1.5 Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang menggunakan steroid atau obat anti inflamasi non steroid atau antibiotik sebelum masuk RS.
2. Pasien dengan penyakit gangguan hati dan ginjal, gastritis ulkus peptikum dan perdarahan gastro-intestinal.
3. Pasien dengan riwayat alergi terhadap parasetamol atau asam asetil salisilat.
4. Pasien hipotermia suhu tubuh 36,5 C.
5. Pasien dengan keadaan umum yang jelek.
3. Batasan Operasional 3.1 Stroke WHO,1986 adalah tanda-tanda klinis yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global, dengan gejala- gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau
menyebabkan kematian, tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler Sjahrir, 2003 ; Nasution, 2007.
3.2 Stroke iskemik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan
otak yang disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan oksigen di jaringan otak Sjahrir,
2003.
3.3 Fase akut stroke adalah jangka waktu antara awal mula serangan
stroke yang berlangsung sampai satu minggu Misbach,1999
Universitas Sumatera Utara
3.4 Hipotermia adalah suhu tubuh 36,5 C. Normotermia adalah suhu
tubuh antara 36,5 C dan 37,5
C. Demam hipertermia adalah
peningkatan suhu tubuh 37,5 C. Roy dan Ray, 2004 ; Thompson,
dkk, 2004. Hiperpireksia adalah peningkatan suhu tubuh 41,5 C.
Dinarello, dkk, 2005. 3.5
National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS merupakan
pengkuran kuantitatif defisit neurologis berkaitan dengan stroke yang dapat memprediksi outcome stroke jangka panjang, terdiri dari 12
pertanyaan—tingkat kesadaran, respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy, pemeriksaan lapangan pandang, facial
palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria dan inatensi. Nilai skor
5 menunjukkan stroke ringan, 6-13 stroke sedang dan 13 menunjukkan stroke berat. William, dkk, 2000 ; Meyer, dkk, 2002 ;
Schlegel, dkk, 2003. 3.6
Modified Rankin Scale mRS
merupakan skala yang menilai
outcome secara global dengan rentang nilai dari 0 tidak ada gangguan hingga 5 hanya terbaring di tempat tidur dan
membutuhkan perawatan berkelanjutan, dan 6 fatal. Nilai mRS 1-2 dikategorikan sebagai outcome baik dan nilai mRS 3-6 dikategorikan
sebagai outcome buruk Millan, dkk, 2007
Universitas Sumatera Utara
3.7 Parasetamol Asetaminofen merupakan derivat para amino fenol
dan metabolit dari fenasetin yang mempunyai efek analgesik dan antipiretik serta kurang sebagai antiinflamasi dan antiplatelet, dengan
struktur: Katzung, dkk, 2005 ; Wilmana PF, 2007
3.8 Asam Asetil Salisilat merupakan prototipe dari salisilat yang
mempunyai efek antiplatelet, antipiretik, analgesik dan antiinflamasi, dengan struktur: Katzung, dkk, 2005 ; Wilmana PF, 2007
3.9 Gangguan hati ditandai dengan peningkatan kadar alanine amino
transferase ALT serum glutatamate pyruvate transaminase SGPT 3 kali batas atas nilai normalnya atau aspartate amino transferase
AST serum glutatamic-oxaloacetic transaminase SGOT, alkaline phosphatase ALP dan bilirubin total 2 kali batas atas nilai
normalnya Navarro dan Senior, 2006 ; Dippel, dkk, 2003.
Universitas Sumatera Utara
3.10. Gangguan ginjal ditandai dengan peningkatan kadar serum
kreatinin 1,5 kali nilai normalnya Bellomo, dkk, 2004.
4. Instrumen Penelitian 4.1 Computed Tomography Scan