TINJAUAN SISTEM PENOMORAN DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG TAHUN 2015.
TINJAUAN SISTEM PENOMORAN
DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
TAHUN 2015
Oki Agung Wibawa*) Retno Astuti S, SS, MM**)
*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Nakula I No 5 – 11 Semarang
Email : sevenseaking@yahoo.com
ABSTRACT
Background : Problem duplication number medical record in the Bhakti Wira Tamtama Hospital
Semarang at the time of the study found an incidence of 10 duplicate medical record number
that would result in the patient and the full shelf filing for medical record file into many. The aim
of this is to prevent any duplication of medical record. Can be averted duplicate medical record
number to produce information medical patient can be a self-sustaining.The general aim of this
research is described the general description of numbering system of hospital admission
registration unit Bhakti Wira Tamtama Semarang on 2015.
Method : This type of research is descriptive, observational data retrieval and interview with
cross sectional method. The observed study population is implementation of numbering system
in the hospital admission registration unit Bhakti Wira Tamtama Semarang and its subject is a
admission registration unit and the head of the Hostipal Medical Record Unit Bhakti Wira
Tamtama Semarang. Research instrument used is manual observation and interview. Data
sources used are primary and secondary data. The data processing is done by editing and
tabulating. Further analyzed and conclusion drawn dercriptively.
Result : Based on research results obtained that the function of the registration in the Bhakti
Wira Tamtama Hospital Semarang is register patients, Patien card made, give medical record
number to new patients, looking for medical record document and encode.A numbering system
that is used is a unit of numbering system. A means of numeration that there is covering Patient
Card given to patiens, Master Patien Index to record and seek medical record number of
patiens and register for recording patients data after registering. Existing policies and standard
operating procedure regarding the provision of medical record number in units numbering
system in Bhakti Wira Tamtama Hospital. From the research result should re-examine the
officer patient data on the master patient index to ensure that new or old patients. Should have
policies and standard operating procedures are not separated into one.
PENDAHULUAN
harus memiliki Unit Rekam Medis untuk
menjalankan rekam medis..(1)
Rekam medis merupakan berkas atau
Unit Rekam Medis di Rumah Sakit
dokumen yang sangat penting bagi suatu
Bhakti Wira Tamtama terdiri atas bagian
institusi kesehatan. Karena bersifat penting
luar dan bagian dalam. Bagian luar Rekam
maka di dalam suatu rumah sakit harus
Medis meliputi TPPRJ, URJ, TPPRI, URI,
menyelenggarakan unit kerja rekam medis
UGD, dan IPP. Sedangkan bagian dalam
yang sangat berperan dalam menyediakan
Rekam
data kesehatan di rumah sakit. Unit Rekam
Analising Reporting, Koding Indeksing, dan
Medis
Filling.
akan
mempermudah
palayanan
Medis
Dalam
meliputi
Assembling,
pendaftaran
pasien
di
kepada pasien karena dapat menyediakan
TPPRJ, TPPRI, dan UGD setiap pasien
informasi medis yang lengkap dan akurat
baru akan diberikan nomor rekam medis
dari hasil pengolahan data dari seluruh unit
oleh petugas pendaftaran dan akan dicatat
yang ada. Pelayanan kesehatan yang telah
di dalam beberapa formulir rekam medis
diberikan
jalan
yaitu Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
maupun rawat inap dicatat dalam dokumen
elektronik, Kartu Identitas Berobat (KIB),
rekam
medis
formulir data dasar pasien, dan buku
tersebut dicatat atau recording kedalam
register pendaftaran. Dengan adanya KIUP
berkas pasien itu sendiri maupun di buku
elektronik petugas akan terbantu karena
catatan masing-masing unit rumah sakit.
akan dimudahkan dalam pencatatan data
kepada
medis.
pasien
Dokumen
rawat
rekam
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
identitas pribadi pasien dan pemberian
No. 269 / Menkes / PER / IIII / 2008
nomor
disebutkan bahwa rekam medis adalah
berdasarkan nomor yang diurutkan secara
berkas
dan
kronologis dan nomor tersebut digunakan
dokumen tentang identitas, pemeriksaan,
oleh unit atau bagian di rumah sakit yang
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
bersangkutan. Karena nomor rekam medis
yang
pasien.
mempunyai kegunaan dan tujuan yaitu
Catatan merupakan tulisan-tulisan yang
sebagai identifikasi dari pasien, petunjuk
dibuat oleh dokter atau dokter gigi
pemilik folder dokumen rekam medis pasien
mengenai
yang
yang bersangkutan, registrasi pasien, untuk
dilakukan kepada pasien dalam rangka
pedoman dalam tata cara penyimpanan
yang
telah
palayanan
berisikan
diberikan
catatan
kepada
tindakan-tindakan
kesehatan.
Karena
rekam
medis itu penting maka setiap rumah sakit
rekam
medis
baru
harus
(Penjajaran) dokumen rekam medis, dan
sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen
rekam medis yang telah disimpan di filing
berkas rekam medis akan menumpuk di rak
berdasarkan urutan sistem penomoranya.
filing akibat banyak terjadinya duplikasi
Sistem penomoran yang digunakan di
nomor
rekam
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang yaitu
tersebut
Unit
melakukan
Numbering
System,
sistem
ini
medis.
sehingga
Dengan
peneliti
penelitian
alasan
tertarik
dengan
judul
memberikan satu nomor rekam medis baik
“Tinjauan Sistem Penomoran di TPP RS
pasien rawat jalan, rawat inap, maupun
Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun
UGD. Dalam pemberian nomor rekam
2015”.
medis pasien, masih sering terjadi duplikasi
nomor rekam medis dikarenakan peran
petugas
pendaftaran
yang
tidak
menjalankan fungsinya dengan baik, sistem
informasi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu
yang ada di pendaftaran tidak
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
menjalankan fungsinya dengan benar serta
utama untuk membuat gambaran atau
tidak adanya buku penggunaan nomor
deskripsi
rekam medis, sehingga ketika ada pasien
Sedangkan
lama
Kartu
observasi, yaitu suatu prosedur berencana,
(KIB) dan mengaku
antara lain meliputi, melihat, mencatat dan
berobat
tidak
Identitas Berobat
membawa
tentang
suatu
pengambilan
keadaan.
data
secara
sebagai pasien baru petugas langsung
taraf
mendaftar dan memberikan nomor baru hal
hubungannya dengan masalah yang diteliti
tersebut akan berdampak terjadinya nomor
dan
rekam medis ganda dan akan menyulitkan
metode pendekatan secara cross sectional
petugas filing karena terjadi duplikasi nomor
yaitu penelitian dengan cara pendekatan,
rekam
observasi atau pengumpulan data sekaligus
medis
dan
satu
pasien
bisa
mempunyai lebih dari satu nomor rekam
medis yang akan berdampak terhadap
proses
pelayanan
karena
menjadi
terhambat.
aktivitas
wawancara
tertentu
dengan
yang
ada
menggunakan
pada periode tertentu. (11)
Variabel dalam penelitian ini adalah
fungsi
petugas
pendaftran,
sarana
penomoran, kebijakan penomoran, protap
Akibat pemberian nomor rekam medis
penomoran
dan
pelaksanaan
ganda pelayanan menjadi terhambat karena
penomoran.
Populasi
lamanya dalam pencarian berkas rekam
sistem penomoran di TPP RS Bhakti Wira
medis pasien, isi rekam medis menjadi tidak
Tamtama Semarang. Subjeknya adalah
berkesinambungan karena terbagi dalam
petugas TPP sebanyak 5 orang dan kepala
beberapa dokumen rekam medis, dan
URM RS Bhakti Wira Tamtama Semarang.
studinya
sistem
adalah
Instrumen
penelitian
ini
pedoman
wawancara
menggunakan
dan
pendaftaran adalah mendaftar pasien dan
pedoman
mencarikan DRM dengan persentase 20%.
observasi. Pengolahan data secara editing
1 orang petugas lagi menjawab fungsinya
dan tabulating. Kemudian data dianalisis
sebagai
secara deskriptif selanjutnya berdasarkan
mendaftar
hasil pengamatan tersebut dapat ditarik
memberikan nomor rekam medis baru untuk
kesimpulan secara deskriptif.
pasien
petugas
pendaftaran
pasien,
baru
dan
adalah
membuatkan
mengkoding
KIB,
dengan
persentase 20%. Dari hasil wawancara
HASIL
tersebut fungsi petugas di TPP RS Bhakti
Wira Tamtama Semarang belum sesuai
1. Fungsi Petugas Pendaftaran
Fungsi
petugas
dengan teori karena masih adanya petugas
pendaftaran
sangat
penting dalam penerimaan pasien dan
yang merangkap tugasnya sebagai petugas
filing dan mengkoding seharusnya petugas
pendaftaran tidak merangkap tugas karena
harus sesuai prosedur penerimaan pasien,
prosedur ini sebaiknya diletakkan di tempat
yang mudah dibaca. Hal ini dilakukan untuk
dengan terbatasnya jumlah sumber daya
manusia jadi petugas di RS Bhakti Wira
Tamtama Semarang merangkap tugasnya.
Hal tersebut akan berdampak terhadap
mengontrol pekerjaan yang telah dilakukan
sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat
konsisten dan sesuai aturan.
kualitas pelayanan menjadi kurang baik dan
beban kerja petugas menjadi bertambah.
(2)
2. Sistem Penomoran
Berdasarkan hasil wawancara kepada
5 orang petugas pendaftaran fungsi petugas
pendaftaran Di RS Bhakti Wira Tamtama
Semarang khususnya di TPP didapatkan
persentase data bahwa dari 3 orang
petugas
menjawab
fungsinya
petugas
pendaftaran
adalah
pasien,
mencatat
identitas
sebagai
mendaftar
pasien,
membuatkan KIB dan memberikan nomor
rekam medis baru untuk pasien baru
dengan
menjawab
persentase
fungsinya
60%.
1
petugas
sebagai
petugas
Sistem penomoran yang digunakan di
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang adalah
Unit
Numbering
pemberian
satu
System
nomor
(UNS)
rekam
atau
medis
(Berkas rekam medis) pada setiap pasien
yang
datang
berkunjung
ke
fasilitas
pelayanan kesehatan tanpa membedakan
pelayanan rawat jalan, rawat inap, maupun
pasien gawat darurat. (5)
Pemberian nomor rekam medis secara
Unit Numbering System (UNS) sesuai
dengan kebijakan dan protap yang ada.
Sistem penomoran secara UNS memiliki
3. Sarana Penomoran
kelebihan yaitu Informasi medis pasien
a. KIUP
dapat berkesinambungan karena dokumen
Merupakan sarana yang digunakan untuk
rekam medis pasien disimpan dalam satu
mendukung proses pencarian nomor rekam
folder atau berkas tanpa membedakan jenis
medis pasien dan pencatatan identitas
pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun
pribadi
gawat
darurat,
lebih
menghemat
penggunaan folder atau berkas rekam
medis,
dan
lebih
yang
nantinya
akan
tersimpan secara otomatis dikomputer.
(1)
KIUP (elektronik) di bagian pendaftaran
tempat
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang belum
sedikit
sesuai karena fungsi KIUP tersebut yang
menggunakan tempat penyimpanan atau
tidak bisa mengetahui jumlah kunjungan
rak
penyimpanannya,
file.
efisien
pasien
karena
lebih
Untuk
kekurangannya
yaitu
pasien dan tidak dapat mengetahui tanggal
pasien
akan
lama
terakhir kali pasien tersebut berobat, fungsi
karena pada pasien lama akan dicarikan
KIUP yang ada hanya dapat digunakan
dokumen
lama
untuk menyimpan data pasien dan mencari
akan
nomor rekam medis pasien, seharusnya
mendapatkan pelayanan. Untuk pedoman
KIUP selain untuk mencatat identitas pribadi
tentang tata cara dan urutan kegiatan
pasien ketika berobat dan mencari nomor
pemberian nomor rekam medis di bagian
rekam
pendaftaran
pelayanan
rekam
setelah
medisnya
ketemu
Tamtama
menjadi
baru
pasien
pasien
RS
Semarang
yang
tidak
rekam
medis.
satu
juga
bisa
mengetahui jumlah kunjungan pasien dan
ada
buku
tanggal
Menurut
catatan
terakhir
kali
pasien
tersebut
berobat.
teori
catatan penggunaan nomor rekam medis
salah
KIUP
Wira
disebutkan bahwa buku register dan buku
merupakan
pasien
Bhakti
register rawat jalan dan buku penggunaan
nomor
medis
yang
b. KIB
Berdasarkan hasil wawancara kepada 5
orang
pasien
untuk
mengetahui
data
digunakan di bagian pendaftaran pasien.
mengenai KIB didapatkan data bahwa
Selain itu juga disebutkan bahwa buku
bentuk dari KIB tidak mudah diingat pasien
register termasuk catatan yang permanen
dan
dan tidak boleh musnahkan serta memuat
mengunakan bahan kertas. Sehingga KIB
informasi yang sangat penting mengenai
yang digunakan RS Bhakti Wira Tamtama
rekam medis.
Semarang belum sesuai teori karena masih
mudah
menggunakan
rusak
dikarenakan
kertas
HVS
masih
80gram
berwarna merah yang mudah rusak atau
sobek
seharusnya
seperti
Seharusnya menurut teori setiap pasien
(electronic Id) e-ID yang dicetak sehingga
datang berobat baik rawat inap, gawat
tidak mudah sobek dan lebih efisien karena
darurat maupun rawat jalan harus dicatat di
lebih
buku register untuk mengetahui jumlah
tahan
KIB
lama
dibuat
dari
kerusakan,dan
menarik untuk pasien sehingga akan selalu
kunjungan
diingat dan dibawa pasien ketika ingin
perkembangan
berobat kembali. karena KIB berperan
sudah banyak menggunakan elektronik jadi
penting dalam proses pelayanan pasien
seharusnya
register
yang
sedangkan untuk isi dari KIB tersebut sudah
diperbarui
secara
elektronik
sesuai
memudahkan petugas dalam pelayanan
dengan
teori
karena
sudah
tercantum nomor rekam medis pasien,
pasien.
Seiring
teknologi
dengan
buku
register
ada
juga
agar
dan menghemat waktu.
nama pasien, umur, alamat, tanggal lahir
dan nomor BPJS. KIB juga merupakan
d. Buku Penggunaan Nomor Rekam Medis
kendala bagi petugas pendaftaran karena
Buku penggunaan nomor rekam medis
jika ada pasien yang tidak membawa KIB
di bagian assembling RS Bhakti Wira
tetapi mengaku sebagai pasien baru akan
Tamtama Semarang tidak ada seharusnya
mengakibatkan terjadinya duplikasi nomor
secara
rekam
rekam
medis
karena
pasien
tersebut
teori
buku
medis
penggunaan
digunakan
nomor
untuk
memiliki nomor rekam medis baru dan
mengalokasikan
berkas rekam medis baru.
penggunaan nomor rekam medis. Seiring
dengan
c. Register
dan
perkembangan
mengendalikan
teknologi
buku
penggunaan nomor rekam medis ini sudah
Sarana yang digunakan berupa buku
banyak
yang
menggunakan
elektronik
untuk mencatat dan mengisi data pasien
sehingga ketika ada pasien baru berobat
setelah mendaftar di bagian pendaftaran
petugas akan mendaftar lewat komputer
sehingga dapat diketahui jumlah kunjungan
dan nomor rekam medis baru akan tercetak
(5)
pasien.
Berdasarkan
hasil
secara otomatis lewat sistem informasi
hasil
wawancara
pengamatan
terhadap
dan
rumah sakit.
petugas
pendaftaran buku register secara manual
4. Kebijakan Penomoran
tidak sesuai dengan teori yaitu hanya
Kebijakan adalah suatu arah tindakan
digunakan untuk pasien rawat inap dan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,
gawat darurat, untuk pasien rawat jalan
atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tidak digunakan buku register rawat jalan.
tertentu
yang
memberikan
hambatan-
hambatan
dan
kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka
kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan
dapat
diselesaikan
efisien.
(9)
secara
efektif
dan
mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan
Protap pemberian nomor rekam medis
suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
yang digunakan sebagai pedoman yang
(10)
mendasari
Kebijakan tentang pemberian nomor
kebijakan
tersebut
dengan
tujuan untuk memberikan pelayanan yang
rekam medis pasien di bagian pendaftaran
cepat
dan
tepat
kepada
RS
Berdasarkan
hasil
observasi
wawancara
petugas
Bhakti
Wira
menggunakan
Unit
Tamtama
Semarang
Numbering
System
pasien.
dan
pendaftaran,
(UNS), harus ada kebijakan prosedur yang
pelaksanaan
tertulis yang menceritakan pengelolaan unit
medis dengan Unit Numbering System
rekam medis untuk menjadi pedoman bagi
sudah sesuai dengan protap yang ada yaitu
staf atau petugas rekam medis yang
pemberian
bertugas. Di RS Bhakti Wira Tamtama
(Berkas rekam medis) pada setiap pasien
Semarang mempunyai kebijakan secara
yang
tertulis mengenai sistem pemberian nomor
pelayanan kesehatan tanpa membedakan
rekam medis dengan menggunakan Unit
pelayanan rawat jalan, rawat inap, maupun
Numbering System (UNS). Kebijakan yang
pasien gawat darurat.(5)
ada di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
jadi
satu
dengan
protap,
seharusnya
kebijakan dan protap dipisahkan tersendiri.
pemberian
satu
datang
nomor
nomor
rekam
rekam
berkunjung
ke
medis
fasilitas
Seharusnya protap yang ada menjadi
acuan petugas pendaftaran ketika akan
melayani pasien harus sesuai prosedur
karena sangat penting bagi pihak-pihak lain
5. Protap Penomoran
yang bersangkutan seperti petugas filing
Standar Operating Procedure (SOP)
karena jika terjadi duplikasi nomor rekam
atau prosedur tetap adalah pedoman tertulis
medis sebagai akibat dari tidak patuhnya
yang dipergunakan untuk mendorong dan
petugas pendaftaran terhadap protap yang
menggerakkan
ada. Dan protap penomoran seharusnya
suatu
kelompok
untuk
mencapai tujuan organisasi atau tata cara
dijelaskan
ataupun tahapan yang harus dilalui dalam
pemberian nomor rekam medis mulai dari
suatu proses kerja tertentu, yang dapat
pasien mendaftar, pesien dimintai identitas
diterima oleh seseorang yang berwenang
pribadi, petugas mencatat data pasien di
atau
KIUP
yang
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan tingkat penampilan atau
langkah
elektronik,
atau
petugas
deskripsi
membuatkan
nomor rekam medis baru secara urut,
petugas membuatkan KIB yang berisikan
rekam medis (Berkas rekam medis)
nomor
pada
rekam
medis
baru
tersebut,
setiap
pasien
yang
datang
kemudian petugas mencatat data pasien di
berkunjung
buku register. Dengan adanya deskripsi
kesehatan
pemberian nomor rekam medis pada protap
pelayanan rawat jalan, rawat inap,
penerimaan
maupun pasien gawat darurat.
pasien
diharapkan
dapat
menjadi pedoman bagi petugas pendaftaran
untuk
melaksanakan
tugasnya
sesuai
dengan protap.
ke
fasilitas
tanpa
pelayanan
membedakan
4. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
tidak menggunakan buku penggunaan
nomor rekam medis tetapi sudah secara
komputerisasi lewat sistem informasi
rumah sakit.
SIMPULAN
5. Sistem penomoran menggunakan Unit
1. Sarana Penomoran yang ada di RS
Numbering System (UNS) di RS Bhakti
Semarang
Wira Tamtama Semarang yang sesuai
meliputi Kartu Identitas Berobat (KIB),
dengan kebijakan dan prosedur yang
Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
ada.
Bhakti
Wira
Tamtama
sudah berupa elektronik, buku register
(RI dan Gawat Darurat) untuk rawat
SARAN
jalan langsung dicatat di komputer,
untuk buku penggunaan nomor rekam
1. Sebaiknya
petugas meneliti kembali
medis tidak digunakan karena nomor
data pasien di KIUP apakah benar
rekam medis sudah tercetak secara
pasien baru atau lama.
otomatis oleh sistem informasi rumah
2. Seharusnya
KIUP
diperbarui
diupdate sehingga mampu mendeteksi
sakit.
2. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
nama pasien dan tanggal lahir pasien
sudah ada kebijakan yang mengatur
yang
tentang
duplikasi nomor rekam medis.
sistem
penomoran
yaitu
menggunakan Unit Numbering System
sama
3. Sebaiknya
diperbarui
(UNS).
3. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
sudah
atau
ada
protap
yang
mengatur
sehingga
buku
meminimalisir
register
menggunakan
sudah
register
elektronik karena fungsi register sangat
penting.
penomoran
4. Seharusnya protap dan kebijakan tidak
menggunakan Unit Numbering System
dijadikan satu, protap dan kebijakan
(UNS) yaitu pemberian satu nomor
sebaiknya dipisahkan.
tentang
sistem
5. Petugas harus mematuhi protap yang
sudah ada yaitu, berpesan kepada
pasien agar membawa KIB ketika akan
Jakarta
:
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia, 1997
4. Azwar,
A.
Pengantar
Administrasi
berobat kembali ke fasilitas pelayanan
Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta
kesehatan RS Bhakti Wira Tamtama
1996.
5. Savitri, C Budi. Manajemen Unit Kerja
Semarang.
6. Berdasarkan hasil wawancara kepada
Rekam Medis, Yogyakarta, 2011.
lebih
6. Depkes Republik Indonesia. Petunjuk
menarik atau seperti impuls card agar
Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis
pasien lebih mengingat KIB tersebut.
Rumah Sakit, Jakarta : Dirjen Yanmed,
pasien
sebaiknya KIB
dibikin
7. Sebaiknya diadakan sosialisasi protap
saat melakukan rapat Unit
Rekam
7. Gemala
R.
Hatta.
8. Sebaiknya ada pembaruan atau revisi
Medis,
ada
revisi
http://medicalrecord.wordpress.com,
diakses 13 Mei 2015.
protap penerimaan pasien.
kebijakan
8. Departemen
Kesehatan
tentang penomoran, dijelaskan definisi
Indonesia.
dari sistem penomoran Unit Numbering
Penyelenggaraan
System (UNS).
Jakarta, 1991 : 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri
Kesehatan
RI
no.269/Menkes/III/2008 tentang rekam
Procedure
,
Operating
Jakarta,
1995.
diakses 13 Mei 2015.
10. Winarno,
Budi.
Yogyakarta,
3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Republik
http://www.healthyenthusiast.com,
2008
Company Berwyn Illinois), 1994
Medis,
Kesehatan
Standard
Kebijakan
Managemen (Physicians Record
Teknis
Rekam
Indonesia.
medis atau medical record. Jakarta,
2. Huffman K Edna. Health Information
Republik
Petunjuk
9. Departemen
Peraturan
Rekam
Penerbit Universitas Indonesia, 2008.
Medis (URM).
9. Seharusnya
1993.
Teori
Publik,
dan
Media
Proses
Pressindo,
2002.
http://goschanesthesia.wordpress.com,
diakses 13 Mei 2015.
11. Azwar, Saiffudin. Metode Penelitian,
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta,
2001.
Pedoman Pengelolaan Rekam Medis
www.academia.edu, diakses 13 Mei
Rumah Sakit di Indonesia Revisi 1,
2015.
12. http://www.medrec07.com/2014/12/tuga
s-pokok-dan-deskripsi-kegiatanTPPRJ.html. diakses pada 6 Agustus
2015.
13. Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian
Kualitatif : PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004.
14. Anggoro,
Universita
Toha.Metode
Terbuka.
Penelitian.
Jakarta,
2008.
https://afidburhanuddin.wordpress.com ,
diakses 13 Mei 2015.
15. Peraturan
Menteri
Kesehatan
no.512/Menkes/PER/IV/2007
RI.
Tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran BAB I pasal 1 ayat 10.
Jakarta 2007.
DI TPP RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG
TAHUN 2015
Oki Agung Wibawa*) Retno Astuti S, SS, MM**)
*) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
**) Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro
Jl. Nakula I No 5 – 11 Semarang
Email : sevenseaking@yahoo.com
ABSTRACT
Background : Problem duplication number medical record in the Bhakti Wira Tamtama Hospital
Semarang at the time of the study found an incidence of 10 duplicate medical record number
that would result in the patient and the full shelf filing for medical record file into many. The aim
of this is to prevent any duplication of medical record. Can be averted duplicate medical record
number to produce information medical patient can be a self-sustaining.The general aim of this
research is described the general description of numbering system of hospital admission
registration unit Bhakti Wira Tamtama Semarang on 2015.
Method : This type of research is descriptive, observational data retrieval and interview with
cross sectional method. The observed study population is implementation of numbering system
in the hospital admission registration unit Bhakti Wira Tamtama Semarang and its subject is a
admission registration unit and the head of the Hostipal Medical Record Unit Bhakti Wira
Tamtama Semarang. Research instrument used is manual observation and interview. Data
sources used are primary and secondary data. The data processing is done by editing and
tabulating. Further analyzed and conclusion drawn dercriptively.
Result : Based on research results obtained that the function of the registration in the Bhakti
Wira Tamtama Hospital Semarang is register patients, Patien card made, give medical record
number to new patients, looking for medical record document and encode.A numbering system
that is used is a unit of numbering system. A means of numeration that there is covering Patient
Card given to patiens, Master Patien Index to record and seek medical record number of
patiens and register for recording patients data after registering. Existing policies and standard
operating procedure regarding the provision of medical record number in units numbering
system in Bhakti Wira Tamtama Hospital. From the research result should re-examine the
officer patient data on the master patient index to ensure that new or old patients. Should have
policies and standard operating procedures are not separated into one.
PENDAHULUAN
harus memiliki Unit Rekam Medis untuk
menjalankan rekam medis..(1)
Rekam medis merupakan berkas atau
Unit Rekam Medis di Rumah Sakit
dokumen yang sangat penting bagi suatu
Bhakti Wira Tamtama terdiri atas bagian
institusi kesehatan. Karena bersifat penting
luar dan bagian dalam. Bagian luar Rekam
maka di dalam suatu rumah sakit harus
Medis meliputi TPPRJ, URJ, TPPRI, URI,
menyelenggarakan unit kerja rekam medis
UGD, dan IPP. Sedangkan bagian dalam
yang sangat berperan dalam menyediakan
Rekam
data kesehatan di rumah sakit. Unit Rekam
Analising Reporting, Koding Indeksing, dan
Medis
Filling.
akan
mempermudah
palayanan
Medis
Dalam
meliputi
Assembling,
pendaftaran
pasien
di
kepada pasien karena dapat menyediakan
TPPRJ, TPPRI, dan UGD setiap pasien
informasi medis yang lengkap dan akurat
baru akan diberikan nomor rekam medis
dari hasil pengolahan data dari seluruh unit
oleh petugas pendaftaran dan akan dicatat
yang ada. Pelayanan kesehatan yang telah
di dalam beberapa formulir rekam medis
diberikan
jalan
yaitu Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
maupun rawat inap dicatat dalam dokumen
elektronik, Kartu Identitas Berobat (KIB),
rekam
medis
formulir data dasar pasien, dan buku
tersebut dicatat atau recording kedalam
register pendaftaran. Dengan adanya KIUP
berkas pasien itu sendiri maupun di buku
elektronik petugas akan terbantu karena
catatan masing-masing unit rumah sakit.
akan dimudahkan dalam pencatatan data
kepada
medis.
pasien
Dokumen
rawat
rekam
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
identitas pribadi pasien dan pemberian
No. 269 / Menkes / PER / IIII / 2008
nomor
disebutkan bahwa rekam medis adalah
berdasarkan nomor yang diurutkan secara
berkas
dan
kronologis dan nomor tersebut digunakan
dokumen tentang identitas, pemeriksaan,
oleh unit atau bagian di rumah sakit yang
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
bersangkutan. Karena nomor rekam medis
yang
pasien.
mempunyai kegunaan dan tujuan yaitu
Catatan merupakan tulisan-tulisan yang
sebagai identifikasi dari pasien, petunjuk
dibuat oleh dokter atau dokter gigi
pemilik folder dokumen rekam medis pasien
mengenai
yang
yang bersangkutan, registrasi pasien, untuk
dilakukan kepada pasien dalam rangka
pedoman dalam tata cara penyimpanan
yang
telah
palayanan
berisikan
diberikan
catatan
kepada
tindakan-tindakan
kesehatan.
Karena
rekam
medis itu penting maka setiap rumah sakit
rekam
medis
baru
harus
(Penjajaran) dokumen rekam medis, dan
sebagai petunjuk dalam pencarian dokumen
rekam medis yang telah disimpan di filing
berkas rekam medis akan menumpuk di rak
berdasarkan urutan sistem penomoranya.
filing akibat banyak terjadinya duplikasi
Sistem penomoran yang digunakan di
nomor
rekam
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang yaitu
tersebut
Unit
melakukan
Numbering
System,
sistem
ini
medis.
sehingga
Dengan
peneliti
penelitian
alasan
tertarik
dengan
judul
memberikan satu nomor rekam medis baik
“Tinjauan Sistem Penomoran di TPP RS
pasien rawat jalan, rawat inap, maupun
Bhakti Wira Tamtama Semarang Tahun
UGD. Dalam pemberian nomor rekam
2015”.
medis pasien, masih sering terjadi duplikasi
nomor rekam medis dikarenakan peran
petugas
pendaftaran
yang
tidak
menjalankan fungsinya dengan baik, sistem
informasi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah deskriptif, yaitu
yang ada di pendaftaran tidak
penelitian yang dilakukan dengan tujuan
menjalankan fungsinya dengan benar serta
utama untuk membuat gambaran atau
tidak adanya buku penggunaan nomor
deskripsi
rekam medis, sehingga ketika ada pasien
Sedangkan
lama
Kartu
observasi, yaitu suatu prosedur berencana,
(KIB) dan mengaku
antara lain meliputi, melihat, mencatat dan
berobat
tidak
Identitas Berobat
membawa
tentang
suatu
pengambilan
keadaan.
data
secara
sebagai pasien baru petugas langsung
taraf
mendaftar dan memberikan nomor baru hal
hubungannya dengan masalah yang diteliti
tersebut akan berdampak terjadinya nomor
dan
rekam medis ganda dan akan menyulitkan
metode pendekatan secara cross sectional
petugas filing karena terjadi duplikasi nomor
yaitu penelitian dengan cara pendekatan,
rekam
observasi atau pengumpulan data sekaligus
medis
dan
satu
pasien
bisa
mempunyai lebih dari satu nomor rekam
medis yang akan berdampak terhadap
proses
pelayanan
karena
menjadi
terhambat.
aktivitas
wawancara
tertentu
dengan
yang
ada
menggunakan
pada periode tertentu. (11)
Variabel dalam penelitian ini adalah
fungsi
petugas
pendaftran,
sarana
penomoran, kebijakan penomoran, protap
Akibat pemberian nomor rekam medis
penomoran
dan
pelaksanaan
ganda pelayanan menjadi terhambat karena
penomoran.
Populasi
lamanya dalam pencarian berkas rekam
sistem penomoran di TPP RS Bhakti Wira
medis pasien, isi rekam medis menjadi tidak
Tamtama Semarang. Subjeknya adalah
berkesinambungan karena terbagi dalam
petugas TPP sebanyak 5 orang dan kepala
beberapa dokumen rekam medis, dan
URM RS Bhakti Wira Tamtama Semarang.
studinya
sistem
adalah
Instrumen
penelitian
ini
pedoman
wawancara
menggunakan
dan
pendaftaran adalah mendaftar pasien dan
pedoman
mencarikan DRM dengan persentase 20%.
observasi. Pengolahan data secara editing
1 orang petugas lagi menjawab fungsinya
dan tabulating. Kemudian data dianalisis
sebagai
secara deskriptif selanjutnya berdasarkan
mendaftar
hasil pengamatan tersebut dapat ditarik
memberikan nomor rekam medis baru untuk
kesimpulan secara deskriptif.
pasien
petugas
pendaftaran
pasien,
baru
dan
adalah
membuatkan
mengkoding
KIB,
dengan
persentase 20%. Dari hasil wawancara
HASIL
tersebut fungsi petugas di TPP RS Bhakti
Wira Tamtama Semarang belum sesuai
1. Fungsi Petugas Pendaftaran
Fungsi
petugas
dengan teori karena masih adanya petugas
pendaftaran
sangat
penting dalam penerimaan pasien dan
yang merangkap tugasnya sebagai petugas
filing dan mengkoding seharusnya petugas
pendaftaran tidak merangkap tugas karena
harus sesuai prosedur penerimaan pasien,
prosedur ini sebaiknya diletakkan di tempat
yang mudah dibaca. Hal ini dilakukan untuk
dengan terbatasnya jumlah sumber daya
manusia jadi petugas di RS Bhakti Wira
Tamtama Semarang merangkap tugasnya.
Hal tersebut akan berdampak terhadap
mengontrol pekerjaan yang telah dilakukan
sehingga pekerjaan yang dilakukan dapat
konsisten dan sesuai aturan.
kualitas pelayanan menjadi kurang baik dan
beban kerja petugas menjadi bertambah.
(2)
2. Sistem Penomoran
Berdasarkan hasil wawancara kepada
5 orang petugas pendaftaran fungsi petugas
pendaftaran Di RS Bhakti Wira Tamtama
Semarang khususnya di TPP didapatkan
persentase data bahwa dari 3 orang
petugas
menjawab
fungsinya
petugas
pendaftaran
adalah
pasien,
mencatat
identitas
sebagai
mendaftar
pasien,
membuatkan KIB dan memberikan nomor
rekam medis baru untuk pasien baru
dengan
menjawab
persentase
fungsinya
60%.
1
petugas
sebagai
petugas
Sistem penomoran yang digunakan di
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang adalah
Unit
Numbering
pemberian
satu
System
nomor
(UNS)
rekam
atau
medis
(Berkas rekam medis) pada setiap pasien
yang
datang
berkunjung
ke
fasilitas
pelayanan kesehatan tanpa membedakan
pelayanan rawat jalan, rawat inap, maupun
pasien gawat darurat. (5)
Pemberian nomor rekam medis secara
Unit Numbering System (UNS) sesuai
dengan kebijakan dan protap yang ada.
Sistem penomoran secara UNS memiliki
3. Sarana Penomoran
kelebihan yaitu Informasi medis pasien
a. KIUP
dapat berkesinambungan karena dokumen
Merupakan sarana yang digunakan untuk
rekam medis pasien disimpan dalam satu
mendukung proses pencarian nomor rekam
folder atau berkas tanpa membedakan jenis
medis pasien dan pencatatan identitas
pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun
pribadi
gawat
darurat,
lebih
menghemat
penggunaan folder atau berkas rekam
medis,
dan
lebih
yang
nantinya
akan
tersimpan secara otomatis dikomputer.
(1)
KIUP (elektronik) di bagian pendaftaran
tempat
RS Bhakti Wira Tamtama Semarang belum
sedikit
sesuai karena fungsi KIUP tersebut yang
menggunakan tempat penyimpanan atau
tidak bisa mengetahui jumlah kunjungan
rak
penyimpanannya,
file.
efisien
pasien
karena
lebih
Untuk
kekurangannya
yaitu
pasien dan tidak dapat mengetahui tanggal
pasien
akan
lama
terakhir kali pasien tersebut berobat, fungsi
karena pada pasien lama akan dicarikan
KIUP yang ada hanya dapat digunakan
dokumen
lama
untuk menyimpan data pasien dan mencari
akan
nomor rekam medis pasien, seharusnya
mendapatkan pelayanan. Untuk pedoman
KIUP selain untuk mencatat identitas pribadi
tentang tata cara dan urutan kegiatan
pasien ketika berobat dan mencari nomor
pemberian nomor rekam medis di bagian
rekam
pendaftaran
pelayanan
rekam
setelah
medisnya
ketemu
Tamtama
menjadi
baru
pasien
pasien
RS
Semarang
yang
tidak
rekam
medis.
satu
juga
bisa
mengetahui jumlah kunjungan pasien dan
ada
buku
tanggal
Menurut
catatan
terakhir
kali
pasien
tersebut
berobat.
teori
catatan penggunaan nomor rekam medis
salah
KIUP
Wira
disebutkan bahwa buku register dan buku
merupakan
pasien
Bhakti
register rawat jalan dan buku penggunaan
nomor
medis
yang
b. KIB
Berdasarkan hasil wawancara kepada 5
orang
pasien
untuk
mengetahui
data
digunakan di bagian pendaftaran pasien.
mengenai KIB didapatkan data bahwa
Selain itu juga disebutkan bahwa buku
bentuk dari KIB tidak mudah diingat pasien
register termasuk catatan yang permanen
dan
dan tidak boleh musnahkan serta memuat
mengunakan bahan kertas. Sehingga KIB
informasi yang sangat penting mengenai
yang digunakan RS Bhakti Wira Tamtama
rekam medis.
Semarang belum sesuai teori karena masih
mudah
menggunakan
rusak
dikarenakan
kertas
HVS
masih
80gram
berwarna merah yang mudah rusak atau
sobek
seharusnya
seperti
Seharusnya menurut teori setiap pasien
(electronic Id) e-ID yang dicetak sehingga
datang berobat baik rawat inap, gawat
tidak mudah sobek dan lebih efisien karena
darurat maupun rawat jalan harus dicatat di
lebih
buku register untuk mengetahui jumlah
tahan
KIB
lama
dibuat
dari
kerusakan,dan
menarik untuk pasien sehingga akan selalu
kunjungan
diingat dan dibawa pasien ketika ingin
perkembangan
berobat kembali. karena KIB berperan
sudah banyak menggunakan elektronik jadi
penting dalam proses pelayanan pasien
seharusnya
register
yang
sedangkan untuk isi dari KIB tersebut sudah
diperbarui
secara
elektronik
sesuai
memudahkan petugas dalam pelayanan
dengan
teori
karena
sudah
tercantum nomor rekam medis pasien,
pasien.
Seiring
teknologi
dengan
buku
register
ada
juga
agar
dan menghemat waktu.
nama pasien, umur, alamat, tanggal lahir
dan nomor BPJS. KIB juga merupakan
d. Buku Penggunaan Nomor Rekam Medis
kendala bagi petugas pendaftaran karena
Buku penggunaan nomor rekam medis
jika ada pasien yang tidak membawa KIB
di bagian assembling RS Bhakti Wira
tetapi mengaku sebagai pasien baru akan
Tamtama Semarang tidak ada seharusnya
mengakibatkan terjadinya duplikasi nomor
secara
rekam
rekam
medis
karena
pasien
tersebut
teori
buku
medis
penggunaan
digunakan
nomor
untuk
memiliki nomor rekam medis baru dan
mengalokasikan
berkas rekam medis baru.
penggunaan nomor rekam medis. Seiring
dengan
c. Register
dan
perkembangan
mengendalikan
teknologi
buku
penggunaan nomor rekam medis ini sudah
Sarana yang digunakan berupa buku
banyak
yang
menggunakan
elektronik
untuk mencatat dan mengisi data pasien
sehingga ketika ada pasien baru berobat
setelah mendaftar di bagian pendaftaran
petugas akan mendaftar lewat komputer
sehingga dapat diketahui jumlah kunjungan
dan nomor rekam medis baru akan tercetak
(5)
pasien.
Berdasarkan
hasil
secara otomatis lewat sistem informasi
hasil
wawancara
pengamatan
terhadap
dan
rumah sakit.
petugas
pendaftaran buku register secara manual
4. Kebijakan Penomoran
tidak sesuai dengan teori yaitu hanya
Kebijakan adalah suatu arah tindakan
digunakan untuk pasien rawat inap dan
yang diusulkan oleh seseorang, kelompok,
gawat darurat, untuk pasien rawat jalan
atau pemerintah dalam suatu lingkungan
tidak digunakan buku register rawat jalan.
tertentu
yang
memberikan
hambatan-
hambatan
dan
kesempatan-kesempatan
terhadap kebijakan yang diusulkan untuk
menggunakan dan mengatasi dalam rangka
kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan
dapat
diselesaikan
efisien.
(9)
secara
efektif
dan
mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan
Protap pemberian nomor rekam medis
suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.
yang digunakan sebagai pedoman yang
(10)
mendasari
Kebijakan tentang pemberian nomor
kebijakan
tersebut
dengan
tujuan untuk memberikan pelayanan yang
rekam medis pasien di bagian pendaftaran
cepat
dan
tepat
kepada
RS
Berdasarkan
hasil
observasi
wawancara
petugas
Bhakti
Wira
menggunakan
Unit
Tamtama
Semarang
Numbering
System
pasien.
dan
pendaftaran,
(UNS), harus ada kebijakan prosedur yang
pelaksanaan
tertulis yang menceritakan pengelolaan unit
medis dengan Unit Numbering System
rekam medis untuk menjadi pedoman bagi
sudah sesuai dengan protap yang ada yaitu
staf atau petugas rekam medis yang
pemberian
bertugas. Di RS Bhakti Wira Tamtama
(Berkas rekam medis) pada setiap pasien
Semarang mempunyai kebijakan secara
yang
tertulis mengenai sistem pemberian nomor
pelayanan kesehatan tanpa membedakan
rekam medis dengan menggunakan Unit
pelayanan rawat jalan, rawat inap, maupun
Numbering System (UNS). Kebijakan yang
pasien gawat darurat.(5)
ada di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
jadi
satu
dengan
protap,
seharusnya
kebijakan dan protap dipisahkan tersendiri.
pemberian
satu
datang
nomor
nomor
rekam
rekam
berkunjung
ke
medis
fasilitas
Seharusnya protap yang ada menjadi
acuan petugas pendaftaran ketika akan
melayani pasien harus sesuai prosedur
karena sangat penting bagi pihak-pihak lain
5. Protap Penomoran
yang bersangkutan seperti petugas filing
Standar Operating Procedure (SOP)
karena jika terjadi duplikasi nomor rekam
atau prosedur tetap adalah pedoman tertulis
medis sebagai akibat dari tidak patuhnya
yang dipergunakan untuk mendorong dan
petugas pendaftaran terhadap protap yang
menggerakkan
ada. Dan protap penomoran seharusnya
suatu
kelompok
untuk
mencapai tujuan organisasi atau tata cara
dijelaskan
ataupun tahapan yang harus dilalui dalam
pemberian nomor rekam medis mulai dari
suatu proses kerja tertentu, yang dapat
pasien mendaftar, pesien dimintai identitas
diterima oleh seseorang yang berwenang
pribadi, petugas mencatat data pasien di
atau
KIUP
yang
bertanggung
jawab
untuk
mempertahankan tingkat penampilan atau
langkah
elektronik,
atau
petugas
deskripsi
membuatkan
nomor rekam medis baru secara urut,
petugas membuatkan KIB yang berisikan
rekam medis (Berkas rekam medis)
nomor
pada
rekam
medis
baru
tersebut,
setiap
pasien
yang
datang
kemudian petugas mencatat data pasien di
berkunjung
buku register. Dengan adanya deskripsi
kesehatan
pemberian nomor rekam medis pada protap
pelayanan rawat jalan, rawat inap,
penerimaan
maupun pasien gawat darurat.
pasien
diharapkan
dapat
menjadi pedoman bagi petugas pendaftaran
untuk
melaksanakan
tugasnya
sesuai
dengan protap.
ke
fasilitas
tanpa
pelayanan
membedakan
4. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
tidak menggunakan buku penggunaan
nomor rekam medis tetapi sudah secara
komputerisasi lewat sistem informasi
rumah sakit.
SIMPULAN
5. Sistem penomoran menggunakan Unit
1. Sarana Penomoran yang ada di RS
Numbering System (UNS) di RS Bhakti
Semarang
Wira Tamtama Semarang yang sesuai
meliputi Kartu Identitas Berobat (KIB),
dengan kebijakan dan prosedur yang
Kartu Indeks Utama Pasien (KIUP)
ada.
Bhakti
Wira
Tamtama
sudah berupa elektronik, buku register
(RI dan Gawat Darurat) untuk rawat
SARAN
jalan langsung dicatat di komputer,
untuk buku penggunaan nomor rekam
1. Sebaiknya
petugas meneliti kembali
medis tidak digunakan karena nomor
data pasien di KIUP apakah benar
rekam medis sudah tercetak secara
pasien baru atau lama.
otomatis oleh sistem informasi rumah
2. Seharusnya
KIUP
diperbarui
diupdate sehingga mampu mendeteksi
sakit.
2. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
nama pasien dan tanggal lahir pasien
sudah ada kebijakan yang mengatur
yang
tentang
duplikasi nomor rekam medis.
sistem
penomoran
yaitu
menggunakan Unit Numbering System
sama
3. Sebaiknya
diperbarui
(UNS).
3. Di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang
sudah
atau
ada
protap
yang
mengatur
sehingga
buku
meminimalisir
register
menggunakan
sudah
register
elektronik karena fungsi register sangat
penting.
penomoran
4. Seharusnya protap dan kebijakan tidak
menggunakan Unit Numbering System
dijadikan satu, protap dan kebijakan
(UNS) yaitu pemberian satu nomor
sebaiknya dipisahkan.
tentang
sistem
5. Petugas harus mematuhi protap yang
sudah ada yaitu, berpesan kepada
pasien agar membawa KIB ketika akan
Jakarta
:
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia, 1997
4. Azwar,
A.
Pengantar
Administrasi
berobat kembali ke fasilitas pelayanan
Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta
kesehatan RS Bhakti Wira Tamtama
1996.
5. Savitri, C Budi. Manajemen Unit Kerja
Semarang.
6. Berdasarkan hasil wawancara kepada
Rekam Medis, Yogyakarta, 2011.
lebih
6. Depkes Republik Indonesia. Petunjuk
menarik atau seperti impuls card agar
Teknis Penyelenggaraan Rekam Medis
pasien lebih mengingat KIB tersebut.
Rumah Sakit, Jakarta : Dirjen Yanmed,
pasien
sebaiknya KIB
dibikin
7. Sebaiknya diadakan sosialisasi protap
saat melakukan rapat Unit
Rekam
7. Gemala
R.
Hatta.
8. Sebaiknya ada pembaruan atau revisi
Medis,
ada
revisi
http://medicalrecord.wordpress.com,
diakses 13 Mei 2015.
protap penerimaan pasien.
kebijakan
8. Departemen
Kesehatan
tentang penomoran, dijelaskan definisi
Indonesia.
dari sistem penomoran Unit Numbering
Penyelenggaraan
System (UNS).
Jakarta, 1991 : 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Menteri
Kesehatan
RI
no.269/Menkes/III/2008 tentang rekam
Procedure
,
Operating
Jakarta,
1995.
diakses 13 Mei 2015.
10. Winarno,
Budi.
Yogyakarta,
3. Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Republik
http://www.healthyenthusiast.com,
2008
Company Berwyn Illinois), 1994
Medis,
Kesehatan
Standard
Kebijakan
Managemen (Physicians Record
Teknis
Rekam
Indonesia.
medis atau medical record. Jakarta,
2. Huffman K Edna. Health Information
Republik
Petunjuk
9. Departemen
Peraturan
Rekam
Penerbit Universitas Indonesia, 2008.
Medis (URM).
9. Seharusnya
1993.
Teori
Publik,
dan
Media
Proses
Pressindo,
2002.
http://goschanesthesia.wordpress.com,
diakses 13 Mei 2015.
11. Azwar, Saiffudin. Metode Penelitian,
Pustaka
Pelajar,
Yogyakarta,
2001.
Pedoman Pengelolaan Rekam Medis
www.academia.edu, diakses 13 Mei
Rumah Sakit di Indonesia Revisi 1,
2015.
12. http://www.medrec07.com/2014/12/tuga
s-pokok-dan-deskripsi-kegiatanTPPRJ.html. diakses pada 6 Agustus
2015.
13. Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian
Kualitatif : PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2004.
14. Anggoro,
Universita
Toha.Metode
Terbuka.
Penelitian.
Jakarta,
2008.
https://afidburhanuddin.wordpress.com ,
diakses 13 Mei 2015.
15. Peraturan
Menteri
Kesehatan
no.512/Menkes/PER/IV/2007
RI.
Tentang
Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran BAB I pasal 1 ayat 10.
Jakarta 2007.