PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DI KOTA BANDAR
LAMPUNG
Oleh
M.Prabu Natagama
Perforasi tiket merupakan komponen penting dalam rangka pemungutan Pajak
Hiburan di Kota Bandar Lampung yang telah diatur dalam Peraturan Walikota
Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pemungutan Pajak
Hiburan. Sistem pemungutan pajak hiburan secara self assessment pada
penyelenggaraan konser musik, membuat pengawasan perforasi tiket konser
musik menjadi komponen yang penting untuk memaksimalkan pemasukan dan
kebocoran dari pajak hiburan.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pengawasan perforasi tiket konser musik sebagai dasar pengenaan pajak hiburan
di Kota Bandar Lampung, dengan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah pengawasan perforasi tiket konser musik di Kota Bandar
Lampung, 2. Faktor - faktor apa sajakah menjadi penghambat dalam pengawasan
perforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung.
Metode yang digunakan oleh peneliti yaitu normatif empiris, dengan data primer
dan sekunder, yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa pengawasan perforasi tiket konser musik di Kota Bandar
Lampung telah dilaksanakan dengan pengawasan secara preventif dengan cara
memeriksa kelengkapan administrasi penyelenggara konser musik seperti surat
izin keramaian dari kepolisian serta tiket yang akan diperforasikan dan juga
represif dengan cara pengecekan kembali sales report dari penyelenggara konser,
namun belum maksimal, karena pengawasaan hanya dilakukan secara
administratif namun tidak ada pengawasan secara langsung dilapangan.
Saran dari peneliti yaitu sebaiknya pengawasan jangan hanya dilakukan secara
administratif, namun juga dilakukan pengawasan secara langsung dilapangan,
karena kecurangan justru sering terjadi saat penyelenggaraan konser musik sedang
berjalan, serta pengawasan didalam tubuh Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar
Lampung itu sendiri juga harus dilakukan.
Kata Kunci: Pengawasan, Perforasi Tiket, Pajak Hiburan

i

ABSTRACT

SUPERVISION PERFORATION MUSIC CONCERT TICKETS AS A
BASIS FOR ENTERTAINMENT TAX IN BANDAR LAMPUNG CITY

By
M.Prabu Natagama
Perforated ticket is an important component in the framework of Entertainment
Tax collection in Bandar Lampung which has been arranged in Bandar Lampung
Mayor Regulation No. 117 of 2011 on the Procedures for Tax Collection
Entertainment. Entertainment tax collection system of self assessment in
organizing music concerts, making supervision perforation music concert tickets
become an important component to maximize revenue and leakage of
entertainment tax.
Based on these descriptions, researchers interested in studying surveillance
perforation music concert tickets as entertainment tax base in the city of Bandar
Lampung, the following issues: 1. How supervision perforation music concert
tickets in Bandar Lampung, 2. Factors - what are the factors into inhibitors in
surveillance perforation music concert tickets in Bandar Lampung.
The method used by the researchers that the normative empirical, with primary
and secondary data, which was analyzed by descriptive qualitative. The research
concludes that the surveillance perforation tickets for a concert in the city of
Bandar Lampung have been carried out under the supervision preventively by
checking the completeness of the administrative organizer music concerts such
as licenses crowd of police and the tickets will diperforasikan and repressive by

checking back sales reports from the organizers of the concert , but not
maximum, because monitoring only done administratively but there is no direct
supervision of the field.
Suggestions from researchers that monitoring should not only be done
administratively, but also carried out supervision directly in the field, because
cheating is often the case when the organization is running a music concert, as
well as the oversight body within the Regional Revenue Office Bandar Lampung
city itself is also to be done.
Keywords: Monitoring, Perforation Tickets, Entertainment Tax

PENGAWASAN PERFORASI TIKET KONSER MUSIK SEBAGAI
DASAR PENGENAAN PAJAK HIBURAN DIKOTA BANDAR
LAMPUNG

Oleh

M. PRABU NATAGAMA
Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara
Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Lampung pada
tanggal 28 Oktober 1992. Penulis merupakan anak ke 3
dari 4 bersaudara dari pasangan Ayahanda Amran
Malawi, S.H. dan Ibunda Dewi Indriati, S.Pd., M.M.
Penulis mengawali pendidikannya di Sekolah Dasar
Negeri (SDN) 2 Rawa Laut dan tamat pada tahun 2005,
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Bandar Lampung dan tamat tahun
2008, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 12

Bandar Lampung dan tamat pada tahun 2011.
Pada tahun 2011 penulis di terima sebagai mahasiwa Fakultas Hukum Universitas
Lampung, program pendidikan Starata 1 (S1) dan mengambil bagian Hukum
Administrasi Negara (HAN). Penulis juga telah mengikuti program pengabdian
langsung kepada Masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Dipasena
Utama Kecamatan Rawajitu Timur Kabupaten Tulang Bawang, selama 40 hari
pada bulan Januari 2015.
Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif di organisasi kemahasiswaan baik
di internal dan eksternal kampus, di internal kampus penulis mengawali karirnya

vii

di BEM FH UNILA sebagai Staf Dinas Minat dan Bakat 2012-2013,
MAHKAMAH FH UNILA sebagai Anggota Bidang Agitasi dan Propaganda
2012-2013, BEM FH UNILA sebagai Asisten 2 2013-2014, HIMA HAN FH
UNILA sebagai KETUA UMUM 2014-2015. Di eksternal kampus penulis aktif
sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) diawali Basic Training LK I di
Komisariat Hukum Unila pada tahun 2011, Selama berproses di HMI Komisariat
Hukum Unila penulis pernah diamanahkan menjadi pengurus hingga presidium di
Departemen Kepemudaan 2013-2014, Kepala Bidang Kekaryaan 2013-2014, dan

Bendahara Umum 2014-2015.

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Dengan segala kerendahan hati
saya persembahkan skripsi yang sederhana ini kepada

Kedua orang tuaku Bapak Amran Malawi, S.H. dan Ibuku Dewi Indriati, S.Pd., M.M.,
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan rasa cinta yang sangat besar yang tidak akan mungkin dapat
kubalas dengan apapun di dunia ini, berkat do’a yang selalu kalian berikan padaku, aku dapat
menyelesaikan skripsi ini semata-mata untuk membanggakan kalian.

Atu Harumi Wanasita, S.E., Atu Anggun Larasati, S.S., dan Adikku Mutiara Khairunisa.
yang saya sayangi dan menjadi salah satu motivasi di kehidupan saya.

Para dosen yang telah mendidikku dan Almamater tercinta.


MOTTO

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada
kemudahan Dan sesungguhnya bersama dengan kesulitan itu
ada kemudahan”
(QS. Al-Insyirahi: 5-6)

Hidup ini bukanlah suatu jalan yang datar dan ditaburi bunga,
melainkan adakalanya disirami air mata dan juga darah.
( Buya Hamka )

Seberat apapun perjuangan, tetaplah berpihak pada kebenaran.
( Penulis )

Dengan Ridho Allah Yakin Usaha Sampai
( Himpunan Mahasiswa Islam)

SANWACANA

Puji syukur Penulis kehadirat Allah SWT dan nabi Muhammad SAW yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengawasan Perforasi tiket konser musik sebagai dasar pengenaan Pajak Hiburan di
Kota Bandar Lampung”, Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas
dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada:
1.

Bapak Dr. Yuswanto, S.H.,M.Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

2.

Ibu Marlia Eka Putri, S.H.,M.H.. selaku Dosen Pembimbing II yang telah juga
memberikan bimbingan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

3.

Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Pembahas I yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun kepada Penulis.


4.

Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku dosen Pembahas II yang juga telah banyak
memberi saran dan kritik yang membangun kepada Penulis.

5.

Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Lampung .

6.

Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara yang
telah memberikan arahan kepada Penulis selama menyelesaikan skripsi ini.

7.

Ibu Nurmayani S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan selama penulis menjadi mahasiswa.


8.

Kakanda Dr. Hamzah, S.H., M.H., Wakil Dekan bagian Kemahasiswaan dan Alumni
Fakultas Hukum Universitas Lampung dan Mas Rusmialdi S.H., Kasubbag
kemahasiswaan yang telah banyak memberi dorongan semangat dan pengarahan selama
penulis berproses di Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9.

Bapak dan Ibu dosen pada Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya yang semoga bermanfaat bagi penulis.

10.

Yang tercinta Ayahanda Amran Malawi, S.H. dan Ibunda Dewi Indriati S.Pd., M.M.,
yang telah bersusah payah mengasuh, mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih
sayang dan kesederhanaan serta tidak bosan-bosannya mendoakan keberhasilan penulis.

11.


Atu Harumi Wanasita, S.E., Atu Anggun Larasati, S.S., Adikku Mutiara Khairunisa yang
telah mendukung dan menanti keberhasilanku.

12.

Kanda Heryandi (cendi), Kanda Triadi, Kanda Muhtadi, Kanda Ahmad Saleh, Kanda
Budiono, Kanda Yusdianto, Kanda Wahrul Fauzi, Kanda Alian, Kanda Chandra
Muliawan, Kanda Iqbal Basrie, Kanda Suntan, Kanda Azam, Kanda Andriawan, Kanda
Galuh, Kanda Yefri, Kanda Alan, Kanda Taufik, Kanda Jana serta kakanda ayunda yang
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
bimbingan, pengarahan, dorongan semangat selama penulis menjadi kader dan Presedium
Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Cabang Bandar Lampung Komisariat Hukum Unila.

13.

Sahabat-sahabat sekaligus teman seperjuanganku presedium KHU 2014-2015 Imam
Mukhlasin, Kodri Ubaidillah. Arahmat Panca, Shintya Sardi, Agung Kurniawan, Abung
Pratama, Maryanto, Beni Prawira, Hany serta kawan-kawan angkatan 2011 yang telah
setahun bersama mengemban Amanah dan konstitusi Himpunan Mahasiswa Islam (HmI)
untuk mengabdi menjadi Presedium KHU

14.

Sahabat-sahabat pengurus HIMA HAN 2014-2015 Murni Triana, Agung Asadillah,
Almira Balqis, M. Fadel Nurman, Untari, Hilman, Ferdian, Yonathan, Ratna Eka Sari,
Gilang, Tara, Shandi, Putra, dan kawan-kawan yang lain kalian semua partner kerja
terbaik saya, sukses buat kita semua.

15.

Sahabat-sahabat pada Basic Training LK I Komisariat Hukum Unila pada tahun 2011
“Prabu Dafa” dan seluruh adinda-adinda sekalian angkatan Basic Traning LK
1,”Samudra Byzantium”, “Anti Stagnasi”, “Victoria Bonifide“
kasih banyak telah aktif

saya ucapkan terima

berproses serta mambantu kinerja kami selama periode

pengurusan di KHU selama saya menjadi presidium.
16.

Sahabat-sahabat pengurus PERSIKUSI 2013-2014, Beni, Asa, Eka, Andika, Arnold,
Dimas, dan seluruh kepanitiaan YUPTURE 2014, trimakasih atas kerjasama dan
persaudaraan kalian, acara kita pecah, keren banget.

17.

Kepada Eka, udin, ponidi, rido, fito, aga, abah, gery, himawan, fajar, kahfi, roney, alger,
andi lem, andika, Asa, Almira, Murni, Bang Sueng, Bang Aldy, jandri, dhaniko, fran,
fungky, el, fredi, bang yuli, arif, shintya, imam, danan, ndar, fikri dan Seluruh Angkatan
2011 Fakultas Hukum Unila yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas kebersamaanya.

18.

Kepada Staff gedung D, Pak Misyo, Mas Hadi, Kiyay Jek, Pak Sutris, Bu Yenti, Bang
Denis, Pak Jarwo yang telah memberi arahan dan bantuan kepada penulis.

19.

Emak, sari, Tante Tuti, A’a, Teteh, Bude Bayu, Mba Rina terima kasih karena telah
membantu memenuhi kebutuhan pangan selama penulis menyelesaikan perkuliahan.

20.

Kepada keluarga besar om Heri, yuk Ita, ridwan, dani, dimas, bintang, yang telah
memberikan bantuan pangan dan sudah seperti keluarga sendiri pada penulis.

21.

Pak Hamam, Pak Tugiyo dan ibu, Mas Toni, Kak Edo, dan seluruh warga desa Dipasena
Utama, Kecamatan Rawajitu Timur, Kabupaten Tulang Bawang yang telah bersedia
mengizinkan saya dan teman-teman selama 40 hari tinggal tinggal di desa kalian dan
telah dianggap seperti keluarga sendiri pada saat saya Kuliah Kerja Nyata (KKN).

22.

Keluarga baru saya pada Kuliah Kerja Nyata (KKN) Neni, Dendi, Lia, Siti, terimakasih
atas kerjasamanya dan pengalaman suka dan duka yang telah kita jalani bersama di desa
Dipasena Utama.

Penulis menyadari bahawa skripsi ini tidaklah sempurna, oleh karenanya kritik dan saran apapun
bentuknya penulis hargai guna melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada namun demikian
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Semoga amal ibadahnya di terima oleh
Allah AWT.
Wasalammu”alaikum Wr. Wb
Bandar Lampung,
Penulis

M. Prabu Natagama

2015

DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
PERSETUJUAN
PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN
SANWACANA
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang………………………………………………………………1
1.2 RumusanMasalah…………………………………………………………...5
1.3 TujuanPenelitian……………………………………………………………6
1.4 KegunaanPenelitian………………………………………………………...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengawasan…………………………………………………………………8
2.1.1 PengertianPengawasan.…………………………………………..8
2.1.2 TujuanPengawasan……………………………..………………...9
2.1.3 JenisPengawasan…………………………………………………9
2.2 PendapatanAsli Daerah…………………………………………………….11
2.2.1PengertianPendapatanAsli Daerah………………………………11
2.2.2 Sumber-SumberPendapatanAsli Daerah………………………...12
2.3 Pajakdaerah………………………………………………………………...15
2.3.1 PengertianPajakdaerah…………………………………………..15
2.3.2 Ciri-Ciri Yang MelekatPadaPengertianPajakdaerah…………...17
2.3.3 JenisPajakdanFungsiPajakdaerah……………………………...18
2.3.4 WajibPajakDan ObjekPajakdaerah……………………………..20
2.3.5 SistemPemungutanPajakdaerah………………………………....21
2.4 PajakHiburan……………………………………………………………….23
2.4.1 PengertianPajakHiburan…………………………………………23
2.4.2 ObjekSubjek Dan JenisPajakHiburan…………………………..25
2.4.3 TarifPajakHiburan……………………………………………….26
2.4.4 DasarHukumPemunguntanPajakHiburan……………………....27
2.5 PerforasiTiket…………………………………………………………….....28

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 PendekatanMasalah………………………………………………………..29
3.2 SumberData………………………………………………………………..30
3.3 ProsedurPengumpulan Data……………………………………………….31
3.4 Pengolahan Data……………………………………………………………32
3.5 Analisis Data………………………………………………………….…….32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1GambaranUmumDinasPendapatan Kota Bandar Lampung…………….34
4.2 PengawasanPerforasiTiketKonserMusik Di Kota Bandar Lampung…..39
4.3 FaktorPenghambatPengawasanPerforasiTiketKonserMusik
di Kota Bandar Lampung………………………………………………….43
BAB V KESIM PULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………...45
5.2 Saran……………………………………………………………………….46
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan nasional dalam
rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut
pentingnya pengelolaan pajak tersebut menjadi prioritas bagi pemerintah.
Umumnya dikenal 2 fungsi pajak yaitu, budgetair dan regulerend. Budgetair
merupakan fungsi utama, pajak digunakan sebagai alat untuk memasukan dana
secara optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku atau alat untuk memasukan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara.
Sedangkan fungsi regulerend adalah sebagai fungsi tambahan atau fungsi
pelengkap sehingga pajak dipergunakan oleh Pemerintah sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu.

Menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata
cara perpajakan, pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UndangUndang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.Salah
satuaspekpenunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan nasional

2

selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya
lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik yang diperoleh dari sumbersumber pajak maupun non pajak.

Upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah agar dapat
melaksanakan otonomi, khususnya yang berasal dari pajak daerah dan retribusi
daerah,

Pemerintah

menetapkan

berbagai

kebijakan

perpajakan

daerah,

diantaranya dengan menetapkan UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. UU No.28 Tahun 2009 diharapkan dapat lebih mendorong
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan kemandirian daerah, dalam
undang-undang tersebut, pajak daerah dan retribusi daerah menjadi salah satu
sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah sehingga terdapat perluasan objek pajak daerah dan retribusi
daerah serta adanya pemberian diskresi (keleluasaan) dalam penerapan tarif.

Sesuai UU No. 28 Tahun 2009, jenis-jenis pajak daerah adalah sebangai berikut:

A. Pajak Provinsi terdiri atas: Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama
kendaraan bermotor, Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, Pajak air
permukaan, dan Pajak rokok.

B. Jenis Pajak Kabupaten/Kota terdiri atas: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak
hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak mineral bukan
logam dan bantuan, Pajak parkir, Pajak air tanah, Pajak sarang burung
wallet, Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan.

3

Penghasilan dari sumber pajak meliputi berbagai sektor perpajakan antara lain
diperoleh dari Pajak Hiburan, Pajak Hiburan merupakan salah satu faktor
pemasukan bagi daerah yang cukup potensial dan berkontribusi terhadap
pendapatan daerah.

Pajak hiburan didalam Undang-Undang No 28 tahun 2009 adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan, Hiburan yang dimaksud ialah semua jenis tontonan,
pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut
bayaran, yang terdiri dari:
a. Tontonan film;
b. Pegelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya
d. Pameran
e. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya
f. Sirkus, akrobat, dan sulap
g. Permainan bilyar, golf dan bowling
h. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan
i. Panti pijat, refleksi, mandi uap/ spa, dan pusat kebugaran (fitness center)
j. Pertandingan olahraga

Salah satu jenis Pajak hiburan yang dipungut oleh pemerintah kota Bandar
Lampung adalah penyelenggaraan konser musik.

Berdasarkan pra-survei, terhitung sejak bulan Juni 2014 sampai bulan Desember
2014 telah diselenggarakan beberapa konser musik, seperti konser YUPTURE
(Youth Appreciation For Cultur) yang diselenggarakan di Kolam Renang

4

Pahoman, pada Bulan Juni 2014, kemudian September Project yang diadakan di
Kolam Renang Pahoman, pada Bulan September 2014, lalu Festival Akbar yang
di selenggarakan di Lapangan Saburai pada Bulan Oktober 2014, kemudian Artery
Project yang diselenggarakan di Graha Mandala Alam, pada Bulan November
2014, kemudian Clasounsation yang diselenggarakan di Balai Krakatau pada
Bulan November 2014, dan Project Ruang Kosong yang diselenggarakan di Alam
Wawai, pada November 2014.
Dasar pemungutan pajak hiburan adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
2. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
3. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung No. 01 Tahun 2011
tentang Pajak Daerah
4. Peraturan Walikota Bandar Lampung No. 117 Tahun 2011 Tentang
Tata Cara Pemungutan Pajak Hiburan.

Salah satu cara untuk mengendalikan pajak hiburan, terutama di sektor konser
musik ialah dengan perforasi tiket, perforasi tiket ialah pemberian cap berupa
lubang-lubang kecil pada tiket, kegunaan perforasi tiket ialah untuk pelegalan atau
suatu tanda bahwa tiket tersebut telah membayarkan pajak hiburan.1

Penyelenggara yang menyelenggarakan konser tentunya di kenakan pajak hiburan,
penyelenggara yang telah membayar pajak hiburan ditandai dengan cap yang

1

Wawancara dengan kasi penerimaan sumber lain-lain Dispenda kota Bandar Lampung, pada
tanggal 28 agustus 2015, Pada Pukul 09.00 Wib.

5

beraada di tiket penjualan konser tersebut yang disebut dengan perforasi, namun
masih saja ada konser musik yang diketahui tiketnya tidak di tandai dengan cap
perforasi, beberapa konser yang tiketnya tidak diperforasi yaitu yupture2014, serta
September projek yang deselenggarakan oleh 0721.org, dan masih banyak lagi
konser yang tidak mengurus perforasi sedangkan pada Pasal 10 Peraturan
Walikota Bandar Lampung Nomor 117 tahun 2011 menyebutkan “Setiap wajib
pajak, wajib menggunakan tiket tanda masuk atau nota pembayaran yang telah
diperforasi/disahkan Dinas Pendapatan Daerah untuk setiap transaksi atas
penyelenggaraan Hiburan”,Artinya setiap tiket yang diperjual belikan harus
diperforasi terlebih dahulu agar sah untuk diperjual belikan, selain itu penghasilan
dari penjualan tiket konser musik cukup besar dan dapat membantu pemasukan
daerah dan pembangunan daerah kota Bandar Lampung khususnya.

Dari uraian tersebut diatas maka peneliti perlu untuk melakukan penelitian dengan
judul: “PengawasanPerforasi Tiket Konser musik Sebagai Dasar Pengenaan
Pajak Hiburandi Kota Bandar Lampung”

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a.

Bagaimanakah pengawasanperforasi tiket konser musik di Kota Bandar
Lampung ?

b.

Faktor-faktorapa

sajakah

menjadi

penghambat

pengawasanperforasi tiket konser musikdi Kota Bandar Lampung?

dalam

6

1.3

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
a.

Untuk mengetahui bagaimana pengawasanperforasitiket konser musik di
Kota Bandar Lampung.

b.

Untuk mengetahui faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam
pengawasanperforasi tiket konser musik di Kota Bandar Lampung.

1.4

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1.

Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi perkembangan ilmu Hukum Administrasi Nesgara khususnya di
bidang Pajak dan Retribusi Darerah yaitu tentang Pajak hiburan dari konser
musik.

2.

Kegunaan Praktis
Adapun kegunaan secara praktis untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan memperluas wawsan serta bentuk sumbangan yang dapat diberikan
dalam rangka pengabdian kepada masyarakat dalam instansi yang terkait

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengawasan
2.1.1. Pengertian Pengawasan
Pengawasan itu sendiri didefinisikan oleh Sujamto dalam bukunya AspekaspekPengawasan di Indonesia sebagai: “Segala usaha atau kegiatan untuk
mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas
atau pekerjaan, apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak.”
Senada dengan pendapat diatas, M. Manulang dalam karyanya Dasar-dasar
Manajemen,

mendefinisikan

pengawasan

sebagai:

menetapkan

pekerjaan

yang sudah

dilaksanakan,

apa

“Suatu

proses

menilainya,

untuk
dan

mengoreksinya bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan rencana semula.”
Kedua pendapat tersebut diperkuat lagi oleh pernyataan Sondang P. Siagian dalam
bukunya

Filsafat

Administrasi,

yang

menyatakan

bahwa

pengawasan

adalah:“Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh organisasi untuk
menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.”

8

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka secara singkat inti dari definisi
pengawasan adalah usaha untuk menjamin agar pelaksanaan sesuai dengan
rencana yang telah ditentukan dan disepakati bersama.

2.1.2. Tujuan Pengawasan
Tujuan Pengawasan yaitu, sebagai berikut :
1. Mengetahui proses pekerjaan apakah berjalan lancar atau tidak.
2.

Memperbaiki

kesalahan-kesalahan

yang

dibuat

oleh

pegawai

dan

mengusahakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama
atau timbulnya kesalahan-kesalahan yang baru.
3. Untuk mengetahui apakah penggunaan anggaran yang telah ditetapkan dalam
perencanaan dapat terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
4. Untuk dapat mengetahui apakah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana
sebagaimana yang telah ditetapkan.
5. Untuk menetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan apa yang telah
ditetapkan dalam perencanaan.
6. Memberikan saran tindak lanjut pekerjaan agar sesuai dengan ketentuan dan
kebijaksanaan dari pejabat yang berwenang.

2.1.3. Jenis Pengawasan
1. Pengawasan Intern dan Ekstern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.” Pengawasan

9

dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara
rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah
untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah
pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit pengawasan
yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di Indonesia
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan lembaga tinggi
negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun. Dalam menjalankan
tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan pemeriksaan aparat pengawasan
intern pemerintah, sehingga sudah sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud
harmonisasi dalam proses pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi
demikian tidak mengurangi independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai
secara obyektif aktivitas pemerintah.

2.

Pengawasan Preventif dan Represif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan ini dilakukan
pemerintah

dengan

maksud

untuk

menghindari

adanya

penyimpangan

pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara
lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem
pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang dikehendaki. Pengawasan
preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika dilakukan oleh atasan

10

langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan dilakukan akan terdeteksi
lebih awal.Di sisi lain, pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.” Pengawasan model ini
lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di mana anggaran yang telah
ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan
dan pengawasannya untuk mengetahui kemungkinan terjadinya penyimpangan.

3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang
dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan
pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan
pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan buktibukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan berdasarkan
pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid) adalah “pemeriksaan
terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan
hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara, hak berdasarkan pemeriksaan
kebenaran materil mengenai maksud tujuan pengeluaran (doelmatigheid) adalah
“pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah memenuhi prinsip ekonomi,
yaitu pengeluaran tersebut diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”
4.
Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan
pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid).

Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan untuk
menghindari terjadinya “korupsi, penyelewengan, dan pemborosan anggaran

11

negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri.” Dengan dijalankannya
pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung jawaban anggaran
dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana direncanakan2

2.2 Pendapatan Asli Daerah
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1ayat 18
bahwa “Pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”.
Menurut Warsito3, Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli daerah (PAD) adalah
pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber
PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik
daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.
Sedangkan menurut Herlina Rahman, Pendapatan asli daerah Merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah ,hasil distribusi hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli
daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan asas desentralisasi.

2

Ahmad denny salthori,Pengaruh Pengawasan Pemerintah Terhadap Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) – Mandiri Pedesaan, www.digilibunila.ac.id
3

Warsito, 2001.Hukum Pajak, PT. Rajawali Grafindo Persada, Jakarta. Hlm 128

12

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber
dari hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan
untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi.
2.2.2 Sumber-sumber pendapatan asli daerah
Dalam upaya memperbesar peran pemerintah daerah dalam pembangunan,
pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan
operasionah rumah tangganya. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa
pendapatan daerah tidak dapat dipisahkan dengan belanja daerah, karena adanya
saling terkait dan merupakan satu alokasi anggaran yang disusun dan dibuat untuk
melancarkan roda pemerintahan daerah.4
Sebagaimana halnya dengan negara, maka daerah dimana masing-rnasing
pemerintah daerah mempunyai fungsi dan tanggung jawab untuk meningkatkan
kehidupan dan kesejahteraan rakyat dengan jalan melaksanakan pembangunan
disegala bidang sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa “Pemerintah daerah berhak dan
berwenang menjalankan otonomi, seluas-Iuasnya untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan”.
Adanya hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan Kepada daerah untuk
mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, merupakan satu upaya untuk

4

Rozali Abdullah, 2002. Pelaksanaan Otonomi Luas dan Isu Federalisme Sebagai Suatu
Alternatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

13

meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mengembangkan potensi daerahnya
dengan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah secara efisien dan efektif
khususnya Pendapatan asli daerah sendiri.
Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

2014

tentang

Pemerintah

Daerah mengisyaratkan bahwa Pemerintah Daerah dalam mengurus rumah
tangganya sendiri diberikan sumber-sumber pedapatan atau penerimaan keuangan
Daerah untuk membiayai seluruh aktivitas dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas
pemerintah dan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat secara adil dan
makmur.
Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana datur dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, pasal 285yaitu:
1) Hasil pajak daerah;
Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi
daerah. Pengertian pajak, menurut Rochmad Sumitro“Pajak lokal atau pajak
daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah-daerah swatantra, seperti Provinsi,
Kotapraja, Kabupaten, dan sebagainya”.
Sedangkan Siagin merumuskannya sebagai, “pajak negara yang diserahkan
kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum publik”. Dengan demikian ciri-ciri yang menyertai pajak
daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:

14

a) Pajak daerah berasal dan pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah;
b) Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;
c)

Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang

dan/atau peraturan hukum Lainnya;
d) Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan
urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai perigeluaran daerah
sebagai badan hukum publik;
2) Hasil retribusi daerah;
Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Retribusi
menurut UU no.28 tahun 2009 adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.
ciri-ciripokok retribusi daerah, yakni:
a) Retribusi dipungut oleh daerah;
b)

Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang

Iangsung dapat ditunjuk;
c)

Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau mengenyam

jasa yang disediakan daerah;

15

3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan
penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah
dan dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggungjawabkan sendiri.
4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d, meliputi:
a) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
b) Jasa biro;
c) Pendapatan bunga;
d) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi,
potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh daerah

2.3

Pajak Daerah

2.3.1

Pengertian Pajak Daerah

Beberapa ahli mendefenisikan pajak sebagai berikut :
Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani 5 , pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat
dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk,

5

R. Santoso Brotodihardjo. 2003, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, PT Refika Aditama, Bandung,
Hlm 2

16

dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH6 , pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) denga tidak
mendapat jasa-jasa timbale (kontra-prestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Menurut Mardiasmo7, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.

Menurut N.J. Feldman, pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan
terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum)
tanpa ada kontra prestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaranpengeluaran umum.8

Menurut Pasal 1 UU Nomor 28 Tahun 2009 pengertian Pajak Daerah, yang
selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

6

Ibid, Hlm 6

7

Mardiasmo. 2011, Perpajakan Edisi Revisi, C.V Andi Offset, Yogyakarta, Hlm 1

8

Erly Suandi, 2002, Hukum Pajak, Salemba Empat, Jakarta. Hlm 9

17

Dari beberapa pengertian diatas , dapat disimpulkan bahwa pajak daerahmemiliki
unsur-unsur :
1.

Pajak daerah merupakan iuran dari rakyat kepada kas daerah yang berupa
uang (bukan barang)

2.

Pajak daerah dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang
serta aturan pelaksanaannya .

3.

Dalam pembayarannya pajak daerah tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh Pemerintah.

4.

Digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah, yakni pengeluaranpengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Pajak sebagai sumber pendapatan utama pemerintah yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang bermanfaat bagi masyarakatnya.
.
2.3.2. Ciri – Ciri Yang Melekat Pada Pengertian Pajak Daerah
Yang tersimpul dari berbagai definisi, ada ciri – ciri yang melekat pada pengertian
pajak9yaitu :
1.

Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan
pelaksananaanya.

2.

Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.

3.

9

Pajak dipungut oleh Negara, baik oleh pemerintah pusat maupun daerah

R. Santoso Brotodihardjo, op.cit, Hlm 6

18

4.

Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila
dari

pemasukannya

masih

terdapat

surplus,

dipergunakan

untuk

membiayai public investmen.
5.

Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak budgeter, yaitu mengatur.

2.3.3. Jenis Pajak dan Fungsi Pajak Daerah
Di Indonesia ditetapkan berbagai pengelompokkan pajak agar dapat membedakan
antara pajak yang satu dengan pajak yang lain. Jenis pajak dapat digolongkan
menjadi 3 macam , yaitu 10 :
1.

Menurut Golongannya
a.

Pajak LangsungAdalah pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib
pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang
lain.

b.

Pajak Tidak LangsungAdalah pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2.

Menurut Sifatnya
a.

Pajak SubjektifAdalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan diri dari wajib pajak.

b.

Pajak ObjektifAdalah pajak yang berpangkal pada objeknya tanpa
memperhatikan keadaan dari diri wajib pajak.

3.

Menurut Lembaga Pemungutnya
a.

Pajak PusatAdalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

10

Haula Rosdiana & Edi Slamet Irianto, 2012, Pengantar Ilmu Pajak , PT Rajagrafindo Persada,
Jakarta, Hlm 53

19

b.

Pajak DaerahAdalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah .

Berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 28 Tahun 2009 terdapat 5 (lima) jenis pajak
provinsi dan 11 (sebelas) jenis pajak kabupaten/kota. Secara rinci dapat dilihat
sebagai berikut:
A. Pajak Provinsi
1.Pajak Kendaraan Bermotor
2.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3.Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4.Pajak Air Permukaan
5.Pajak Rokok

B. Pajak Kabupaten/Kota
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

20

11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan
Adapun beberapa fungsi pajak yaitu11 :
1.

Fungsi pajak sebagai sumber penerimaan Negara yang aman, murah dan
berkelanjutan.

2.

Fungsi pajak sebagai Instrumen keadilan dan pemerataan.

3.

Fungsi pajak sebagai Instrumen kebijakan pembangunan.

4.

Fungsi pajak sebagai Instrumen ketenagakerjaan.

5.

Fungsi pajak sebagai Instrumen kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim.

2.3.4. Wajib Pajak dan Objek Pajak Daerah

Wajib pajak pada awalnya berasal dari subjek pajak yang dikenakan pajak karena
memenuhi syarat-syarat subjektif dan objektif yang telah ditentukan. Dengan
demikian, ada keterkaitan antara subjek pajak dengan wajib pajak, walaupun
keduanya dapat dibedakan secara hukum karena keberadaan wahib pajak bermula
dari subjek pajak.12

Objek pajak adalah segala sesuatu karena undang_undang sehingga dapat
dikenakan pajak. Kata “dapat” dikenakan pajak mengandung bahwa objek pajak,
boleh atau tidak boleh kena pajak. Pengenaan pajak terhadap suatu objek harus
dipertimbangkan secara maksimal agar tidak menimbulkan permasalahan dalam
masyarakat. Oleh karena itu, penentuan suatu objek untuk dikenakan pajak lebih

11
12

Ibid, Hlm 44

Saidi Muhammad Djafar, 2007, Pembaruan Hukum Pajak Edisi Revisi, PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta. Hlm 41

21

dahulu dilakukan penelitian sehingga dapat menciptakan kemanfaatan bagi
Negara maupun daerah selaku pihak yang membutuhkan pajak. Hal ini dipertegas
Rochmat Soemitro, bahwa yang dapat dijadikan objek pajak banyak sekali
macamnya. Segala sesuatu yang ada dalam masyarakat dapat dijadikan sasaran
atau objek pajak, baik keadaan, perbuatan, maupun peristiwa.13

2.3.5. Sistem Pemungutan Pajak Daerah
A. Official Assessment System
Official Assessment system merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pemerintah sebagai pihak pemungut pajak (fiskus)
untuk menghitung dan menetapkanukan besarnya pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak sebagai penanggung pajak14. Fiskus adalah perbendaharaan pajak.
ciri-cirinya :

a.

wewenang untuk menentukan berapa besar pajak terutang yang ada pada
fiskus.

b.

wajib pajak bersifat pasif.

c.

utang pajak akan timbul pada saat dikeluarkannya surat ketetapan pajak
oleh fiskus.

13

Ibid. Hlm 72

14

H. Mustaqiem, 2008, Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah, FH UII Press,
Yogyakarta. Hlm 89

22

B. Semi Self Assessment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan menentukan
berapa jumlah pajak yang terhutang berada pada kedua belah pihak (pemungut
pajak dan wajib pajak). Apabila pelakasanaan pemungutan pajak menggunakan
sistem ini, maka di awal tahun pajak, wajib pajak diberi kewenangan melakukan
kewajiban menghitung atau menaksir dan menentukan besar kecilnya pajak
terhutang yang harus dibayar, tetapi pada akhir tahun pajak penentuan jumlah
hutang pajak yang riil akan dihitung dan ditetapkan oleh pihak pemungut pajak.15

C. Self Assessment System
Pengertian Self Assessment System merupakan sistem pengenaan pajak yang
memberi kewewenangan kepada wajib pajak untuk menghitung dan menentukan
sendiri jumlah besarnya hutang pajak yang harus dibayar.16
ciri-cirinya :

a.

wewengan untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri

b.

dalam hal ini wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.

c.

fiskus tidak ikut campur, akan tetapi hanya mengawasi.

15

Ibid. Hlm 91

16

Ibid. Hlm 93

23

D. With Holding System
Pengertian With Holding System adalah sistem pemungutan pajak ini memberi
kewewenangan kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang
bersangkutan) untuk menghitung dan menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh wajib pajak. Fiskus akan berperan jika terjadi gejala bahwa pemotongan atau
pemungutan pajak tidak atau belum sepenuhnya dilakukan oleh pihak ketiga.17
ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.

2.4. Pajak Hiburan
2.4.1

Pengertian Pajak Hiburan

Pajak hiburan didalam Undang-Undang No 28 tahun 2009 adalah pajak atas
penyelenggaraan hiburan, Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan,
permainan, dan/atau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran.

Sularno

mendefinisikan

hiburan

adalah

sesuatu

yang

sifatnya

dapat

menyenangkan dari pribadi yang menikmati atau mengkonsumsinya.18 Pajak
hiburan menurut Nasution adalah pajak yang dikenakan atas semua hiburan
dengan memungut bayaran, yang diselenggarakan pada suatu daerah.19

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, Pajak
Hiburan dapat pula diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan
17

Ibid. Hlm 96

18

Slamet Sularno, 1999, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Negara, Jakarta. Hlm 25
19

Agus Salim Nasution, 1986, Pajak Dan Retribusi Daerah, Karunika Universitas Terbuka, Jakarta.
Hlm 512

24

hiburan. Dalam pemungutan Pajak Hiburan terdapat beberapa terminologi yang
perlu diketahui. terminologi tersebut antara lain:
1. Hiburan adalah semua jenis pertunjukkan, permainan, permainan ketangkasan,
dan atas keramaian dengan nama dan bentuk apa pun, yang ditontotn atau
dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk
penggunaan fasilitas untuk berolahraga.
2. Penyelenggara hiburan adalah orang pribadi atau badan yang bertindak baik
untuk atas namanya sendiri atau badan yang bertindak baik untuk atas
namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi
tanggungannya dalam menyelenggarakan suatu hiburan.
3. Penonton atau pengunjung adalah setiap orang yang menghadiri suatu hiburan
untuk melihat dan atau mendengar atau menikmatinya atau menggunakan
fasilitas yang disediakan oleh penyelenggara hiburan, kecuali penyelenggara,
karyawan, artis (para pemain), dan petugas yang menghadiri untuk
melakukan tugas pengawasan.
4. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima dalam
bentuk apa pun untuk harga pengganti yang diminta atau seharusnya diminta
wajib pajak sebagai penukar atas pemakaian dan atau pembelian jasa hiburan
serta fasilitas penunjangnya termasuk pula semua tambahan dengan nama apa
pun juga yang dilakukan oleh wajib pajak yang berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan hiburan. Termasuk dalam pengertian pembayaran adalah
jumlah yang diterima atau seharusnya diterima, termasuk yang akan diterima,
antara lain pembayaran yang dilakukan tidak secara tunai.

25

5. Tanda masuk adalah semua tanda atua alat atau cara yang sah dengan nama
dan dalam bentuk aapa pun yang dapat digunakan untuk menonton,
menggunakan fasilitas, atau menikmati hiburan. Tanda atau alat atau cara
yang sah adalah berupa tanda masuk yang dilegalsasu oleh Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten/Kota. Termasuk tanda masuk di sini adalah tanda masuk
dalam bentuk dan dengan nama apa pun, misalnya karcis, tiket undangan,
kartu langganan, kartu anggota (membership), dan sejenisnya.
6. Harga tanda masuk, selanjutnya disingkat HTM, adalah bayaran nilai uang
yang tercantum pada tanda masuk yang harus dibayar oleh penonton atau
pengunjung.

2.4.2

Objek, Subjek dan Jenis Pajak Hiburan

Menurut Undang-Undang No 28 tahun 2009 Objek pajak hiburan adalah jasa
penyelenggaraan hiburan yang di pungut bayaran, dan Subjek Pajak Hiburan
adalah orang pribadi atau badan yang menikmati hiburan, adapun jenis – jenis
pajak hiburan dalam pasal 42 ayat 2:

1.

Tontonan film

2. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana
3. Kontes kecantikan, binaraga, dan sejenisnya
4. Pameran
5. Diskotik, karaoke, klab malam, dan sejenisnya
6. Sirkus, akrobat, dan sulap
7. Permainan bilyar, golf dan bowling
8. Pacuan kuda, kendaraan bermotor, dan permainan ketangkasan

26

9. Panti pijat, refleksi, mandi uap/ spa, dan pusat kebugaran (fitness center)
10. Pertandingan olahraga

Dari uraian jenis pajak hiburan di atas, konser musik termasuk jenis pajak hiburan
Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana.

2.4.3. Tarif Pajak Hiburan

Menurut Peraturan daerah kota Bandar Lampung nomor 1 tahun 2011 pasal 21
tentang Pajak Daerah tarif pajak untuk setiap jenis hiburan ditetapkan sebagai
berikut:
a. Pagelaran kesenian rakyat/tradisional, sebesar 5% (lima persen) dari harga
tanda masuk;
b. Pameran, pertunjukan sirkus, akrobat, sulap, pertandingan olah raga,
(termasuk yang diselenggarakan taman hiburan rakyat/tempat wisata
air/waterpark/kolam renang) sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda
masuk;
c. tontonan film, sebesar 20% (dua puluh persen) dari harga tanda masuk;
d. Pagelaran musik, tari, sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari harga tanda
masuk;
e. Pacuan kuda, kendaraan bermotor sebesar 30% (tiga puluh persen) dari harga
tanda masuk.

27

Tarif pajak untuk penyelenggaraan hiburan selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), ditetapkan sebagai berikut:
a. Permainan ketangkasan (termasuk yang diselenggarakan game center),
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran;
b. Panti pijat, refleksi, permainan billyard, boling, golf, sebesar 35% (tiga puluh
lima persen) dari pembayaran;
c. mandi uap/spa, pusat kebugaran, pagelaran busana, kontes kecantikan,
sebesar 30% (tiga puluh persen) dari pembayaran;
d. karaoke, diskotik, klab malam, dan sejenisnya sebesar 40% (empat puluh
persen) dari pembayaran;

2.4.4. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Hiburan

1. Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang