PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK PADA PAVING BLOCK BER-FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI SEJUMLAH BAHAN SUSUN

ABSTRACT
THE INFLUENCES OF PAVING BLOCK SHAPE VARIATION ON
PAVING BLOCK WITH FLY ASH AS THE SUBSTITUTE OF
A NUMBER OF STACK MATERIALS

By
TOMMY KHARIZMA HUSEIN

The science’s development affects the improvement in construction field, for
instance paving block development. Nowadays, there is a high demand of paving
block with many different variations. Fly ash, which has an inexpensive selling
price, is an industrial waste that the amount of it is accumulated continuously. The
objectives of this research are to find out the volume weight of paving block, the
optimum amount of fly ash, the optimum shape variation, and the water
absorption value of paving block.

The object of this research was the three paving block variations, which were
Trihex, Unipave, and Classic Type. The paving block used the mixture of fly ash
which had the amount of 0%, 10%, and 20% from its stack material total weight.
The amount of paving block’s experimental object was 54 and the experiment of
compressive power had been conducted after the paving block attained the age of

14 and 28 days.

Based on the research, it can be concluded that (1) volume weight of paving block
is affected by the compression in the making of testing object; (2) the optimum
amount of fly ash is 20% from the paving block’s total volume, while the addition
of 10% can decrease its compressive power; (3) the optimum shape variation of
the form is the Classic Type which is capable of holding the load up to 289,8963
kg/cm2, the larger volume of paving block, the higher compressing strength of
paving block; (4) the higher amount of fly ash, the lower its water absorption.

Key words: fly ash, paving block, volume weight, compressive power, water
absorption

ABSTRAK
PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK PADA PAVING BLOCK
BER-FLY ASH SEBAGAI PENGGANTI SEJUMLAH BAHAN SUSUN

Oleh
TOMMY KHARIZMA HUSEIN


Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang berpengaruh terhadap kemajuan di
bidang pembangunan diantaranya adalah paving block. Dewasa ini banyak
permintaan untuk paving block dengan berbagai bentuk variasi. Fly ash yang
memiliki harga jual yang murah merupakan limbah industri yang jumlahnya
terakumulasi terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
berat volume paving block, mengetahui pengaruh kadar fly ash paling optimal
pada paving block, mengetahui variasi bentuk paling optimal pada paving block
serta nilai penyerapan air pada paving block.
Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu
berbentuk tiga berlian (Trihex Type), cacing (Unipave Type) dan bunga (Classic
Type). Paving block menggunakan campuran fly ash dengan kadar fly ash
sebanyak 0%, 10% dan 20% dari berat total bahan susun. Benda uji paving block
berjumlah 54 buah dan pengujian kuat tekan dilakukan setelah paving block
berumur 14 hari dan 28 hari.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) berat volume paving block
dipengaruhi oleh pemadatan saat pembuatan benda uji; (2) pengaruh kadar fly ash
paling optimal adalah sebanyak 20% dari total volume paving block, sedangkan
penambahan sebesar 10% dapat menurunkan kuat tekannya; (3) variasi bentuk
paling optimal terdapat pada tipe bunga (Classic Type) yang dapat menahan beban

hingga 289,8963 kg/cm2, semakin besar volume paving block maka akan semakin
tinggi kuat tekan paving block tersebut; (4) semakin tinggi kadar fly ash maka
akan semakin rendah daya serap airnya.
Kata kunci: fly ash, paving block, berat volume, kuat tekan, daya serap air

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Tommy Kharizma Husein dilahirkan di Bandar Lampung, pada
tanggal 9 Agustus 1992. Penulis merupakan anak pertama dari
pasangan Bapak Fauzi Effendi S.T., M.T. dan Ibu Gusnawati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 2 Palapa Bandar Lampung dan
diselesaikan pada tahun 2004. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMP
Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2007. Kemudian
melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan


Tinggi

Negeri

(SNMPTN).

Penulis

turut

dalam

organisasi

kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Lampung
pada tahun 2012/2013. Selain itu, Penulis juga mendapat kepercayaan menjadi
asisten dosen pada mata kuliah Analisis Struktur I pada tahun 2012, Analisis
Struktur I dan Analisis Struktur III pada tahun 2013. Penulis melakukan Kerja
Praktik pada Proyek Pembangunan Boemi Kedaton Mall P.T Sekawan Chandra

Bandar Lampung. Pada tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Banyumas, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Pringsewu.

SANWACANA

Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Variasi Bentuk Paving Block pada Paving block
Ber-Fly Ash sebagai Pengganti Sejumlah Bahan Susun” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Sipil di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Lampung;
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung;
3. Bapak Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku Pembimbing Utama terima kasih atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
4. Ibu Ir. Laksmi Irianti, M.T., selaku Pembimbing Kedua terima kasih atas

kesediaannya dalam memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
5. Ibu Hasti Riakara Husni, S.T., M.T., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi.
Terimakasih untuk masukan dan saran-saran untuk penelitian ini;

6. Ibu Yuda Romdania, S.T., M.T., selaku Pembimbing Akademik yang telah
membimbing Penulis dengan sangat baik dan bijak sejak awal masuk
perkuliahan;
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil yang telah membimbing dan memberikan
ilmu yang bermanfaat;
8. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Teknik Unila yang telah membantu
Penulis dalam mengurus administrasi selama perkuliahan;
9. Papaku tersayang, Fauzi Effendi S.T., M.T., yang selalu memberikan
semangat, doa, dukungan materi dan moril sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
10. Mamaku tersayang, Gusnawati yang selalu memberikan doa-doa terbaiknya,
semangat, dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik;
11. Kedua adikku yang aku banggakan, Shara Monarizka dan Triyuda Kharnady
yang telah memberikan doanya, dukungan, semangat, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
12. Inas Liana Ria, partner penelitian skripsi yang telah banyak membantu
Penulis selama melaksanakan penelitian di laboratorium. Terimaksih atas
segala bantuan, keceriaan dan telah menjadi lebih dari sekedar partner
penelitian;
13. Teman-teman serta adik-adik, Visi, Azizi, Edi, Lexono, Pras, Kevin, Basir,
Afif, dan Hermawan yang telah meluangkan waktu untuk membantu
penelitian di laboratorium sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan lancar dan mudah;

14. Teman, sahabat bahkan keluarga baru, Inas, Lita, Mei, Rifina, Adhe, Della,
Yessi, Citra, Merisa, Visi, Randy, Aria, Galang, Ibeng, Azizi, Roby, Aldy dan
seluruh teman seperjuangan Teknik Sipil 2010 yang telah mengisi hari-hari
dengan semangat dan senantiasa menjadi inspirasi bagi penulis;
15. Sahabat sepermainan sejak SMP, SMA dan hingga sekarang, Hadi Febrianto
atas dukungan moril yang telah diberikan;
16. Semua pihak terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung,

September 2014

Penulis,

Tommy Kharizma Husein

i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
I.

PENDAHULUAN

A.
B.
C.
D.
E.

Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
Batasan Masalah ....................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
Manfaat Penelitian .................................................................................... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.


Paving Block ............................................................................................. 7
Semen...................................................................................................... 10
Agregat Halus ......................................................................................... 13
Air ........................................................................................................... 14
Fly Ash .................................................................................................... 15
Kuat Tekan .............................................................................................. 18
Penyerapan Air........................................................................................ 19

III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Umum ..................................................................................................... 20
Material ................................................................................................... 21
Peralatan .................................................................................................. 22

Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 24
Analisis Hasil Penelitian ......................................................................... 28
Diagram Alir Peneliian ........................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengujian Sifat-sifat Fisik Material ............................................... 30
1. Hasil Pengujian Berat Jenis ............................................................. 30
2. Hasil Pengujian Kadar Air ............................................................... 30
3. Hasil Pengujian Kadar Lumpur ....................................................... 31
4. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus .......................................... 31
5. Hasil Pengujian Berat Volume ........................................................ 31

ii
B. Berat Volume Paving Block.................................................................... 31
C. Kuat Tekan Paving Block ....................................................................... 33
D. Penyerapan air Paving Block .................................................................. 40

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 43
B. Saran ....................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman
1. Sifat-sifat fisika paving block ......................................................................... 7
2.

Faktor koreksi kuat tekan paving block menurut ketebalannya ..................... 8

3.

Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya. .......................................... 12

4.

Gradasi agregat halus adukan/mortar. ............................................................ 14

5.

Hasil pemeriksaan fly ash ............................................................................... 22

6.

Ukuran saringan pada penelitian gradasi agregat halus ................................. 23

7.

Kebutuhan material bahan susun paving block per 1 m3............................... 25

8.

Jumlah benda uji paving block ....................................................................... 26

9.

Berat volume paving block ............................................................................. 32

10. Kuat tekan paving block ................................................................................. 35
11. Penyerapan air paving block .......................................................................... 41

1

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang membawa
pengaruh

terhadap

kemajuan

di

segala

bidang

terutama

bidang

pembangunan. Salah satu kemajuan pada bidang pembangunan adalah
beton. Beton dapat diperoleh dengan cara mencampurkan semen, air, dan
agregat pada perbandingan tertentu. Mortar dapat dicetak ke dalam bentuk
yang bervariasi, diantaranya adalah paving block.

Paving block banyak digunakan pada rumah hunian pribadi maupun
bangunan gedung. Biasanya paving block ditempatkan pada bagian halaman
rumah,

taman,

dan

tempat

parkir

kendaraan.

Pemilik

bangunan

menggunakan paving block agar tercipta tempat yang bersih, indah, dan
rapi. Oleh karena itu, sekarang ini banyak permintaan paving block dengan
berbagai bentuk variasi.

Bentuk paving block ada beberapa macam tergantung dari cetakannya. Ada
yang berbentuk balok, hexagonal, sampai berbentuk seperti bunga. Namun
belum diketahui secara pasti apakah bentuk variasi dari paving block
tersebut berpengaruh terhadap kuat tekan pada masing-masing bentuk. Oleh

2
sebab itu perlu dianalisis hubungan antara variasi bentuk paving block dan
kuat tekannya.

Selain daripada itu, dengan semakin meluasnya penggunaan paving block
maka perlu dicari solusi agar harga jual dari produk ini terjangkau di
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan bahan tambahan
yang dapat meningkatkan kualitas paving block dan banyak tersedia dengan
harga yang murah. Penggunaan bahan tambahan pada campuran paving
block selain diharapkan dapat meningkatkan mutu juga dapat menghemat
penggunaan bahan penyusun utama seperti semen dan pasir.

Fly ash yang berasal dari sisa pembakaran batu bara merupakan limbah
industri jumlahnya terakumulasi terus menerus setiap hari dalam jumlah
yang sangat banyak sepanjang industri tersebut berjalan. Dengan
bertambahnya jumlah limbah batu bara tersebut maka perlu suatu usaha
untuk memanfaatkannya. Disamping harga jual fly ash yang sangat murah,
penelitian tentang penggunaan material fly ash juga terus berkembang. Oleh
karena itu, penelitian yang berupa pemanfaatan limbah fly ash sebagai
pengganti sejumlah bahan susun pada paving block dengan berbagai variasi
bentuk diharapkan dapat memberikan manfaat dan solusi pembangunan
dimasa yang akan datang.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas perlu dilakukan penelitian berupa bentuk variasi
paving block dengan kadar fly ash tertentu yang dapat digunakan sebagai
pengganti sejumlah bahan dasar pembuatan paving block.

3
C.

Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Fly ash yang digunakan berasal dari limbah hasil pembakaran batu bara
di PT. Great Giant Pineapple Lampung Tengah.
2. Adukan menggunakan Semen Baturaja, agregat halus berupa pasir dan
abu batu. Pasir berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung Tengah.
Abu batu berasal dari Bandar Lampung.
3. Kadar fly ash sebagai pengganti sejumlah bahan susun sebanyak 0%,
10% dan 20%. Perbandingan berat semen terhadap pasir dan abu batu
adalah 1:3, perbandingan berat pasir dan abu batu sebesar 1:1, sehingga
perbandingan bahan susun paving block untuk campuran 1:3 adalah
sebagai berikut:
a. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 0 (kadar fly ash 0%)
b. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 0,44 (kadar fly ash 10%)
c. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 1 (kadar fly ash 20%)
4. Variasi bentuk paving block yang digunakan adalah paving block
berbentuk sebagai berikut:
a. Trihex Type (tipe tiga berlian), sisi 6 cm, tebal 6 cm

Gambar 1. Paving block trihex type

4
b. Unipave Type (tipe cacing), panjang 23 cm, lebar 11,5 cm, tebal 6
cm

Gambar 2. Paving block unipave type
c. Classic Type (tipe bunga), luas alas 293,7832 cm2, tebal 6 cm.

Gambar 3. Paving block classic type
5. Pengujian kuat tekan umur 14 hari dan umur 28 hari.

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui berat volume dari masing-masing variasi bentuk
paving block
2. Untuk mengetahui pengaruh kadar fly ash paling optimal terhadap kuat
tekan paving block

5
3. Untuk mengetahui variasi bentuk paling optimal pada paving block yang
menggunakan fly ash sebagai pengganti sejumlah bahan susun terhadap
kuat tekan paving block.
4. Untuk mengetahui persentase penyerapan air pada paving block.

E.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini dapat diambil manfaat antara lain:
1. Sebagai bahan informasi perencana dan pelaksana bangunan teknik sipil
sehingga bermanfaat bagi perkembangan teknologi bahan bangunan
yang secara langsung berdampak positif terhadap kegiatan industri
konstruksi di Indonesia.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemakaian material yang berasal dari
limbah industri sebagai pengganti material penyusun utama campuran
paving block untuk pekerjaan sipil.
Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah
pemikiran baru yang positif terhadap berbagai bentuk variasi pada paving
block dengan pemanfaatan limbah batu bara berupa fly ash sebagai
pengganti sejumlah bahan susun bahan bangunan.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Paving block

Bata beton (paving block) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang
dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya,
air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak
mengurangi mutu bata beton itu. Bata beton dapat berwarna seperti warna
aslinya atau diberi zat warna pada komposisinya yang digunakan untuk
halaman baik di dalam maupun di luar bangunan. (SNI 03-0691-1996)

Syarat mutu paving block dalam SNI 03-0691-1996 adalah sebagai berikut:
1. Sifat tampak paving block harus mempunyai permukaan yang rata.
Tidak terdapat retak-retak dan cacat, bagian sudut dan rusuknya tidak
mudah dipecahkan dengan kekuatan jari tangan.
2. Paving block harus mempunyai ukuran tebal nominal minimum 60 mm
dengan toleransi ± 8%.
3. Paving block harus mempunyai sifat-sifat fisika seperti pada Tabel 1
berikut:

7
Tabel 1. Sifat-sifat fisika paving block
Kuat Tekan
(Mpa)

Mutu

Rata-rata

Min.

A
40
35
B
20
17
C
15
12,5
D
10
8,5
Sumber : SNI 03-0691-1996

Rata-rata

Min

Penyerapan
Air Rata-rata
Maks.
(%)

0,09
0,13
0,16
0,219

0,103
0,149
0,184
0,251

3
6
8
10

Ketahanan Aus
(mm/menit)

Keterangan :
a. paving block mutu A digunakan untuk jalan
b. paving block mutu B digunakan untuk peralatan parkir
c. paving block mutu C digunakan untuk pejalan kaki
d. paving block mutu D digunakan untuk taman dan penggunaan lain.
4. Paving block apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh cacat, dan
kehilangan berat yang diperkenankan maksimum 1%.

Sedangkan syarat mutu paving block menurut British Standard 6717-1:1993
tentang Manufacturing Specification for Precast Concrete Paving Block
adalah sebagai berikut:
1. Paving block sebaiknya memiliki ketebalan tidak kurang dari 60 cm.
Untuk paving block type R (tipe persegi panjang) sebaiknya memiliki
panjang 200 mm dan lebar 100 mm. Sedangkan untuk paving block tipe
S (tipe cacing) bentuk apapun dari tipe ini harus memiliki panjang garis
295 mm.
2. Ukuran ketebalan paving block yang baik yaitu 60 mm, 65 mm, 80 mm,
dan 100 mm.

8
3. Tali air yang terdapat di sekitar badan paving block sebaiknya
mempunyai lebar tidak lebih dari 7 mm.
4. Maksimum penyimpangan dimensi yang diizinkan pada paving block
yaitu, panjang ± 2 mm, lebar ± 2 mm, dan tebal ± 3 mm.
5. Faktor koreksi kuat tekan pada paving block menurut ketebalannya
terdapat dalam Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Faktor koreksi kuat tekan paving block menurut ketebalannya
Faktor Koreksi
Paving Block
Paving Block
Datar
Bertali Air
60 atau 65
1,00
1,06
80
1,12
1,18
100
1,18
1,24
Sumber : British Standard 6717-1:1993
Ketebalan Paving
Block (mm)

Adapun bentuk-bentuk paving block yang biasa tersedia dipasaran antara
lain sebagai berikut:
1. Trihex type (tipe tiga berlian)

Gambar 4. Paving block trihex type

9
2. Hexagon type (tipe heksagonal)

Gambar 5. Paving block hexagon type
3. Hexantik (tipe heksagonal dengan tambahan ukiran heksagonal
ditengahnya)

Gambar 6. Paving block hexantik type
4. Unipave type (tipe cacing)

Gambar 7. Paving block unipave type

10
5. Classic type (tipe bunga)

Gambar 8. Paving block classic type
6. Truepave type (tipe persegi panjang)

Gambar 9. Paving block truepave type
(http://www.toentang-gallery.com/2012/06/macam-macam-model-dantipe-paving-block.html)

B.

Semen

Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif maupun kohesif, yaitu
bahan pengikat. Menurut Standar Industri Indonesia, SII 0013-1981, definisi
semen portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidarulis bersama bahan-bahan yang biasa digunakan, yaitu gypsum.

11

Ada dua macam semen, yaitu semen hidraulis dan semen non-hidraulis.
Semen non-hidraulis adalah semen (perekat) yang dapat mengeras tetapi
tidak stabil dalam air. Semen hidraulis adalah semen yang akan mengeras
bila bereaksi dengan air, tahan terhadap air (water resistance) dan stabil di
dalam air setelah mengeras.

Untuk membuat 1 ton semen portland, diperlukan bahan dasar kurang lebih:
1. 1,3 ton batu kapur (linestone) / kapur (chalk) : CaCo3
2. 0,3 ton pasir silika / tanah liat : SiO2 & Al2O3
3. 0,03 ton pasir / kerak besi : Fe2O3
4. 0,04 ton gypsum : CaSO4.H2O
Batu kapur meliputi jenis batuan karbonat yang terutama mengandung
kalsium, kadang sedikit magnesium. Marls (campuran dari tanah liat, pasir
dan batu kapur dengan proposi yang bervariasi, sering terdapat pecahan
kulit kerang) dan batuan yang berasal dari tanaman dan binatang. Tanah liat
dan shale (batuan sedimen yang memiliki tekstur yang halus dengan ukuran
butir 1/16 hingga 1/256 milimeter) harus ditambahkan bila alumina dan
silika yang ada dalam batu kapur masih belum memadai jumlahnya.

Kita dapat membuat bermacam jenis semen hanya dengan mengubah kadar
masing-masing komponennya. Misalnya kita ingin mendapatkan semen
yang mempunyai kekuatan awal yang tinggi maka kita perlu menambah
kadar C3S dan mengurangi kadar C2S. ASTM (American Standard for
Testing Material) menentukan komposisi semen berbagai tipe sebagaimana
tampak pada Tabel 3 berikut:

12

Tabel 3. Jenis-jenis semen portland dengan sifat-sifatnya.

C3S

C2S

C3A

C4AF

Kehalusan
blaine
(m2/kg)

Umum

50

24

11

8

350

1000

330

Modifikasi
Kekuatan
awal tinggi
Panas
hidrasi
rendah
Tahan
sulfat

42

33

5

13

350

900

250

60

13

9

8

450

2000

500

25

50

8

12

300

450

210

40

40

9

`9

350

900

250

Tipe
Semen

Sifat
Pemakaian

I
II
III
IV
V

Kadar senyawa (%)

Kuat 1
hari
(kg/cm2)

Panas
hidrasi
(J/g)

Sumber : Nugraha, P dan Antoni, 2007
1. Tipe I adalah semen portland untuk tujuan umum. Jenis ini paling
banyak diproduksi karena digunakan untuk hampir semua jenis
konstruksi.
2. Tipe II adalah semen porland modifikasi, adalah tipe yang sifatnya
setengah tipe IV dan setengah tipe V (moderat). Belakangan lebih
banyak diproduksi sebagai pengganti tipe IV.
3. Tipe III adalah semen porland dengan kekuatan awal tinggi. Kekuatan
28 hari umumnya dapat dicapai dalam 1 minggu. Semen jenis ini umum
dipakai ketika harus dibongkar secepat mungkin atau ketika struktur
harus dapat cepat dipakai.
4. Tipe IV adalah semen portland dengan panas hidrasi rendah, yang
dipakai untuk kondisi dimana kecepatan dan jumlah panas yang timbul
harus minimum. Misalnya pada bangunan masf seperti bendungan
gravitasi yang besar. Pertumbuhan kekuatannya lebih lambat daripada
semen tipe I.

13

5. Tipe V adalah semen porland tahan sulfat, yang dipakai untuk
menghadapi aksi sulfat yang ganas. Umumnya dipakai di daerah dimana
tanah atau airnya memiliki kandungan sulfat yang tinggi. (Nugraha, P
dan Antoni, 2007)
Selain tipe semen diatas, semen yang banyak dijual dipasaran adalah semen
PCC (Portland Composite Cement). Menurut SNI 15-7064-2004 semen
portland komposit adalah bahan pengikat hidrolis hasil penggilingan
bersama-sama terak semen portland dan gips dengan satu atau lebih
bahan anorganik, atau hasil pencampuran antara bubuk semen portland
dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik tersebut antara
lain terak tanur tinggi (blast furnace slag), pozolan, senyawa silikat,
batu kapur, dengan kadar total bahan anorganik 6% - 35 % dari massa
semen portland komposit.
Semen portland komposit dapat digunakan untuk konstruksi umum seperti
pekerjaan beton, pasangan bata, selokan, jalan, pagar dinding dan
pembuatan elemen bangunan khusus seperti beton pracetak,

beton

pratekan, panel beton, bata beton (paving block) dan sebagainya.
C.

Agregat halus

Agregat halus adalah agregat dengan besar butir maksimum 4,76 mm
berasal dari alam atau hasil olahan. Agregat halus olahan adalah agregat
halus yang dihasilkan dari pecahan batuan, atau terak tanur tinggi. Agregat
yang dipakai untuk campuran adukan atau mortar harus memenuhi syarat

14

yang ditetapkan dengan batasan ukuran agregat halus yang dapat dilihat
pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Gradasi agregat halus untuk adukan/mortar
Saringan
No.

Diameter (mm)

Persen lolos (%)
Pasir alam

Pasir olahan

100
90-100
70-100
40-75
10-35
2-15
0

100
95-100
70-100
40-75
20-40
10-25
0-10

4
4,76
8
2,36
16
1,18
30
0,6
50
0,3
100
0,15
200
0,075
Sumber: SNI 03-6820-2002

Unsur perusak yang terkandung dalam agregat halus dibatasi sebagai
berikut:
1. Partikel yang mudah pecah maksimum 1,0 %
2. Tidak mengandung zat organik
3. Partikel ringan yang terapung pada cairan dengan berat jenis 2,0
maksimum 0,5 %
4. Kadar lumpur maksimum 5 %
5. Bebas dari kotoran. (SNI 03-6820-2002)

D.

Air

Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air harus selalu ada didalam
beton cair, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya
menjadi suatu pasta sehingga betonnya lecak (workable). Jumlah air yang
terikat dalam beton dengan faktor air semen 0,65 adalah skitar 20% dari
berat semen pada umur 4 minggu. Dihitung dari komposisi mineral semen,

15

jumlah air yang diperlukan untuk hidrasi secara teoritis adalah 35% - 37%
dari berat semen. (Nugraha, P dan Antoni, 2007)
Air yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang
mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap paving block. Air juga tidak boleh
mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. (SNI 03-28472002)
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan menggangu proses
pengerasan atau ketahanan pada paving block. Kandungan kurang dari 1000
ppm (parts per million) masih diperbolehkan meskipun konsentrasi lebih
dari 200 ppm sebaiknya dihindari. (Nugraha, P dan Antoni, 2007)

E.

Fly ash

Fly ash (abu terbang) adalah material yang berasal dari sisa pembakaran
batu bara yang tidak terpakai. Pembakaran batu bara kebanyakan digunakan
pada pembangkit listrik tenaga uap. Produk limbah dari PLTU tersebut
mencapai 1 juta ton per tahun.

Fly ash juga dihasilkan oleh pabrik kertas maupun pabrik kimia. Sekitar 75 90% abu yang keluar dari cerobong asap dapat ditangkap oleh sistem
elektrostatik precipitator. Sisa yang lain didapat dari dasar tungku (disebut
bottom ash). Mutu fly ash tergantung pada kesempurnaan proses
pembakarannya.

16

Sebagian besar komposisi kimia dari abu terbang tergantung tipe batu bara.
Menurut ASTM C618-86, terdapat dua jenis abu terbang, Kelas F dan kelas
C. Kelas F dihasilkan dari pembakaran batu bara jenis antrasit dan
bituminous, sedangkan kelas C dari batu bara jenis lignite dan
subtituminous. Kelas C memiliki kadar kapur tinggi. Fly ash dapat
dibedakan menjadi 3 jenis (ACI Manual of Concrete Practice 1993 Parts 1
226.3R-3), yaitu:
1. Kelas C
Fly ash yang mengandung CaO di atas 10% yang dihasilkan dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara (batu bara muda).
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50%.
b. Kadar CaO mencapai 10%.
Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 35 % dari total berat
binder.
2. Kelas F
Fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari 10% yang dihasilkan
dari pembakaran anthracite atau bitumen batu bara.
a. Kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%.
b. Kadar CaO < 10%.
Dalam campuran beton digunakan sebanyak 15% - 25 % dari total berat
binder.
3. Kelas N
Pozzolan alam atau hasil pembakaran yang dapat digolongkan antara
lain tanah diatomic, opaline chertz dan shale, tuff dan abu vulkanik,

17

yang mana biasa diproses melalui pembakaran atau tidak melalui proses
pembakaran. Selain itu juga mempunyai sifat pozzolan yang baik.
(Nugraha, P dan Antoni, 2007)

Keuntungan pemakaian fly ash pada beton antara lain:
a. Beton akan lebih kedap air karena kapur bebas yang dilepas pada proses
hidrasi akan terikat oleh silikat dan alumina aktif yang terkandung di
dalam fly ash dan menambah pembentukan silika gel yang beribah
menjadi kalsium silikat hidrat (CSH) yang akan menutupi pori-pori yang
terbentuk sebagai akibat dibebaskannya Ca(OH)2
b. Mempermudah pengerjaan beton karena beton lebih plastis
c. Mengurangi jumlah air yang digunakan (fas), sehingga kekuatan beton
meningkat
d. Menurunkan panas hidrasi yang terjadi, sehingga dapat mencegah
terjadinya retak
e. Relatif dapat menghemat biaya karena mengurangi pemakaian semen.
(Hidayat, 1993 dalam Fitriani, D.R., 2010)
Penggunaan fly ash dalam adukan beton segar dapat mengurangi terjadinya
bleeding (berair) dan segregation (pemisahan). Selain itu kehalusan dan
bentuk partikel fly ash yang bulat dapat meningkatkan workability. Pada
beton keras, penggunaan fly ash dapat meningkatkan kuat tekan beton,
meningkatkan durabilitas (keawetan) beton, meningkatkan kepadatan
(density) beton, dan mengurangi terjadinya penyusutan. (Nugraha, P dan
Antoni, 2007)

18

Kelemahan pemakaian fly ash pada beton antara lain:
a. Pemakaian fly ash kurang baik untuk pengerjaan beton yang
memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena
proses pengerasan dan penambahan kekuatan beton agak lambat akibat
dari lambatnya reaksi pozzolan dari fly ash
b. Pengendalian mutu harus sering dilakukan karena mutu fly ash sangat
tergantung pada proses pembakaran (suhu) serta jenis batubaranya.
(Husin, 1998 dalam Fitriani, D.R., 2010)

F.

Kuat Tekan
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama pada paving block.
Kuat tekan adalah kemampuan untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Contoh uji yang telah siap, ditekan hingga hancur dengan mesin penekan
yang dapat diatur kecepatannya. Kecepatan penekanan, dari mulai
pemberian beban sampai contoh uji hancur, diatur dalam waktu 1 atau 2
menit. Arah penekanan pada contoh uji disesuaikan dengan arah tekanan
beban didalam pemakaiannya. Kuat tekan rata-rata dari contoh bata beton
(paving block) dihitung dari jumlah kuat tekan dibagi jumlah contoh uji.
(SNI 03-0691-1996)
Kuat tekan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Kuat tekan =
Keterangan :
P = Beban tekan (N)
A = Luas bidang tekan (mm2)

19

G.

Penyerapan Air

Daya serap air adalah persentase berat air yang mampu diserap oleh suatu
agregat jika direndam dalam air. Pori dalam butir agregat mempunyai
ukuran dengan variasi cukup besar. Pori-pori tersebar di seluruh butiran,
beberapa merupakan pori-pori yang tertutup dalam materi, beberapa yang
lain terbukaterhadap permukaan butiran. Beberapa jenis agragat yang sering
dipakai mempunyai volume pori tertutup sekitar 0 % sampai 20 % dari
volume butirnya. (Tjokrodimulyo, 1996)

Pengujian penyerapan air berdasarkan SNI 03-0691-1996 tentang bata beton
(paving block) dilakukan dengan cara merendam benda uji dalam keadaan
utuh kedalam air hingga jenuh (24 jam) dan ditimbang beratnya dalam
keadaan basah. Kemudian dikeringkan dalam dapur pengering selama
kurang lebih 24 jam pada suhu kurang lebih 105º C yang selanjutnya
ditimbang kembali berat keringnya. Nilai persentase penyerapan air pada
paving block dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.

Penyerapan air =

x 100%

Keterangan :
A = berat bata beton basah
B = berat bata beton kering

20

III. METODE PENELITIAN

A.

Umum

Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan
Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian
ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga
berlian (Trihex Type), cacing (Unipave Type) dan bunga (Classic Type).
Bentuk-bentuk serta ukuran paving block tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini.

Trihex Type

Unipave Type

Classic Type

Gambar 10. Variasi bentuk paving block

Paving block dalam penelitian ini menggunakan campuran fly ash sebagai
pengganti sejumlah bahan susun dengan kadar fly ash 0%, 10% dan 20%
dari berat total bahan susun. Sedangkan pengujian kuat tekan dilakukan
setelah paving block berumur 14 hari dan 28 hari.

21
B.

Material

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Semen
Penelitian ini menggunakan semen portland dengan merek dagang
Semen Baturaja, yang didapatkan dari toko bahan bangunan dalam
kemasan 50 kg/sak.
2. Agregat Halus
Agregat halus yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pemeriksan
terhadap berat jenis dan penyerapan, kadar lumpur, gradasi, dan berat
isi. Dalam penelitian ini agregat halus yang digunakan yaitu:
a. Pasir yang digunakan berasal dari daerah Gunung Sugih Lampung
Tengah.
b. Abu Batu yang digunakan berasal dari Bandar Lampung.
3. Abu Terbang (fly ash)
Fly ash diperoleh dari limbah hasil pembakaran batu bara di PT. Great
Giant Pineapple Lampung Tengah. Pengambilan fly ash dilakukan
dengan mengambil fly ash di tempat pembuangan limbah batu bara PT.
Great Giant Pineapple Lampung Tengah. Pemeriksaan terhadap
senyawa kimia fly ash berasal telah dilakukan di laboratorium Balai
Riset dan Standarisasi Industri (Baristand Industri) Bandar Lampung.
Hasil pemeriksaan fly ash tersebut dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.

22
Tabel 5. Hasil pemeriksaan fly ash
No
1

Parameter
SiO2

Satuan
%

Metode Uji
Titrimetri

Hasil Uji
57,28

2

Al2O3

%

Titrimetri

12,29

3
4
5
6

Fe2O3
CaO
MgO
Timbal (Pb)

%
%
%
mg/kg

AAS
AAS
AAS
AAS

0,55
4,79
0,96
20

7

Na2O + K2O

%

AAS

0,05

8
P2O5
%
Spectrofotometri
0,23
9
Tembaga
mg/kg
AAS
< 0,5
10
Arsen (As)
mg/kg
AAS
< 0,001
Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung
Berdasarkan tabel di atas, kadar (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) lebih besar dari
70% dan kadar CaO kurang dari 10%. Maka dapat disimpulkan bahwa
fly ash berasal dari PT. Great Giant Pineapple Lampung Tengah
merupakan fly ash kelas F. Kandungan kalsium oksida (CaO) pada fly
ash kelas F adalah rendah, yaitu kurang dari 10%. CaO berasal dari
pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara (batu bara muda).
4. Air
Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung lumpur,
minyak dan tidak mengandung garam dan zat-zat lain yang dapat larut
dan dapat merusak paving block. Air yang digunakan dalam penelitian
ini berasal dari Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Universitas
Lampung.

C.

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

23
1. Cetakan Paving Block
Cetakan yang digunakan ada tiga jenis. Cetakan berbentuk tiga berlian
(Trihex Type) dengan panjang sisi 6 cm dan tebal 6 cm. Cetakan
berbentuk cacing (Unipave Type) dengan panjang 23 cm dan lebar 11,5
cm dengan tebal cetakan 6 cm serta cetakan berbentuk bunga (Classic
Type) dengan luas alas 293,7832 cm2 dengan tebal 6 cm.
2. Satu Set Saringan
Peralatan ini digunakan untuk mengukur gradasi agregat sehingga dapat
ditentukan nilai modulus kehalusan butir agregat halus. Untuk penelitian
ini gradasi agregat halus berdasarkan standar ASTM C33-78.
Tabel 6. Ukuran saringan pada penelitian gradasi agregat halus
Jenis
Agregat Halus

4,75

Ukuran Saringan (mm)
2,36 1,18 0,6
0,3
0,15

Pan

3. Timbangan
Timbangan digunakan untuk menimbang bahan-bahan dasar pembentuk
paving block. Timbangan yang digunakan yaitu timbangan digital
dengan kapasitas 30 kg dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan
berkapasitas 150 kg dengan ketelitian 1 gram.
4. Compressing Testing Machine (CTM)
CTM merukapan alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kuat
tekan dan kuat tarik belah betok silinder. Pada penelitian ini alat CTM
digunakan untuk menguji kuat tekan pada paving block.
5. Mesin Pengaduk (Concrete Mixer)
Mesin ini berkapasitas 0,125 m3 dengan kecepatan 20-30 rpm. Alat ini
digunakan untuk mencampur adukan paving block.

24
6. Alat Bantu
Dalam proses pembuatan benda uji diperlukan beberapa alat bantu
diantaranya adalah gelas ukur, mistar, sendok semen, sekop, rolley
dorong serta container.

D.

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini meliputi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Persiapan bahan
Semua bahan yang diperlukan dalam penelitian ini dipersiapkan. Mulai
dari semen, agregat halus berupa pasir dan abu batu, fly ash, dan air.
2. Pemeriksaan sifat-sifat bahan susun paving block diantaranya:
a. Berat jenis dan penyerapan agregat halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat jenis pada
agregat halus untuk kondisi SSD (Surface Saturated Dry) dan untuk
kondisi kering
b. Kadar lumpur agregat halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar lumpur yang
terdapat pada agregat halus. Nilai kadar lumpur yang dimiliki
agregat halus ini harus kurang dari 5%
c. Gradasi agregat halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan susunan pembagian
butir (gradasi) dari agregat halus. Selanjutnya dilakukan analisis
perhitungan gradasi saringan agregat halus untuk mendapatkan nilai
modulus kehalusan (Fineness Modulus) dari agregat halus tersebut

25
d. Kadar air agregat halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan kadar air yang terdapat
pada agregat halus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
e. Berat volume agregat halus
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan berat isi agregat halus
per satuan volume.
3. Pembuatan rencana campuran
Pada penelitian ini kadar fly ash yang digunakan sebagai pengganti
sejumlah bahan susun sebanyak 0%, 10% dan 20%. Perbandingan berat
semen terhadap pasir dan abu batu adalah 1:3, perbandingan berat pasir
dan abu batu sebesar 1:1, sehingga didapatkan perbandingan bahan
susun paving block untuk campuran 1:3 adalah sebagai berikut:
a. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 0 (kadar fly ash 0%)
b. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 0,44 (kadar fly ash 10%)
c. S : P : A : F = 1 : 1,5 : 1,5 : 1 (kadar fly ash 20%)
Keterangan :

S = Semen
P = Pasir
A = Abu batu
F = Fly ash

Komposisi material dasar paving block untuk tiap volume 1 m3 dapat
dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Kebutuhan Material Bahan Susun Paving Block Per 1 m3
Kadar Fly ash Semen (m3) Pasir (m3) Abu Batu (m3) Fly ash (m3)
0%
0,25
0,375
0,375
0
10%
0,2252
0,3378
0,3378
0,0991
20%
0,2
0,3
0,3
0,2

26
4. Pembuatan benda uji
Pembuatan benda uji dilakukan berdasarkan hasil perhitungan
perbandingan berat bahan, yaitu adukan dibuat dari perbandingan semen
dan agregat halus sebesar 1:3. Agregat halus terdiri dari pasir dan abu
batu dengan perbandingan 1:1. Masing-masing campuran terdapat
penggantian sejumlah bahan susun dengan menggunakan fly ash
sebanyak 0%, 10% dan 20% dari volume total bahan susun. Tipe
campuran ada 2 buah, tipe pertama terdapat penggantian sejumlah bahan
susun dan tipe kedua tanpa penggantian bahan susun. Kedua tipe
campuran tersebut dibuat dalam tiga variasi bentuk paving block, yaitu
paving block berbentuk tiga berlian (Trihex Type), cacing (Unipave
Type) dan bunga (Classic Type). Uji kuat tekan pada benda uji tersebut
dilakukan saat benda uji berumur 14 hari dan 28 hari. Total seluruh
benda uji paving block berjumlah 54 buah. Jumlah benda uji yang
digunakan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Jumlah Benda Uji Paving Block
%
Kadar
Fly
Ash
0
10
20

Paving Block
Paving Block
Trihex Type
Classic Type
Uji 14 Uji 28 Uji 14 Uji 28
Hari
Hari
Hari
Hari
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
Total Benda Uji

Paving Block
Jumlah
Flower Type
Sampel
Uji 14 Uji 28
(buah)
Hari
Hari
3
3
18
3
3
18
3
3
18
54

Pembuatan campuran dimulai dari persiapan bahan dan alat sesuai
dengan kebutuhan material pada saat perhitungan campuran paving
block. Campuran tersebut dituangkan pada bak penampungan adukan

27
(concrete mixer) dan ditampung dengan ember untuk dibawa ke tempat
cetakan. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan benda uji adalah
sebagai berikut:
a. Mempersiapkan semua material penyusun paving block yang telah
ditimbang untuk selanjutnya dimasukan ke dalam concrete mixer
secara bertahap. Kemudian membiarkan concrete mixer berputar
hingga adukan tercampur rata.
b. Menuang adukan ke dalam pan setelah semua material tercampur
rata untuk kemudian menuangkan adukan ke dalam cetakan paving
block.
c. Penuangan adukan ke dalam cetakan dilakukan dengan sekop.
Cetakan harus terisi penuh agar pada saat pemadatan seluruh bagian
dalam cetakan terisi penuh oleh adukan paving block.
d. Pemukulan atau pemadatan dilakukan sampai adukan paving block
benar-benar padat agar ketika adukan dikeluarkan dari cetakan,
paving block yang dibuat tidak runtuh atau rusak.
e. Mengeluarkan adukan paving block dari cetakan ditempat yang
terlindung dari sinar matahari dan hujan. Selanjutnya mendiamkan
adukan tersebut selama 14 hari dan 28 hari.
5. Perawatan benda uji
Perawatan benda uji ini dilakukan dengan cara disiram dengan air
selama 7 hari. hal ini bertujuan agar permukaan paving block selalu
lembab. Kelembaban ini dijaga untuk menjamin proses hidrasi semen
berlangsung sempurna. Setelah 7 hari disiram dengan air, kemudian

28
paving block dibiarkan dalam ruangan dengan udara terbuka sampai
paving block siap diuji sesuai umurnya.
6. Pengujian benda uji
Pengujian kuat tekan paving block dilakukan menggunakan alat CTM
(Compressing Testing Machine) dengan cara meletakkan paving block
pada CTM dalam posisi tidur. Kecepatan pembebanan dilakukan dengan
standar ASTM sampai benda uji hancur dan dicatat beban maksimum
yang terjadi. Dari hasil pengujian ini didapat beban maksimum yang
mampu ditahan oleh paving block sampai paving block tersebut hancur.
Selanjutnya dicari kuat tekan paving block dengan membagi beban
maksimum dengan luas permukaan paving block.

E.

Analisis Hasil Penelitian

Semua hasil yang didapat dari penelitian ini akan ditampilkan dalam bentuk
tabel, grafik hubungan serta penjelasan-penjelasan yang didapat dari:
1. Pengujian berat jenis dan penyerapan agregat halus, kadar lumpur
agregat halus, gradasi agregat halus, serta berat volume agregat halus.
2. Analisis kuat tekan terhadap variasi bentuk pada paving block yang
menggunakan fly ash dengan kadar 0%, 10% dan 20%.
3. Analisis kuat tekan terhadap variasi bentuk pada paving block yang
menggunakan perbandingan semen dan agregat halus 1:3.
4. Dari hasil analisis hasil penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan
hasil penelitian yang didapat. Serta perbandingan data yang didapat
dengan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan penelitian.

29
F.

Diagram Alir Penelitian

Mulai

Persiapan Material

Pengujian Material

Lulus Syarat
ASTM
Ya
Pembuatan Rencana Campuran

Pembuatan Benda Uji

Perawatan Benda Uji

Pengujian Benda Uji
(Uji Kuat Tekan)

Analisis & Pembahasan
(Grafik & tabel)

Selesai
Gambar 11. Diagram alir pelaksanaan penelitian

Tidak

43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.

Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berat volume terbesar terdapat pada paving block dengan variasi bentuk
bunga (Classic Type) yaitu sebesar 2220,269 kg/m3, nilai ini terdapat pada
paving block dengan kadar fly ash 0%. Sedangkan pada paving block
tipe tiga berlian (Trihex Type) dan tipe cacing (Unipave Type) memiliki
berat volume yang hampir sama yaitu sebesar ±2000 kg/m3, namun nilai
berat volume terbesar pada kedua paving block tipe ini terdapat pada
paving block dengan kadar fly ash 20%. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa, keseragaman pembebanan dalam pemadatan paving
block sangat diperlukan agar didapat berat volume paving block yang
sesuai berdasarkan kadar fly ash yang digunakan.
2. Pengaruh kadar fly ash paling optimal terhadap kuat tekan paving block
terdapat pada paving block dengan kadar fly ash 20%. Peningkatan kuat
tekan tertinggi terdapat pada paving block tipe cacing yaitu sebesar
26,6667%. Apabila penambahan fly ash hanya sebesar 10%, maka kuat
tekan dari paving block tersebut dapat menurun hingga 36,6771% dari

44
kuat tekan paving block tanpa campuran fly ash. Hal ini sesuai dengan
fly ash yang digunakan yaitu kelas F dimana penggunaan kadar fly ash
kelas ini optimal pada persentase 15% - 25% dari total volume paving
block. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan fly ash
sebagai pengganti sejumlah bahan susun

paving block dapat

meningkatkan kuat tekan jika menggunakan kadar fly ash yang optimal.
3. Variasi bentuk paling optimal pada paving block yang menggunakan
kadar fly ash paling optimal terdapat pada paving block dengan variasi
bentuk tipe bunga (Classic Type). Paving block tipe ini dapat menahan
beban hingga 289,8963 kg/cm2. Sedangkan untuk paving block yang
memiliki kuat tekan terendah terdapat pada paving block dengan tipe
tiga berlian (Trihex Type) dengan nilai kuat tekan maksimum sebesar
211,4575 kg/cm2. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa
semakin besar volume paving block maka akan semakin tinggi nilai kuat
tekan paving block tersebut. Hal ini disebabkan karena beban tekan yang
diterima oleh paving block dapat tersebar lebih merata, sehingga
mempengaruhi kemampuan benda uji untuk menahan beban saat
dilakukan pembebanan.
4. Penyerapan air dipengaruhi oleh kadar fly ash. Semakin tinggi kadar fly
ash maka akan semakin rendah daya serap airnya. Nilai penyerapan air
terbesar didapat pada paving block tipe tiga berlian (Trihex Type)
dengan kadar fly ash 0% yaitu sebesar 6,7353%. Sedangkan nilai
penyerapan air terkecil juga didapat pada paving block tipe ini yaitu
sebesar 4,3281% pada kadar fly ash 20%.

45
B.

Saran

Untuk penyempurnaan hasil penelitian serta untuk mengembangkan
penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan paving block diperlukan bahan yang berkualitas.
Bahan-bahan yang digunakan harus teruji dengan hasil yang baik.
Disamping itu ketelitian dalam perencanaan campuran, ketelitian dalam
penimbangan bahan serta keseragaman pemadatan dalam pembuatan
paving block sangat menentukan kualitas paving block yang dihasilkan.
2. Pada saat pengujian kuat tekan paving block, benda uji harus dalam
keadaan kering baik bagian luar maupun bagian dalam karena benda uji
yang masih basah mempunyai kuat tekan lebih rendah jika dibandingkan
dengan benda uji yang telah kering.
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai kuat tekan
pada paving block dengan umur diatas 28 hari.
4. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada paving block yang menggunakan
fly ash sebagai pengganti sejumlah bahan susun dengan kadar fly ash
diatas 20% atau dengan interval kadar fly ash 5%.
5. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui nilai kuat tekan
pada paving block dengan variasi bentuk paving block yang berbeda dari
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Baristand Industri. 2012. Sertifikasi Hasil Uji Fly Ash. Balai Riset dan
Standarisasi Industri. Bandar Lampung.

British Standard 6717-1:1993. 1993. Manufacturing Specification for Precast
Concrete Paving Block. BSI British Standards. United Kingdom.

Fitriani, D.R. 2010. Pengaruh Modulus Akkali dan Kadar Aktivator Terhadap
Kuat Tekan Fly Ash-Based Geopolymer Mortar. Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Kesumah, A.J. 2012. Kuat Tekan, Kuat Tarik, dan Kuat Lentur Beton Beragregat
Ramah Lingkungan (Green Concrete) Dengan Fly Ash Sebagai
Pengganti Sebagian Semen. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nugraha, P. dan Antoni. 2007. Teknologi Beton. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

PBI 1971. 1971. Peraturan Beton Bertulang Indonesia. Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan. Bandung.

Safitri, E. Dan Djumari. 2009. Kajian Teknis dan Ekonomis Pemanfaatan Limbah
Batu Bara (Fly Ash) pada Produksi Paving Block. Jurusan Tenik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Negeri Surakarta. Surakarta.

SNI 03-0691-1996. 1996. Bata beton (Paving block). Badan Standarisasi
Nasional. Bandung.

SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk
Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Bandung.

SNI 03-6820-2002. 2002. Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen. Badan Standarisasi Nasional.
Bandung.

SNI 15-7064-2004. 2004. Semen Portland Komposit. Badan Standarisasi
Nasional. Bandung.

Setyanto. 2012. Macam-macam Model dan Tipe Paving Block Untuk Halaman
Rumah.http://www.toentang-gallery.com/2012/06/macam-macam-modeldan-tipe-paving-block.html). Semarang.

Tjokrodimuljo, K. 2007. Teknologi Beton, Biro Penerbit KMTS FT UGM.
Yogyakarta.

Troxell, G.E. dan Davis, H.E. 1956. Composition and Properties of Concrete.
McGraw Hill Book Company. Inc. United States of America.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas
Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.