PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG
LUNAK
Oleh
CHRISTIAN PRASENDA
0715011045
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
ABSTRACT
EFFECT OF ADDITION SAND ON LEVEL OF DENSITY AND
SOFTCLAY BEARING
By
Christian Prasenda
The problem of strength and bearing capacity of soil is one of things that really
need to considered in the planning and construction work of a civilian building .
This is because the land in question serves as a medium that holds the load or the
action of a construction that is built on it . Stabilization using sand material is one
way to meet the needs of the required strength . Changes in weather and
temperature in the field are factors that makes the ground unstable .
The type of soil is soft clay stabilized from the Rawa Sragi village, Jabung
District, East Lampung District. This research was conducted by using a mixture
of soil with variations mixture of 5%, 10% and 15%. After CBR testing, Atterberg
Limits and Specific Gravity for each sample.
The more variations of a mixture of sand were added resulting in declining water
levels that would make the value of the soil carrying capacity increases, the value
of density and plastic limit increased, while the value of the liquid limit and
plasticity index decrease.
Keywords: sand, soft clay, bearing
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK
Oleh
Christian Prasenda
Permasalahan akan kekuatan dan ketahanan tanah merupakan salah satu hal yang
sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi
bangunan sipil. Hal ini dikarenakan tanah yang dimaksud berfungsi sebagai media
yang menahan beban atau aksi dari konstruksi yang dibangun di atasnya.
Stabilisasi menggunakan bahan pasir merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan kekuatan yang diperlukan. Perubahan cuaca dan suhu di lapangan
merupakan faktor yang menjadikan tanah tidak stabil.
Jenis tanah yang distabilisasi adalah lempung lunak yang berasal dari desa Rawa
Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan campuran pasir dengan variasi campuran sebanyak 5%,10%
dan 15%. Setelah itu dilakukan pengujian CBR, Berat Jenis, Batas-batas Atterberg
untuk setiap sampel.
Semakin banyak variasi campuran pasir yang ditambahkan mengakibatkan kadar
air semakin menurun yang akan membuat nilai daya dukung tanah meningkat,
nilai berat jenis dan batas plastis meningkat, sedangkan nilai batas cair dan indeks
plastisitasnya menurun.
Kata kunci : Pasir, tanah lempung lunak, daya dukung.
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG
LUNAK
Oleh
CHRISTIAN PRASENDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fukultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Christian Prasenda lahir di Kotabumi, Lampung Utara,
Lampung, pada tanggal 16 Desember 1989, merupakan anak
ketiga
dari
tiga
bersaudara
pasangan
Bapak
(Alm)
A.Pratiwiyadi S.Pd dan Ibu Hj. Mardiana, S.Pd.
Penulis memiliki satu saudara perempuan bernama Asri Prastiana serta satu orang
saudara laki-laki bernama Berdina Prasetya.
Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bhayangkari
Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 1995. Pendidikan dasar
ditempuh di SD Xaverius Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun
2001. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SLTP Xaverius Kotabumi
Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat atas di SMAN 3 Kotabumi Lampung Utara Program Studi
Ilmu Alam yang diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur SPMB. Selama menjadi
mahasiswa penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus yaitu sebagai
Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himateks) periode
2009/2010.
MOTO
Berusahalah Dahulu,
Untuk Hasilnya Serahkan Pada Yang Kuasa
Nikmati Tiap Fase Kehidupan,
Sebab Kita Tak Akan Bisa Mengulangnya Kembali
Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk
kedua orang tuaku tercinta yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati,
Ibundaku tercinta Hj. Mardiana, S.Pd,
Ayahhandaku tercinta (Alm) A. Pratiwiyadi, S.Pd,
Kakakku Asri Prastiana, S.Hut., M.E dan
Berdina Prasetya, S.E
Serta teman dan sahabat - sahabatku.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Pasir
terdahap Tingkat Kepadatan Dan Daya Dukung Tanah Lempung Lunak ” ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini pula secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini:
1.
BapakIr. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama atas waktu dan
kesabarannya selama proses bimbingan, sehingga skripsi ini dapat dibuat dan
diselesaikan juga membuat penulis belajar tentang arti disiplin dan kerja
keras.
2.
Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas arahannya
dalam penyusunan skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
3.
Bapak Ir. M. Jafri, M.T., selaku Dosen Penguji atas kritik membangun, serta
argumentasinya yang mendorong penulis untuk terus belajar dan penulis
yakin beliau melakukannya untuk membuat penulis menjadi seseorang yang
lebih baik.
ii
4.
Bapak Ir. Edi Purwanto,M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan kasih sayang, serta pendidikan bagaimana menjadi seorang
mahasiswa yang lugas, tegas, dan bertanggung jawab.
5.
Bapak Ir.Idharmahadi Adha,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
6.
Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung, untuk segala dedikasinya yang telah membantu penulis
dalam proses pendidikan. Penulis bahkan sadar ucapan terima kasih tidak
akan cukup untuk menggambarkan dedikasi dan pengabdian beliau-beliau
terhadap perkembangan pendidikan penulis;
7.
Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung,
Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Riyadi, Mas Syaiful, Mas Budi dan Andi
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan
penelitian.
8.
Ayahku A.Pratiwiyadi,(Alm.) Ibuku Hj. Mardiana, S.Pd dan saudaraku Asri
Prastiana, S.Hut, M.E dan Berdina Prasetya, S.E , yang aku sayangi yang
telah memberikan dorongan materil dan spiritual dalam menyelesaikan kuliah
di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9.
Seluruh keluarga besarku keluarga besar M.Jumahat, Bunda Mega, Biksu
Karlina dan Mangsu Jasuhar, Paksu Gunadi dan Maksu Fitri, Paman Amir
dan Ina Rosa, Bikngah Herawati, Paksol Faisol dan Umah serta sepupusepupuku Bung Kiki, Minak Boim, Itah Melda, Ses Merni, Bang Fatra, Bang
Gandhi, Oman, Zoan dan Ando juga kedua keponakanku Almira dan Farhan
yang telah memberi semangat melalui senyuman kecilnya.
iii
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Ciong, Pepeng, Bowo, Mum, Todo, Arafat, Gatot
yang tidak pernah bosan untuk memotivasi dan memberikan tawa canda
selalu.
11. Teman dan sahabat angkatan 2006, 2007, 2009 yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu per satu. Semoga kita semua berhasil menggapai impian.
12. Geng Dota yang cupu-cupu, Jibol, Nai, Armen, Datuk Kevin, Pacul.
Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi dengan sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis,
Christian Prasenda
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya..............
9
Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ................................................... 12
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Unified .............................................................. 13
Tabel 2.4.Definisi Kuat Geser Lempung Lunak .............................................. 23
Tabel 2.5.Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak ...... 23
Tabel 2.6. Potensi Pengembangan ................................................................... 24
Tabel 2.7. Hasil Pengujian CBR Pada Campuran Abu Gunung Merapi ......... 35
Tabel 2.8. Hasil pengujian Batas Cair.............................................................. 36
Tabel 2.9. Hasil pengujian Batas Plastis tiap campuran .................................. 37
Tabel 2.10. Hasil pengujian Indeks Plastisitas tiap campuran ......................... 38
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung (Soft Clay)................ 58
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Analisis Saringan.................................................. 60
Tabel 4.3. Hasil Pengujian AtterbergTanah Asli.......................................... .
61
Tabel 4.4. Hasil Pengujian CBR tiap variasi campuran................................... 65
Tabel 4.5. Hasil Pemadatan tiap variasi campuran ......................................... 67
Tabel 4.6. Hasil pengujian Berat Jenis tiap variasi campuran ..................... 69
Tabel 4.7. Hasil pengujian Batas Cair tiap variasi campuran .......................... 71
Tabel 4.8.Hasil pengujian Batas Plastis tiap variasi campuran........................ 73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Sub kelompok Tanah..........
7
Gambar 2.2. Rangkaian Dasar Oktahedral dan Tetrahedra........................... . 16
.
Gambar 2.3.Susunan Mineral Kaolinite....................................................... .. 17
Gambar 2.4.Susunan Mineral Montmorillonite .............................................
18
Gambar 2.5. Susunan Mineral Illite................................................................
19
Gambar 2.6. Aktivitas Mineral Lempung. ................................................... .. 21
Gambar 2.7. Batas-batas Atterberg .............................................................. .. 33
Gambar 2.8. Hubungan Penambahan Kadar Abu Gunung Merapi pada
tanah lempung Lunak dengan Nilai CBR .............................
35
Gambar 2.9. Hubungan nilai Batas Cair dengan Campuran .........................
36
Gambar 2.10. Hubungan nilai Batas Plastis dengan campuran ....................
37
Gambar 2.11. Hubungan Indeks Plastisitas dengan campuran .....................
38
Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan...........................................................
57
Gambar 4.1. Grafik Hasil Analisa Saringan..................................................
61
Gambar 4.2. Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS...................................
64
Gambar 4.3. Hubungan Campuran Pasir dan Nilai CBR..............................
66
Gambar 4.4. Hubungan Campuran Pasir dan ωopt.......................................
68
Gambar 4.5. Hubungan Campuran Pasir dan Berat Jenis .............................
70
x
Gambar 4.6. Hubungan Campuran Pasir dan Batas Cair ..............................
71
Gambar 4.7. Hubungan campuran pasir dengan nilai Batas Plastis.. ...........
73
Gambar 4.8. Hubungan campuran pasir dengan nilai Indeks Plastisitas .....
75
Gambar 4.9. Perbandingan nilai CBR Terhadap Jenis Tanah yang
sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda..................................
78
Gambar 4.10. Perbandingan nilai Batas Cair Terhadap Jenis Tanah
yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda ........................
80
Gambar 4.11. Perbandingan nilai Batas Plastis Terhadap Jenis Tanah
yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda .......................
81
Gambar 4.13. Perbandingan nilai Indeks Plastisitas Terhadap Jenis
Tanah yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda..............
81
DAFTAR NOTASI
γ
= Berat Volume
γd
= Berat Volume Kering
γu
= Berat Volume Maksimum
ω
= Kadar Air
Gs
= Berat Jenis
LL
= Batas Cair
PI
= Indeks Plastisitas
PL
= Batas Plastis
q
= Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan
Wai
= Berat Tanah Tertahan
Wbi
= Berat Saringan + Tanah Tertahan
Wc
= Berat Container
Wci
= Berat Saringan
Wcs
= Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds
= BeratContainer + Sampel Tanah Setelahdioven
Wm
= BeratMold
Wms
= BeratMold + Sampel
Wn
= Kadar Air Pada Ketukan ke-n
Ws
= Berat Sampel
xii
Ww
= Berat Air
W1
= Berat Picnometer
W2
= Berat Picnometer + Tanah Kering
W3
= Berat Picnometer + Tanah Kering + Air
W4
= Berat Picnometer + Air
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR NOTASI ........................................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. BatasanMasalah ................................................................................
3
C. TujuanPenelitian ...............................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah.................................................................................................
5
1. Definisi Tanah ..............................................................................
5
2. Klasifikasi Tanah..........................................................................
6
a. Sistem Klasifikasi AASHTO....................................................
6
b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS) ...............................
11
B. Tanah Lempung ................................................................................
14
1. Definisi Tanah Lempung..............................................................
14
2. Jenis Mineral Lempung ...............................................................
15
v
3. Sifat Tanah Lempung ..................................................................
20
C. Tanah Lempung Lunak ....................................................................
23
D. Stabilisasi Tanah ..............................................................................
25
E. Pemadatan Tanah ..............................................................................
26
F. California Bearing Ratio (CBR).......................................................
30
1. Jenis - Jenis CBR..........................................................................
30
a. CBR Lapangan .........................................................................
30
b. CBR Lapangan Rendaman .......................................................
31
c. CBR Laboratorium ...................................................................
31
2. Pengujian Kekuatan dengan CBR.................................................
32
G. Batas-Batas Atterberg .......................................................................
33
1. Batas Cair (Liquid Limit) ..............................................................
34
2. Batas Plastis (Plastic Limit) ..........................................................
34
3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) ..............................................
34
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu .........................................................
34
III. METODE PENELITIAN
A. Pengambilan Sampel.........................................................................
41
B. Peralatan............................................................................................
42
C. BendaUji ...........................................................................................
42
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Pasir ..........................
42
E. Data Penelitian .................................................................................
43
F. Pelaksanaan Pengujian......................................................................
43
1. Uji Kadar Air ................................................................................
44
2. Uji Analisa Saringan ....................................................................
45
vi
3.Uji Batas Atterberg ........................................................................
46
4. Uji Berat Jenis ..............................................................................
48
5.Uji Pemadatan Tanah (Proctor Modiefied)....................................
49
6. Uji CBR (California Bearing Ratio).............................................
53
G. Urutan Prosedur Penelitian ...............................................................
55
H. Analisa Hasil Penelitian....................................................................
55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Fisik ............................................................................................
58
1. Analisa Hasil Pengujian Kadar Air ..............................................
59
2. Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis ............................................
59
3. Analisa Hasil Pengujian Analisa Saringan...................................
59
4. Analisa Hasil Pengujian Batas Atterberg .....................................
61
5. Analisa Hasil Pengujian Pemadatan Tanah..................................
62
6. Analisa Hasil Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ..........
63
B. Klasifikasi Tanah .............................................................................
63
1. Klasifikasi Sistem Unified (USCS) .............................................
63
C. Hasil Pengujian CBR, Berat Jenis, Batas Atterberg Campuran .......
65
1. Uji CBR........................................................................................
65
2. Uji Berat Jenis (Gs) ......................................................................
69
3. Uji Batas Atterberg.......................................................................
70
D. Analisa Variasi Campuran CBR, Berat Jenis, Batas Atterberg ........
76
E. PerbandinganHasil Penelitian yang Telah Dilakukan Terhadap
Penelitian Terdahulu ........................................................................
V. PENUTUP
77
vii
A. Kesimpulan .......................................................................................
83
B. Saran .................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan material dasar yang sangat berpengaruh dari suatu struktur
maupun konstruksi dalam pekerjaan Teknik Sipil, baik itu konstruksi bangunan
maupun konstruksi jalan. Konstruksi jalan membutuhkan tanah dasar yang baik
untuk meletakkan bagian-bagian perkerasan jalan yang diletakkan di atas tanah dasar
tersebut. Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari lapisan konstruksi perkerasan
jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar ini.
Salah satu persoalan yang mungkin dihadapi oleh para perencana dan pelaksana
pembangunan (khususnya untuk sebuah pembangunan perkerasan jalan), adalah
cara menangani tanah atau bahan yang buruk agar dapat digunakan sebagai bahan
perkerasan.Pada umumnya suatu pembangunan konstruksi di Indonesia berada di
atas tanah lempung. Tanah lempung merupakan tanah berbutir halus koloidal yang
tersusun dari mineral-mineral yang dapat mengembang. Tanah lempung pada
umumnya merupakan material tanah dasar yang buruk, hal ini dikarenakan
kekuatan gesernya sangat rendah sehingga pembuatan suatu konstruksi di atas
lapisan tanah ini selalu menghadapi beberapa masalah seperti daya dukung yang
rendah dan sifat kembang susut yang besar. Berbagai macam metode pun
dilakukan, dari metode tradisional sampai metode modern. Metode tradisional
seperti tanah ditumbuk secara konvensional, menambahkan pada tanah rusak
2
tersebut tanah yang baik, batu, pasir, atau pun kayu seadanya pada permukaan
secara vertikal. Metode modern seperti melakukan perbaikan tanah dengan cara
mekanis, dengan perkuatan, secara hidrolis, dan dengan menambahkan bahan
kimia. Untuk mengatasi hal ini diperlukan alternatif penanganan yang tersedia
antara lain dengan menggunakan teknologi stabilisasi tanah.
Umumnya perbaikan tanah dilakukan pada tanah lempung lunak karena tanah
lempung lunak memiliki sifat fisik dan mekanis yang khusus, diantaranya kadar
air yang tinggi, angka pori yang besar, berat volume yang kecil, plastisitas indeks
yang besar, sehingga ini semua mengakibatkan daya dukung tanah lempung lunak
menjadi rendah dan pemampatan yang besar. Secara teknis tidak layak untuk
kontruksi jalan dan bangunan tanpa pondasi dalam. Masalah yang mungkin sering
terjadi adalah retak – retak bahkan runtuh, pada jalan terjadi penurunan yang tidak
seragam bahkan amblas. Maka penilitian kali ini mencoba perbaikan tanah
lempung lunak dengan menggunakan campuran pasir untuk mencoba apakah daya
dukung tanah lempung lunak akan naik dengan campuran tersebut.
Proses stabilisasi tanah secara konvensional saat ini belum mampu merubah sifat
kembang susut tanah, sehingga walaupun suatu perkerasan atau konstruksi jalan
tersebut sudah dipadatkan, akan cepat mengalami kerusakan dikarenakan sifatsifat buruk tanah dibawahnya masih ada. Melihat perkembangan yang terjadi
dilapangan, teknologi stabilisasi tanah telah mengalami peningkatan. Salah satu
teknologi yang dapat digunakan pada stabilisasi tanah adalah dengan
pencampuran bahan atau zat kimia. Untuk memperbaiki mutu tanah digunakan
3
bahan pencampur yang salah satunya adalah dengan penambahan pasir pada kadar
tertentu.
Dalam karya ilmiah ini akan dijelaskan seberapa besar pengaruh campuran pasir
untuk stabilisasi tanah lempung, perubahan daya dukungnya setelah dicampur
dengan pasir. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pasir merupakan
bahan alternatif untuk stabilisasi tanah.
B. Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik tanah
organiksebelum dan sesudah dicampur menggunakan pasir sebagai campuran
dengan melaksanakan pengujian yang dilakukan di Laboratorium. Adapun
ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah terganggu pada
jenis tanah lempung lunak di daerah Rawa Sragi, Kecamatan Jabung,
Kabupaten Lampung Timur – Provinsi Lampung.
2. Pasir yang digunakan pasir kali yang diambil dari Desa Fajar Bulan,
Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah – Provinsi
Lampung.
3. Pengujian – pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Lampung antara lain, sebagai berikut :
a. Pengujian pada tanah asli meliputi :
1. Uji Analisis Saringan
2. Uji Kadar Air
3. Uji Batas-Batas Atterberg
4
4. Uji Pemadatan tanah (Modified Proctor)
5. Uji CBR
6. Uji Berat jenis
b. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi meliputi :
1. Uji CBR
2. Batas-Batas Atterberg
3. Uji Kadar Air
4. Uji Berat jenis
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi tanah liat yang digunakan pada penelitian.
2. Mengetahui kadar air optimum sampel tanah lempung lunak.
3. Mengetahui pengaruh pemadatan terhadap daya dukung tanah lempung
lunak terhadap campuran pasir.
4. Mengetahui pengaruh kadar pasir pada campuran tanah lempung lunak
terhadap dukung.
5. Mengetahui kadar pasir optimum sebagai campuran tanah lempung lunak
terhadap daya dukung.
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruangruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1985).Tanah
dalam pandangan Teknik Sipil adalah himpunan mineral, bahan organik
dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu
dasar (bedrock)(Hardiyatmo, 1996). Kata "tanah" merujuk ke material
yang tidak membatu, tidak termasuk batuan dasar, yang terdiri dari
butiran-butiran mineral yang memiliki ikatan yang lemah serta memiliki
bentuk dan ukuran, bahan organik, air dan gas yang bervariasi. Jadi, tanah
meliputi gambut, tanah organik, lempung, lanau, pasir dan kerikil atau
campurannya(Anonim, 2001).
6
2. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat
sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang
terinci(Das, 1985).
Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan untuk
mengelompokkan tanah. Kedua sistem tersebut memperhitungkan
distribusi ukuran butiran dan batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut
adalah sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Official) dan sistem klasifikasi tanah unified
(USCS).
a. Sistem Klasifikasi AASTHO
Sistem klasifikasi AASHTO dikembangkan tahun 1929 sebagai Public
Road Administrasion Classification System. Sistem ini telah
mengalami beberapa perbaikan dan yang berlaku saat ini diajukan
oleh
Commite
on
Classification
of
Material
for
Subgrade
andGranular Type Road of the Highway Research Board pada tahun
1945 (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model M145).
Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat untuk menentukan kualitas
tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade).Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria:
7
1) Ukuran Butir
Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3")
dan yang tertahan pada ayakan No.10 (2 mm).
Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm) dan yang
tertahan pada ayakan No.200 (0,075 mm).
Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No.200.
2) Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama
berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.
Gambar 2.1. Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Subkelompok
Tanah(Das, 1985)
3) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan di
dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya,
maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu.
8
Tetapi, persentase dari batuan yang dileluarkan tersebut harus
dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO(American Association of State
Highway
and
Transportation
Official)
ini
dipakai
untuk
mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan
angka-angka yang diberikan dalam Tabel 2.1 dari kolom sebelah kiri
ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
9
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (Das, 1985)
Klasifikasi Umum
Klasifikasi Kelompok
Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10
No. 40
No. 200
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas Cair (LL)
Indek Plastisitas (PI)
Tipe material yang
paling dominan
Tanah berbutir
(35 % atau kurang dari seluruh contoh tanah
lolos ayakan No. 200)
A-1
A-2
A-3
A-1a
A-1b
A-2-4
A-2-5
A-2-6 A-2-7
Tanah lanau - lempung
(lebih dari 35 % dari seluruh contoh
tanah lolos ayakan No. 200)
A-7
A-4
A-5
A-6
A-7-5*
A-7-6**
≤ 50
≤ 30
≤ 15
--≤ 50
≤ 25
--≥ 51
≤ 10
----≤ 35
----≤ 35
----≤ 35
----≤ 35
----≥ 36
----≥ 36
----≥ 36
----≥ 36
--≤6
--NP
≤ 40
≤ 10
≥ 41
≤ 10
≤ 40
≥ 11
≥ 41
≥ 11
≤ 40
≤ 10
≥ 40
≤ 10
≤ 40
≥ 11
≥ 41
≥ 11
Batu pecah,
kerikil dan pasir
Pasir
halus
Kerikil dan pasir yang berlanau
atau berlempung
Penilaian sebagai
Baik sekali sampai baik
bahan tanah dasar
Keterangan : ** Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30
** Untuk A-7-6, PI > LL – 30
Tanah berlanau
Tanah berlempung
Biasa sampai jelek
11
Dari Tabel AASHTO tanah lempung lunak diklasifikasikan dari A-6 sampai A-7
dengan sifat tanah biasa sampai jelek. Kemungkinan yang didapat jika tanah
lempung lunak dicampur dengan pasir, kemungkinan yang terjadi dapat
menghasilkan jenis tanah yang berada pada tabel A-2.
b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation
(USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE).
Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) telah
memakai USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan
tanah. Dalam USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua
kategori utama yaitu:
1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas
kerikil dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos
saringan No.200 (F200< 50). Simbol kelompok diawali dengan G
untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly soil) atau S
untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil).
2) Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari
50% tanah lolos saringan No.200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok
diawali dengan M untuk lanau inorganik (inorganic silt), atau C
untuk lempung inorganik (inorganic clay), atau O untuk lanau dan
lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan
tanah dengan kandungan organik tinggi.
12
Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W - untuk
gradasi baik (well graded), P - gradasi buruk (poorly graded), L plastisitas rendah (low plasticity) dan H - plastisitas tinggi (high
plasticity).
Adapun menurut Bowles (1984) kelompok-kelompok tanah utama
pada sistem klasifikasi Unified diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1984)
Jenis Tanah
Prefiks
Sub Kelompok
Sufiks
Kerikil
G
Gradasi baik
W
Gradasi buruk
P
Berlanau
M
Berlempung
C
Pasir
S
Lanau
M
Lempung
C
wL< 50 %
L
Organik
O
wL> 50 %
H
Gambut
Pt
13
Kerikil bersih
(hanya kerikil)
Kerikil dengan
Butiran halus
Pasir bersih
(hanya pasir)
Pasir
dengan butiran
halus
Lanau dan lempung batas cair
Lanau dan lempung batas cair
Kerikil 50%
tertahan saringan No. 4
Pasir
lolos saringan No. 4
Tanah berbutir halus
50% atau lebih lolos ayakan No. 200
Tanah berbutir kasar
tertahan saringan No. 200
Divisi Utama
Tanah-tanah
dengan
kandungan organik sangat
tinggi
Simbol
Nama Umum
GW
Kerikil bergradasi-baik dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau
sama sekali tidak mengandung
butiran halus
GP
Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau
sama sekali tidak mengandung
butiran halus
GM
Kerikil berlanau, campuran kerikilpasir-lanau
GC
Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
SW
Pasir bergradasi-baik , pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus
SM
Pasir berlanau, campuran pasirlanau
SC
Pasir berlempung, campuran pasirlempung
ML
Lanau anorganik, pasir halus
sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung
CL
Lempung anorganik dengan
plastisitas rendah sampai dengan
sedang lempung berkerikil,
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean
clays)
OL
Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan plastisitas
rendah
MH
Lanau anorganik atau pasir halus
diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kurang dari 5% lolos saringan no.200:
GM, GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12%
lolos saringan No.200 : Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Unified (Hardiyatmo, 1996)
Kriteria Klasifikasi
Cu = D60> 4
D10
Cc =
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GW
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI < 4
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI > 7
Cu = D60> 6
D10
Cc =
Lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai dengan
tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan tanahtanah lain dengan kandungan
organik tinggi
Bila batas
Atterberg berada
didaerah arsir
dari diagram
plastisitas, maka
dipakai dobel
simbol
(D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
SW
Batas-batas
Bila batas
Atterberg di
Atterberg berada
bawah garis A
didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Atterberg di
dipakai dobel
bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah
yang di arsir berarti batasan klasifikasinya
menggunakan dua simbol.
60
50
CH
40
CL
30
Garis A
CL-ML
20
4
ML
0 10
OH
(D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
20
30
ML atau OH
40 50
60 70 80
Batas Cair LL (%)
Garis A : PI = 0.73 (LL-20)
Manual untuk identifikasi secara visual dapat
dilihat di ASTM Designation D-2488
14
B. Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Tanah lempung adalah kumpulan dari partikel-partikel mineral lempung
dan bukan lempung, yang memiliki sifat-sifat yang sebagian besar,
walaupun tidak secara keseluruhan, ditentukan oleh mineral-mineral
lempung (Anonim, 2011). Beberapa pendapat para peneliti mengenai
definisi dari tanah lempung, yaitu:
a. Tanah
lempung merupakan
agregat
partikel-partikel
berukuran
mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pelapukan unsurunsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam
keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada keadaan
air lebih tinggi, lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat
lunak(Das, 1985).
b. Tanah lempung adalah tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertemtu
yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi basah(Grim,
1962)
c. Tanah lempung merupakan deposit yang mempunyai partikel berukuran
lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50%;
(Bowles, 1984).
d. Tanah lempung memiliki ukuran butiran halus > 0,002 mm,
permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat
kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan poses konsolidasi lambat;
(Hardiyatmo, 1996).
15
e. Tanah lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil ( < 0,002 mm)
dan yang memungkinkan bentuk bahan itu diubah-ubah tanpa
perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi
retakan-retakan atau terpecah-pecah. (Wesley, 1977)menunjukkan sifatsifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa
bagian-bagian itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas
adalah sifat
2. Jenis Mineral Lempung
Tanah lempung terdiri sekumpulan partikel-partikel mineral lempung yang
berbentuk lempeng pipih dan merupakan partikel darimika, mineral
lempung dan mineral lainnya. Faktor utama yang digunakan untuk
mengontrol ukuran, bentuk, sifat fisik, sifat kimia dan partikel tanah
adalah mineralogi (Mitchell, 1976). Sifat fisik dan mekanis tanah lempung
dikendalikan oleh mineral yang terkandung di tanah tersebut. Mineral
tersebut terutama terdiri dari alumunium silikat yang terdiri dari silikat
tetrahedral dan alumunium oktahedral. Mineral-mineral ini terdiri dari
kristal dimana atom-atom yang membentuknya berada dalam suatu pola
geometri tertentu. Setiap unit tetrahedral terdiri dari empat atom oksigen
mengelilingi satu atom silikon, sedangkan unit oktahedral terdiri dari enam
atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
16
Gambar 2.2. Rangkaian Dasar Oktahedral dan Tetrahedral (Grim, 1962
dalam Verhoef, 1985)
Mineral-mineral lempungmerupakan produk pelapukan batuan yang
terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan
selanjutnya
terangkut
ke
lokasi
pengendapan
oleh
berbagai
kekuatan.Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam golongan besar,
yaitu kaolinite, smectite(montmorillonite), danillite(mika hidrat).
a. Kaolinite
Kaolinitemerupakan mineral dari kelompokkaolin, terdiri dari susunan
satu lembar silika tetrahedradengan satu lembar aluminium oktahedra,
dengan satuan susunan setebal 7,2 Ǻ (1 angstrom (Ǻ) = 10-10 m) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Kedua lembaran terikat bersama
lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika aluminium,
keduanya terikat oleh ikatan hidrogen.-sama, sedemikian hingga ujung
dari lembaran silika dan satu lapisan lembaran oktahedra membentuk
suatu lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan
aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen. Kedua lembaran
17
terikat bersa
bersama-sama, sedemikian hingga ujung dari
ri lembaran silika
dan satuu lapi
lapisan lembaran oktahedramembentuk suatu
Gambar
ar 2.3. Susunan Mineral Kaolinite(Lambe 1953,
953, da
dalam
Hardiyatmo, 1996)
Pada kead
adaan tertentu, partikel kaolinitemungkinn lebih dari 100
tumpukann yyang sukar dipisahkan. Karena itu, minerall iini stabil dan air
tidak dapa
pat masuk di antara lempengan (air dapa
pat menimbulkan
kembang susut pada sel satuannya).
b. Montmorill
orillonite
Montmorill
orillonitedisebut juga smectite adalah mineral
ral yang dibentuk
oleh dua le
lembar silika dan satu lembar aluminium (gibbsi
gibbsite). Susunan
mineral mont
ontmorillonite ditunjukkan pada Gambar 2.4.
4.
18
Gambar 2.4. Susunan Mineral Montmorillonite (Lambe 1953, dalam
Hardiyatmo, 1996)
Lembaran oktahedra terletak diantara dua lembar silika dengan ujung
tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari lembaran oktahedra untuk
membentuk satu lapisan aluminium oleh magsenium. Karena adanya
gaya ikatan Van der Waals yang lemah diantara ujung lembaran silika
dan terdapat kekuatan muatan negatif dalam lembaran oktahedra, air
dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan
lapisannya, jadi kristal montmorillonite sangat kecil tapi waktu tertentu
mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-tanah yang
mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh
tambahan kadar air. Tekanan pengembangan yang dihasilkan dapat
merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.
19
c. Illite
Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineralmineralkelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah
lembaran aluminiumoktahedrayang terikat diantara dua lembaran silika
tetrahedra.
Dalam
aluminium
oleh
lembaranoktahedra,
magnesium
dan
terdapat
besi,
subsitusi
dandalam
parsial
lembaran
tetrahedraterdapat pula substitusi silikon oleh aluminiumseperti yang
diperlihatkan oleh Gambar 2.5. Lembaran-lembaran terikat bersamasama oleh ikatan lemah ionionkalium (K+). Susunan illite tidak mudah
mengembang oleh air diantaralembaran-lembarannya.
Gambar 2.5. Susunan Mineral Illite(Lambe 1953, dalam Hardiyatmo,
1996)
20
3. Sifat Tanah Lempung
Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering
akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif,
mengembangdan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan
volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air.Adapun sifat-sifat
umum dari mineral lempung, yaitu:
a. Hidrasi
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel
lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh
lapisan-lapisan molekul air dalam jumlah yang besar. Lapisan ini sering
mempunyai tebal dua molekul dan disebut lapisan difusi, lapisan difusi
ganda atau lapisan ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air
atau kation yang disekitarnya. Lapisan ini akan hilang pada temperatur
yang lebih tinggi dari60ºC-100ºCdan akan mengurangi plastisitas
alamiah,tetapisebagian air juga dapat menghilang cukup dengan
pengeringan udara saja.
b. Aktivitas
Aktivitas tanah lempung merupakan perbandingan antara indeks
plastisitas (PI) dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 2 µm
yang dinotasikan dengan huruf C dandisederhanakan dalam persamaan
berikut:
A
PI
C
21
Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi kemampuan
mengembang tanah lempung. Gambar 2.6 berikut mengklasifikasikan
mineral lempung berdasarkan nilai aktivitasnya yakni:
1) Montmorrillonitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 7,2
2) Illitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,9 dan < 7,2
3) Kaolinitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,38 dan < 0,9 dan
4) Polygorskite dengan nilai aktivitas (A) < 0,38.
Natriummontmorilonite(A = 7,2)
kaolinite(A = 0,38)
Illite( A = 0,9)
Gambar 2.6.Aktivitas Mineral Lempung (Skempton, 1953 dalam
Hardiyatmo, 1996)
c. Flokulasi dan Dispersi
Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak
mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal (amophus) maka daya
negatif, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Waals, dan partikel
berukuran kecil akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau
bertabrakan di dalam larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang
tertarik akan membentukflok (flock) yang berorientasi secara acak, atau
struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan
22
cepatnya dan membentuk sendimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan
dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung
asam (ion H+), sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan
mempercepat flokulasi. Lempung yang baru saja berflokulasi dengan
mudah tersebar kembali dalam larutan semula apabila digoncangkan,
tetapi apabila telah lama terpisah penyebarannya menjadi lebih sukar
karena adanya gejala thiksotropic, dimana kekuatan didapatkan dari
lamanya waktu.
d. Pengaruh Air
Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang
tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas
Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai
dengan keperluan. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat
membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah
di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air berfungsi sebagai
penentu sifat plastisitas dari lempung. Satumolekul air memiliki muatan
positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda (dipolar).
Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak
terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (CCl4)
yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi apapun.
23
C. Tanah Lempung Lunak
Penggunaan istilah "tanah lunak" berkaitan dengan, tanah-tanah yang jika
tidak dikenali dan diselidiki secara berhati-hati dapat menyebabkan masalah
ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir, tanah
tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi.
Adapun salah satu tipe tanah yang termasuk kedalam jenis tanah lunak yaitu
lempung lunak (Anonim, 2001).
Tanah lempung lunak adalah tanah yang mengandung mineral-mineral
lempung dan memiliki kadar air yang tinggi, yang menyebabkan kuat geser
yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik istilah 'lunak' dan 'sangat lunak'
khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Definisi Kuat Geser Lempung Lunak(Anonim, 2001)
Konsistensi
Kuat Geser (kN/m2)
Lunak
12,5-25
Sangat Lunak
< 12,5
Sebagai
indikasi
dari
kekuatan
lempung-lempung
tersebut
prosedur
identifikasi lapangan pada Tabel 2.5 memberikan beberapa petunjuk.
Tabel 2.5. Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak
(Anonim, 2001)
Konsistensi
Lunak
Sangat Lunak
Indikasi Lapangan
Bisa dibentuk dengan mudah dengan jari tangan
Keluar di antara jari tangan jika diremas dalam
kepalan tangan
24
Lempung lunakatau juga yang dikenal lempung expansivemerupakan jenis
tanah lempung yang diklasifikasikan kedalam jenis tanah yang memiliki nilai
pengembangan dan nilai penyusutan yang besar, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur yang berada diatasnya. Hal tersebut dikarenakan
besarnya nilai aktivitas (A) tanah lempung, besar kecilnya nilai aktivitas tanah
lempung dipengaruhi oleh nilai indeks plastisitas (PI) tanah, pada Tabel 2.6
dapat diketahui potensi pengembangan suatu jenis tanah berdasarkan nilai
indeks plastisitasnya (PI), untuk tanah lempung yang dapat dikategorikan
kedalam tanah lempung yang expansive yakni tanah yang memiliki potensi
pengembangan yang sangat tinggi batasan nilai indeks plastisitasnya atau PI >
35%, selain itu nilai aktivitas tanah lempung juga dapat dipengaruhi oleh jenis
mineral yang terkandung pada tanah tersebut semakin plastis mineral lempung
semakin potensial untuk menyusut dan mengembang.
Tabel 2.6.Potensi Pengembangan (Holtz, 1969; Gibbs, 1969; USBR, 1974
dalam Usman, 2008)
Potensi
Pengembangan
Persen
Indek
Batas
Batas
Pengembangan (akibat tekanan
Koloid
Plastisitas
Susut
Cair
6,9 KPa)
(30
>28
>35
>11
>65
Tinggi
20-30
20-31
25-41
7-12
50-63
Sedang
10-20
13-23
15-28
10-16 39-50
Rendah
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG
LUNAK
Oleh
CHRISTIAN PRASENDA
0715011045
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
ABSTRACT
EFFECT OF ADDITION SAND ON LEVEL OF DENSITY AND
SOFTCLAY BEARING
By
Christian Prasenda
The problem of strength and bearing capacity of soil is one of things that really
need to considered in the planning and construction work of a civilian building .
This is because the land in question serves as a medium that holds the load or the
action of a construction that is built on it . Stabilization using sand material is one
way to meet the needs of the required strength . Changes in weather and
temperature in the field are factors that makes the ground unstable .
The type of soil is soft clay stabilized from the Rawa Sragi village, Jabung
District, East Lampung District. This research was conducted by using a mixture
of soil with variations mixture of 5%, 10% and 15%. After CBR testing, Atterberg
Limits and Specific Gravity for each sample.
The more variations of a mixture of sand were added resulting in declining water
levels that would make the value of the soil carrying capacity increases, the value
of density and plastic limit increased, while the value of the liquid limit and
plasticity index decrease.
Keywords: sand, soft clay, bearing
ABSTRAK
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG LUNAK
Oleh
Christian Prasenda
Permasalahan akan kekuatan dan ketahanan tanah merupakan salah satu hal yang
sangat perlu diperhatikan dalam suatu perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi
bangunan sipil. Hal ini dikarenakan tanah yang dimaksud berfungsi sebagai media
yang menahan beban atau aksi dari konstruksi yang dibangun di atasnya.
Stabilisasi menggunakan bahan pasir merupakan salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan kekuatan yang diperlukan. Perubahan cuaca dan suhu di lapangan
merupakan faktor yang menjadikan tanah tidak stabil.
Jenis tanah yang distabilisasi adalah lempung lunak yang berasal dari desa Rawa
Sragi, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan campuran pasir dengan variasi campuran sebanyak 5%,10%
dan 15%. Setelah itu dilakukan pengujian CBR, Berat Jenis, Batas-batas Atterberg
untuk setiap sampel.
Semakin banyak variasi campuran pasir yang ditambahkan mengakibatkan kadar
air semakin menurun yang akan membuat nilai daya dukung tanah meningkat,
nilai berat jenis dan batas plastis meningkat, sedangkan nilai batas cair dan indeks
plastisitasnya menurun.
Kata kunci : Pasir, tanah lempung lunak, daya dukung.
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR TERHADAP TINGKAT
KEPADATAN DAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG
LUNAK
Oleh
CHRISTIAN PRASENDA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fukultas Teknik Universitas Lampung
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Christian Prasenda lahir di Kotabumi, Lampung Utara,
Lampung, pada tanggal 16 Desember 1989, merupakan anak
ketiga
dari
tiga
bersaudara
pasangan
Bapak
(Alm)
A.Pratiwiyadi S.Pd dan Ibu Hj. Mardiana, S.Pd.
Penulis memiliki satu saudara perempuan bernama Asri Prastiana serta satu orang
saudara laki-laki bernama Berdina Prasetya.
Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak di TK Bhayangkari
Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 1995. Pendidikan dasar
ditempuh di SD Xaverius Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun
2001. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SLTP Xaverius Kotabumi
Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2004. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat atas di SMAN 3 Kotabumi Lampung Utara Program Studi
Ilmu Alam yang diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur SPMB. Selama menjadi
mahasiswa penulis juga aktif dalam organisasi internal kampus yaitu sebagai
Sekretaris Umum Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himateks) periode
2009/2010.
MOTO
Berusahalah Dahulu,
Untuk Hasilnya Serahkan Pada Yang Kuasa
Nikmati Tiap Fase Kehidupan,
Sebab Kita Tak Akan Bisa Mengulangnya Kembali
Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk
kedua orang tuaku tercinta yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hati,
Ibundaku tercinta Hj. Mardiana, S.Pd,
Ayahhandaku tercinta (Alm) A. Pratiwiyadi, S.Pd,
Kakakku Asri Prastiana, S.Hut., M.E dan
Berdina Prasetya, S.E
Serta teman dan sahabat - sahabatku.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Pasir
terdahap Tingkat Kepadatan Dan Daya Dukung Tanah Lempung Lunak ” ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Universitas
Lampung.
Pada kesempatan ini pula secara tulus penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka yang penuh kesabaran dan dedikasi
membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini:
1.
BapakIr. Setyanto, M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama atas waktu dan
kesabarannya selama proses bimbingan, sehingga skripsi ini dapat dibuat dan
diselesaikan juga membuat penulis belajar tentang arti disiplin dan kerja
keras.
2.
Bapak Iswan, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas arahannya
dalam penyusunan skripsi ini yang membuat skripsi ini menjadi lebih baik.
3.
Bapak Ir. M. Jafri, M.T., selaku Dosen Penguji atas kritik membangun, serta
argumentasinya yang mendorong penulis untuk terus belajar dan penulis
yakin beliau melakukannya untuk membuat penulis menjadi seseorang yang
lebih baik.
ii
4.
Bapak Ir. Edi Purwanto,M.T., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan kasih sayang, serta pendidikan bagaimana menjadi seorang
mahasiswa yang lugas, tegas, dan bertanggung jawab.
5.
Bapak Ir.Idharmahadi Adha,M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Lampung.
6.
Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung, untuk segala dedikasinya yang telah membantu penulis
dalam proses pendidikan. Penulis bahkan sadar ucapan terima kasih tidak
akan cukup untuk menggambarkan dedikasi dan pengabdian beliau-beliau
terhadap perkembangan pendidikan penulis;
7.
Seluruh karyawan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung,
Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Riyadi, Mas Syaiful, Mas Budi dan Andi
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama penulis melakukan
penelitian.
8.
Ayahku A.Pratiwiyadi,(Alm.) Ibuku Hj. Mardiana, S.Pd dan saudaraku Asri
Prastiana, S.Hut, M.E dan Berdina Prasetya, S.E , yang aku sayangi yang
telah memberikan dorongan materil dan spiritual dalam menyelesaikan kuliah
di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
9.
Seluruh keluarga besarku keluarga besar M.Jumahat, Bunda Mega, Biksu
Karlina dan Mangsu Jasuhar, Paksu Gunadi dan Maksu Fitri, Paman Amir
dan Ina Rosa, Bikngah Herawati, Paksol Faisol dan Umah serta sepupusepupuku Bung Kiki, Minak Boim, Itah Melda, Ses Merni, Bang Fatra, Bang
Gandhi, Oman, Zoan dan Ando juga kedua keponakanku Almira dan Farhan
yang telah memberi semangat melalui senyuman kecilnya.
iii
10. Sahabat-sahabat terbaikku, Ciong, Pepeng, Bowo, Mum, Todo, Arafat, Gatot
yang tidak pernah bosan untuk memotivasi dan memberikan tawa canda
selalu.
11. Teman dan sahabat angkatan 2006, 2007, 2009 yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu per satu. Semoga kita semua berhasil menggapai impian.
12. Geng Dota yang cupu-cupu, Jibol, Nai, Armen, Datuk Kevin, Pacul.
Akhir kata, Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan
tetapi dengan sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Februari 2015
Penulis,
Christian Prasenda
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya..............
9
Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ................................................... 12
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Unified .............................................................. 13
Tabel 2.4.Definisi Kuat Geser Lempung Lunak .............................................. 23
Tabel 2.5.Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak ...... 23
Tabel 2.6. Potensi Pengembangan ................................................................... 24
Tabel 2.7. Hasil Pengujian CBR Pada Campuran Abu Gunung Merapi ......... 35
Tabel 2.8. Hasil pengujian Batas Cair.............................................................. 36
Tabel 2.9. Hasil pengujian Batas Plastis tiap campuran .................................. 37
Tabel 2.10. Hasil pengujian Indeks Plastisitas tiap campuran ......................... 38
Tabel 4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung (Soft Clay)................ 58
Tabel 4.2. Hasil Pengujian Analisis Saringan.................................................. 60
Tabel 4.3. Hasil Pengujian AtterbergTanah Asli.......................................... .
61
Tabel 4.4. Hasil Pengujian CBR tiap variasi campuran................................... 65
Tabel 4.5. Hasil Pemadatan tiap variasi campuran ......................................... 67
Tabel 4.6. Hasil pengujian Berat Jenis tiap variasi campuran ..................... 69
Tabel 4.7. Hasil pengujian Batas Cair tiap variasi campuran .......................... 71
Tabel 4.8.Hasil pengujian Batas Plastis tiap variasi campuran........................ 73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Sub kelompok Tanah..........
7
Gambar 2.2. Rangkaian Dasar Oktahedral dan Tetrahedra........................... . 16
.
Gambar 2.3.Susunan Mineral Kaolinite....................................................... .. 17
Gambar 2.4.Susunan Mineral Montmorillonite .............................................
18
Gambar 2.5. Susunan Mineral Illite................................................................
19
Gambar 2.6. Aktivitas Mineral Lempung. ................................................... .. 21
Gambar 2.7. Batas-batas Atterberg .............................................................. .. 33
Gambar 2.8. Hubungan Penambahan Kadar Abu Gunung Merapi pada
tanah lempung Lunak dengan Nilai CBR .............................
35
Gambar 2.9. Hubungan nilai Batas Cair dengan Campuran .........................
36
Gambar 2.10. Hubungan nilai Batas Plastis dengan campuran ....................
37
Gambar 2.11. Hubungan Indeks Plastisitas dengan campuran .....................
38
Gambar 3.1. Diagram Alir Percobaan...........................................................
57
Gambar 4.1. Grafik Hasil Analisa Saringan..................................................
61
Gambar 4.2. Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS...................................
64
Gambar 4.3. Hubungan Campuran Pasir dan Nilai CBR..............................
66
Gambar 4.4. Hubungan Campuran Pasir dan ωopt.......................................
68
Gambar 4.5. Hubungan Campuran Pasir dan Berat Jenis .............................
70
x
Gambar 4.6. Hubungan Campuran Pasir dan Batas Cair ..............................
71
Gambar 4.7. Hubungan campuran pasir dengan nilai Batas Plastis.. ...........
73
Gambar 4.8. Hubungan campuran pasir dengan nilai Indeks Plastisitas .....
75
Gambar 4.9. Perbandingan nilai CBR Terhadap Jenis Tanah yang
sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda..................................
78
Gambar 4.10. Perbandingan nilai Batas Cair Terhadap Jenis Tanah
yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda ........................
80
Gambar 4.11. Perbandingan nilai Batas Plastis Terhadap Jenis Tanah
yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda .......................
81
Gambar 4.13. Perbandingan nilai Indeks Plastisitas Terhadap Jenis
Tanah yang sama dengan Bahan Stabilisasi Berbeda..............
81
DAFTAR NOTASI
γ
= Berat Volume
γd
= Berat Volume Kering
γu
= Berat Volume Maksimum
ω
= Kadar Air
Gs
= Berat Jenis
LL
= Batas Cair
PI
= Indeks Plastisitas
PL
= Batas Plastis
q
= Persentase Berat Tanah yang Lolos Saringan
Wai
= Berat Tanah Tertahan
Wbi
= Berat Saringan + Tanah Tertahan
Wc
= Berat Container
Wci
= Berat Saringan
Wcs
= Berat Container + Sampel Tanah Sebelum dioven
Wds
= BeratContainer + Sampel Tanah Setelahdioven
Wm
= BeratMold
Wms
= BeratMold + Sampel
Wn
= Kadar Air Pada Ketukan ke-n
Ws
= Berat Sampel
xii
Ww
= Berat Air
W1
= Berat Picnometer
W2
= Berat Picnometer + Tanah Kering
W3
= Berat Picnometer + Tanah Kering + Air
W4
= Berat Picnometer + Air
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
ix
DAFTAR NOTASI ........................................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................
1
B. BatasanMasalah ................................................................................
3
C. TujuanPenelitian ...............................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah.................................................................................................
5
1. Definisi Tanah ..............................................................................
5
2. Klasifikasi Tanah..........................................................................
6
a. Sistem Klasifikasi AASHTO....................................................
6
b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS) ...............................
11
B. Tanah Lempung ................................................................................
14
1. Definisi Tanah Lempung..............................................................
14
2. Jenis Mineral Lempung ...............................................................
15
v
3. Sifat Tanah Lempung ..................................................................
20
C. Tanah Lempung Lunak ....................................................................
23
D. Stabilisasi Tanah ..............................................................................
25
E. Pemadatan Tanah ..............................................................................
26
F. California Bearing Ratio (CBR).......................................................
30
1. Jenis - Jenis CBR..........................................................................
30
a. CBR Lapangan .........................................................................
30
b. CBR Lapangan Rendaman .......................................................
31
c. CBR Laboratorium ...................................................................
31
2. Pengujian Kekuatan dengan CBR.................................................
32
G. Batas-Batas Atterberg .......................................................................
33
1. Batas Cair (Liquid Limit) ..............................................................
34
2. Batas Plastis (Plastic Limit) ..........................................................
34
3. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) ..............................................
34
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu .........................................................
34
III. METODE PENELITIAN
A. Pengambilan Sampel.........................................................................
41
B. Peralatan............................................................................................
42
C. BendaUji ...........................................................................................
42
D. Metode Pencampuran Sampel Tanah dengan Pasir ..........................
42
E. Data Penelitian .................................................................................
43
F. Pelaksanaan Pengujian......................................................................
43
1. Uji Kadar Air ................................................................................
44
2. Uji Analisa Saringan ....................................................................
45
vi
3.Uji Batas Atterberg ........................................................................
46
4. Uji Berat Jenis ..............................................................................
48
5.Uji Pemadatan Tanah (Proctor Modiefied)....................................
49
6. Uji CBR (California Bearing Ratio).............................................
53
G. Urutan Prosedur Penelitian ...............................................................
55
H. Analisa Hasil Penelitian....................................................................
55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Fisik ............................................................................................
58
1. Analisa Hasil Pengujian Kadar Air ..............................................
59
2. Analisa Hasil Pengujian Berat Jenis ............................................
59
3. Analisa Hasil Pengujian Analisa Saringan...................................
59
4. Analisa Hasil Pengujian Batas Atterberg .....................................
61
5. Analisa Hasil Pengujian Pemadatan Tanah..................................
62
6. Analisa Hasil Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ..........
63
B. Klasifikasi Tanah .............................................................................
63
1. Klasifikasi Sistem Unified (USCS) .............................................
63
C. Hasil Pengujian CBR, Berat Jenis, Batas Atterberg Campuran .......
65
1. Uji CBR........................................................................................
65
2. Uji Berat Jenis (Gs) ......................................................................
69
3. Uji Batas Atterberg.......................................................................
70
D. Analisa Variasi Campuran CBR, Berat Jenis, Batas Atterberg ........
76
E. PerbandinganHasil Penelitian yang Telah Dilakukan Terhadap
Penelitian Terdahulu ........................................................................
V. PENUTUP
77
vii
A. Kesimpulan .......................................................................................
83
B. Saran .................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan material dasar yang sangat berpengaruh dari suatu struktur
maupun konstruksi dalam pekerjaan Teknik Sipil, baik itu konstruksi bangunan
maupun konstruksi jalan. Konstruksi jalan membutuhkan tanah dasar yang baik
untuk meletakkan bagian-bagian perkerasan jalan yang diletakkan di atas tanah dasar
tersebut. Kekuatan dan keawetan maupun tebal dari lapisan konstruksi perkerasan
jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar ini.
Salah satu persoalan yang mungkin dihadapi oleh para perencana dan pelaksana
pembangunan (khususnya untuk sebuah pembangunan perkerasan jalan), adalah
cara menangani tanah atau bahan yang buruk agar dapat digunakan sebagai bahan
perkerasan.Pada umumnya suatu pembangunan konstruksi di Indonesia berada di
atas tanah lempung. Tanah lempung merupakan tanah berbutir halus koloidal yang
tersusun dari mineral-mineral yang dapat mengembang. Tanah lempung pada
umumnya merupakan material tanah dasar yang buruk, hal ini dikarenakan
kekuatan gesernya sangat rendah sehingga pembuatan suatu konstruksi di atas
lapisan tanah ini selalu menghadapi beberapa masalah seperti daya dukung yang
rendah dan sifat kembang susut yang besar. Berbagai macam metode pun
dilakukan, dari metode tradisional sampai metode modern. Metode tradisional
seperti tanah ditumbuk secara konvensional, menambahkan pada tanah rusak
2
tersebut tanah yang baik, batu, pasir, atau pun kayu seadanya pada permukaan
secara vertikal. Metode modern seperti melakukan perbaikan tanah dengan cara
mekanis, dengan perkuatan, secara hidrolis, dan dengan menambahkan bahan
kimia. Untuk mengatasi hal ini diperlukan alternatif penanganan yang tersedia
antara lain dengan menggunakan teknologi stabilisasi tanah.
Umumnya perbaikan tanah dilakukan pada tanah lempung lunak karena tanah
lempung lunak memiliki sifat fisik dan mekanis yang khusus, diantaranya kadar
air yang tinggi, angka pori yang besar, berat volume yang kecil, plastisitas indeks
yang besar, sehingga ini semua mengakibatkan daya dukung tanah lempung lunak
menjadi rendah dan pemampatan yang besar. Secara teknis tidak layak untuk
kontruksi jalan dan bangunan tanpa pondasi dalam. Masalah yang mungkin sering
terjadi adalah retak – retak bahkan runtuh, pada jalan terjadi penurunan yang tidak
seragam bahkan amblas. Maka penilitian kali ini mencoba perbaikan tanah
lempung lunak dengan menggunakan campuran pasir untuk mencoba apakah daya
dukung tanah lempung lunak akan naik dengan campuran tersebut.
Proses stabilisasi tanah secara konvensional saat ini belum mampu merubah sifat
kembang susut tanah, sehingga walaupun suatu perkerasan atau konstruksi jalan
tersebut sudah dipadatkan, akan cepat mengalami kerusakan dikarenakan sifatsifat buruk tanah dibawahnya masih ada. Melihat perkembangan yang terjadi
dilapangan, teknologi stabilisasi tanah telah mengalami peningkatan. Salah satu
teknologi yang dapat digunakan pada stabilisasi tanah adalah dengan
pencampuran bahan atau zat kimia. Untuk memperbaiki mutu tanah digunakan
3
bahan pencampur yang salah satunya adalah dengan penambahan pasir pada kadar
tertentu.
Dalam karya ilmiah ini akan dijelaskan seberapa besar pengaruh campuran pasir
untuk stabilisasi tanah lempung, perubahan daya dukungnya setelah dicampur
dengan pasir. Sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa pasir merupakan
bahan alternatif untuk stabilisasi tanah.
B. Batasan Masalah
Masalah pada penelitian ini dibatasi pada sifat dan karakteristik tanah
organiksebelum dan sesudah dicampur menggunakan pasir sebagai campuran
dengan melaksanakan pengujian yang dilakukan di Laboratorium. Adapun
ruang lingkup dan batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Sampel tanah yang digunakan merupakan sampel tanah terganggu pada
jenis tanah lempung lunak di daerah Rawa Sragi, Kecamatan Jabung,
Kabupaten Lampung Timur – Provinsi Lampung.
2. Pasir yang digunakan pasir kali yang diambil dari Desa Fajar Bulan,
Kecamatan Padang Ratu, Kabupaten Lampung Tengah – Provinsi
Lampung.
3. Pengujian – pengujian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah
Fakultas Teknik Universitas Lampung antara lain, sebagai berikut :
a. Pengujian pada tanah asli meliputi :
1. Uji Analisis Saringan
2. Uji Kadar Air
3. Uji Batas-Batas Atterberg
4
4. Uji Pemadatan tanah (Modified Proctor)
5. Uji CBR
6. Uji Berat jenis
b. Pengujian pada tanah yang telah distabilisasi meliputi :
1. Uji CBR
2. Batas-Batas Atterberg
3. Uji Kadar Air
4. Uji Berat jenis
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi tanah liat yang digunakan pada penelitian.
2. Mengetahui kadar air optimum sampel tanah lempung lunak.
3. Mengetahui pengaruh pemadatan terhadap daya dukung tanah lempung
lunak terhadap campuran pasir.
4. Mengetahui pengaruh kadar pasir pada campuran tanah lempung lunak
terhadap dukung.
5. Mengetahui kadar pasir optimum sebagai campuran tanah lempung lunak
terhadap daya dukung.
II.TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
1. Definisi Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu
sama lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang
berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruangruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1985).Tanah
dalam pandangan Teknik Sipil adalah himpunan mineral, bahan organik
dan endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu
dasar (bedrock)(Hardiyatmo, 1996). Kata "tanah" merujuk ke material
yang tidak membatu, tidak termasuk batuan dasar, yang terdiri dari
butiran-butiran mineral yang memiliki ikatan yang lemah serta memiliki
bentuk dan ukuran, bahan organik, air dan gas yang bervariasi. Jadi, tanah
meliputi gambut, tanah organik, lempung, lanau, pasir dan kerikil atau
campurannya(Anonim, 2001).
6
2. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis
tanah yang berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam
kelompok dan subkelompok berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi
memberikan suatu bahasa yang mudah untuk menjelaskan secara singkat
sifat-sifat umum tanah yang sangat bervariasi tanpa penjelasan yang
terinci(Das, 1985).
Terdapat dua sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan untuk
mengelompokkan tanah. Kedua sistem tersebut memperhitungkan
distribusi ukuran butiran dan batas-batas Atterberg, sistem-sistem tersebut
adalah sistem klasifikasi AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Official) dan sistem klasifikasi tanah unified
(USCS).
a. Sistem Klasifikasi AASTHO
Sistem klasifikasi AASHTO dikembangkan tahun 1929 sebagai Public
Road Administrasion Classification System. Sistem ini telah
mengalami beberapa perbaikan dan yang berlaku saat ini diajukan
oleh
Commite
on
Classification
of
Material
for
Subgrade
andGranular Type Road of the Highway Research Board pada tahun
1945 (ASTM Standar No. D-3282, AASHTO model M145).
Sistem klasifikasi AASHTO bermanfaat untuk menentukan kualitas
tanah guna pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar
(subgrade).Sistem klasifikasi ini didasarkan pada kriteria:
7
1) Ukuran Butir
Kerikil: bagian tanah yang lolos ayakan diameter 75 mm (3")
dan yang tertahan pada ayakan No.10 (2 mm).
Pasir: bagian tanah yang lolos ayakan No.10 (2 mm) dan yang
tertahan pada ayakan No.200 (0,075 mm).
Lanau dan lempung: bagian tanah yang lolos ayakan No.200.
2) Plastisitas
Nama berlanau dipakai apabila bagian-bagian yang halus dari
tanah mempunyai indeks plastisitas sebesar 10 atau kurang. Nama
berlempung dipakai bilamana bagian-bagian yang halus dari tanah
mempunyai indeks plastisitas sebesar 11 atau lebih.
Gambar 2.1. Nilai-nilai Batas Atterberg untuk Subkelompok
Tanah(Das, 1985)
3) Apabila batuan (ukuran lebih besar dari 75 mm) ditemukan di
dalam contoh tanah yang akan ditentukan klasifikasi tanahnya,
maka batuan-batuan tersebut harus dikeluarkan terlebih dahulu.
8
Tetapi, persentase dari batuan yang dileluarkan tersebut harus
dicatat.
Apabila sistem klasifikasi AASHTO(American Association of State
Highway
and
Transportation
Official)
ini
dipakai
untuk
mengklasifikasikan tanah, maka data dari hasil uji dicocokkan dengan
angka-angka yang diberikan dalam Tabel 2.1 dari kolom sebelah kiri
ke kolom sebelah kanan hingga ditemukan angka-angka yang sesuai.
9
Tabel 2.1. Klasifikasi Tanah untuk Lapisan Tanah Dasar Jalan Raya (Das, 1985)
Klasifikasi Umum
Klasifikasi Kelompok
Analisis ayakan
(% lolos)
No. 10
No. 40
No. 200
Sifat fraksi yang lolos
ayakan No. 40
Batas Cair (LL)
Indek Plastisitas (PI)
Tipe material yang
paling dominan
Tanah berbutir
(35 % atau kurang dari seluruh contoh tanah
lolos ayakan No. 200)
A-1
A-2
A-3
A-1a
A-1b
A-2-4
A-2-5
A-2-6 A-2-7
Tanah lanau - lempung
(lebih dari 35 % dari seluruh contoh
tanah lolos ayakan No. 200)
A-7
A-4
A-5
A-6
A-7-5*
A-7-6**
≤ 50
≤ 30
≤ 15
--≤ 50
≤ 25
--≥ 51
≤ 10
----≤ 35
----≤ 35
----≤ 35
----≤ 35
----≥ 36
----≥ 36
----≥ 36
----≥ 36
--≤6
--NP
≤ 40
≤ 10
≥ 41
≤ 10
≤ 40
≥ 11
≥ 41
≥ 11
≤ 40
≤ 10
≥ 40
≤ 10
≤ 40
≥ 11
≥ 41
≥ 11
Batu pecah,
kerikil dan pasir
Pasir
halus
Kerikil dan pasir yang berlanau
atau berlempung
Penilaian sebagai
Baik sekali sampai baik
bahan tanah dasar
Keterangan : ** Untuk A-7-5, PI ≤ LL – 30
** Untuk A-7-6, PI > LL – 30
Tanah berlanau
Tanah berlempung
Biasa sampai jelek
11
Dari Tabel AASHTO tanah lempung lunak diklasifikasikan dari A-6 sampai A-7
dengan sifat tanah biasa sampai jelek. Kemungkinan yang didapat jika tanah
lempung lunak dicampur dengan pasir, kemungkinan yang terjadi dapat
menghasilkan jenis tanah yang berada pada tabel A-2.
b. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (USCS)
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation
(USBR) dan United State Army Corps of Engineer (USACE).
Kemudian American Society for Testing and Materials (ASTM) telah
memakai USCS sebagai metode standar guna mengklasifikasikan
tanah. Dalam USCS, suatu tanah diklasifikasikan ke dalam dua
kategori utama yaitu:
1) Tanah berbutir kasar (coarse-grained soils) yang terdiri atas
kerikil dan pasir yang mana kurang dari 50% tanah yang lolos
saringan No.200 (F200< 50). Simbol kelompok diawali dengan G
untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil (gravelly soil) atau S
untuk pasir (sand) atau tanah berpasir (sandy soil).
2) Tanah berbutir halus (fine-grained soils) yang mana lebih dari
50% tanah lolos saringan No.200 (F200 ≥ 50). Simbol kelompok
diawali dengan M untuk lanau inorganik (inorganic silt), atau C
untuk lempung inorganik (inorganic clay), atau O untuk lanau dan
lempung organik. Simbol Pt digunakan untuk gambut (peat), dan
tanah dengan kandungan organik tinggi.
12
Simbol lain yang digunakan untuk klasifikasi adalah W - untuk
gradasi baik (well graded), P - gradasi buruk (poorly graded), L plastisitas rendah (low plasticity) dan H - plastisitas tinggi (high
plasticity).
Adapun menurut Bowles (1984) kelompok-kelompok tanah utama
pada sistem klasifikasi Unified diperlihatkan pada Tabel 2.
Tabel 2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1984)
Jenis Tanah
Prefiks
Sub Kelompok
Sufiks
Kerikil
G
Gradasi baik
W
Gradasi buruk
P
Berlanau
M
Berlempung
C
Pasir
S
Lanau
M
Lempung
C
wL< 50 %
L
Organik
O
wL> 50 %
H
Gambut
Pt
13
Kerikil bersih
(hanya kerikil)
Kerikil dengan
Butiran halus
Pasir bersih
(hanya pasir)
Pasir
dengan butiran
halus
Lanau dan lempung batas cair
Lanau dan lempung batas cair
Kerikil 50%
tertahan saringan No. 4
Pasir
lolos saringan No. 4
Tanah berbutir halus
50% atau lebih lolos ayakan No. 200
Tanah berbutir kasar
tertahan saringan No. 200
Divisi Utama
Tanah-tanah
dengan
kandungan organik sangat
tinggi
Simbol
Nama Umum
GW
Kerikil bergradasi-baik dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau
sama sekali tidak mengandung
butiran halus
GP
Kerikil bergradasi-buruk dan
campuran kerikil-pasir, sedikit atau
sama sekali tidak mengandung
butiran halus
GM
Kerikil berlanau, campuran kerikilpasir-lanau
GC
Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
SW
Pasir bergradasi-baik , pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir
berkerikil, sedikit atau sama sekali
tidak mengandung butiran halus
SM
Pasir berlanau, campuran pasirlanau
SC
Pasir berlempung, campuran pasirlempung
ML
Lanau anorganik, pasir halus
sekali, serbuk batuan, pasir halus
berlanau atau berlempung
CL
Lempung anorganik dengan
plastisitas rendah sampai dengan
sedang lempung berkerikil,
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean
clays)
OL
Lanau-organik dan lempung
berlanau organik dengan plastisitas
rendah
MH
Lanau anorganik atau pasir halus
diatomae, atau lanau diatomae,
lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan
plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus ; Kurang dari 5% lolos saringan no.200:
GM, GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no.200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12%
lolos saringan No.200 : Batasan klasifikasi yang mempunyai simbol dobel
Tabel 2.3. Sistem Klasifikasi Unified (Hardiyatmo, 1996)
Kriteria Klasifikasi
Cu = D60> 4
D10
Cc =
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
GW
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI < 4
Batas-batas
Atterberg di
bawah garis A
atau PI > 7
Cu = D60> 6
D10
Cc =
Lempung organik dengan
plastisitas sedang sampai dengan
tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan tanahtanah lain dengan kandungan
organik tinggi
Bila batas
Atterberg berada
didaerah arsir
dari diagram
plastisitas, maka
dipakai dobel
simbol
(D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk
SW
Batas-batas
Bila batas
Atterberg di
Atterberg berada
bawah garis A
didaerah arsir
atau PI < 4
dari diagram
Batas-batas
plastisitas, maka
Atterberg di
dipakai dobel
bawah garis A
simbol
atau PI > 7
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang
terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar.
Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah
yang di arsir berarti batasan klasifikasinya
menggunakan dua simbol.
60
50
CH
40
CL
30
Garis A
CL-ML
20
4
ML
0 10
OH
(D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
20
30
ML atau OH
40 50
60 70 80
Batas Cair LL (%)
Garis A : PI = 0.73 (LL-20)
Manual untuk identifikasi secara visual dapat
dilihat di ASTM Designation D-2488
14
B. Tanah Lempung
1. Definisi Tanah Lempung
Tanah lempung adalah kumpulan dari partikel-partikel mineral lempung
dan bukan lempung, yang memiliki sifat-sifat yang sebagian besar,
walaupun tidak secara keseluruhan, ditentukan oleh mineral-mineral
lempung (Anonim, 2011). Beberapa pendapat para peneliti mengenai
definisi dari tanah lempung, yaitu:
a. Tanah
lempung merupakan
agregat
partikel-partikel
berukuran
mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pelapukan unsurunsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam
keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada keadaan
air lebih tinggi, lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat
lunak(Das, 1985).
b. Tanah lempung adalah tanah yang terdiri dari partikel-partikel tertemtu
yang menghasilkan sifat plastis apabila dalam kondisi basah(Grim,
1962)
c. Tanah lempung merupakan deposit yang mempunyai partikel berukuran
lebih kecil atau sama dengan 0,002 mm dalam jumlah lebih dari 50%;
(Bowles, 1984).
d. Tanah lempung memiliki ukuran butiran halus > 0,002 mm,
permeabilitas rendah, kenaikan air kapiler tinggi, bersifat sangat
kohesif, kadar kembang susut yang tinggi dan poses konsolidasi lambat;
(Hardiyatmo, 1996).
15
e. Tanah lempung terdiri dari butir-butir yang sangat kecil ( < 0,002 mm)
dan yang memungkinkan bentuk bahan itu diubah-ubah tanpa
perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk aslinya, dan tanpa terjadi
retakan-retakan atau terpecah-pecah. (Wesley, 1977)menunjukkan sifatsifat plastisitas dan kohesi. Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa
bagian-bagian itu melekat satu sama lainnya, sedangkan plastisitas
adalah sifat
2. Jenis Mineral Lempung
Tanah lempung terdiri sekumpulan partikel-partikel mineral lempung yang
berbentuk lempeng pipih dan merupakan partikel darimika, mineral
lempung dan mineral lainnya. Faktor utama yang digunakan untuk
mengontrol ukuran, bentuk, sifat fisik, sifat kimia dan partikel tanah
adalah mineralogi (Mitchell, 1976). Sifat fisik dan mekanis tanah lempung
dikendalikan oleh mineral yang terkandung di tanah tersebut. Mineral
tersebut terutama terdiri dari alumunium silikat yang terdiri dari silikat
tetrahedral dan alumunium oktahedral. Mineral-mineral ini terdiri dari
kristal dimana atom-atom yang membentuknya berada dalam suatu pola
geometri tertentu. Setiap unit tetrahedral terdiri dari empat atom oksigen
mengelilingi satu atom silikon, sedangkan unit oktahedral terdiri dari enam
atom oksigen yang mengelilingi satu atom silikon, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2.
16
Gambar 2.2. Rangkaian Dasar Oktahedral dan Tetrahedral (Grim, 1962
dalam Verhoef, 1985)
Mineral-mineral lempungmerupakan produk pelapukan batuan yang
terbentuk dari penguraian kimiawi mineral-mineral silikat lainnya dan
selanjutnya
terangkut
ke
lokasi
pengendapan
oleh
berbagai
kekuatan.Mineral-mineral lempung digolongkan ke dalam golongan besar,
yaitu kaolinite, smectite(montmorillonite), danillite(mika hidrat).
a. Kaolinite
Kaolinitemerupakan mineral dari kelompokkaolin, terdiri dari susunan
satu lembar silika tetrahedradengan satu lembar aluminium oktahedra,
dengan satuan susunan setebal 7,2 Ǻ (1 angstrom (Ǻ) = 10-10 m) seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2.3. Kedua lembaran terikat bersama
lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika aluminium,
keduanya terikat oleh ikatan hidrogen.-sama, sedemikian hingga ujung
dari lembaran silika dan satu lapisan lembaran oktahedra membentuk
suatu lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan
aluminium, keduanya terikat oleh ikatan hidrogen. Kedua lembaran
17
terikat bersa
bersama-sama, sedemikian hingga ujung dari
ri lembaran silika
dan satuu lapi
lapisan lembaran oktahedramembentuk suatu
Gambar
ar 2.3. Susunan Mineral Kaolinite(Lambe 1953,
953, da
dalam
Hardiyatmo, 1996)
Pada kead
adaan tertentu, partikel kaolinitemungkinn lebih dari 100
tumpukann yyang sukar dipisahkan. Karena itu, minerall iini stabil dan air
tidak dapa
pat masuk di antara lempengan (air dapa
pat menimbulkan
kembang susut pada sel satuannya).
b. Montmorill
orillonite
Montmorill
orillonitedisebut juga smectite adalah mineral
ral yang dibentuk
oleh dua le
lembar silika dan satu lembar aluminium (gibbsi
gibbsite). Susunan
mineral mont
ontmorillonite ditunjukkan pada Gambar 2.4.
4.
18
Gambar 2.4. Susunan Mineral Montmorillonite (Lambe 1953, dalam
Hardiyatmo, 1996)
Lembaran oktahedra terletak diantara dua lembar silika dengan ujung
tetrahedra tercampur dengan hidroksil dari lembaran oktahedra untuk
membentuk satu lapisan aluminium oleh magsenium. Karena adanya
gaya ikatan Van der Waals yang lemah diantara ujung lembaran silika
dan terdapat kekuatan muatan negatif dalam lembaran oktahedra, air
dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk dan memisahkan
lapisannya, jadi kristal montmorillonite sangat kecil tapi waktu tertentu
mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-tanah yang
mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh
tambahan kadar air. Tekanan pengembangan yang dihasilkan dapat
merusak struktur ringan dan perkerasan jalan raya.
19
c. Illite
Illite adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineralmineralkelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah
lembaran aluminiumoktahedrayang terikat diantara dua lembaran silika
tetrahedra.
Dalam
aluminium
oleh
lembaranoktahedra,
magnesium
dan
terdapat
besi,
subsitusi
dandalam
parsial
lembaran
tetrahedraterdapat pula substitusi silikon oleh aluminiumseperti yang
diperlihatkan oleh Gambar 2.5. Lembaran-lembaran terikat bersamasama oleh ikatan lemah ionionkalium (K+). Susunan illite tidak mudah
mengembang oleh air diantaralembaran-lembarannya.
Gambar 2.5. Susunan Mineral Illite(Lambe 1953, dalam Hardiyatmo,
1996)
20
3. Sifat Tanah Lempung
Sifat khas yang dimiliki oleh tanah lempung adalah dalam keadaan kering
akan bersifat keras, dan jika basah akan bersifat lunak plastis, dan kohesif,
mengembangdan menyusut dengan cepat, sehingga mempunyai perubahan
volume yang besar dan itu terjadi karena pengaruh air.Adapun sifat-sifat
umum dari mineral lempung, yaitu:
a. Hidrasi
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel
lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh
lapisan-lapisan molekul air dalam jumlah yang besar. Lapisan ini sering
mempunyai tebal dua molekul dan disebut lapisan difusi, lapisan difusi
ganda atau lapisan ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air
atau kation yang disekitarnya. Lapisan ini akan hilang pada temperatur
yang lebih tinggi dari60ºC-100ºCdan akan mengurangi plastisitas
alamiah,tetapisebagian air juga dapat menghilang cukup dengan
pengeringan udara saja.
b. Aktivitas
Aktivitas tanah lempung merupakan perbandingan antara indeks
plastisitas (PI) dengan prosentase butiran yang lebih kecil dari 2 µm
yang dinotasikan dengan huruf C dandisederhanakan dalam persamaan
berikut:
A
PI
C
21
Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi kemampuan
mengembang tanah lempung. Gambar 2.6 berikut mengklasifikasikan
mineral lempung berdasarkan nilai aktivitasnya yakni:
1) Montmorrillonitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 7,2
2) Illitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,9 dan < 7,2
3) Kaolinitedengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,38 dan < 0,9 dan
4) Polygorskite dengan nilai aktivitas (A) < 0,38.
Natriummontmorilonite(A = 7,2)
kaolinite(A = 0,38)
Illite( A = 0,9)
Gambar 2.6.Aktivitas Mineral Lempung (Skempton, 1953 dalam
Hardiyatmo, 1996)
c. Flokulasi dan Dispersi
Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak
mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal (amophus) maka daya
negatif, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Waals, dan partikel
berukuran kecil akan bersama-sama tertarik dan bersinggungan atau
bertabrakan di dalam larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang
tertarik akan membentukflok (flock) yang berorientasi secara acak, atau
struktur yang berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan
22
cepatnya dan membentuk sendimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan
dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung
asam (ion H+), sedangkan penambahan bahan-bahan alkali akan
mempercepat flokulasi. Lempung yang baru saja berflokulasi dengan
mudah tersebar kembali dalam larutan semula apabila digoncangkan,
tetapi apabila telah lama terpisah penyebarannya menjadi lebih sukar
karena adanya gejala thiksotropic, dimana kekuatan didapatkan dari
lamanya waktu.
d. Pengaruh Air
Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang
tidak murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas
Atterberg, ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai
dengan keperluan. Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat
membuat hasil yang cukup berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah
di lapangan dengan air yang telah terkontaminasi. Air berfungsi sebagai
penentu sifat plastisitas dari lempung. Satumolekul air memiliki muatan
positif dan muatan negatif pada ujung yang berbeda (dipolar).
Fenomena hanya terjadi pada air yang molekulnya dipolar dan tidak
terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti karbon tetrakolrida (CCl4)
yang jika dicampur lempung tidak akan terjadi apapun.
23
C. Tanah Lempung Lunak
Penggunaan istilah "tanah lunak" berkaitan dengan, tanah-tanah yang jika
tidak dikenali dan diselidiki secara berhati-hati dapat menyebabkan masalah
ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang yang tidak dapat ditolerir, tanah
tersebut mempunyai kuat geser yang rendah dan kompresibilitas yang tinggi.
Adapun salah satu tipe tanah yang termasuk kedalam jenis tanah lunak yaitu
lempung lunak (Anonim, 2001).
Tanah lempung lunak adalah tanah yang mengandung mineral-mineral
lempung dan memiliki kadar air yang tinggi, yang menyebabkan kuat geser
yang rendah. Dalam rekayasa geoteknik istilah 'lunak' dan 'sangat lunak'
khusus didefinisikan untuk lempung dengan kuat geser seperti ditunjukkan
pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4. Definisi Kuat Geser Lempung Lunak(Anonim, 2001)
Konsistensi
Kuat Geser (kN/m2)
Lunak
12,5-25
Sangat Lunak
< 12,5
Sebagai
indikasi
dari
kekuatan
lempung-lempung
tersebut
prosedur
identifikasi lapangan pada Tabel 2.5 memberikan beberapa petunjuk.
Tabel 2.5. Indikator Kuat Geser Tak Terdrainase Tanah Lempung Lunak
(Anonim, 2001)
Konsistensi
Lunak
Sangat Lunak
Indikasi Lapangan
Bisa dibentuk dengan mudah dengan jari tangan
Keluar di antara jari tangan jika diremas dalam
kepalan tangan
24
Lempung lunakatau juga yang dikenal lempung expansivemerupakan jenis
tanah lempung yang diklasifikasikan kedalam jenis tanah yang memiliki nilai
pengembangan dan nilai penyusutan yang besar, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan pada struktur yang berada diatasnya. Hal tersebut dikarenakan
besarnya nilai aktivitas (A) tanah lempung, besar kecilnya nilai aktivitas tanah
lempung dipengaruhi oleh nilai indeks plastisitas (PI) tanah, pada Tabel 2.6
dapat diketahui potensi pengembangan suatu jenis tanah berdasarkan nilai
indeks plastisitasnya (PI), untuk tanah lempung yang dapat dikategorikan
kedalam tanah lempung yang expansive yakni tanah yang memiliki potensi
pengembangan yang sangat tinggi batasan nilai indeks plastisitasnya atau PI >
35%, selain itu nilai aktivitas tanah lempung juga dapat dipengaruhi oleh jenis
mineral yang terkandung pada tanah tersebut semakin plastis mineral lempung
semakin potensial untuk menyusut dan mengembang.
Tabel 2.6.Potensi Pengembangan (Holtz, 1969; Gibbs, 1969; USBR, 1974
dalam Usman, 2008)
Potensi
Pengembangan
Persen
Indek
Batas
Batas
Pengembangan (akibat tekanan
Koloid
Plastisitas
Susut
Cair
6,9 KPa)
(30
>28
>35
>11
>65
Tinggi
20-30
20-31
25-41
7-12
50-63
Sedang
10-20
13-23
15-28
10-16 39-50
Rendah