Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan dan analisis terhadap permasalahan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengukuran tingkat frekuensi kecelakaan kerja F pada tahun 2007 adalah 63,66 kali; tahun 2008 sebesar 31,77 kali; tahun 2009 sebesar 55,66 kali dan tahun 2010 sebesar 42,72 kali. Hal ini menunjukan bahwa frekuensi kecelakaan kerja yang terjadi setiap tahunnya cukup besar sehingga perlu dilakukan analisis terhadap penyebab kecelakaan yang terjadi. 2. Hasil pengukuran tingkat severity atau keparahan kecelakaan kerja S pada tahun 2007 adalah 381,97 hari; tahun 2008 sebesar 135 hari; tahun 2009 sebesar 262,38 hari dan tahun 2010 sebesar 238,49 hari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keparahan atau severity yang ditunjukkan dengan hilangnya hari kerja mulai tahun 2007 sampai dengan 2010 cukup besar yaitu rata-rata 250 hari oleh karena itu perlu dilakukan analisis terhadap kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan. 3. Hasil pengukuran nilai T selamat Nts pada tahun 2008 adalah -1418, pada tahun 2009 sebesar 1503,12 dan pada tahun 2010 sebesar -537,13. Maka disimpulkan bahwa hanya pada tahun 2009 terjadi penurunan prestasi pencegahan kecelakaan kerja. Universitas Sumatera Utara 4. Rata-rata hasil pengukuran nilai produktivitas setiap tahun mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010 adalah 90. Namun dari hasil pengukuran dapat dilihat hubungan keselamatan kerja dengan produktivitas yaitu bahwa semakin sedikit kecelakaan yang terjadi, maka semakin kecil pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan semakin tingginya tingkat produktivitas. Demikian sebaliknya, semakin banyak kecelakaan kerja yang terjadi, maka semakin besar pula hari kerja yang hilang dan mengakibatkan rendahnya tingkat produktivitas. Oleh karena itu, banyaknya kecelakaan yang terjadi berbanding terbalik dengan produktivitas. 5. Akar penyebab masalah kecelakaan yang pernah terjadi dan potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan pada PT. Morawa Electric Transbuana dilihat dari dua aspek yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan Unsafe Human Action dan keadaan lingkungan yang tidak aman Unsafe Conditions. 6. Akar penyebab masalah kecelakaan yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana berdasarkan Unsafe Human Action adalah: a. Operator tidak leluasa bekerja bila menggunakan APD. b. Kurangnya kesadaran operator tentang pentingnya menggunakan APD pada saat bekerja. c. Operator bekerja tidak sesuai dengan prosedur yang ada. d. Operator kurang berhati-hati, terburu-buru, kurang berkonsentrasi dan bercanda pada saat bekerja. Universitas Sumatera Utara e. Operator tidak melapor kepada pengawas mengenai APD yang sudah tidak layak pakai. f. Operator tidak menggunakan alat bantu angkut forklift pada saat mengangkat beban. g. Operator kurang teliti dalam mempersiapkan peralatan yang digunakan. h. Operator kurang berhati-hati dalam menggunakan alat bantu angkut hoist crane 7. Akar penyebab masalah kecelakaan yang pernah terjadi di PT. Morawa Electric Transbuana berdasarkan Unsafe Conditions adalah: a. Kuranganya pemantauan APD dari bagian K3 perusahaan. b. Tidak ada peraturan yang tegas dari perusahaan tentang penggunaan APD pada saat bekerja. c. Tidak ada sanksi yang tegas dari perusahaan bagi operator yang tidak menggunakan APD pada saat bekerja. d. Lingkungan kerja yang tidak mendukung kenyamanan dan keamanan operator pada saat bekerjalicin, kurang tertata dan sempit e. Kurangnya pemantauan pengawas lantai produksi mengenai kondisi APD yang digunakan oleh operator. f. Permukaan plat besi yang tajam. g. Letak bahan dan peralatan yang kurang baik. 8. Akar penyebab masalah dari potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan berdasarkan Unsafe Human Action adalah: Universitas Sumatera Utara a. Operator tidak melapor kepada pengawas mengenai persedian APD yang telah habis. b. Kurangnya kesadaran operator tentang keselamatan kerja. c. Operator kurang memperhatikan area kerjanya. d. Operator kurang berkonsentrasi dan berhati-hati pada saat bekerja. e. Terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan. f. Operator bekerja tidak sesuai dengan prosedur. g. Kondisi fisik operator tidak sesuai dengan berat beban yang diangkat. 9. Akar penyebab masalah dari potensi kemungkinan terjadinya kecelakaan berdasarkan Unsafe Conditions adalah: a. Manajemen perusahaan kurang memperhatikan pengadaan APD. b. Tidak ada peraturan yang tegas tentang penggunaan APD. c. Tidak ada sanksi yang jelas bagi operator yang melanggar peraturan. d. Pengawas kurang memperhatikan operator yang tidak menggunakan APD. e. APD yang tersedia sudah tidak layak pakai. f. Pengawas kurang memperhatikan kondisi area kerja operator. g. Permukaan benda yang tajam. h. Peralatan yang digunakan menghasilkan kebisingan. i. Lantai pabrik terkena tumpahan minyak atau air. 10. Solusi yang diambil untuk mengatasi permasalahan kecelakaan kerja yang terjadi pada operator adalah perbaikan usaha pencegahan kecelakaan kerja melalui empat aspek yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Manusia sebagai pekerja g. Operator harus benar-benar mempersiapkan diri baik secara fisik maupun mental sebelum melakukan pekerjaan. h. Setiap pekerja wajib menggunakan perlindungan diri dan merawat alat perlindungan diri yang telah diterima dari perusahaan. i. Pendidikan bagi operator mendapat perhatian penuh dari perusahaan, dan mengutamakan pendidikan karyawan untuk bertindak, berpikir dan bekerja dengan aman. j. Mempertegas fungsi dan tugas bagian K3 perusahaan. k. Perbaikan-perbaikan di bidang pengupahan dan jaminan sosial, serta jaminan kelangsungan kerja yang dapat menumbuhkan motivasi kerja dan meningkatkan kemampuan fisik karyawan. l. Pelaksanaan peraturan Pelaksanaan peraturan pada PT. Morawa Electric Transbuana diharapkan agar usaha pencegahan kecelakaan kerja lebih efektif. Peringatan, denda, pemberhentian sementara, dan pemecatan dalam keadaan tertentu bertujuan agar karyawan atau operator lebih disiplin dalam melaksanakan peraturan-peraturan keselamatan. b. Mesin, peralatan dan perlengkapan kerja a Setiap kerusakan dan kehilangan alat perlindungan diri harus di laporkan kepada pengawas lantai produksi dengan tujuan perbaikan atau mendapat penggantian alat perlindungan diri yang baru. Universitas Sumatera Utara b Mengatur dan merapikan peralatan dan perlengkapan sebelum dan sesudah operator bekerja. c Memastikan kondisi mesin dan peralatan dalam keadaan baik setelah selesai digunakan dan siap digunakan kembali untuk proses produksi esok hari. d Pemasangan tanda-tanda peringatan pada bagian produksi. e Memberikan peringatan berupa tulisan dan gambar pada dinding mengenai hukuman dan sanksi. c. Lingkungan kerja e. Pencegahan kebisingan dapat menggunakan alat-alat perlindungan diri yang berupa Ear plug dan ear muff. f. Membersihkan area kerja setelah proses produksi selesai terkhusus dalam hal membersihkan lantai pabrik yang licin dan berair. g. Menambah ventilasi-ventilasi udara pada stasiun kerja dengan tujuan agar terjadi pertukaran udara di dalam ruangan area kerja. h. Memperbaiki penerangan pada lingkungan kerja operator d. Tata kerja atau prosedur kerja. Operator dilatih untuk mendisiplinkan diri bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Universitas Sumatera Utara

7.2. Saran