gunawan (2006) menyatakan bahwa batang anggrek Phalaenopsis
berbentuk tunggal dengan bagian ujung batang tumbuh lurus tidak terbatas. Daundaun yang tua pada batang sebelah bawah akan gugur. Setelah daun gugur, batang
tampak seperti mati. Pola pertumbuhan yang demikian disebut pertumbuhan
monopodial.

Akar
Gunawan (2006) menuliskan bahwa akar anggrek epifit umumnya lunak
dan mudah patah. Ujungnya meruncing, licin, dan sedikit lengket. Akar anggrek


 

mempunyai lapisan velamen yang bersifat spongy (berongga) dan di bawahnya
terdapat lapisan yang mengandung klorofil. Lapisan velamen ini berfungsi
menyerap air dan melindungi bagian akar. Pada anggrek monopodial, akar keluar
dari ruas-ruas batang. Akar ini disebut akar aerial. Akar aerial yang masih aktif
ujungnya berwarna hijau, hijau keputihan, atau kuning kecoklatan, licin dan
mengkilat. Akar ini besar dan dapat bercabang-cabang. Pada tempat yang kering,
percabangan akar semakin banyak terbentuk untuk mencari tempat yang lembab.

Klasifikasi Anggrek
Phalaenopsis berasal dari bahasa Yunani, yaitu phalaenos dan opsis.
Phalaenos itu berarti ngengat atau kupu-kupu, sedang opsis artinya bentuk atau
penampakan. Klasifikasi botani Phalaenopsis dapat didasarkan pada bentuk
bunga, khususnya lidah dan alat reproduksi, adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Orchidales

Famili

: Orchidaceae

Genus

: Phalaenopsis
Iswanto (2001) menyatakan bahwa beberapa spesies dalam genus

Phalaenopsis sebagai berikut :

Phalaenopsis amabilis
Pertumbuhan batang anggrek ini tidak tampak, jumlah daunnya sekitar
2-7 helai, berbentuk elips memanjang dengan bagian ujung agak melebar. Panjang
daun sekitar 15-35 cm dan lebar antara 7-12 cm. Tekstur daun halus dan tebal
dengan warna hijau tua di permukaan atasnya. Bunga tersusun satu sisi dua baris,
berselang-seling dalam sebuah tangkai yang panjangnya bisa mencapai 100 cm.
Tangkai terkadang bercabang. Bentuknya silindris dengan diameter 2-3 mm. Jika
mekar, kuntum bunganya berdiameter 5-10 cm. Warna kelopak (sepal) dan


 

mahkota bunganya (petal) putih bersih. Bibir bunga berwarna kuning, kadangkadang berbintik merah.

Phalaenopsis violaceae sumatrana
Batang dari anggrek asal Sumatera ini sangat pendek, ukuran bunga tidak
terlalu besar, dengan diameter 3-5 cm. Daunnya cukup tebal dan sukulen. Bentuk
daun bulat telur dan memanjang dengan jumlah helaian sebanyak 4-6 helai.
Panjang daun sekitar 15-25 cm, dan lebar daun antara 5-9 cm. Jumlah kuntum
bunga dalam satu tangkai sekitar 3-9 kuntum. Warna sepal dan petalnya krem
muda sampai putih dengan garis-garis melintang berwarna cokelat kemerahan.
Bunga tersebut berbentuk oval memanjang dan ujungnya sedikit meruncing.
Lidah bunga berwarna ungu, ujungnya berbulu putih atau ungu. Panjang tangkai
bunga sekitar 15-20 cm, namun ada juga yang mencapai 30 cm.

Phalaenopsis viridis
Ukuran bunganya kecil, dengan diameter 2-3 cm. Dasar bunga berwarna
hijau kekuningan dengan bercak-bercak coklat. Bentuk kelopak bunga lonjong
atau elips dengan bibir bunga berwarna keputihan. Tangkainya cukup panjang,
bisa mencapai 40 cm bahkan lebih. Tekstur daun berdaging dan tebal, dengan
permukaan mengkilap. Bentuknya lonjong memanjang dengan panjang sekitar
30 cm dan lebar sekitar 8 cm.

Phalaenopsis pulcherima
Anggrek ini memiliki warna bunga cukup mencolok, yaitu merah jambu
keunguan. Batangnya agak pendek tertutup pelepah daun namun dari batang itu
mudah keluar tunas. Jumlah bunga tiap tangkai terdiri sekitar 7-15 buah. Tangkai
tersebut keluar dari pangkal batang, dengan panjang 50 cm. Panjangnya sekitar
6-17 cm dan lebar 2.5-5 cm. Anggrek asli Sumatera memiliki nama lain
Phalaenopsis esmeralda dan Doritis pulcherima.


 

Phalaenopsis laycockii
Anggrek asal Kalimantan ini mempunyai bentuk daun silindris sempit,
dengan tipe pertumbuhannya menggantung. Ujung daun berwarna hijau tua agak
meruncing. Jika diukur dari ujung hingga pangkal, panjangnya sekitar 40-70 cm
dan lebarnya antara 0.5-1 cm. Tangkai bunga menancap pada sisi samping batang,
panjangnya sekitar 6-9 cm. Warna kelopak maupun mahkota merupakan
kombinasi putih dengan warna merah jambu lembut. Jumlah kuntum bunga setiap
tangkai sekitar 7-15 buah, dengan rata-rata diameter 6 cm.

Phalaenopsis denewei
Spesies anggrek ini berasal dari Kalimantan Barat. Bentuk daun bulat
panjang mirip pensil, dengan panjang sekitar 22-45 cm. Jumlah kuntum dalam
satu tangkai sekitar 3-12 buah. Warna bunga kuning sampai cokelat kemerahan
dengan bagian tepi berwarna kehijauan. Petal agak sempit dan bergelombang,
panjangnya sekitar 24 cm. Panjang kelopak bunga hampir sama dengan
mahkotanya.

Phalenopsis gigantea
Anggrek ini dijuluki sebagai anggrek bulan raksasa. Ukuran bunganya
cukup besar, garis tengahnya sekitar 5 cm, dan memiliki aroma cukup harum.
Kelopak dan mahkota bunga berwarna kuning kehijauan sampai putih, dihiasi
bintik-bintik warna merah tua atau cokelat. Jika diamati, mahkota bunganya
berukuran lebih kecil dibandingkan kelopaknya. Ukuran batang sangat pendek
dan tertutup oleh daun. Sosok daun menjuntai, berbentuk bulat telur memanjang
sampai elips. Panjang daun dapat mencapai 75 cm dan lebar 40 cm. Jumlah
kuntum dalam satu tandan ada sekitar 20-30 buah.


 

Ratnasari (2007) mendeskripsikan spesies anggrek Phalaenopsis yang
lainnya sebagai berikut:

Phalaenopsis bellina
Anggrek ini memiliki bentuk bunga yang menyerupai bintang, warnanya
merupakan perpaduan antara kuning, putih dan ungu. Phalaenopsis bellina sering
digunakan sebagai tanaman hias pot dan bunga potong. Perbanyakan dengan biji
atau anakan.

Phalaenopsis modesta
Anggrek ini memiliki sepal dan petal bunga berwarna putih, bibir kuning
dengan putih. Selain itu, ada juga yang memiliki sepal dan petal berwarna putih
dengan ungu.

Syarat Tumbuh Anggrek
Tanaman anggrek pada umumnya tumbuh subur di daerah dataran sedang
yang memiliki suhu siang hari rata-rata 25ºC dan suhu malam hari rata-rata 15ºC.
Tanaman anggrek menyukai kelembaban udara sekitar 65-70%. Untuk
pertumbuhan tanaman anggrek, keasaman media (pH) yang baik berkisar 5-6
(Redaksi Agromedia, 2006).
Untuk anggrek Phalaenopsis dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian
lebih dari 700 m dpl. Namun, Phalaenopsis lebih cocok tumbuh di daerah dengan
ketinggian 500-800 m dpl. Suhu memiliki peranan penting dalam pertumbuhan
dan pembungaan Phalaenopsis. Kebutuhan suhu sekitar 18-26ºC. Anggrek
Phalaenopsis epifit membutuhkan cahaya 1 000-1 500 fc atau penyinaran sinar
matahari sekitar 10-30%. Sementara kelembapan yang dibutuhkan cukup tinggi,
sekitar 60-75% (Dewi, 2006). Menurut hasil penelitian Widiastoety dan Bahar
(1995), menyatakan bahwa tanaman anggrek yang mendapat intensitas cahaya
55% menghasilkan daun terlebar, dan pembentukkan tunas terbaik dibandingkan
tanaman yang mendapat perlakuan intensitas cahaya 65 dan 75%.


 

Anggrek epifit umumnya ditanam di dalam pot, blok pakis, atau pada
cabang-cabang kayu yang masih hidup maupun yang sudah mati. Media tumbuh
yang biasa digunakan untuk anggrek Phalaenopsis berupa pecahan batu bata,
arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis (Gunawan, 2006).

Pembibitan
Masa pembibitan merupakan masa yang memiliki peranan penting dalam
membentuk tanaman muda menjadi tanaman dewasa yang tumbuh secara optimal.
Pada tanaman anggrek Phalaenopsis pembibitan awal dilakukan dengan menanam
bibit dari botol ke dalam kompot (komunitas pot) yang disebut aklimatisasi
(Aditya, 2009). Bibit kompot adalah dalam satu pot ditanam beberapa bibit secara
bersama. Keuntungan menggunakan bibit kompot ini adalah mengurangi risiko
kematian dan bibit mudah diamati perkembangannya semenjak awal (Iswanto,
2001).

Pupuk Organik Guano
Pemupukan pada anggrek adalah salah satu cara untuk menunjang
pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan produktivitas tanaman.
Aplikasi pemupukan yang tepat pada anggrek menurut fase pertumbuhannya
sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anggrek.
Pemupukan biasanya diaplikasikan melalui daun karena lebih efisien dalam hal
penyerapan unsur haranya (Rosmanita, 2008).
Pemupukan

sangat

menentukan

tingkat

pertumbuhan

tanaman.

Pemupukan merupakan pemberian unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh dan berkembang dengan baik. Pupuk dibagi menjadi dua, yaitu pupuk
organik dan non organik. Pupuk organik diperoleh langsung dari alam, misalnya
pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk kompos, dan pupuk guano sedangkan pupuk
non organik adalah pupuk buatan pabrik dengan berbagai macam merk dagang.
Pupuk organik mempunyai banyak manfaat apabila diaplikasikan dalam
pemupukan. Salah satu keuntungan penggunaan pupuk organik yaitu membantu
menjaga kelembaban tanah dan mengurangi tekanan atau tegangan struktur tanah
pada akar-akar tanaman, sangat membantu mencegah terjadinya erosi lapisan atas

10 
 

tanah yang merupakan lapisan mengandung banyak hara, dan mampu berperan
dalam memobilisasi atau menjembatani hara yang sudah ada ditanah sehingga
mampu membentuk partikel ion yang mudah diserap oleh akar tanaman
(Pertani, 2010).
Pupuk organik guano adalah pupuk yang berasal dari kotoran kelelawar
dan sudah mengendap lama di dalam gua dan telah bercampur dengan tanah dan
bakteri pengurai. Pupuk guano mengandung nitrogen, fosfor dan potassium yang
sangat bagus untuk mendukung pertumbuhan, merangsang akar serta kekuatan
batang tanaman. Pupuk guano mengandung semua unsur mineral mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman, serta mengandung fosfat terbanyak. Pupuk guano
tinggal lebih lama dalam jaringan tanah, meningkatkan produktivitas tanah dan
menyediakan unsur hara bagi tanaman lebih lama dari pada pupuk kimia buatan
(Sugianto, 2010).
Manfaat dari pupuk guano yaitu memperbaiki dan memperkaya struktur
tanah karena 40% pupuk ini mengandung material organik, bakteria dan
mikrobiotik flora yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dan sebagai
fungisida alami, mengontrol nematoda yang merugikan yang ada di dalam tanah,
menguatkan batang dan mengoptimalkan pertumbuhan daun baru dan proses
fotosintesis pada tanaman (Seta, 2009). Kandungan bahan organik dan nutrisi
yang terdapat dalam guano sangat tinggi yaitu sekitar 30-65% sehingga dapat
digunakan dengan dosis yang rendah dibandingkan dengan pupuk organik
lainnya.

Tabel 1. Komposisi Guano (Malagon, 2004)
Kandungan
Total nitrogen (N)
Fosfor Oksidasi (P2O5)
Potassium Oksida (K2O)
Kalsium Oksida (CaO)
Magnesium Oksida (MgO)
Besi (Fe)
tembaga (Cu)
Mangan Oksida (MnO)
Seng (Zn)
Natrium

Konsentrasi (%)
1.00-6.00
1.50-9.00
0.70-1.20
3.60-12.0
0.70-2.00
0.70-1.50
0.20-0.50
0.40-0.70
0.40-0.65
0.45-0.50

11 
 

Tingginya kandungan nitrogen sangat mendukung pertumbuhan tanaman
yang cepat, fosfor merangsang pertumbuhan akar dan pembungaan, dan kalium
mendukung

kekuatan

batang

tanaman.

Kandungan

guano

umumnya

15% N, (4.4-5.2%) P (10-12% P2O5) sebagai bentuk yang mudah larut dan
1.7% K (2% K2O). Menurut hasil penelitian Mulyono (2008), menyatakan bahwa
penyemprotan ekstrak guano 2 cc/l pada tanaman berpengaruh nyata dan lebih
mampu menekan tingkat kerusakan oleh hama kutu daun dibandingkan dengan
penyemprotan ekstrak guano 1 cc/l dan dan insektisida deltametrin.
Tanaman anggrek termasuk dalam kategori tanaman tingkat tinggi dan
mempunyai kemampuan untuk mensintesis seluruh substansi yang diperlukan
seperti asam amino, hormon, dan vitamin. Dalam media tanam anggrek, unsurunsur ini diberikan bersama dengan unsur-unsur hara esensial lainnya. Unsur
makro maupun mikro diserap tanaman melalui bulu-bulu akar berupa garamgaram terlarut di dalam tanah, maupun dari pupuk anorganik yang diberikan,
sedangkan CO2 diambil melalui stomata dari udara (Pioh dan Rondonuwu, 2009).
Tanaman anggrek sebaiknya diberi pupuk majemuk yang mengandung
unsur N, P, dan K lengkap. Dalam Tabel 2 disajikan macam-macam perbandingan
pupuk majemuk yang mengandung dua atau tiga unsur hara makro. Perbandingan
pupuk-pupuk padat yang tertulis di dalam tabel tersebut adalah pupuk biasa yang
diberikan dengan cara disebarkan di sekitar akar-akar tanaman anggrek atau dapat
juga dengan dilarutkan terlebih dahulu dalam air siraman (Pioh dan Rondonuwu,
2009).

Tabel 2. Perbandingan Komposisi Pupuk untuk Anggrek
Tanaman Anggrek
Untuk seedlings (bibit)
Untuk mid-size (ukuran sedang/tanaman
muda)
Untuk Flowering size (tanaman berbunga)

N
P
K
…………..(%)………..…..
60
30
10
30
10

30
60

30
10

Sumber : Pioh dan Rondonuwu, 2009

Akhir-akhir ini juga dikembangkan pupuk slow release, yaitu pupuk yang
tidak mudah larut. Pupuk ini terbungkus suatu pelindung dan bahan-bahan

12 
 

di dalamnya melarut sedikit demi sedikit setiap kali penyiraman. Beberapa merek
dagang pupuk slow release adalah Hyponex, Dekastar, dan Dekaform. Selain
melalui akar, tanaman juga menyerap hara melalui daun. Dengan demikian,
pemupukan dapat diberikan melalui daun. Cara ini sangat efisien untuk anggrek
(Gunawan, 2006) .

Chitosan
Chitosan adalah poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1-4)-D-glukopiranosa) dengan
rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Chitosan
dapat dijumpai secara alamiah di beberapa organisme seperti pada karapas udang,
cangkang rajungan, jamur, dan serangga (Wahyono et al., 2009). Chitosan
memiliki sifat selektif permeabel terhadap CO2 dan O2. Polikation alam dari
chitosan dapat menghambat pertumbuhan kapang dan jamur patogen, seperti
Fusarium oxysporum, Rhizoctonium solani, Pythium paroccandrum. Kitin dan
chitosan saat ini banyak dijual sebagai food supplement. Beberapa penelitian
menunjukkan chitosan efektif menurunkan kadar kolesterol darah (Tala, 2009).
Chitosan larut dalam pelarut organik, HCl encer, HNO3 encer, H3PO4
0.5%, dan CH3COOH 1%, tetapi tidak larut dalam basa kuat dan H2SO4. Dalam
kondisi asam berair, gugus amino (-NH2) chitosan akan menangkap H+ dari
lingkungannya, sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+ inilah yang
menyebabkan chitosan bertindak sebagai garam, sehingga dapat larut dalam air,
analog dengan pelarutan garam dapur dalam air (Wahyono et al., 2009).
Chitosan dapat berinteraksi dengan bahan-bahan yang bermuatan seperti
protein, polisakarida anionik, asam lemak, asam empedu dan fosfolipid. Chitosan
mempunyai karakteristik fisik biologi dan kimiawi yang baik diantaranya dapat
didegradasi, dapat diperbaharui dan tidak toksik (Suptijah, 2006).
Perbedaan di antara kitin dan chitosan terdapat dalam derajat
deasetilasinya. Chitosan mempunyai derajat deasetilasinya 80-90%, akan tetapi
kebanyakan publikasi menggunakan istilah chitosan apabila derajat deasetilasi
lebih besar 70%. Chitosan tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut asam
dengan pH dibawah 6.0. Pelarut yang umum digunakan untuk melarutkan
chitosan adalah asam asetat 1%, dengan pH sekitar 4.0. Pada pH di atas 7.0

13 
 

stabilitas kelarutan chitosan sangat terbatas. Pada pH tinggi, cenderung terjadi
pengendapan dan larutan chitosan membentuk kompleks polielektrolit dengan
hidrokoloid anionik menghasilkan gel (Kaban, 2009).
Chitosan mempunyai cakupan bidang aplikasi yang luas, dengan afinitas
yang tinggi dan bersifat nontoksik sehingga tidak berbahaya bagi manusia.
Chitosan mengatur sistem kekebalan tanaman dan menyebabkan ekskresi enzim
pelawan, serta tidak hanya mengaktifkan sel, tetapi juga meningkatkan
kemampuan pertahanan melawan penyakit dan serangga. Kegunaan chitosan
untuk tanaman bunga hias, antara lain untuk mempercepat pertumbuhan,
menyehatkan tanaman, mencerahkan warna bunga, dan antibakteri.
Chitosan berperan bagi tanaman sebagai sumber karbon bagi mikroba di
dalam tanah, mempercepat proses transformasi senyawa organik menjadi
anorganik dan membantu sistem perakaran pada tanaman untuk menyerap lebih
banyak nutrien dari tanah. Chitosan diserap oleh akar setelah diuraikan oleh
bakteri di dalam tanah. Penggunaan chitosan dalam bidang pertanian walaupun
tanpa penggunaan pupuk kimia mampu meningkatkan populasi mikroba dalam
jumlah yang besar serta mempercepat proses transformasi nutrien dari senyawa
organik menjadi senyawa anorganik sehingga lebih mudah diserap oleh akar
tanaman (Boonlertnirun et al., 2008). Chitosan dapat meningkatkan pertumbuhan
tanaman anggrek Dendrobium muda dengan konsentrasi chitosan sebesar 10 mg/l,
(Chandrkrachang, 2002).

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Percobaan dilaksanakan di nursery Gunung Batu, Bogor dari bulan Maret
sampai Agustus 2011. Lokasi berada pada ketinggian sekitar 250 m dpl.
Pembuatan larutan chitosan dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, dan untuk bibit anggrek P. amabilis di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan

yang

digunakan

adalah

beberapa

spesies

anggrek

Phalaenopsis, yang terdiri dari Phalaenopsis bellina, Phalaenopsis modesta, dan
bibit Phalaenopsis amabilis (Gambar 1). P. bellina dan P. modesta dengan umur
tanaman yang sudah dewasa ± 2 tahun ditanam pada blok pakis, sedangkan bibit
P. amabilis berasal dari kultur jaringan ditanam pada pot tanah liat dengan media
tanam sphagnum moss. Untuk pemupukan digunakan pupuk organik guano
(Lampiran 1), chitosan, dan pupuk daun Taichung (12% N, 12% P, 10.5% K, dan
16% Ca), asam asetat 1%, fungisida (benlox) dan bakterisida (plantomycin). Alat
yang digunakan adalah timbangan, sprayer, meteran, greenmeter atau SPAD, dan
alat-alat penunjang lainnya.

a

b

Gambar 1. Anggrek Phalaenopsis : P. bellina (a); P.modesta (b); dan bibit
P.amabilis (c)

c

15 
 

Metode Percobaan
Penelitian terdiri dari tiga percobaan terpisah untuk 3 spesies (P. bellina,
P. modesta, dan bibit P. amabilis). Setiap percobaan menggunakan metode
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor yaitu
perlakuan pupuk organik guano dan chitosan. Susunan perlakuan adalah sebagai
berikut :
P1 = Pupuk Taichung sesuai rekomendasi, 1 g/l, disemprotkan 2 kali seminggu
P2 = Pupuk Taichung 1 g/l + chitosan 10 ppm
P3 = Pupuk Taichung 1 g/l + pupuk Guano 10 ml/l
P4 = Pupuk Taichung 1 g/l + pupuk Guano 10 ml/l + chitosan 10 ppm
Metode statistik yang digunakan adalah sidik ragam dengan Rancangan
Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + εij
Keterangan :
Yij

= Nilai pengamatan pada faktor perlakuan pupuk organik guano dan chitosan
ke-i dan kelompok ke-j

µ

= Rataan umum

τi

= Pengaruh utama faktor perlakuan pupuk organik guano dan chitosan ke-i

βj

= Pengaruh kelompok ke-j

εij

= Galat percobaan
Setiap perlakuan terdiri dari 4 ulangan dengan satu ulangan terdiri dari

satu tanaman dengan umur ± 2 tahun atau relatif sama untuk anggrek P. bellina
dan P. modesta karena bahan tanam terbatas, sedangkan untuk bibit anggrek
P. amabilis berasal dari kultur jaringan setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis ragam uji F, jika berpengaruh nyata
terhadap peubah yang diamati akan dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Nyata
Jujur (BNJ) untuk anggrek P. bellina dan P. modesta dan uji DMRT untuk bibit
anggrek P. amabilis taraf 5%. Selain itu, tidak semua tanaman berbunga sehingga
analisis data untuk beberapa parameter pengamatan menggunakan analisis uji t
untuk peubah-peubah generatif tertentu.

16 
 

Pelaksanaan Percobaan
P. bellina dan P. modesta
Tanaman anggrek yang digunakan disesuaikan dengan bahan yang
tersedia, dipilih tanaman dewasa dengan umur atau ukuran tanaman yang relatif
sama yaitu ± 2 tahun. Tanaman ditempatkan di lingkungan yang relatif seragam di
bawah naungan paranet 55% dengan arah tanaman menghadap ke arah timur.
Pembuatan larutan chitosan dilakukan dengan mencampurkan chitosan dengan
asam asetat 1% hingga mengental, kemudian aquades dimasukkan ke dalam
larutan chitosan.
Perlakuan pupuk dilakukan setiap 4 hari sekali dengan konsentrasi sesuai
perlakuan dan volume semprot sekitar 10-20 ml per tanaman (tergantung ukuran
tanaman). Penyemprotan pupuk dilakukan pada sore hari. Pemeliharaan yang
dilakukan selama perlakuan tanaman di dalam naungan meliputi penyiangan
gulma atau lumut yang tumbuh di pakis dan di sekitar rumah naungan,
pengendalian hama dan penyakit dengan fungisida dan bakterisida setiap satu
minggu sekali.

Bibit P. amabilis
Tanaman anggrek yang digunakan yaitu tanaman yang siap aklimatisasi
berasal dari kultur jaringan. Bibit dikeluarkan dari botol menggunakan pinset satu
per satu, lalu dibersihkan sehingga agar-agar terlepas dari bibit anggrek tersebut,
kemudian bibit anggrek dicelupkan pada larutan fungisida dan bakterisida sesuai
dosis yang diperlukan yaitu masing-masing 1 g/l. Setelah itu, bibit anggrek
dikeringanginkan dan ditanam pada media tanam sphagnum moss, masing-masing
pot berisi 5-7 bibit anggrek.
Perlakuan pupuk hampir sama dengan P. bellina dan P. modesta yaitu
dilakukan setiap 4 hari sekali dengan konsentrasi sesuai perlakuan dan volume
semprot sekitar 10-30 ml per pot. Penyemprotan dilakukan pada pagi atau sore
hari. Pemeliharaan tanaman seperti pot disiram setiap hari, pengendalian hama
dan penyakit dengan fungisida dan bakterisida.

17 
 

Pengamatan
P. bellina dan P. modesta
Pengamatan dilakukan selama 17 MSP (minggu setelah perlakuan). Peubah
yang diamati meliputi :
1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang
(cm)
2. Panjang dan lebar daun terpanjang, diukur dari pangkal atau ketiak daun
sampai ujung daun (cm)
3. Jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka
sempurna)
4. Waktu keluar bakal bunga, diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
tangkai bunga
5. Jumlah kuntum bunga, diamati saat tanaman sudah memperlihatkan
kuncup bunga
6. Jumlah kuntum bunga per tangkai, dihitung semua kuncup dan bunga
yang sudah mekar penuh yang muncul
7. Panjang tangkai bunga, diukur dari pangkal tangkai sampai ujung tangkai
bunga (cm)
8. Daya tahan bunga di pohon (masa dari bunga muncul hingga bunga
layu/gugur)
9. Ukuran bunga (jarak antara ujung-ujung mahkota bunga dan jarak ujung
lips (bibir bunga) dengan ujung kelopak tertinggi)
10. Masa pembungaan (waktu dari muncul bunga sampai bunga gugur semua)
11. Gejala serangan hama dan penyakit (% tanaman bergejala dari masingmasing penyakit)
12. Tingkat kehijauan daun diukur dengan alat greenmeter atau SPAD, diukur
pada daun dewasa yang sudah berkembang sempurna pada awal dan akhir
pengamatan.

Bibit P. amabilis
Pengamatan dilakukan selama 8 MSP (minggu setelah perlakuan). Peubah
yang diamati, sebagai berikut :

18 
 

1. Tinggi tanaman, diukur dari pangkal batang sampai ujung daun terpanjang
(cm)
2. Panjang dan lebar daun terpanjang, diukur dari pangkal atau ketiak daun
sampai ujung daun (cm)
3. Jumlah daun, dihitung per tanaman (daun yang sudah membuka
sempurna).

19 
 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Agustus 2011
di nursery Gunung Batu, Bogor. Pembuatan larutan chitosan dilakukan di
Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi tanaman anggrek Phalaenopsis
bellina dan Phalaenopsis modesta sebelum perlakuan cukup baik, yaitu daun
terlihat lebih cerah, lebih hijau, dan kondisi perakaran tebal berdaging (Tabel 3).

Tabel 3. Deskripsi Standar Kriteria Tanaman Anggrek P. bellina dan P. modesta
(Redaksi Trubus, 2005)
Jenis Anggrek
P. bellina

Keterangan
-Panjang daun berukuran 22-25 cm
- Lebar daun 8-12 cm
- Jumlah daun 3-6 helai
- Panjang Tangkai bunga dapat mencapai 30 cm

P. modesta

- Panjang daun sekitar 15 cm
- Lebar daun sekitar 6 cm
- Jumlah daun 1-4 helai
- Panjang tangkai bunga 16 cm

20 
 

Selama perlakuan kondisi tanaman secara umum baik, namun pada akhir
bulan ketiga sampai awal bulan keempat yaitu pada akhir bulan Juni hingga awal
Juli kira-kira pada 11 sampai 14 MSP tanaman mengalami kekeringan karena
kondisi cuaca dan curah hujan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman
anggrek, sehingga daun banyak yang kuning, layu, serta ada beberapa tanaman
yang daunnya rontok (Gambar 2).

a
Daun Menguning

b
Daun Keriput

c
Daun Rontok

Gambar 2. Kondisi Anggrek P. bellina (a, b): dan P. modesta (c) saat Tanaman
Berumur 12 MSP
Pada bulan Juni dan Juli 2011 rata-rata lama penyinaran matahari 7.04 dan
6.96 jam (Lampiran 2), sedangkan intensitas penyinaran matahari 253 dan
272 cal/cm2/hari (Tabel 4). Lama penyinaran adalah berapa lama matahari
menyinari tanaman, seperti panjang hari sedangkan intesitas penyinaran matahari
yaitu radiasi matahari yang diterima oleh tanaman atau jumlah energi radiasi yang
dipancarkan sebagai cahaya ke suatu arah tertentu, dan salah satu syarat untuk
proses fotosintesis. Lama penyinaran dapat mempengaruhi terhadap lamanya fasefase suatu perkembangan tanaman diantaranya perkecambahan, pertumbuhan
vegetatif, dan fase berbunga (reproduktif) (Anonim, 2010). Data tersebut lebih
tinggi dengan syarat tumbuh tanaman anggrek yaitu lama penyinaran matahari
10-30% (Dewi, 2006).
Untuk mengatasi masalah seperti ini dilakukan penambahan penggunaan
paranet dan pemberian vitamin B1 dengan konsentrasi 25 mg/l. Pengendalian
tersebut memberikan efek positif bagi tanaman anggrek. Tanaman kemudian
terlihat lebih segar dan cerah, daun yang kuning berkurang, dan tanaman yang
rontok d