Evaluasi Hasil Inseminasi Buatan Sesudah Pengobatan Fungsi Ovarium Dan Corpus Luteum Persisten Pada Sapi Perah Di Kecamatan Pujon, Malang

Dan sesungguhnya pad a binatang ternak itu
benar-benar terdapat

pelajaran bagi kamu

Kami memberimu minum dari pada apa yang
berada dalam perutnya (berupa) susu yang
bersih diantara kotoran dan darah, yang
mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya (Al Qur'an, An-Nahl ayat : 66).

" Teruntuk tercinta Ibu dan Ayah,
mas-mas dan adik - adikku serta
adik yang

mendampingiku selalu

dalam. suka dan duka "

B ! tid-I / l'jfJoduk- (ekor)(%)
(ekor)
Sl


(ekor) (%)

34,35

24

8,79

59

21,73

12

4,49

3

1,34


273

16,37

137

56,46

1

0,43

49

21,14

12

5,17


1

0,43

232

37,17

206

36,78

19

3,39 100

18,86

19


3,39

4

0,41

560

IllI

208

80

29,3

Lampung

38


Jawa Tengah

212

J um:l cl h/ "kor

33

Ra-ta-rata (%)

!::.iUlII

UL! t'

°

95

Jawa Barat


°

lI32
27,61

l12,53

LJ,20

LJ3

20,57

1065

8

4 ,35


0,73

'l'oelihere dkk., 198 0.
Laporan Pilot Proyek Penanggulang'an Penyakit Reproduksi
Pada Ternak Sapi di Indonesia 1979/1980, Fakultas Kedokteran Hewan IPB.

ru
ru

Tabel 2.

Penyebab kegagalan reproduksi berdasarkan pemeriksaan rektal pada sapi di
daerah inseminasi buatan (IB) di Propinsi Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Tahun 1980/1981

Hipofungsi Corpus luPerbarahan
ovarium
teum persis Aspesifik alat repro
- (ekor) (%) duksi
(ekor)
(%) ten

(ekor)
(%)
(ekor)
(%)

Propinsi

Kista ova
rii
(ekor) (%)

Kelainan
anatomik
(Ekor) (%)

Jawa Timur

252

37,7


247

36,9

116

17,3

30

4,5

11

1,6

13

1,9


B ali

227

37,6

163

27

147

24

46

7,6

20


3,4

0

0, 0

92

39,1

26

41,7

16

6,8

2

0,9

1

0,4

N.T.B.

Jumlah/ekor
Rata-rata

SUlfiDer'

11,1

436

571
38,1

98

92

361
25

27,8

33
6,3

14
0,8

0,8

Laporan Pilot Proyek Penanggulangan Penyakit ReproToelihere dkk. , 1981.
duksi Pada Ternak Sapi di Indonesia 1980/1981, Fakul tas Kedokteran Hewan,
IPB.

セ@

Tabel 3.

Perbandingan jurnlah sapi yang diperiksa dan kasus yang diobati di daerah
Cianjur, Sukaburni dan Bogor, tahun 1983

Kabupatenl
Kot am ad ya

Jumlah ウ。セ@
pi yang di
'riksa
(ekod

Jurnlah sapi yang di
obati
(ekor)

Endometri
tis/vulvI
tis/vagi;nitis
(ekor)

Hipofun&.
si Ovarl
urn
(ekor)

Corpus
Luteum Abortus
(ekor)
persisten
(ekor)

Aspesifik
(ekor)

Cianjur

454

y14

16

34

24

10

21

Sukabumi

639

533

16

107

40

13

10

Bogor

5 07

379

12

57

25

13

7

1. 600

1. 326

44

198

89

36

38

29,7

12

12,7

Jumlah
Rata-rata

533 ,3

442

14,7

66

(in

Sumber

Laporan Satgas K1inik Hewan Keliling, Faku1tas Kedokteran Hewan IPB, 1983.

N

+"

26

Tabel 5.

No.

1.

Kompo sisi sapi bet ina t idak bunt ing yang menderita gangguan Reproduksi hasil pemeriksaan Team
Pengelolaan Reproduksi Peternakan Wilayah Rimur
di 10 UWIN tahun 19.84.

Macam Gangguan

Jumlah
(ekor)

Gangguan Hormonal ;
a. Corpus Luteum Persisten

606

6,60

b. Hipofungsi OvariQm

928

10,10

90

0,98

60

0,65

5

0,05 0,05

c. Hipoplasia Ovarium et Uteri

19

0,21

d. Atropi Ovarium

43

0,47

3

0,03

29

0,32

4

0,04

3

0,03

5

0,05

1795

19,53

c. Siste Ovarium

2.

Persentase dari
seluruh
sapi
yang diperiksa

Kelainan Anatomis

a. Hipoplasia Ovarium
b. Hipoplasia Uteri

e. Aplasia Ovarium
f. Atresia Ovarium

3.

Patologi Alat Kelamin

a. Endometritis
b. Pyometra
c. Vaginitis

d.

Indurasi Cercix
- Tumor Ovarium, Uterus,
Vagina
- Distokia
- Retensio Sekundinarum
- Mumif ikasi
- Involusio Uteri

Sumber

lセ「。エ@

Hardjopranoto S., Muchidin N., Prabowo P.P,1985.

25
Tabel 4,

Hasil Kegiatan Pengelo1aan Reproduksi pada
Ternak Sapi di Kabupaten Bandung,3.0 Juli 4 Agustus 1984
Jumlah

K a sus
Ekor

(%)

1.

Diperiksa

834

2.

Bunting

397

47,6

3.

Dubius

58

7, 0

4.

Tidak bunting seluruhnya

379

45,4

5.

Tidak bunting normal

6.

Tidak bunting karena berbagai kasus
a. Gangguan Hormonal
a.I. C.L.P.
a.2. Hipofungsi ovarium
a.3. Sista ovarium

308

18 ,7 (dari tak
hmting)
87,3

142
65

46,1 (dari kasus)
21,1

71

b. Kelainan Anatomi
b.l. Hipoplasia ovarium
b.2. Atrofi ovarium
b.3. Aplasia uterus
b.4. Freemartin
c. Keadaan Pato1ogik
c.l.
c. 2.
c.3.
c.4.

Endometritis
Pyometra
Vaginitas
Mumifikasi

1

10
3

38
1

0,3
3 ,25
1,0
12,3
0,3

d. Lain-lain
d.1.
d.2.
d.3.
d.4.
7.
n

Distokia
Tumor
Retentio secundinae
Bekas abortus

Pengobatan Kemajiran

Sumber

2
34-

12

0,65
11,0
3,9

305

Toelihere M.R., Slamet S., Hardiyanto, 1985.

27
Corpus Lutewn Persisten sebagai Penyebab Gangguan Repro duksi dan Penanggulangannya
Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa uterus adalah sebagai pusat pengatur kehidu£
an corpora lutea selama siklus berahi.

Studi

terhadap

beberapa spesies hewan piara, menunjukkan bahvla pada uterus yang tidak bunting akan memproduksi sUbstansi PGF 2 O