2. Upaya Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Oleh Bank
Terkait Rahasia Bank
Dalam dunia perbankan pihak bank sebagai lembaga perbankan yang memerlukan kepercayaan nasabah sebagai salah satu komponen penting untuk
menjaga eksistensi dari bank tersebut,maka pihak bank harus terus berupaya untuk menjaga terjaminnya kepercayaan nasabah kepada bank tersebut,seluruh pihak
baik pegawai bank maupun pemerintah harus selalu mengawasi perlindungan hukum bagi nasabah penyimpan dana dalam dunia perbankan, agar tidak
memudarnya kepercayaan nasabah kepada bank. Kontribusi nasabah terhadap kehidupan bank sangat dominan karena
dari aktivitas produk yang digunakan, bank memperoleh provisi, bunga, fee, dan lain-lain sebagai keuntungan bank. Dana yang disimpan oleh nasabah kepada
bank akan digunakan untuk aktiva produktif berupa pinjaman sehingga akan menghidupkan modal perekonomian masyarakat.
46
Sebagai lembaga kepercayaan, bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan
simpanan nasabah berada pada bank.
47
Melihat pentingnya peranan dari nasabah untuk tetap memberikan kepercayaan nya kepada bank, merupakan hal yang wajar apabila kepentingan
perlindungan hukum terhadap nasabah merupakan hal yang utama untuk mendapatkan perhatian khusus.
46
Abdulkadir Muhammad, Segi Hukum Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung, PT. Citra
Aditya Bakti, 2000,halaman 84.
47
ibid
Universitas Sumatera Utara
Mengenai mekanisme perlindungan nasabah di Bank Agro dapat dilihat bank sebagai lembaga intermediasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya
senantiasa bertumpu pada unsur kepercayaan masyarakat,terutama kepercayaan nasabah penyimpan yang menempatkan simpanannya di bank. Sebagai lembaga
kepercayaan, bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanan nasabah yang berada
pada bank.
48
Sedangkan mekanisme yang digunakan dalam perwujudan perlindungan hukum terhadap nasabah oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan
telah diatur di berbagai ketentuan peraturan yang berlaku. Untuk melindungi nasabah selaku konsumen dibidang perbankan yaitu dalam Undang-Undang No
10 Tahun 1998 yang memiliki fungsi untuk mengatur untuk dibentuknya Lembaga Penjamin Simpanan untuk menjamin simpanan nasabah dan ikut
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya. Sedangkan khususnya dalam hal tentang menjadi sengketa antara
nasabah dengan bank, hal ini telah diatur melalui Peraturan Bank Indonesia No 77PBI2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah dan Peraturan Bank
Indonesia No 85PBI2006 tentang Mediasi Perbankan. Dalam rangka melaksanakan perlindungan hukun terhadap nasabah bank
selaku konsumen secara umum, sekarang ini terdapat Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen ,yang dapat menjadi landasan
hukum yang kuat untuk melakukan pemberdyaan konsumen jasa perbankan.
48
ibid
Universitas Sumatera Utara
Nasabah merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan, perlindungan konsumen baginya merupakan suatu tuntutan yang tidak boleh
diabaikan begitu saja, fokus persoalan perlindungan nasabah tertuju pada ketentuan peraturan perUndang-Undangan serta ketentuan perjanjian yang
mengatur hubungan antar bank dan nasabahnya. Hubungan hukum yang terjadi antar bank dan nasabahnya danpat terwujud dari suatu perjanjian, baik perjanjian
akta dibawah tangan maupun akta otentik.
49
Fokus perlindungan konsumen dalam sektor jasa perbankan yaitu pelayanan dibidang perkreditan ataupun pelayanan jasa perbankan lainnya, inilah
yang merupakan konteks yang harus mendapatkan pengamatan untuk menjaga suatu perlindungan konsumen namun dilain pihak tidak menyebabkan kelemahan
kedudukan dari phak bank yang bersangkutan, Berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap nasabah bahwa dalam
sistem perbankan Indonesia dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a.
Perlindungan secara implisit . Yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan
bank yang efektif, yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank, perlindungan ini diperoleh melalui :
1. Peraturan PerUndang-Undangan di bidang perbankan
2. Perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan
yang efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia
49
Djumhana, op.cit halaman 339
Universitas Sumatera Utara
3. Upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah
lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada khususnya
4. Memelihara tingkat kesehatan bank
5. Melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian
6. Cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah 7.
Menyediakan informasi resiko pada nasabah b.
Perlindungan secara eksplisit Yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu lembaga yang
menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami kegagalan, lembaga trsebut yang akan mengganti dana masyarakat
yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Perlindungan ini diperoleh melalui pembentukan lembaga yang menjamin simapan
masyarakat sebagaimana diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia No 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban
Bank Umum.
50
Beberapa mekanisme yang dapat dipergunakan dalam rangka perlindungan nasabah bank antara lain sebagai berikut:
51
a. Pembuatan peraturan baru
50
Hermansyah, Op.cit halaman 145
51
Munir fuady, Op. Cit., halaman 106‐108
Universitas Sumatera Utara
Lewat pembuatan peraturan baru atau merevisi peraturan yang sudah ada merupakan salah satu cara untuk memberikan perlindungan kepada
nasabah suatu bank. Banyak peraturan yang secara langsung yang bertujuan melindungi nasabah, akan tetapi lebih banyak lagi
dipergunakan seperti itu daripada dewasa ini. b.
Pelaksanaan peraturan yang ada Salah satu cara lain untuk memberikan perlindungan nasabah adalah
dengan melaksanakan peraturan yang ada dibidang perbankan secara lebih ketat oleh pihak otoritas moneter, khususnya peraturan yang
bertujuan melindungi nasabah sehingga dapat dijamin perlindungan hukum yang lebih baik. Peraturan perbankan tersebut harus ditegakkan
seacara objektif tanpa melihat siapa direktur, komisaris atau pemegang saham dari bank yang bersangkutan
c. Perlindungan nasabah melalui lembaga asuransi deposito
Lembaga deposito dianggap merupakan salah satu cara yang membawa hasil yang positif dalam rangka perlindungan nasabah.
d. Memperketat perizinan bank
Memperketat perizinan untuk mendirikan suatu bank yang baru diharapkan dapat melihat kesiapan dari bank tersebut untuk
melaksanakan jaminan perlindungan hukum terhadap nasabah nya. e.
Memperketat pengaturan di bidang kegiatan bank
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan-ketentuan yang menyangkut dengan kegiatan bank ditujukan untuk secara langsung maupun tidak langsung untuk dapat
memberikan jaminan perlindungan terhadap nasabah. f.
Memperketat pengawasan bank Bank Indonesia sebagai bank sentral harus senantiasa melakukan
pengawasan pada bank yang menjalankan kegiatan perbankan agar tetap melakukan perlindungan hukum terhadap nasabahnya.
Seperti halnya dalam upaya perlindungan nasabah sebagai konsumen terhadap penerapan rahasia bank, untuk tetap menjamin bahwa nasabah mendapat
perlindungan hukum maka nasabah mendapatkan haknya untuk mengetahui isi keterangan nasabah yang diungkapkan oleh bank.
Hal ini diatur dalam Pasal 45 Undang-Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 Tahun 1998 yang
menetapkan bahwa pihak yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan bank sebagaimana dimaksud dalam Pasl 41, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, berhak
mengetahui isi keterangan nasabah yang diungkapkan bank dan meminta pembetulan jika terdapat kesalahan dalam keterangan yang diberikan.
Menurut penjelasan Pasal 45 Undang-Undang no 7 Tahun 29992 sebagaimana telah dirubah menajdi Undang-Undang No 10 tahun 1998 bahwa
apabila permintaan oleh pihak yang merasakan dirugikan akibat keterangan yang diberikan oleh bank tidak dipenuhi oleh bank, maka masalah tersebut dapat
diajukan oleh pihak yang bersangkutan ke pengadilan yang berwenang.
Universitas Sumatera Utara
Menyangkut upaya melakukan perlindungan nasabah sebagai konsumen sebenarnya tidak selamanya bergantung kepada penerapan hukum perdata semata
melainkan dapat menggunakan ketentuan hukum lainnya seperti hukum pidana ataupun hukum adminstrasi negara, berdasarkan alasan bahwa bank telah
melakukan tindak pidana sebagaimana telah diatur dalam ketentuan Pasal 49 ayat 2 huruf b Undang-Undang No 7 tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi
Undang-Undang No 10 Tahun 1998. Adapun bunyi ketentuan yang tercantum dalam Pasal 49 ayat 2 huruf b
Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang- Undang No 10 tahun 1998 yaitu, ” Anggota Dewan Komisaris, Direksi, atau
pegawai bank yang dengan sengaja tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan ketaatan bank terhadap ketentuan dalam undang-
undang ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku bagi bank, diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 3 tiga tahun dan
paling lama 8 delapan tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 5.000.000.000lima miliar rupiah dan paling banyak Rp 100.000.000 seratus
miliar rupiah.”
52
Tindak pidana menurut ketentuan Pasal 49 ayat 2 huruf b Undang- Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang
No 10 tahun 1998 adalah tindak pidana kejahatan dan ancaman pidana penjara dan dendanya bersifat kumulatif.
Sedangkan dari segi perdata, pihak nasabah yang merasa dirugikan oleh keterangan yang diberikan bank tentang keadaan keuangannya dpat menggunakan
alasan Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum yaitu,” tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain,
52
Pasal 49 ayat 2 huruf b Undang‐Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang
‐Undang No 10 tahun 1998
Universitas Sumatera Utara
mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut.”
53
Dengan demikian karena telah melanggar ketentuan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 Tahun
1998 atas pelanggarannya maka sesuai dengan Pasal 1365 KUH Perdata para pelaku diancam dengan tuntutan ganti kerugian. Walaupun atas pelanggaran
ketentuan Pasal 40 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 sebagaimana telah dirubah menjadi Undang-Undang No 10 tahun 1998 tersebut pelaku telah dijatuhi
hukuman pidana itu tidak menggurangi hak korban untuk tetap menuntut ganti kerugian perdata.
Pembukaan rahasia bank seseorang selain melanggar undang-undang yang berlaku juga melanggar hak nasabah yang dapat mendatangkan kerugian
kepada nasabah, penerapannya dapat disetujui sepanjang pelanggaran dilakukan terhadap kepentingan nasabah yang beritikad baik.
54
C. Persoalan dan Pengecualian serta Pihak yang Dapat Dimintakan Pembukaan Rahasia Bank