Penentuan Lokasi, Luas, dan Volume Genangan Air Sebagai Potensi Cadangan Airtanah di Perumahan Tamansari Persada, Bogor

PENENTUAN LOKASI, LUAS, DAN VOLUME GENANGAN AIR
SEBAGAI POTENSI CADANGAN AIRTANAH DI PERUMAHAN
TAMANSARI PERSADA, BOGOR

MUHAMMAD IRFAN BAHARUDDIN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penentuan
Lokasi, Luas, dan Volume Genangan Air Sebagai Potensi Cadangan Airtanah di
Perumahan Tamansari Persada, Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2013

Muhammad Irfan Baharuddin
NIM F44090018

ABSTRAK
MUHAMMAD IRFAN BAHARUDDIN. Penentuan Lokasi, Luas, dan Volume
Genangan Air Sebagai Potensi Cadangan Airtanah di Perumahan Tamansari
Persada, Bogor. Dibimbing oleh BUDI INDRA SETIAWAN
Perubahan tataguna lahan hijau sebagai daerah retensi airtanah menjadi
permukiman akan menyebabkan permasalahan seperti: peningkatan limpasan
permukaan, penurunan resapan air ke dalam tanah, dan terjadinya genangan air
hingga banjir jika volumenya meningkat di suatu daerah. Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan lokasi, luas, dan volume genangan air di Perumahan Tamansari
Persada, Bogor sebagai potensi cadangan airtanah. Prosedur penelitian yaitu
penentuan lokasi genangan air, penentuan titik – titik koordinat genangan untuk
luas dan volume, dan analisis data dengan software Surfer 8 dan Metode Gridding

Krigging. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Maret hingga April
2013 terdapat tiga lokasi yang rutin tergenang ketika hujan terjadi yaitu di Cluster
Palm dan masing-masing volume dan luas optimum 0.11 m3 dan 6.57 m2 di lokasi
pertama, 0.26 m3 dan 18.82 m2 di lokasi kedua, dan pada lokasi ketiga sebesar
0.35 m3 dan 20.77 m2. Secara umum, terdapat korelasi diantara peningkatan
kedalaman titik genangan terendah, luas, dan volume genangan dan telah
dibuktikan dengan Metode Regresi Linear. Dari metode ini akan dihasilkan
rumusan potensi genangan dan nilai koefisien determinasi (R2) yang mendekati 1.
Lokasi, luas dan volume genangan dapat dijadikan acuan potensi air agar terserap
ke dalam tanah sebagai airtanah.
Kata Kunci: Genangan Air, Surfer 8, Metode Krigging

ABSTRACT
MUHAMMAD IRFAN BAHARUDDIN. The Determination of Location, Area,
and Volume Of Puddles As Groundwater Storage Potential at Tamansari Persada
Residential, Bogor. Supervised by BUDI INDRA SETIAWAN
The changes of the green land-use as retention area to become housing area,
will cause problems like enhancement of run-off, reduction of water infiltration to
the land, as well as puddle and flood if water volume increases in some area. A
study was conducted with the objective to determine the location, area, and

volume of puddles at Tamansari Persada Residential, Bogor as groundwaters
storages potential. The procedure of sampling and analysis of the data were
determination of fixed location of puddles, determination of coordinate points for
area and volume of puddles, and analysis of the data by aSurfer 8’s software and
Gridding Krigging Method. According the research result from March to April
2013, there were three fixed puddles locations at Palm Cluster and routine flood
occured when rain was falling and the maximum volume and area puddles for the
first location were 0.11 m3 and 6.57 m2, the second location were 0.26 m3 and
18.82 m2, and the third location were 0.35 m3 and 20.77 m2. Generally, there are
correlation from enhancement of lowest elevation, areas, and volumes of puddle
and have been proved by Linear Regresion Method. From this method will
produced puddle potential formula and the value of determination coefficient (R2)
closer to 1. The location, areas, and volume of puddles could becoming reference
of puddles potential and absorbed to the ground as an groundwater.
Keyword: Puddles, Surfer 8, Krigging Method

PENENTUAN LOKASI, LUAS, DAN VOLUME GENANGAN AIR
SEBAGAI POTENSI CADANGAN AIRTANAH DI PERUMAHAN
TAMANSARI PERSADA, BOGOR


MUHAMMAD IRFAN BAHARUDDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi: Penentuan Lokasi, Luas, dan Volume Genangan Air Sebagai
Potensi Cadangan Airtanah di Perumahan Tamansari Persada,
Bogor
Nama
: Muhammad Irfan Baharuddin
NIM

: F44090018

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Budi Indra Setiawan M Agr
Pembimbing Skripsi

Diketahui oleh

Dr Yudi Chadirin S.TP M.Agr
Plh Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

Tanggal Lulus:

2013

PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam dengan
rezeki dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul
dalam penelitian ini ialah “Penentuan Lokas, Luas, dan Volume Genangan Air

Sebagai Potensi Cadangan Airtanah di Perumahan Tamansari Persada, Bogor”.
Penelitian ini telah dilakukan pada rentang waktu bulan Februari hingga Juni 2013
bertempat di Perumahan Tamansari Persada, Kelurahan Cibadak, Kecamatan
Tanah Sareal, Kota Bogor dan pengolahan data di Laboratorium Wageningen, IPB
Darmaga Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1.
2.
3.
4.

5.
6.

Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya
Prof. Dr. Ir. Budi Indra Setiawan, M.Agr selaku pembimbing skripsi yang
telah membimbing dan memberikan tuntunannya.
Dr. Chusnul Arif, S.TP, M.Si dan Sutoyo, S.TP, M.Si sebagai dosen penguji
sidang skripsi atas bimbingan dan masukannya.

Semua pihak yang mendukung dan membantu berjalannya penelitian
(Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Perumahan Tamansari Persada,
dan Pemkot Bogor)
Ayah, ibu, kakak, adik dan keluarga tersayang yang terus mendukung dan
memberikan semangatnya
Rekan - rekan sekalian (mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan dan IPB,
teman – teman di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, dan sebagainya) berkat
doa dan dukungannya.

Semoga karya ilmiah berupa skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi
pembaca, dan masyarakat pada umumnya untuk gambaran potensi genangan air
yang dapat ditimbulkan di suatu areal perumahan tertentu. Terima kasih.
Bogor, Juli 2013

Muhammad Irfan Baharuddin

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi


DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

3

Banjir, Limpasan, dan Genangan Air

3


Software Surfer 8

5

Potensi Lokasi, Luas, dan Volume Genangan

6

METODE

7

Waktu dan Tempat

7

Kondisi Lokasi Penelitian

7


Bahan dan Alat

9

Tahapan Penelitian

9

Penentuan Luas, Volume, dan Potensi Genangan Air
HASIL DAN PEMBAHASAN

10
10

Penentuan Lokasi Genangan Air

10

Gridding Report, Volume, dan Luas Genangan Air

12

Korelasi Elevasi, Luas dan Volume Genangan

13

SIMPULAN DAN SARAN

16

Simpulan

16

Saran

16

DAFTAR PUSTAKA

17

RIWAYAT HIDUP

33

DAFTAR TABEL
1 Hasil volume genangan air
2 Hasil luas genangan air
3 Elevasi Terendah Genangan

12
13
13

DAFTAR GAMBAR
1 Genangan air pasca hujan di TSP, Kota Bogor
2 Diagram alir penelitian
3 Kerangka pikir penelitian
4 Perumahan Tamansari Persada, Bogor
5 Skema penentuan titik koordinat genangan air
6 Tiga lokasi genangan air
7 Peta kontur dasar genangan optimum
8 Grafik elevasi terendah genangan terhadap volumenya tiap genangan
9 Grafik elevasi terendah genangan terhadap luasnya tiap genangan
10 Grafik Korelasi Volume Terhadap Luas Tiap Genangan

1
2
3
8
9
11
11
14
15
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Data koordinat genangan (7 hari pengukuran)
Sampel hasil gridding report koordinat genangan air
Hasil komputasi volume dan luas dengan Surfer 8
Dokumentasi pengukuran titik koordinat genangan
Sampel peta kontur 3 dimensi optimum

18
25
28
31
32

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini peningkatan perubahan tataguna lahan hijau menjadi peruntukan
lainnya (permukiman, industri, dan sebagainya) berdampak terhadap terjadinya
peristiwa banjir, genangan, dan aliran permukaan air. Besarnya intensitas hujan
yang melebihi kemampuan tanah untuk meresapkan air akan menjadi aliran
permukaan dan akibatnya sering terjadi banjir ketika musim hujan (Fahruddin
2010). Limpasan yang terjadi meningkat kuantitasnya disebabkan berkurangnya
daerah resapan air untuk ketersediaan airtanah. Aliran limpasan permukaan perlu
meresap ke dalam tanah agar tidak terbuang secara percuma ke daerah hilir.
Salah satu penyebab utama banjir dan limpasan permukaan ialah konversi
lahan hijau menjadi perumahan. Pembangunan perumahan tanpa mengindahkan
aspek konservasi air akan menyebabkan air hujan tidak terserap ke dalam tanah
sebagai cadangan airtanah namun menjadi air limpasan permukaan. Menurut
Fahruddin (2010) pada areal permukiman lahan kedap air bisa mencapai 70-90 %
bahkan pada lokasi-lokasi tertentu semua lahan menjadi kedap air seperti kawasan
industri dan bisnis. Selain itu, menurut Kusmawati et al (2012) perumahan yang
didirikan beserta bangunan lain berupa prasarana jalan (aspal, semen, paving
block dan konblock) serta saluran air merupakan bidang kedap yang tidak dapat
meresapkan air sehingga menyebabkan berkurangnya potensi airtanah. Hal ini
yang akan mengakibatkan banjir dan limpasan genangan air, seperti yang terjadi
di daerah Perumahan Tamansari Persada, Kota Bogor.
Berdasarkan informasi dari website Metro News (12 Februari 2013) hujan
deras menyebabkan Perumahan Tamansari Persada, Tanah Sareal, Bogor, Jawa
Barat, terendam banjir hingga satu meter pada malamnya. Banjir disebabkan
hujan deras yang mengguyur wilayah Bogor sejak selasa sore. Sedangkan menurut
Radar Bogor (2013) dua jam hujan deras, perumahan elite Tamansari Persada air
tak kunjung surut hingga pukul 22:00. Warga yang berada di Blok C, D, F, G, H,
terjebak di dalam rumah. Hal ini tentu sangat mengganggu aktivitas dan akses
warga keluar masuk perumahan.

Gambar 1 Genangan air pasca hujan di TSP, Kota Bogor

2
Permasalahan mengenai limpasan dan genangan air di Perumahan
Tamansari Persada perlu segera ditanggulangi dan dikaji secara tuntas agar tidak
berdampak lebih buruk bagi masyarakat. Maka diperlukan pengkajian untuk
menentukan lokasi, luas, dan volume genangan air tertahan yang dapat dijadikan
potensi cadangan airtanah jika terserap ke dalam tanah. Selain itu, perlu dilakukan
kajian penentuan korelasi antara elevasi genangan air terhadap luas serta volume
genangan juga untuk mendapatkan prediksi potensi genangan air.
Perumusan Masalah
Permasalahan genangan air yang terjadi di Perumahan Tamansari Persada,
Bogor merupakan topik utama penelitian ini. Permasalahan dapat dirumuskan
dalam beberapa hal, yaitu penentuan lokasi tepat genangan air, luas dan potensi
volume genangan air sebagai potensi airtanah, dan korelasi antara elevasi
genangan terhadap potensi luas serta volume genangan air. Perumusan masalah
diuraikan dengan bagan alir penelitian pada Gambar 2.

Gambar 2 Diagram alir penelitian

3
Skema kerangka pikir penelitian ini dijelaskan pada Gambar 3.

Gambar 3 Kerangka pikir penelitian

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi, potensi luas dan volume
genangan air, serta korelasi elevasi terendah genangan terhadap luas dan
volumenya di Perumahan Tamansari Persada, Bogor sebagai potensi cadangan
airtanah.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini ialah mendapatkan gambaran mengenai potensi
genangan baik dari lokasi, luas, dan volume sebagai cadangan airtanah

Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian terbatas pada penentuan lokasi, luas, dan potensi
genangan air di Perumahan Tamansari Persada, Bogor.

TINJAUAN PUSTAKA
Banjir, Limpasan, dan Genangan Air
Banjir dalam hidrologi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana debit air
sungai melebihi debit aliran dasar (baseflow) sebagai akibat dari hujan yang jatuh
di atas vegetasi, bebatuan, permukaan tanah, permukaan air, dan saluran sungai.

4
Hujan yang jatuh di atas permukaan tanah sebagian mengalami intersepsi atau
langsung jatuh ke permukaan tanah. Karena bertambahnya ketebalannya,
kecepatan, dan turbulensi aliran, maka aliran air akan menjadi limpasan
permukaan (run-off), dan akhirnya memasuki aliran sungai. Selain itu, bagian
hujan lainnya ada yang mengalami evaporasi, transpirasi tumbuhan, evaporasi
tanah, dan sebagian lagi mengalami infiltrasi. Air hujan yang mengalami infiltrasi
bahkan tetap di dalam tanah sebagai lengas tanah dan airtanah dari proses
perkolasi ke dalam tanah (Indriatmoko 2010). Dalam siklus hidrologi air hujan
yang jatuh ke bumi sebagian akan masuk ke perut bumi dan akan menjadi aliran
permukaan yang sebagian besar masuk ke sungai dan akhirnya terbuang percuma
ke laut. Dengan kondisi daerah tangkapan air semakin kritis, maka kesempatan air
hujan masuk ke perut bumi semakin sedikit. Akibatnya terjadi defisit air tanah
yang ditandai dengan makin dalamnya muka airtanah (Saleh 2011).
Menurut Raharjo (2009), terdapat tujuh penyebab banjir dan limpasan
permukaan, yaitu: pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, tidak adanya
pola hidup bersih di masyarakat, tidak adanya perencanaan dan pemeliharan
sistem drainase yang baik, tidak adanya upaya konservasi faktor penyeimbang
lingkungan air, tidak adanya konsistensi pihak berwenang dalam RTRW (Rencana
Tata Ruang dan Wilayah), terjadinya penurunan muka tanah, dan curah hujan
yang sangat tinggi. Sedangkan menurut Indriatmoko (2010), secara umum, faktorfaktor penyebab banjir dan limpasan permukaan dibagi menjadi dua, yaitu faktor
alam (iklim, topografi wilayah, jenis tanah, kondisi geologi, geomorfologi, dan
penggunaan lahan) dan faktor manusia. Hal inilah yang memacu adanya banjir,
limpasan permukaan, dan genangan air.
Salah satu penyebab dari banjir, limpasan, dan genangan air ialah konversi
lahan hijau menjadi peruntukan lainnya seperti perumahan, perindustrian, dan lain
sebagainya. Dampak perubahan tataguna lahan ialah meningkatnya aliran
permukaan (surface run-off) langsung dan menurunnya air yang meresap ke
dalam tanah. Akibatnya distribusi air semakin timpang antara musim penghujan
dan musim kemarau, debit banjir meningkat, dan adanya ancaman kekeringan
(Supardi 2010). Sedangkan intensitas hujan yang tinggi pada suatu kawasan
hunian yang kecil dapat mengakibatkan genangan pada jalan- jalan, tempat perkir,
dan tempat lainnya karena fasilitas drainase tidak didesain untuk mengalirkan air
akibat intensitas hujan yang tinggi (Suripin 2004). Genangan air merupakan
kondisi ketika air terkonsentrasi pada suatu areal tertentu yang memiliki elevasi
tanah yang lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Dengan
bertambahnya limpasan akan menyebabkan genangan air membesar baik dari segi
luas dan volumenya dan berpotensi meresap sebagai cadangan airtanah.
Perubahan penggunaan lahan dari lahan hijau menjadi daerah permukiman
menyebabkan berkurangnya zona infiltrasi alami. Akibatnya jumlah air hujan
yang seharusnya masuk ke dalam tanah menjadi berkurang sehingga jumlah
limpasan permukaan meningkat. Air hujan segera mengalir lewat atap bangunan,
talang air, halaman akan cepat menjadi limpasan permukaan masuk ke dalam
saluran-saluran air atau selokan dan sungai sebagai limpasan permukaan (run-off).
Kecenderungan pada wilayah turun hujan dengan intensitas hujan sama, luas
wilayah sama, akan tetapi koefisien aliran (C) berubah semakin besar akibat
perubahan tataguna lahannya maka debit aliran akan semakin besar dari
sebelumnya. Koefisien aliran adalah nisbah antara besarnya aliran dibanding
dengan curah hujan penyebabnya (Indriatmoko 2010).

5
Software Surfer 8
Surfer adalah suatu program pemetaan yang dapat dengan mudah
melakukan intepolasi data hasil survei untuk membentuk kontur dan permukaan 3
dimensi (Yang et al 2004). Software ini akan mengubah data titik koordinat tiga
dimensi (sumbu x, y, dan z) dari tiap genangan untuk diinterpolasi menjadi file
peta kontur, volume cut and fill (volume genangan dan urugan) dan luas suatu
genangan (Golden Software 2002). Satuan yang digunakan dalam software ini
harus konstan dari awal, misalkan jika menggunakan satuan panjang cm maka
satuan panjang (cm), luas (cm2), dan satuan volume (cm3).
Software Surfer 8 merupakan software dengan konsep dan metode grid,
yaitu pengambilan lokasi sumbu x, y, dan z yang tak tentu untuk diubah menjadi
data grid yang mengandung lokasi tentu array data Z. Terdapat dua belas metode
intepolasi pada perangkat lunak tersebut dan memiliki fungsi spesifik dan
parameter tersendiri. Krigging adalah interpolator geostatistik yang paling sering
digunakan pada berbagai bidang ilmu. Kriging dapat menghubungkan titik – titik
bernilai ekstrim tanpa mengisolasinya sehingga tidak terbentuk efek mata sapi
atau galat dalam proses interpolasi. Kesalahan dalam proses interpolasi dapat
direduksi dengan baik oleh metode ini. Krigging merupakan metode yang
fleksibel dan dapat diterima untuk menghasilkan data grid yang akurat pada data
dan dengan variogram yang sesuai (Golden Software Inc 2002).
Menurut van Beers dan Kleijnen (2004) hasil prediksi Metode Gridding
Kriging lebih akurat dari metode regresi. Metode ini membolehkan error yang
berkorelasi sehingga semakin dekat dengan nilai masukan maka semakin kuat
korelasi keluaran. Sementara Kriging mengadaptasi parameternya (pembobotan)
untuk kemampuannya untuk mengkuantifikasi variasi dari nilai yang diestimasi
sehingga tingkat presisi dari hasil estimasi dapat diketahui. Metode Kriging tetap
dapat digunakan meskipun tidak ditemukan korelasi spasial antar data. Kelemahan
dari Kriging diantaranya banyaknya metode yang membangun teknik ini sehingga
mengkehendaki banyak asumsi yang jarang sekali dapat dipenuhi. Kriging
mengasumsi data menyebar normal sementara kebanyakan data lapangan tidak
memenuhi kondisi tersebut. Dengan demikian, estimasi semi variogram akan sulit
bila titik sampel yang digunakan tidak mencukupi
Grid merupakan jaringan titik segi empat yang tersebar secara teratur ke
seluruh area pemetaan. Grid dibentuk berdasarkan data sumbu x, y, dan z dengan
menggunakan algoritma matematis tertentu. Gridding merupakan proses
penggunaan titik data asli (data pengamatan) yang ada pada file data sumbu x, y,
dan z untuk membentuk titik – titik data tambahan pada sebuah grid yang tersebar
secara teratur. File Grid berbentuk .grd mengatur dua hal, yaitu: geometris garis
grid (parameter batas grid dan kepadatan grid) dan metode Grid (Gridding). Data
file ini yang nantinya digunakan untuk menginterpolasi data titik-titik koordinat
hingga didapatkan peta topografi, luas, dan volume genangan air.
Berikut merupakan beberapa segmen pengaplikasian software Surfer 8:
A. Membuat worksheet (kertas kerja titik koordinat)
1. Software Surfer 8 diaktifkan, tekan tombol file  new  Worksheet
 lalu tekan tombol OK
2. Masukkan data koordinat yang didapat (sumbu x, y, dan z) ke
Worksheet. Data dimasukkan ke kolom A, B, dan C yang
mempresentasikan masing-masing titik koordinat x, y, dan z. (Catatan:

6

B.

C.

D.

data awal di baris 1 ialah jumlah data (kolom A), jumlah iterasi (kolom
B) dan kolom C dikosongkan. Hal ini sudah pengaturan).
3. Sebelumnya data yang dimasukkan telah ditentukan satuannya,
misalkan dalam cm, m, atau lainnya.
4. Data yang telah ada disimpan (save as) dengan nama tertentu dan dalam
bentuk file Golden Software Blanking (.bln) dan tekan OK. Data sudah
tersedia. Misalkan dinamakan file dengan nama Lokasi genangan 1 .bln.
Menentukan Report of Gridding (Metode Grid)
1. Data koordinat dipersiapkan terlebih dahulu (sumbu x, y, dan z) dengan
format file .bln
2. Software Surfer 8 diaktifkan, tekan tombol file  new  Plot
Document  lalu tekan OK
3. Lalu tekan tombol Grid  Data (Open file) Open file Lokasi
Genangan 1.bln dan klik OK. Lalu akan tampil pengaturan Data Grid.
Misalkan kita menggunakan Metode Gridding Kriging. Hasil yang
didapatkan tidak akan beda jauh, dan tergantung metode yang
digunakan. Tekan tombok OK jika sudah. Maka akan ditampilkan
Report of Gridding. File disimpan dalam format Rich Text Format
(.grd) dan klik OK.
4. Data Gridding pun akan didapatkan untuk menjadi data dasar
interpolasi data.
Menentukan Peta Kontur
1. Persiapkan data dalam format grid (.grd)
2. Tekan tombol Map  Contour Map  dan dilanjutkan dengan New
Contour Map  tekan OK.
3. Data Grid yang telah disimpan dibuka (Open file). Misalkan data
dalam format grid ialah Lokasi Genangan 1. grd.
4. Maka akan tampak data peta kontur. Data peta kontur dapat diatur baik
warna dan kontennya dengan menekan klik kanan gambar untuk
properties baik warna, kontur, dan sebagainya.
Menentukan Volume, Luas dari titik Koordinat
1. Siapkan data koordinat dalam bentuk format .grd (file grid)
2. Tekan tombol Grid  Volume  Open file .grd  klik tombok OK
3. Maka akan didapatkan data Volume dan Luas dari titik koordinat yang
dicarikan. Satuan yang digunakan satuan panjang cm dikonversikan ke
satuan m (Standar Internasional).
Potensi Lokasi, Luas, dan Volume Genangan

Lokasi genangan ditentukan dengan survei langsung ke lokasi penelitian.
Volume genangan air dapat ditentukan apabila terdapat penentuan titik koordinat
(sumbu x, y, dan z) dari setiap genangan yang telah dijadikan berupa File Grid
dalam bentuk format .grd. Pada pengolahan data dengan Surfer 8 dihasilkan tiga
jenis volume genangan air, yaitu Fill Volume, Cut Volume, dan Nett Volume.
Volume genangan air dinyatakan sebagai Fill Volume, yaitu volume genangan
dari data koordinat genangan yang perlu ditimbun agar stabil dan datar. Cut
Volume menyatakan volume yang perlu diurug agar kembali datar sedangkan Nett
Volume ialah selisih hasil volume dari keduanya. Terdapat tiga metode penentuan

7
Nett Volume, yaitu Trapezoidal Rule, Simpson's Rule, dan Simpson's 3/8 Rule.
Sedangkan untuk penentuan luas akan didapatkan dua jenis data, yaitu luas
permukaan genangan dan planar, yaitu luas dasar kontur (Golden Software 2002).
Penentuan korelasi diantara elevasi genangan terdalam terhadap luas dan
volumenya ditentukan dengan Analisa Regresi atau Regresi Linier Sederhana.
Menurut Handajani (2005) analisa regresi adalah suatu analisa untuk menyatakan
hubungan fungsional antara variabel-variabel ke dalam bentuk persamaan
matematis. Secara umum peubah y sering disebut peubah respon (variabel tidak
bebas) sedangkan peubah x disebut peubah prediktor (variabel bebas). Koefisien
determinan (coefficient of determination) yaitu untuk mengetahui sampai seberapa
jauh ketetapan atau kecocokan garis regresi yang terbentuk dalam mewakili
kelompok data hasil observasi. Notasinya ialah R2 dengan rentang nilai 0 hingga 1.
Rumusan regresi linier secara umum ialah y = ax + b dengan a dan b ialah nilai
konstanta yang tergantung dari persamaan garis linier tertentu yang didapatkan.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada rentang waktu Februari – Juni 2013 bertempat
di Perumahan Tamansari Persada, Bogor dan pengolahan data berlokasi di
Laboratorium Wageningen, IPB Darmaga. Lokasi dipilih setelah dilakukan proses
survei lapangan sebelumnya. Berikut akan ditampilkan proses penelitian yang
telah dilakukan.

Kondisi Lokasi Penelitian
Hujan yang terus menerus terjadi akan menghasilkan limpasan permukaan
(run-off) yang dapat menyebabkan bencana banjir dan genangan air.
Permasalahan banjir dan genangan air ternyata telah terjadi di Perumahan
Tamansari Persada. Lokasi tepat perumahan terdapat dalam Gambar 4. Perumahan
ini telah dibangun oleh PT. WIKA Realty dan selesai dibangun pada tahun 2002.
Luas dari perumahan ini sekitar 25 Ha dan terletak di Jalan Raya Baru
(Cimanggu) Km 5 Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor.
Dahulunya daerah ini merupakan daerah resapan air berupa situ kecil dan dialiri

8
dengan sungai yang bersumber dari Kali Cimanggu dan Kali Cigede Kulon di
bagian hulunya. Namun, saat ini sungai telah dibelokkan ke dalam sistem saluran
drainase yang mengaliri Perumahan Tamansari Persada dan kondisinya akan
tergenang ketika hujan besar bahkan banjir.
Pada rentang Februari – April 2013 telah dilakukan penelitian dengan
dilaksanakannya survei awal dan lanjutan di Tamansari Persada. Hasil yang
didapatkan ialah ketika hujan terjadi di perumahan tersebut maka terdapat
genangan air dan dengan intensitas hujan konstan akan menyebabkan limpasan
hingga banjir. Walaupun sering bermasalah, ternyata perumahan ini telah
memiliki sistem drainase kompleks, namun masih belum bisa menampung
limpasan air yang bersumber dari danau di hulu perumahan. Pada tanggal 14
Februari 2013 telah dilakukan survei pertama kali dan didapatkan informasi
tanggal 12 Februari 2013 sebelumnya telah terjadi banjir dan genangan air di
sekitar perumahan (block E, F, G Taman Rose dan Palm). Kejadian banjir pun
terjadi juga pada tanggal 4 April 2013 yang menggenangi block perumahan yang
sama. Hal ini memperlihatkan permasalahan genangan air di sana cukup serius.

Gambar 4 Perumahan Tamansari Persada, Bogor

9
Berikut daerah yang berbatasan dengan Perumahan Tamansari Persada:
 Utara
: Lapangan Udara Atang Sanjaya
 Barat
: Jalan Raya Bogor – Parung
 Timur
: Perumahan Cimanggu City
 Selatan : Perumahan Taman Yasmin

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah data primer
(data lokasi dan koordinat genangan air) dan data sekunder (denah perumahan).
Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: laptop,
penggaris 30 cm, meteran 7.5 m, kalkulator, kamera digital, perangkat Lunak
(Software) Surfer 8, Google Earth dan Microsoft Office 2007, jas hujan, dan
sepeda motor.

Tahapan Penelitian
Persiapan
Pada tahapan ini dilakukan persiapan bahan dan peralatan yang akan
digunakan di lokasi penelitian.
Penentuan Lokasi Genangan
Penentuan lokasi genangan dilakukan dengan metode survei lapangan ke
Perumahan Tamansari Persada ketika berlangsungnya hujan dengan menggunakan
sepeda motor. Pada waktu ini ditentukan lokasi terjadinya genangan air yang
cukup besar dan rutin tergenang.
Pengukuran Koordinat Genangan Air
Penentuan titik koordinat genangan dilakukan ketika hujan terjadi dan
setelah lokasi genangan telah ditetapkan. Pada Gambar 5 akan ditampilkan skema
penentuan koordinat genangan.

Keterangan : titik bulat putih
merupakan titik pengukuran
koordinat genangan.

Gambar 5 Skema penentuan titik koordinat genangan air

10
Berikut akan dijelaskan langkah – langkah dalam menentukan titik
koordinat genangan air.
1. Pertama kali dilakukan penentuan sumbu x dan y sebagai referensi titik
koordinat genangan air menggunakan meteran 7.5 m. Titik koordinat
ditentukan dalam satuan cm.
2. Pengukuran koordinat diawali di titik x = y = 0. Sumbu z merupakan
kedalaman genangan air yang diukur menggunakan penggaris 30 cm,
dengan nilai z = 0 di permukaan genangan air. Sedangkan kedalaman
genangan bernilai negatif (-).
3. Pengukuran kedalaman genangan air dilakukan dengan interval 30 - 50
cm hingga membentuk kotak – kotak grid teratur pada genangan.
4. Setelah titik-titik di dalam genangan diukur dilanjutkan dengan
pengukuran titik – titik terluar genangan. Nilai z bernilai 0 menandakan
titik tersebut berada pada batasan luar genangan.
5. Data titik – titik koordinat kemudian dicatat dan dihimpun dalam tabel
sumbu x, y, dan z untuk kebutuhan penentuan volume dan luas
genangan menggunakan software Surfer 8.
Penentuan Luas, Volume, dan Potensi Genangan Air
Setelah data koordinat genangan air dihimpun kemudian dilanjutkan dengan
langkah selanjutnya yaitu penentuan luas dan potensi volume genangan air dengan
Software Surfer 8. Dalam pengolahan Surfer 8 perlu ditentukan metode grid
interpolasi agar data koordinat genangan dapat terinterpolasi secara baik seperti
penggunaan metode interpolator Krigging. Metode ini akan menggambarkan
besarnya luas dan volume genangan yang terjadi menunjukkan besarnya potensi
genangan air di permukaan tanah yang perlu terserap ke dalam tanah.
Potensi genangan dapat ditentukan dengan penentuan korelasi elevasi
genangan terendah terhadap luas dan volumenya. Hasil yang akan didapatkan
berupa rumusan potensi genangan tiap genangan dan koefisien determinasinya
untuk validasi keakuratan data dengan Metode Regresi Linier di dalam software
Microsoft Excell 2007. Satuan data masukan (input) pengukuran titik koordinat
masih dalam satuan cm. Setelah didapatkan data elevasi genangan terendah, luas,
dan volume dengan Surfer 8 kemudian dikonversikan ke dalam satuan meter
sesuai ketetapan Satuan Standar Internasional (SI).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan Lokasi Genangan Air
Lokasi genangan ditentukan dengan secara langsung di lokasi penelitian.
Berdasarkan hasil survei di lapangan terdapat tiga genangan air besar ketika
terjadi hujan di perumahan. Lokasinya berada di areal perumahan Blok G, Cluster
Taman Palm dan ditetapkan sebagai lokasi penelitian. Ketika ketiga genangan
tersebut dipantau pada rentang Maret – April 2013 maka pasti akan tergenang air.
Genangan air masih ada walaupun hujan telah berhenti lebih dari 1 jam
pengamatan setelah hujan. Hal ini disebabkan oleh drainase yang kurang tersedia
dengan baik, peningkatan limpasan permukaan, dan cekungan areal genangan

11
yang cukup besar. Sedangkan genangan di lokasi lainnya cepat surut karena
adanya saluran drainase yang tersedia cukup baik.

Gambar 6 Tiga lokasi genangan air
Pada Gambar 6 memperlihatkan genangan air di 3 lokasi setelah hujan turun.
Genangan air ini terjadi karena akumulasi aliran permukaan menuju ke arah
cekungan genangan. Selain itu, laju penyerapan air yang lebih kecil daripada
aliran permukan juga menyebabkan genangan air lebih besar dari sebelumnya.
Cekungan yang berupa jalan berpondasi paving block juga memengaruhi laju
infiltrasi air ke dalam tanah. Lahan dengan permukaan paving block akan
menghambat genangan untuk meresap ke dalam tanah. Paving block umumnya
digunakan sebagai bahan pondasi jalan, taman, dan pekarangan perumahan dan
memiliki komposisi bahan dasar berupa air, semen, tanah, dan bahan pewarnanya.

Gambar 7 Peta kontur dasar genangan optimum

12
Berdasarkan peta kontur dua dimensi pada Gambar 7 elevasi genangan
terendah berada di sisi genangan dengan elevasi kedalaman genangan diantara
0.04 hingga 0.07 m. Satuan dari titik koordinat peta kontur dasar masih mengacu
pada data yaitu dalam satuan cm dan terdapat pada Lampiran 1. Titik terendah
pada tiap genangan telah dikonversikan ke satuan meter pada titik koordinat tiga
dimensi (x, y, z) yaitu (0 m, 3.5 m, - 0.05 m) untuk genangan 1, genangan kedua
(0 m, 2.5 m, - 0.05 m), dan (0 m, 2 m, - 0.07 m) untuk genangan ketiga. Koordinat
genangan ini merupakan titik terendah genangan setelah 7 hari perhitungan di
lokasi genangan. Sedangkan gambaran tiga dimensi dari genangan terdapat pada
Lampiran 5. Adanya lokasi genangan ini dapat dijadikan acuan besarnya potensi
genangan air yang dapat menjadi cadangan airtanah.

Gridding Report, Volume, dan Luas Genangan Air
Luas dan Volume genangan air dapat ditentukan apabila terdapat penentuan
titik – titik koordinat (sumbu x, y, dan z) dari setiap genangan yang telah
dijadikan data berupa File Grid dalam bentuk format .grd dengan Metode
Gridding tertentu. Hasil gridding report dari volume optimum genangan terdapat
di Lampiran 2. File grid ini yang akan diinterpolasi hingga mendapatkan data luas
dan volume genangan. Sedangkan hasil komputasi volume genangan optimum
dari ketiga genangan optimum terdapat pada Lampiran 3 dan 4 berupa nilai
volume (cut dan fill) dan luas (surface dan planar).
Tabel 1 Hasil volume genangan air
No

1
2
3
4
5
6
7

Lokasi dan Volume Genangan ( dalam m3 )

Tanggal

Lokasi 1 (Taman Palm
Samping Palang Pintu)

Lokasi 2 (Palm
Raja)

Lokasi 3 (Palm Raja
(Samping Pos Satpam)

04-Mar-13
15-Mar-13
23-Mar-13
04-Apr-13
09-Apr-13
14-Apr-13
19-Apr-13

0.05
0
0.11
0.03
0.04
0.08
0.003

0.26
0.26
0.25
0.17
0.16
0
0.12

0
0
0.27
0.16
0.16
0.35
0.09

Rataan

0.05

0.20

0.21

Pada Tabel 1 memperlihatkan hasil volume genangan air yang terjadi.
Terdapat hasil volume genangan yang bernilai 0 karena terjadinya hujan terlalu
sore sehingga tidak memungkinkan dilakukan pengukuran titik koordinat
genangan air. Nilai optimum volume genangan air pada lokasi pertama bernilai
0.11 m3, lokasi kedua sebesar 0.26 m3, dan 0.35 m3 pada lokasi ketiga. Sedangkan
nilai rataan volume genangan dari masing – masing genangan ialah 0.05 m3
(genangan kesatu), 0.20 m3 (genangan kedua), dan 0.21 m3 (genangan ketiga).
Nilai terbesar dari volume genangan air dapat menjadi referensi bagi genangan air
agar dapat terserap ke dalam tanah sebagai cadangan airtanah. Sehingga pada

13
musim kemarau airtanah dapat berguna dalam mengurangi permasalahan
kekeringan walaupun termanfaatkan secara tidak langsung.
Selain hasil volume genangan, didapatkan juga hasil luas genangan tiap
genangan. Nilai luas genangan yang digunakan ialah Surface Area (Luas
Permukaan). Pada Tabel 2 terdapat data luas genangan yang bernilai 0 sama
halnya dengan nilai volume. Nilai optimum luas dari genangan kesatu sebesar
6.57 m2, genangan kedua sebesar 18.82 m2 dan bernilai 20.77 m2 untuk genangan
ketiga. Sedangkan rataan luas genangan pada genangan kesatu sebesar 4.51 m2,
16.71 m2 untuk genangan kedua, dan 12.34 m2 di genangan ketiga. Keseluruhan
data memperlihatkan cakupan luas genangan yang cukup besar dan genangan air
akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan intensitas dan curah hujan
serta limpasan permukaan di suatu areal tertentu.
Tabel 2 Hasil luas genangan air
No

Lokasi dan Luas Genangan (dalam m2)

Tanggal

1
2
3

04-Mar-13
15-Mar-13
23-Mar-13

Lokasi 1 (Taman
Palm Samping Palang
Pintu)
4.59
0
6.57

Lokasi 2
(Palm Raja)

Lokasi 3 (Palm Raja
(Samping Pos Satpam)

18.46
18.82
17.52

0
0
12.05

4
5
6

04-Apr-13
09-Apr-13
14-Apr-13

2.93
3.83
8.41

14.89
14.75
0

10.16
10.86
20.77

7

19-Apr-13

0.73

15.81

7.87

Rataan

4.51

16.71

12.34

Korelasi Elevasi, Luas dan Volume Genangan
Pada saat hujan terjadi di suatu wilayah maka akan menyebabkan beberapa
genangan air diakibatkan oleh kurangnya daya resap lahan terhadap genangan air.
Pada setiap genangan memiliki elevasi kedalaman yang variatif dan berkorelasi
terhadap luas dan volume timbulannya. Elevasi terendah pada tiap genangan akan
ditampilkan pada Tabel 3 dari pengukuran bulan Maret 2013 (tanggal 23) hingga
April 2013 (tanggal 4, 9, dan 19).
Tabel 3 Elevasi Terendah Genangan

Pengukuran
Tanggal23-Mar-13
04-Apr-13
09-Apr-13
19-Apr-13

Lokasi 1 (Taman Palm Samping Palang Pintu)
Lokasi Genangan 1
Lokasi Genangan 2
Elevasi Genangan
Elevasi Genangan
Terdalam (m)
Terdalam (m)
0.049
0.03
0.025
0.005

0.063
0.051
0.041
0.036

Lokasi Genangan 3
Elevasi Genangan
Terdalam (m)
0.062
0.048
0.05
0.042

Volume Genangan (dalam m3)

14
0.3

Genangan 1

0.25

Genangan 2
Genangan 3

0.2
Genangan 1
y = 2.36x - 0.02
R² = 0.88

0.15

Genangan 2
y = 4.39x - 0.03
R² = 0.93

0.1

Genangan 3
y = 8.82x - 0.28
R² = 0.99

0.05
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08

Elevasi Genangan Terendah (dalam m)

Gambar 8 Grafik elevasi terendah genangan terhadap volumenya tiap genangan
Data elevasi terendah, volume, dan luas dari genangan air diambil dari
rentang waktu Maret hingga April 2013 menggunakan data empat hari
pengukuran koordinat genangan yang lengkap. Penentuan korelasinya
menggunakan Metode Regresi Linear Sederhana yang akan menghasilkan nilai
persamaan garis dan keakuratan data dari koefisien determinasinya (R2). Pada
Gambar 8 dihasilkan korelasi antara elevasi genangan terendah terhadap
volumenya. Pada lokasi kesatu didapatkan persamaan garis linier y = 2.36x - 0.02
dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.88. Pada lokasi kedua memiliki
persamaan garis linier y = 4.39x - 0.03 dengan koefisien determinasi sebesar 0.93.
Sedangkan pada lokasi ketiga didapatkan persamaan garis linier y = 8.82x - 0.28
dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.99. Secara keseluruhan, nilai determinasi
memiliki nilai yang cukup besar hingga mendekati 1 menandakan data yang
didapatkan cukup akurat dan korelatif satu sama lainnya.
Pada Gambar 9 memperlihatkan korelasi diantara elevasi genangan terendah
terhadap nilai luas tiap genangannya. Lokasi genangan kesatu didapatkan
persamaan linier y = 128.5x + 0.01 dan bernilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0.92. Pada lokasi genangan kedua persamaan garis linier didapatkan dengan
rumus y = 70.86x + 12.35 dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.44. Sedangkan
pada lokasi ketiga didapatkan persamaan garis linier y = 193.6x + 0.46 dengan
nilai koefisien determinasi sebesar 0.85. Persamaan linier yang didapatkan dapat
menjadi rumusan dalam memprediksi besarnya potensi luas dan volume genangan
air dari elevasi genangan tertentu. Sedangkan secara keseluruhan, nilai koefisien
determinasi memiliki nilai yang cukup besar hingga mendekati 1. Namun,
terdapat data dengan koefisien determinasi di bawah 0.5 yaitu data luas genangan
kedua. Seharusnya dengan bertambahnya kedalaman genangan maka akan
meningkatkan nilai luas genangan atau nilainya berbanding lurus, sama halnya
dengan nilai korelasi elevasi genangan terendah terhadap volume.

Luas Genangan (dalam m2)

15
20

Genangan 1

18

Genangan 2

16

Genangan 3

14
Lokasi 1
y = 128.5x + 0.01
R² = 0.92

12
10
8

Genangan 2
y = 70.86x + 12.35
R² = 0.44

6
4

Genangan 3
y = 193.6x + 0.46
R² = 0.85

2
0
0

0.02
0.04
0.06
Elevasi Genangan Terendah (dalam m)

0.08

Gambar 9 Grafik elevasi terendah genangan terhadap luasnya tiap genangan
Korelasi juga terdapat pada hubungan volume terhadap luas genangan air.
Pada Gambar 10 lokasi genangan 1 memiliki persamaan linier y = 22x + 6.5 dan
koefisien determinasi sebesar 0.87. Pada genangan 2 didapatkan persamaan linier
y = 16.17 x + 12.81 dengan koefisien determinasi 0.51. Sedangkan pada genangan
3 didapatkan persamaan linier yaitu y = 51.74x + 1.15 dengan koefisien
determinasi sebesar 0.95. Dari data yang didapatkan secara keseluruhan nilai
koefisien determinasi memiliki nilai yang cukup besar hingga mendekati 1.
Namun, terdapat data dengan koefisien determinasi di bawah 0.6 yaitu data
korelasi volume terhadap luas di genangan kedua yang bernilai 0.51. Dengan
bertambahnya volume seharusnya akan meningkatkan nilai luas genangan dan
nilainya akan berbanding lurus.
20

Lokasi 1

18

Lokasi 2

Luas Genangan (m2)

16

Lokasi 3

14
Genangan 1
y = 22x + 6.5
R² = 0.87

12
10
8

Genangan 2
y = 16.71x + 12.81
R² = 0.51

6
4

Genangan 3
y = 51.74x + 1.15
R² = 0.95

2
0
0

0.05

0.1
0.15
0.2
Volume Genangan (m3)

0.25

0.3

Gambar 10 Grafik Korelasi Volume Terhadap Luas Tiap Genangan

16
Terdapat beberapa indikasi permasalahan dari kecilnya nilai koefisien
determinasi yang didapatkan seperti kurangnya keakuratan pengukuran titik
koordinat di lapangan dan waktu pengukuran yang telah menjelang sore sehingga
menyulitkan pengukuran. Selain itu, penyebab galat dalam nilai juga dapat
disebabkan oleh terjadinya proses penyerapan air ke dalam tanah dan peningkatan
evaporasi yang memengaruhi nilai dari elevasi, volume, dan luas genangan yang
terjadi. Dasar genangan berbahan dasar paving block yang berupa cekungan juga
menjadi faktor penyebab adanya daya untuk meresapkan air ke dalam tanah
dengan intensitas serapan yang kecil. Besarnya potensi luas dan volume genangan
memperlihatkan perlu adanya proses resapan genangan air ke dalam tanah untuk
mengisi cadangan airtanah di bawahnya.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pada rentang waktu Maret – April 2013 terdapat tiga lokasi yang rutin
tergenang ketika hujan terjadi yaitu di Cluster Palm dan masing-masing volume
optimum 0.11 m3 di lokasi kesatu, 0.26 m3 di lokasi kedua, dan pada lokasi ketiga
sebesar 0.35 m3. Nilai optimum luas dari genangan kesatu sebesar 6.57 m2,
genangan kedua sebesar 18.82 m2, dan 20.77 m2 untuk genangan ketiga. Secara
umum, penentuan korelasinya menggunakan Metode Regresi Linear Sederhana
elevasi terendah terhadap luas dan volume telah menunjukkan hasil berupa
persamaan rumus potensi luas dan volume genangan dari tiap persamaan linier
dengan tingkat koefisien determinasi hingga mendekati 1 (100 %). Namun,
terdapat dua persamaan dengan koefisien determinasi sebesar 0.44 (44 %) dari
korelasi elevasi genangan terendah terhadap luas genangan dan dari korelasi
volume terhadap luas sebesar 0.51 (51 %) di genangan 2. Hal ini disebabkan
ketidakakuratan dalam pengukuran titik koordinat, dasar genangan yang berupa
paving block, proses infiltrasi dan evaporasi di genangan, dan kendala waktu
terjadinya hujan yang sudah terlalu sore. Korelasi elevasi genangan terendah,
besarnya luas, dan volume genangan dapat dijadikan acuan besarnya potensi
genangan air yang dapat terserap menjadi cadangan airtanah.
Saran
Penelitian mengenai penentuan lokasi, luas, dan volume genangan air di
Perumahan Tamansari Persada membutuhkan pengukuran titik koordinat
genangan yang lebih akurat, rentang waktu penelitian yang lebih panjang, dan
referensi yang lebih banyak agar didapatkan hasil yang lebih maksimal. Selain itu,
perlu adanya bangunan pengendali limpasan untuk mengurangi dampak genangan
seperti pembuatan biopori, sumur resapan, rorak, dan lain sebagainya. Resapan
genangan akan menuju ke dalam tanah sebagai cadangan airtanah.

17

DAFTAR PUSTAKA
Fahruddin M. 2010. Kajian Sumur Resapan Sebagai Pengendali Banjir Dan
Kekeringan Di Jabodetabek. LIMNOTEK 17 (1) : 8-16
Golden Software. 2002. Surfer 8. User Guide. Golden Software Inc : Colorado
Handajani N. 2005. Analisa Distribusi Curah Hujan Dengan Kala Ulang Tertentu.
J Rek Perencanaan. Vol 1: 3
Indriatmoko R H. 2010. Penerapan Prinsip Kebijakan Zero Delta Dalam
Pembangunan Wilayah. JAI Vol 6 No.1
Kusmawati T, Kusmiyarti T B, Gunarsi M T, Bhayunagiri I B P, Dharma Susila K,
Sri Sutari N W. 2012. Penerapan Inovasi Teknologi Lubang Resapan
Biopori Untuk Menjaga Ekosistem Tanah Daerah Rawan Banjir Di Banjar
Wirasatya. Denpasar Selatan. Udayana Mengabdi 11 (1): 10 - 14 ISSN :
1412-0925
Metronews. 2013. Perumahan-Elite-di-Bogor-Terendam-Banjir. [Internet].
[Diunduh Februari 2013]. Tersedia pada http://www.metrotvnews.com
/metronews/video/2013/02/13/6/171045/Perumahan-Elite-di-BogorTerendam-Banjir
Rahardjo P N. 2009. Masalah Banjir Sebagai Akibat Dari Buruknya Sistem
Pengelolaan DAS (Studi Kasus Di Das Cantiga Bintaro). Jur Hidrosfir
Indonesia 4 (1) : 1 - 8 Jakarta: ISSN 1907-1043
Radar Bogor. 2013 Tamansari Persada Terendam Satu Meter. [Internet]. [Diunduh
14 Februari 2013]. Tersedia pada http://www.radar-bogor.co.id/index .
php?rbi=berita.detail&id=109223
Saleh C. 2011. Kajian Penanggulangan Limpasan Permukaan Dengan
Menggunakan Sumur Resapan (Studi Kasus Di Di Daerah Perumnas Made
Kabupaten Lamongan). Med Tek Sip 9(2): 116 – 124
Sebayang S, Wayan Diana I, Purba A. 2011. Perbandingan Mutu Paving Block
Produksi Manual Dengan Produksi Masinal. J Rekayasa 15(2)
Suripin. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. IDN: Penerbit
Andi
Supardi D. 2010. Konservasi Air Dengan Sumur Resapan 34(2):244-255. Teknik
Lingkungan AKATIRTA : Magelang
Van Beers W C M. Kleijnen J P C. 2004. Kriging Interpolation in Simulation: A
Survey. Proceeding of The Winter Simulation Conferences
Yang C S, Kao S P, Lee F B, Hung P S. 2004. Twelve Different Interpolation
Methods: A Case Study of Surfer 8. Proceeding of XXth ISPRS Congress.
Commision II Istanbul. Turkey

18
Lampiran 1 Data koordinat genangan (7 hari pengukuran)
Keterangan : satuan dalam cm
koordinat genangan air ke-1: 4 Maret 2013

19
koordinat genangan air ke-2: 15 Maret 2013

20
koordinat genangan air ke-3: 23 Maret 2013

21
koordinat genangan air ke-4: 4 April 2013

22
koordinat genangan air ke-5: 9 April 2013

23
koordinat genangan air ke-6: 14 April 2013

24
koordinat genangan air ke-7: 19 April 2013

25

Lampiran 2 Sampel hasil gridding report koordinat genangan air
Gambar Gridding Data Genangan Optimum Lokasi 1 (23 Maret 2013), Lokasi 2
(4 Maret 2013), dan Lokasi 3 (14 April 2013)

1

2

3

Gridding report lokasi genangan 1 (23 Maret 2013)
Thu Apr 18 07:36:16 2013
Elasped time for gridding:
0.02 seconds
Data Source
Source Data File Name:D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\1. Maret\Genangan (23.03.'13)\Genangan 1 (23.03.2013).bln
X Column:
A
Y Column:
B
Z Column:
C
Data Counts Active Data: 48
Original Data:
48
Excluded Data:
0
Deleted Duplicates: 0
Retained Duplicates: 0
Artificial Data:
0
Superseded Data:
0
Breakline Filtering
Breakline Filtering: Not In Use
Gridding Rules
Gridding Method: Kriging
Kriging Type:
Point
Polynomial Drift Order: 0
Kriging std. deviation grid: no
Semi-Variogram Model
Component Type: Linear

26
Anisotropy Angle:
Anisotropy Ratio:
Variogram Slope:

0
1
1

Search Parameters
No Search (use all data): true

Gridding report lokasi genangan 2 (4 Maret 2013)
Thu Apr 18 07:27:47 2013
Elasped time for gridding: 0.06 seconds
Data Source
Source Data File Name:D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\1. Maret\Genangan (04.03.13)\Genangan 2 (04.03.2013).bln
X Column:
A
Y Column:
B
Z Column:
C
Data Counts
Active Data:
Original Data:
Excluded Data:
Deleted Duplicates:
Retained Duplicates:
Artificial Data:
Superseded Data:

98
99
0
1
1
0
0

Breakline Filtering
Breakline Filtering: Not In Use
Gridding Rules
Gridding Method: Kriging
Kriging Type:
Point
Polynomial Drift Order: 0
Kriging std. deviation grid: no
Semi-Variogram Model
Component Type: Linear
Anisotropy Angle: 0
Anisotropy Ratio: 1
Variogram Slope:
1
Search Parameters
No Search (use all data):true

27
Gridding report lokasi genangan 3 (14 april 2013)
Sat Apr 20 07:42:53 2013
Elasped time for gridding: 0.03 seconds
Data Source
Source Data File Name:D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\2.
April\Genangan
(14.04.2013)\Genangan
2
(14.04.2013).bln
X Column:
A
Y Column:
B
Z Column:
C
Data Counts
Active Data:
84
Original Data:
84
Excluded Data:
0
Deleted Duplicates: 0
Retained Duplicates: 0
Artificial Data:
0
Superseded Data:
0
Breakline Filtering
Breakline Filtering: Not In Use
Gridding Rules
Gridding Method: Kriging
Kriging Type:
Point
Polynomial Drift Order: 0
Kriging std. deviation grid: no
Semi-Variogram Model
Component Type: Linear
Anisotropy Angle: 0
Anisotropy Ratio: 1
Variogram Slope:
1
Search Parameters
No Search (use all data):true

28
Lampiran 3 Hasil komputasi volume dan luas dengan Surfer 8
Komputasi Grid Volume Optimum
Lokasi Genangan 1 (23 Maret 2013)
Thu Apr 18 07:38:19 2013
Upper Surface
Grid File Name: D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\1. Maret\Genangan (23.03.'13)\Genangan 1 (23.03.2013).grd
Grid Size:
100 rows x 17 columns
X Minimum: 0
X Maximum: 109
X Spacing:
6.8125
Y Minimum: 0
Y Maximum: 676
Y Spacing:
6.8282828282828
Z Minimum: -4.8659444435658
Z Maximum: 0.78793987688392
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor: 1
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule:
-102578.9588889
Simpson's Rule:
-102562.32195629
Simpson's 3/8 Rule:
-102545.81637835
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]:
2615.5338625423
Negative Volume [Fill]:
105194.04407949
Net Volume [Cut-Fill]:
-102578.51021695
Areas
Planar Areas
Positive Planar Area [Cut]:
Negative Planar Area [Fill]:
Blanked Planar Area:
Total Planar Area:
Surface Areas
Positive Surface Area [Cut]:
Negative Surface Area [Fill]:
Lokasi Genangan 2 (4 Maret 2013)
Thu Apr 18 07:29:11 2013
Upper Surface

8064.9011827695
65619.09881723
0
73684
8066.0174619403
65673.970011572

29
Grid File Name: D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\1.
Maret\Genangan
(04.03.13)\Genangan
2
(04.03.2013).grd
Grid Size:
100 rows x 39 columns
X Minimum: 0
X Maximum: 400
X Spacing:
10.526315789474
Y Minimum: 0
Y Maximum: 1030
Y Spacing:
10.40404040404
Z Minimum: -5.5907882729123
Z Maximum: 2.1470666167124
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor: 1
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule:
Simpson's Rule:
Simpson's 3/8 Rule:
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]:
Negative Volume [Fill]:
Net Volume [Cut-Fill]:
Areas
Planar Areas
Positive Planar Area [Cut]:
Negative Planar Area [Fill]:
Blanked Planar Area:
Total Planar Area:
Surface Areas
Positive Surface Area [Cut]:
Negative Surface Area [Fill]:

-16659.96643215
-16223.895033829
-16217.047479327
244148.99645559
260795.89476007
-16646.898304478

227478.79446412
184521.20553588
0
412000
227487.91726408
184601.23975673

Lokasi Genangan 3 (14 April 2013)
Sat Apr 20 07:43:41 2013
Upper Surface
Grid File Name:D:\SKRIPSIAN IRFAN\DATA SURVEI\SKRIPSI
GENANGAN\2.
April\Genangan
(14.04.2013)\Genangan
2
(14.04.2013).grd
Grid Size:
100 rows x 17 columns
X Minimum: 0
X Maximum: 200
X Spacing: 12.5
Y Minimum: 0
Y Maximum: 1270

30
Y Spacing: 12.828282828283
Z Minimum: -6.9685641946802
Z Maximum: 0.77893503780931
Lower Surface
Level Surface defined by Z = 0
Volumes
Z Scale Factor:
Total Volumes by:
Trapezoidal Rule:
Simpson's Rule:
Simpson's 3/8 Rule:
Cut & Fill Volumes
Positive Volume [Cut]:
Negative Volume [Fill]:
Net Volume [Cut-Fill]:
Areas
Planar Areas
Positive Planar Area [Cut]:
Negative Planar Area [Fill]:
Blanked Planar Area:
Total Planar Area:
Surface Areas
Positive Surface Area [Cut]:
Negative Surface Area [Fill]:

1
-337172.30995978
-336976.77056412
-336954.87594284
14040.08696225
351220.727404
-337180.64044175

46431.375087998
207568.624912
0
254000
46433.595345078
207658.33121781

31
Lampiran 4 Dokumentasi pengukuran titik koordinat genangan

(Lokasi pertama)

(Lokasi kedua)

(Lokasi ketiga)

(Lokasi pertama)

(Lokasi kedua)

(Lokasi ketiga)

32
Lampiran 5 Sampel peta kontur 3 dimensi optimum
Lokasi 1 (23 Maret 2013). 2 (4 Maret 2013). dan lokasi 3 (14 April 2013)
Keterangan: garis merah merupakan batas genangan dengan elevasi = 0 cm

1.)

2.)

3.)

33

RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dilahirkan pada
tanggal 31 Juli