biklin morfologi darah
Laporan Praktikum
Biokimia Klinis
Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten
: Jumat/ 19 Pebruari 2016
: 13.00-16.00 WIB
: dr. Husnawati, MSi
: Hafiz Nalviando
Suharjono
Enni Prasetyoningtias
Morfologi Darah
(Penentuan Jumlah Eritrosit, Hemoglobin, dan Golongan Darah)
Kelompok 15
Neni Widowati
Widdya Kusuma K
M. Rifai Anugrah
Shinta Dewi N
G84130048
G84130008
G84130016
G84130025
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
1
PENDAHULUAN
Darah merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan
karena darah merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam
pengaturan fisiologis tubuh. Fungsi darah secara umum berkaitan dengan
transportasi komponen di dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida,
metabolisme, hormon dan kelenjar endokrin, panas dan imun tubuh. Nutrisi
yang diserap pada saluran pencernaan yang kemudian dibawa ke dalam darah
guna memenuhi kebutuhan akan jaringan tubuh. Proses pembentukan sel-sel
darah yang diproduksi setiap hari di dalam sumsum tulang memerlukan
prekusor antara lain besi, mangan, kobalt, vitamin, asam amino dan hormon
untuk mensintesis pembentukan sel darah (Ali et al .2013). Salah satu
komponen dari darah adalah eritrosit. Rata-rata jumlah eritrosit pria adalah 29.8
ml/kg bb dan wanita 27 ml/kg bb. Jumlah hemoglobin dalam manusia berbedabeda, hemoglobin pria adalah 13 g/100 mL sedangkan pada wanita 12 g/100
mL (Zarianis 2006).
Eritrosit atau sel darah merah adalah suatu sel yang berisi hemoglobin
dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan sel darah ini tidak
memiliki inti sel dan mitokondria. Sel ini berbentuk lempeng bikonkaf yang
meningkatkan area permukaan sel sehingga memudahkan difusi oksigen dan
karbon dioksida. Bentuk ini dipertahankan oleh suatu sitoskeleton yang terdiri
atas beberapa protein. Diameter eritrosit kira-kira 7,8 mikrometer, dengan
ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian yang paling tebal dan kurang lebih 1
mikrometer pada bagian tengah. Volume rata-rata eritrosit adalah 90 sampai 95
mikrometer kubik. Bentuk eritrosit dapat berubah-ubah ketika sel berjalan
melewati kapiler. Selain mengangkut hemoglobin, eritrosit juga mempunyai
fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang
mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air (Amri 2007).
Hemoglobin adalah substansi yang berupa pigmen pembawa oksigen
dalam eritrosit dan merupakan protein terkonjugasi yang terdiri atas sebuah
protein disebut globin dan pigmen non protein heme yang mengandung besi.
Satu molekul hemoglobin terdiri atas empat unit heme yang masing-masing
berikatan dengan satu rantai polipeptida. Keempat rantai polipeptida tersebut
disebut globin (Mulyani et al. 2012). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas otot, kondisi psikis,
musim, tekanan udara dan kebiasaan hidup spesies. Eritrosit mengandung
sekitar 270 juta molekul hemoglobin dimana tiap sel mengandung tepat 29
pg hemoglobin dengan masing-masing membawa empat kelompok heme
(Amri 2007).
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah,
organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi
sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang
berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam
tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah
terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Salah satu
penyakit mengenai eritrosit adalah anemia. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass),
sehingga darah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia
2
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung
eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin dan
hematokrit (Arifin et al.2012).
Tujuan pratikum ini adalah menentukan jumlah eritrosit. Menentukan
kadar hemoglobin dalam dalah. Menentukan golongan darah pada sample
darah.
METODE
Praktikum ini dilakukan pada Jumat, 19 Pebruari 2016, pukul 13.0016.00 WIB, bertempat di Laboratorium Pendidikan Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet, tabung
reaksi, spektrofotometer, pipet tetes, preparat, hemositometer, dan
mikroskop. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel darah,
alkohol 70%, HCl, reagen hemoglobin, akuades, natrium sitrat 2.5%, serum
anti A, dan serum anti B.
Prosedur
Darah segar untuk pemeriksaan. Ujung jari dibersihkan dengan
alkohol. Jari ditusuk menggunakan lanset dengan arah tegak lurus pada garis
sidik jari kulit. Tetesan darah pertama jangan digunakan untuk percobaan.
Kadar hemoglobin. Sebanyak 20 L darah dihisap menggunakan
pipet. Setelah itu bagian ujung pipet diseka dan dimasukan kedalam tabung
reaksi yang telah diisi dengan reagen hemoglobin sebanyak 5 mL. Blanko
yang digunkan menggunakan akuades sebanyak 20 L dan dicampurkan
menggunakan reagen hemoglobin sebanyak 5 mL. Sampel darah diukur
nilai absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm.
Kadar eritosit. Darah dihisap menggunakan pipet sampai tanda 0.5
pada pipet. Bagian ujung pipet diseka. Hisap natrium hidroksida 2.5%
sampai tanda 101. Bagian ujung pipt ditutup dengan jari kemudian dikocok
15-30 detik sehingga darah dan natrium hidroksida tercampur. Cairan
tersebut ditempatkan didalam celah hemositometer (3-4 tetes) dan ditutup
dengan kaca penutup. Sampel tersebut diamati di mikroskop dengan lensa
objektif kecil (10x) dan lensa objektif besar (40x). Eritrosit dihitung yang
terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil, yaitu dari
kotak-kotak kecil pada setiap sudut dan pada pusak kotak besar.
Menentukan golongan darah. Tandai kaca objek dengan kaca objek
A dan B. Masing-masing preparat ditetesi serum anti A pada kaca objek A
dan serum anti B pada kaca objek B. Masing-masing serum anti A dan
serum anti B ditetesi darah. Kaca objek tersebut diamati, apabila terjadi
gumpalan pada serum anti A menunjukan golongan darah tersebut adalah A
dan gumpalan serum anti B, maka golongan darah tersebut B. Apabila
3
terjadi gumpalan dikeduanya maka golongan darah tersebut AB, dan apabila
tidak terjadi gumpalan dikeduanya maka golongan darh tersebut adalah O.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiranbutiran darah merah. Kadar Hemoglobin (Hb merupakan parameter yang
paling mudah digunakan dalam mementukan status anemia pada seseorang.
Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang
mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun disebabkan oleh
kecacingan. Konsentrasi hemoglobin darah diukur berdasarkan intensitas
warnanya menggunakan fotometer dan dinyatakan dalam gram
hemoglobin/seratus milliliter darah (g/100ml) atau gram/desiliter (g/dl)
(Briawan 2011).
Terdapat berbagai cara menentukan kadar hemoglobin. Metode
hemoglobin antara lain Tallquist yaitu menentukan kadar Hb tidak teliti,
kesalahan antara 25 - 50%. Prinsip kerja cara ini adalah dengan
membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkattingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua (mulai 10%
sampai 100%). Metode selanjutnya yaitu Sahlih, Prinsip pemeriksaan Hb
cara sahli yaitu hemoglobin oleh asam chlorida (0,1 N) diubah menjadi acid
hematin yang warnanya sawo matang. Dengan air suling warna ini
diencerkan sampai warnanya sama dengan warna standard pada hemometer.
Kadar Hb dibaca pada tabung sahli (tabung pengencer). Tiap hemometer
(sahli) terdiri dari alat pembanding warna, tabung pengencer, pipet darah
(20µL), pipet pengencer darah (Dep Kes RI 1989).
Metode
yang
digunakan
dalam
pratikum
ini
adalah
cyanmethemoglobin. Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan
kolorimetrik seperti cianmethemoglobin (HiCN) dan cara oksihemoglobin
(HbO2).
Prinsip
pemeriksaan
hemoglobin
dengan
metode
cyanmethemoglobin adalah hemoglobin darah diubah menjadi
sianmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium
ferrisianida dan kalium sianida (Reagen Hb). Absorbansi larutan diukur
pada gelombang 546 nm (filter hijau). Kelebihan dari metode ini adalah
standar yang digunakan tetap stabil untuk waktu yang lama. Penentuan nilai
hemoglobin tergantung pada kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada
ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar tampak (Gandasubrata
2007). Kadar hemoglobin pada percobaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kadar hemoglobin
Sampel
Blanko
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Absorbansi (A)
0.000
0.257
0.281
0.313
[Hb] (g/100 mL)
0
9.449
10.332
11.509
4
Contoh perhitungan [Hb]
[Hb] = 36.77 × Absorbansi
= 36.77 × 0.257
= 9.449 (dalam g/100mL)
Berdasarkan Tabel 1 kadar hemoglobin paling tinggi adalah sampel 3.
Besarnya kadar hemoglobin berbanding lurus dengan nilai absorbansi yang
diperoleh. Setiap masing-masing sampel, kadar hemoglobin lebih rendah
dibandingakan dengan literatur yaitu hemoglobin pria adalah 13 g/100 mL
sedangkan pada wanita 12 g/100 mL (Zarianis 2006). Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi probandus yang kurang sehat
sehingga mempengaruhi kadar hemoglobin, atau reagen yang digunakan
sudah tidak baik untuk digunakan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas otot, kondisi
psikis, musim, tekanan udara dan kebiasaan hidup spesies (Mulyani et
al .2012).
Penentuan jumlah eritrosit dalam percobaan ini yaitu menggunakan
metode hemasitometer Neubauer yaitu Isap darah dengan pipet toma
(warna pengaduk di bagian gembung warna merah) sampai angka 0.5,
kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan natrium nitrat sampai tanda
101. Hemasitometer diamati dengan mikroskop. Eritrosit dihitung pada lima
ruang kecil (empat sudut dan tengah) (Siswanto 2011). Hasil penentuan
jumlah eritrosit dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut
jumlah eritrosit adalah 580000 x 106 /Liter. Sedangkan jumlah eritrosit pada
pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ l darah, sedangkan pada wanita berkisar
4,2 juta - 5,4 juta sel/ l darah (Simanjuntak 2003). Hasil tersebut lebih besar
dibandingakan dengan literatur yang dipeoleh. Kesalah tersebut dapat
disebabkan pada saat penghitungan sel eritrosit di hemasitometer.
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel
darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet.
Mutu kamar hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian
tertentu. Selain dengan menggunakan hemasitometer, metode lain yang
digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit adalah Cara Automatik BC2600 Auto Analyzer Hematology. BC-2600 adalah unit tunggal yang
meliputi suatu penganalisis spesimen yang berisi perangkat keras untuk
aspirasi dilusi dan menganalisis setiap spesimen darah secara keseluruhan
serta bagian modul data yang meliputi komputer, monitor, keyboard, printer
dan disk drives. Analyzer BC-2600 menggunakan mode sampler terbuka
untuk menghisap sampel darah dari tabung EDTA yang kemudian
dilarutkan dan dicampurkan sebelum pengukuran masing-masing parameter
dilakukan (Gandasubrata 2007).
Tabel 2 Jumlah eritrosit
Sampel
1
Jumlah eritrosit
580000 x 106 /Liter
5
Contoh perhitungan
jumlah sel yang dihitung
volume yang dihitung
58
5×(0.2×0.2×0.1)
× Faktor Pengenceran
× 200 x 106/Liter
580000 x106 /Liter
Tabel 3 Penggolongan darah
Sampel
Anti A
Anti B
Golongan Darah
-
+
B
-
-
O
+
-
A
-
+
B
-
-
O
-
+
B
Gambar
Meja 5
Meja 6
Meja 7
Keterangan : (+) = Darah menggumpal, (-) = Darah tidak menggumpal
6
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu
karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat
(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah. Golongan
darah secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A,B,O dan
AB. Dalam darah terdapat antigen dan antibodi yang berada pada sel-sel
darah merah dan berada dalam serum. Sel – sel yang hanya memiliki
antigen A dan mempunyai anti-B didalam serum disebut golongan A.
Sedangkan sel - sel yang hanya memiliki antigen B dan mempunyai anti-A
dalam serum disebut golongan B. Sel – sel yang memiliki antigen A dan
antigen B dan tidak mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum disebut
golongan AB. Sel-sel yang tidak memiliki antigen A dan antigen B,
mempunyai anti-Adan anti-B dalam serum disebut golongan O (Azhar et al
.2014).
Metode penentuan golongandarah dalam percobaan ini adalah
menggunakan antibodi A dan antibodi B. Golongan darah ini dapat
dibuktikan dengan menggunakan serum anti A dan serum anti B yang
sifatnya sama dengan antibody pada plasma darah. Sebagai contoh, apabila
darah yang diuji memberikan aglutinasi (penggumpalan) pada serum anti A,
dan tidak memberikan aglutinasi pada serum anti B, maka dapat
disimpulkan bahwa golongan darah tersebut adalah A. Hal ini disebabkan
cara kerja dari serum anti A adalah sama dengan agglutinin α, sehingga s
bertindak sebagai zat penggumpalan. Apabila agglutinin ini bertemu dengan
antigen A yang justru memiliki agglutinin β, maka tidak lain akan terjadi
penggumpalan. Berikut adalah tabel penentuan golongan darah berdasarkan
aglutinasi (Azhar et al .2014).
.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kadar hemoglobin yang ditentukan dengan metode kalorimetri
(cianmethemoglobin) pada setiap sampel memberikan nilai di bawah kadar
hemoglobin pada literatur. Penentuan jumlah eritrosit menggunakan
hemasitometer. Hasil menunjukan sampel memperoleh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan literatur. Penentuan golongan darah menggunakan
anti A dan anti B, darah yang menggumpal pada bagian antibodi
menunjukan darah bergolongan tersebut.
Saran
Perlu dilakukan metode lain dalam penentuan kadar hemoglobin
seperti sahli. Perlu dilakukannya percobaan penentuan golongan darah
7
menggunakan alat elektronik/ digital. Menggunakan metode lain dalam
penentuan jumlah eritrosit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali AS, Ismoyowati, Diana I. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan
hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan
probiotik dalam ransum. J Ilmiah Peternakan. 1(3): 1001-1013
Amri E. 2007. Pengaruh konsumsi minuman bubuk kakao lindak bebas
lemak terhadap sifat antioksidatif dan hemolisis eritrosit manusia
[Skripsi]. Bogor (ID). Intstitut Pertanian Bogor
Arifin H, Nofiza Y, Elisma. 2012. Pengaruh pemberian jus buah naga
hylocereus undatus (haw.) britt&rose Terhadap jumlah hemoglobin,
eritrosit dan hematokrit pada mencit putih betina. J. Sains dan
Teknologi Farmasi. 17(2): 118-125
Azhar FN, Madona P, Tianur. 2014. Alat pembaca golongan darah dan
Rhesus. J. Teknik elektro dan komputer. 2(2): 145-152
Briawan D. 2011. Faktor risiko anemia pada siswi peserta program
suplementasi. J. Gizi dan Pangan. 6 (1): 74-83.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta (ID):
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Labiratorium Klinik. Jakarta (ID): Dian
Rakyat
Mulyani GT, febrianto YH, Budipitijo T. 2012. Pengaruh penangkaran
terhadap profil eritrosit lumba-lumba hidung botol dari perairan laut
jawa. JSV. 30(1): 51-56
Simanjuntak MT.2003. Ketergantungan temperatur dan pH terhadap
transpor sefaleksin ke dalam eritrosit manusia secara in vitro. J. Sains
Kimia. 7(2): 44-50
Siswanto. 2011. Gambaran sel darah merah sapi bali (studi rumah potong). J.
Veteriner Undayana. 3(2): 99-105
Zarianis. 2006. Efek suplementasi besi-vitamin c dan vitamin terhadap
kadar hemoglobin anak sekolah dasar yang anemia di kecamatan
sayung kabupaten demak [Tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro
Biokimia Klinis
Hari/Tanggal
Waktu
PJP
Asisten
: Jumat/ 19 Pebruari 2016
: 13.00-16.00 WIB
: dr. Husnawati, MSi
: Hafiz Nalviando
Suharjono
Enni Prasetyoningtias
Morfologi Darah
(Penentuan Jumlah Eritrosit, Hemoglobin, dan Golongan Darah)
Kelompok 15
Neni Widowati
Widdya Kusuma K
M. Rifai Anugrah
Shinta Dewi N
G84130048
G84130008
G84130016
G84130025
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
1
PENDAHULUAN
Darah merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan
karena darah merupakan komponen yang mempunyai fungsi penting dalam
pengaturan fisiologis tubuh. Fungsi darah secara umum berkaitan dengan
transportasi komponen di dalam tubuh seperti nutrisi, oksigen, karbondioksida,
metabolisme, hormon dan kelenjar endokrin, panas dan imun tubuh. Nutrisi
yang diserap pada saluran pencernaan yang kemudian dibawa ke dalam darah
guna memenuhi kebutuhan akan jaringan tubuh. Proses pembentukan sel-sel
darah yang diproduksi setiap hari di dalam sumsum tulang memerlukan
prekusor antara lain besi, mangan, kobalt, vitamin, asam amino dan hormon
untuk mensintesis pembentukan sel darah (Ali et al .2013). Salah satu
komponen dari darah adalah eritrosit. Rata-rata jumlah eritrosit pria adalah 29.8
ml/kg bb dan wanita 27 ml/kg bb. Jumlah hemoglobin dalam manusia berbedabeda, hemoglobin pria adalah 13 g/100 mL sedangkan pada wanita 12 g/100
mL (Zarianis 2006).
Eritrosit atau sel darah merah adalah suatu sel yang berisi hemoglobin
dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan sel darah ini tidak
memiliki inti sel dan mitokondria. Sel ini berbentuk lempeng bikonkaf yang
meningkatkan area permukaan sel sehingga memudahkan difusi oksigen dan
karbon dioksida. Bentuk ini dipertahankan oleh suatu sitoskeleton yang terdiri
atas beberapa protein. Diameter eritrosit kira-kira 7,8 mikrometer, dengan
ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian yang paling tebal dan kurang lebih 1
mikrometer pada bagian tengah. Volume rata-rata eritrosit adalah 90 sampai 95
mikrometer kubik. Bentuk eritrosit dapat berubah-ubah ketika sel berjalan
melewati kapiler. Selain mengangkut hemoglobin, eritrosit juga mempunyai
fungsi lain. Contohnya, ia mengandung banyak sekali karbonik anhidrase, yang
mengkatalisis reaksi antara karbon dioksida dan air (Amri 2007).
Hemoglobin adalah substansi yang berupa pigmen pembawa oksigen
dalam eritrosit dan merupakan protein terkonjugasi yang terdiri atas sebuah
protein disebut globin dan pigmen non protein heme yang mengandung besi.
Satu molekul hemoglobin terdiri atas empat unit heme yang masing-masing
berikatan dengan satu rantai polipeptida. Keempat rantai polipeptida tersebut
disebut globin (Mulyani et al. 2012). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas otot, kondisi psikis,
musim, tekanan udara dan kebiasaan hidup spesies. Eritrosit mengandung
sekitar 270 juta molekul hemoglobin dimana tiap sel mengandung tepat 29
pg hemoglobin dengan masing-masing membawa empat kelompok heme
(Amri 2007).
Hematologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari darah,
organ pembentuk darah dan penyakitnya. Khususnya jumlah dan morfologi
sel-sel darah, serta sumsum tulang. Darah adalah jaringan khusus yang
berbeda dengan organ lain, karena berbentuk cairan. Jumlah darah dalam
tubuh adalah 6-8% berat tubuh total. Empat puluh lima sampai 60% darah
terdiri dari sel-sel, terutama eritrosit, leukosit dan trombosit. Salah satu
penyakit mengenai eritrosit adalah anemia. Anemia secara fungsional
didefinisikan sebagai penurunan jumlah masa eritrosit (red cell mass),
sehingga darah tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen
dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Secara praktis anemia
2
ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit dan hitung
eritrosit. Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin dan
hematokrit (Arifin et al.2012).
Tujuan pratikum ini adalah menentukan jumlah eritrosit. Menentukan
kadar hemoglobin dalam dalah. Menentukan golongan darah pada sample
darah.
METODE
Praktikum ini dilakukan pada Jumat, 19 Pebruari 2016, pukul 13.0016.00 WIB, bertempat di Laboratorium Pendidikan Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pipet, tabung
reaksi, spektrofotometer, pipet tetes, preparat, hemositometer, dan
mikroskop. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sampel darah,
alkohol 70%, HCl, reagen hemoglobin, akuades, natrium sitrat 2.5%, serum
anti A, dan serum anti B.
Prosedur
Darah segar untuk pemeriksaan. Ujung jari dibersihkan dengan
alkohol. Jari ditusuk menggunakan lanset dengan arah tegak lurus pada garis
sidik jari kulit. Tetesan darah pertama jangan digunakan untuk percobaan.
Kadar hemoglobin. Sebanyak 20 L darah dihisap menggunakan
pipet. Setelah itu bagian ujung pipet diseka dan dimasukan kedalam tabung
reaksi yang telah diisi dengan reagen hemoglobin sebanyak 5 mL. Blanko
yang digunkan menggunakan akuades sebanyak 20 L dan dicampurkan
menggunakan reagen hemoglobin sebanyak 5 mL. Sampel darah diukur
nilai absorbansinya pada panjang gelombang 546 nm.
Kadar eritosit. Darah dihisap menggunakan pipet sampai tanda 0.5
pada pipet. Bagian ujung pipet diseka. Hisap natrium hidroksida 2.5%
sampai tanda 101. Bagian ujung pipt ditutup dengan jari kemudian dikocok
15-30 detik sehingga darah dan natrium hidroksida tercampur. Cairan
tersebut ditempatkan didalam celah hemositometer (3-4 tetes) dan ditutup
dengan kaca penutup. Sampel tersebut diamati di mikroskop dengan lensa
objektif kecil (10x) dan lensa objektif besar (40x). Eritrosit dihitung yang
terdapat dalam 5 bidang yang tersusun dari 16 bidang kecil, yaitu dari
kotak-kotak kecil pada setiap sudut dan pada pusak kotak besar.
Menentukan golongan darah. Tandai kaca objek dengan kaca objek
A dan B. Masing-masing preparat ditetesi serum anti A pada kaca objek A
dan serum anti B pada kaca objek B. Masing-masing serum anti A dan
serum anti B ditetesi darah. Kaca objek tersebut diamati, apabila terjadi
gumpalan pada serum anti A menunjukan golongan darah tersebut adalah A
dan gumpalan serum anti B, maka golongan darah tersebut B. Apabila
3
terjadi gumpalan dikeduanya maka golongan darah tersebut AB, dan apabila
tidak terjadi gumpalan dikeduanya maka golongan darh tersebut adalah O.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmen respiratorik dalam butiranbutiran darah merah. Kadar Hemoglobin (Hb merupakan parameter yang
paling mudah digunakan dalam mementukan status anemia pada seseorang.
Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang
mengandung zat besi, aktifitas yang berlebihan, ataupun disebabkan oleh
kecacingan. Konsentrasi hemoglobin darah diukur berdasarkan intensitas
warnanya menggunakan fotometer dan dinyatakan dalam gram
hemoglobin/seratus milliliter darah (g/100ml) atau gram/desiliter (g/dl)
(Briawan 2011).
Terdapat berbagai cara menentukan kadar hemoglobin. Metode
hemoglobin antara lain Tallquist yaitu menentukan kadar Hb tidak teliti,
kesalahan antara 25 - 50%. Prinsip kerja cara ini adalah dengan
membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang bertingkattingkat mulai dari warna merah muda sampai warna merah tua (mulai 10%
sampai 100%). Metode selanjutnya yaitu Sahlih, Prinsip pemeriksaan Hb
cara sahli yaitu hemoglobin oleh asam chlorida (0,1 N) diubah menjadi acid
hematin yang warnanya sawo matang. Dengan air suling warna ini
diencerkan sampai warnanya sama dengan warna standard pada hemometer.
Kadar Hb dibaca pada tabung sahli (tabung pengencer). Tiap hemometer
(sahli) terdiri dari alat pembanding warna, tabung pengencer, pipet darah
(20µL), pipet pengencer darah (Dep Kes RI 1989).
Metode
yang
digunakan
dalam
pratikum
ini
adalah
cyanmethemoglobin. Kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan
kolorimetrik seperti cianmethemoglobin (HiCN) dan cara oksihemoglobin
(HbO2).
Prinsip
pemeriksaan
hemoglobin
dengan
metode
cyanmethemoglobin adalah hemoglobin darah diubah menjadi
sianmethemoglobin (hemoglobin sianida) dalam larutan yang berisi kalium
ferrisianida dan kalium sianida (Reagen Hb). Absorbansi larutan diukur
pada gelombang 546 nm (filter hijau). Kelebihan dari metode ini adalah
standar yang digunakan tetap stabil untuk waktu yang lama. Penentuan nilai
hemoglobin tergantung pada kemampuan untuk mengabsorbsi cahaya pada
ratio kuning hijau yang merupakan spectrum sinar tampak (Gandasubrata
2007). Kadar hemoglobin pada percobaan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Kadar hemoglobin
Sampel
Blanko
Sampel 1
Sampel 2
Sampel 3
Absorbansi (A)
0.000
0.257
0.281
0.313
[Hb] (g/100 mL)
0
9.449
10.332
11.509
4
Contoh perhitungan [Hb]
[Hb] = 36.77 × Absorbansi
= 36.77 × 0.257
= 9.449 (dalam g/100mL)
Berdasarkan Tabel 1 kadar hemoglobin paling tinggi adalah sampel 3.
Besarnya kadar hemoglobin berbanding lurus dengan nilai absorbansi yang
diperoleh. Setiap masing-masing sampel, kadar hemoglobin lebih rendah
dibandingakan dengan literatur yaitu hemoglobin pria adalah 13 g/100 mL
sedangkan pada wanita 12 g/100 mL (Zarianis 2006). Hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi probandus yang kurang sehat
sehingga mempengaruhi kadar hemoglobin, atau reagen yang digunakan
sudah tidak baik untuk digunakan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
konsentrasi hemoglobin yaitu umur, jenis kelamin, aktivitas otot, kondisi
psikis, musim, tekanan udara dan kebiasaan hidup spesies (Mulyani et
al .2012).
Penentuan jumlah eritrosit dalam percobaan ini yaitu menggunakan
metode hemasitometer Neubauer yaitu Isap darah dengan pipet toma
(warna pengaduk di bagian gembung warna merah) sampai angka 0.5,
kemudian dilanjutkan dengan menghisap larutan natrium nitrat sampai tanda
101. Hemasitometer diamati dengan mikroskop. Eritrosit dihitung pada lima
ruang kecil (empat sudut dan tengah) (Siswanto 2011). Hasil penentuan
jumlah eritrosit dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan tabel tersebut
jumlah eritrosit adalah 580000 x 106 /Liter. Sedangkan jumlah eritrosit pada
pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ l darah, sedangkan pada wanita berkisar
4,2 juta - 5,4 juta sel/ l darah (Simanjuntak 2003). Hasil tersebut lebih besar
dibandingakan dengan literatur yang dipeoleh. Kesalah tersebut dapat
disebabkan pada saat penghitungan sel eritrosit di hemasitometer.
Hemositometer adalah alat yang dipakai untuk menghitung jumlah sel
darah dan terdiri dari kamar hitung, kaca penutupnya dan dua macam pipet.
Mutu kamar hitung serta pipet-pipet harus memenuhi syarat-syarat ketelitian
tertentu. Selain dengan menggunakan hemasitometer, metode lain yang
digunakan untuk menghitung jumlah eritrosit adalah Cara Automatik BC2600 Auto Analyzer Hematology. BC-2600 adalah unit tunggal yang
meliputi suatu penganalisis spesimen yang berisi perangkat keras untuk
aspirasi dilusi dan menganalisis setiap spesimen darah secara keseluruhan
serta bagian modul data yang meliputi komputer, monitor, keyboard, printer
dan disk drives. Analyzer BC-2600 menggunakan mode sampler terbuka
untuk menghisap sampel darah dari tabung EDTA yang kemudian
dilarutkan dan dicampurkan sebelum pengukuran masing-masing parameter
dilakukan (Gandasubrata 2007).
Tabel 2 Jumlah eritrosit
Sampel
1
Jumlah eritrosit
580000 x 106 /Liter
5
Contoh perhitungan
jumlah sel yang dihitung
volume yang dihitung
58
5×(0.2×0.2×0.1)
× Faktor Pengenceran
× 200 x 106/Liter
580000 x106 /Liter
Tabel 3 Penggolongan darah
Sampel
Anti A
Anti B
Golongan Darah
-
+
B
-
-
O
+
-
A
-
+
B
-
-
O
-
+
B
Gambar
Meja 5
Meja 6
Meja 7
Keterangan : (+) = Darah menggumpal, (-) = Darah tidak menggumpal
6
Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu
karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan
membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat
(kemudian disebut antigen) yang terkandung di dalam sel darah. Golongan
darah secara umum terbagi menjadi empat golongan darah yaitu A,B,O dan
AB. Dalam darah terdapat antigen dan antibodi yang berada pada sel-sel
darah merah dan berada dalam serum. Sel – sel yang hanya memiliki
antigen A dan mempunyai anti-B didalam serum disebut golongan A.
Sedangkan sel - sel yang hanya memiliki antigen B dan mempunyai anti-A
dalam serum disebut golongan B. Sel – sel yang memiliki antigen A dan
antigen B dan tidak mempunyai anti-A dan anti-B dalam serum disebut
golongan AB. Sel-sel yang tidak memiliki antigen A dan antigen B,
mempunyai anti-Adan anti-B dalam serum disebut golongan O (Azhar et al
.2014).
Metode penentuan golongandarah dalam percobaan ini adalah
menggunakan antibodi A dan antibodi B. Golongan darah ini dapat
dibuktikan dengan menggunakan serum anti A dan serum anti B yang
sifatnya sama dengan antibody pada plasma darah. Sebagai contoh, apabila
darah yang diuji memberikan aglutinasi (penggumpalan) pada serum anti A,
dan tidak memberikan aglutinasi pada serum anti B, maka dapat
disimpulkan bahwa golongan darah tersebut adalah A. Hal ini disebabkan
cara kerja dari serum anti A adalah sama dengan agglutinin α, sehingga s
bertindak sebagai zat penggumpalan. Apabila agglutinin ini bertemu dengan
antigen A yang justru memiliki agglutinin β, maka tidak lain akan terjadi
penggumpalan. Berikut adalah tabel penentuan golongan darah berdasarkan
aglutinasi (Azhar et al .2014).
.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kadar hemoglobin yang ditentukan dengan metode kalorimetri
(cianmethemoglobin) pada setiap sampel memberikan nilai di bawah kadar
hemoglobin pada literatur. Penentuan jumlah eritrosit menggunakan
hemasitometer. Hasil menunjukan sampel memperoleh yang lebih tinggi
dibandingkan dengan literatur. Penentuan golongan darah menggunakan
anti A dan anti B, darah yang menggumpal pada bagian antibodi
menunjukan darah bergolongan tersebut.
Saran
Perlu dilakukan metode lain dalam penentuan kadar hemoglobin
seperti sahli. Perlu dilakukannya percobaan penentuan golongan darah
7
menggunakan alat elektronik/ digital. Menggunakan metode lain dalam
penentuan jumlah eritrosit.
DAFTAR PUSTAKA
Ali AS, Ismoyowati, Diana I. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan
hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan
probiotik dalam ransum. J Ilmiah Peternakan. 1(3): 1001-1013
Amri E. 2007. Pengaruh konsumsi minuman bubuk kakao lindak bebas
lemak terhadap sifat antioksidatif dan hemolisis eritrosit manusia
[Skripsi]. Bogor (ID). Intstitut Pertanian Bogor
Arifin H, Nofiza Y, Elisma. 2012. Pengaruh pemberian jus buah naga
hylocereus undatus (haw.) britt&rose Terhadap jumlah hemoglobin,
eritrosit dan hematokrit pada mencit putih betina. J. Sains dan
Teknologi Farmasi. 17(2): 118-125
Azhar FN, Madona P, Tianur. 2014. Alat pembaca golongan darah dan
Rhesus. J. Teknik elektro dan komputer. 2(2): 145-152
Briawan D. 2011. Faktor risiko anemia pada siswi peserta program
suplementasi. J. Gizi dan Pangan. 6 (1): 74-83.
Depkes RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta (ID):
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Labiratorium Klinik. Jakarta (ID): Dian
Rakyat
Mulyani GT, febrianto YH, Budipitijo T. 2012. Pengaruh penangkaran
terhadap profil eritrosit lumba-lumba hidung botol dari perairan laut
jawa. JSV. 30(1): 51-56
Simanjuntak MT.2003. Ketergantungan temperatur dan pH terhadap
transpor sefaleksin ke dalam eritrosit manusia secara in vitro. J. Sains
Kimia. 7(2): 44-50
Siswanto. 2011. Gambaran sel darah merah sapi bali (studi rumah potong). J.
Veteriner Undayana. 3(2): 99-105
Zarianis. 2006. Efek suplementasi besi-vitamin c dan vitamin terhadap
kadar hemoglobin anak sekolah dasar yang anemia di kecamatan
sayung kabupaten demak [Tesis]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro