KENDALA-KENDALA POLSEKTA MEDAN BARU DALAM

BAB III KENDALA-KENDALA POLSEKTA MEDAN BARU DALAM

MENCEGAH KENAKALAN GENG MOTOR Kualitas Generasi Muda Dewasa Ini Generasi muda adalah the leader of tomorrow. Mengapa demikian?Hal ini dikarenakan generasi pemuda adalah penerus bangsa yang akan memimpin suatu bangsa kelak di masa yang akan datang. Mereka memiliki tanggung jawab untuk menjada serta mengubah nasib suatu bangsa apakah menjadi lebih baik dari sebelumnya atau mungkin sebaliknya. Generasi muda harus memiliki semangat dan kemauan untuk membangun bangsa dengan cara menggali potensi serta bakat yang dimilikinya. Dalam berbagai aspek pemuda memiliki peran yang penting misalnya sebagai pelopor perubahan bangsa demi kepentingan bersama yang telah diimpikan seluruh bangsa. Namun ternyata masalah dan potensi generasi muda masih memprihatinkan karena berketidaksinambungan. Perbedaan zaman dari Indonesia yang dulu dan sekarang tentu saja menimbulkan masalah yang berbeda juga pada generasi muda saat ini. Berikut beberapa masalah yang sering terjadi pada generasi muda di Indonesia saat ini: 32 a. Menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme dikalangan masyarakat, termasuk jiwa pemuda. b. Ketidakpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya. 32 Moonraker, Op.Cit 44 Universitas Sumatera Utara c. Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik formal dan informal. Tinggimya jumlah putus sekolah yang tidak hanya merugikan generasi muda sendiri, tetapi juga merugikan bangsa. d. Kekurangan lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran dikalangan generasi muda mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problem sosial lainnya. e. Kurangnya gizi yang menghambat perkembangan kecerdasan, dan pertumbuhan. f. Masih banyaknya perkawinan dibawah umur. g. Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi moral bangsa. h. Merebaknya penggunaan NAPZA dikalangan remaja. i. Belum adanya peraturanm perundangan yang menyangkut generasi muda. Dalam rangka memecahkan permasalahan generasi muda diatas, diperlukan usaha-usaha terpadu, terarah dan berencana dari seluruh potensi nasional dengan melibatkan generasi muda sebagai subjek pembangunan. Organisasi- organisasi pemuda yang telah berjalan baik merupakan potensi yang siap untuk dilibatkan dalam kegiatan pembangunan nasional. Universitas Sumatera Utara Generasi muda indonesia saat ini tidak hanya memiliki masalah tapi juga memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut: 33 a. Idealisme dan Daya Kritis Secara sosiologis generasi muda belum mapan dalam tatanan yang ada, sehingga ia dapat melihat kekurangan dalam tatanan dan secara wajar mampu mencari gagasan baru. Pengejawantahan idealisme dan daya kritis perlu dilengkapi landasan rasa tanggung jawab yang seimbang. b. Dinamika dan Kreativitas Adanya idealisme pada generasi muda, menyebabkan mereka memiliki potensi kedinamisan dan kreativitas, yakni kemampaun dan kesediaan untuk mengadakan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan kekurangan yang ada ataupun mengemukakan gagasan yang baru. c. Keberanian Mengambil Resiko Perubahan dan pembaharuan termasuk pembangunan, mengandung resiko dapat meleset, terhambat atau gagal. Namun, mengambil resiko itu diperlukan jika ingin memperoleh kemajuan. Generasi muda dapat dilibatkan pada usaha- usaha yang mengandung resiko. Untuk itu diperlukan kesiapan pengetahuan, perhitungan, dan keterampilan dari generasi muda sehingga mampu memberi kualitas yang baik untuk berani mengambil resiko. d. Optimis dan Kegairahan Semangat 33 Ibid. Universitas Sumatera Utara Kegagalan tidak menyebabkan generasi muda patah semangat. Optimisme dan kegairahan semangat yang dimiliki generasi muda merupakan daya pendorong untuk mencoba lebih maju lagi. e. Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni Generasi muda memiliki keinginan untuk selalu mandiri dalam sikap dan tindakannya. Sikap kemandirian itu perlu dilengkapi dengan kesadaran disiplin murni pada dirinya agar mereka dapat menyadari batas-batas yang wajar dan memiliki tenggang rasa. f. Terdidik Walaupun dengan memperhitungkan faktor putus sekolah, secara menyeluruh baik dalam arti kualitatif maupun dalam arti kuantitatif, generasi muda secara relatif lebih terpeljar karena lebih terbukanya kesempatan belajar dari generasi pendahulunya. g. Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan. Keanekaragaman generasi muda merupakan cermin dari keanekaragaman masyarakat kita. Keanekaragaman tersebut dapat menjadi hambatan jika dihayati secara sempit dan eksklusif. Akan tetapi, keanekaragaman masyarakat Indonesia merupakan potensi dinamis dan kreatif jika ditempatkan dalam kerangka integrasi nasional yang didasarkan pada semangat sumpah pemuda serta kesamaan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. h. Patriotisme dan Nasionalisme Universitas Sumatera Utara Pemupukan rasa kebanggaan, kecintaan, dan turut serta memiliki bangsa dan negara dikalangan generasi muda perlu digalakkan karena pada gilirannya akan mempertebal semangat pengabdian dan kesiapan mereka untuk membela dan mempertahankan NKRI dari segala bentuk ancaman. i. Sikap Kesatria Kemurnian idealisme, keberanian, semangat pengabdian dan pengorbanan serta rasa tanggung jawab sosial yang tinngi adalah unsur-unsur yang perlu dipupuk dan dikembangkan dikalangan generasi muda Indonesia sebagai pembela dan penegak kebenaran dan keadilan bagi masyarakat dan bangsa. j. Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi Generasi muda dapat berperan secara berdaya guna dalam rangka pengembangan ilmu dan teknologi bila secara fungsional dapat dikembangkan sebagai Transformator dan Dinamisator terhadap lingkungannya yang lebih terbelakang dalam ilmu dan pendidilkan serta penerapan teknologi, baik yang maju, maupun yang sederhana. Pengaruh Keluarga Terhadap Kemunculan Kenakan Remaja Pengaruh keluarga dalam kenakalan remaja adalah : 34 1. Keluarga yang Broken Home Masa remaja adalah masa yang dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia mau menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa 34 Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, Op.Cit., hal. 56. Universitas Sumatera Utara peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh- sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya. Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain: a Orang tua yang bercerai Perceraian menunjukkan suatu kenyataan dari kehidupan suami istri yang tidak lagi dijiwai oleh rasa kasih sayang dasar-dasar perkawinan yang telah terbina bersama telah goyah dan tidak mampu menompang keutuhan kehidupan keluarga yang harmonis. Dengan demikian hubungan suami istri antara suami istri tersebut makin lama makin renggang, masing-masing atau salah satu membuat jarak sedemikian rupa sehingga komunikasi terputus sama sekali. Hubungan itu menunjukan situas keterasingan dan Universitas Sumatera Utara keterpisahan yang makin melebar dan menjauh ke dalam dunianya sendiri. jadi ada pergeseran arti dan fungsi sehingga masing-masing merasa serba asing tanpa ada rasa kebertautan yang intim lagi. b Kebudayaan bisu dalam keluarga Kebudayaan bisu ditandai oleh tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga. Problem yang muncul dalam kebudayaan bisu tersebut justru terjadi dalam komunitas yang saling mengenal dan diikat oleh tali batin. Problem tersebut tidak akan bertambah berat jika kebudayaan bisu terjadi diantara orang yang tidak saling mengenal dan dalam situasi yang perjumpaan yang sifatnya sementara saja. Keluarga yang tanpa dialog dan komunikasi akan menumpukkan rasa frustasi dan rasa jengkel dalam jiwa anak-anak. Bila orang tua tidak memberikan kesempatan dialog dan komunikasi dalam arti yang sungguh yaitu bukan basa basi atau sekedar bicara pada hal-hal yang perlu atau penting saja; anak-anak tidak mungkin mau mempercayakan masalah-masalahnya dan membuka diri. Mereka lebih baik berdiam diri saja. Situasi kebudayaan bisu ini akan mampu mematikan kehidupan itu sendiri dan pada sisi yang sama dialog mempunyai peranan yang sangat penting. Kenakalan remaja dapat berakar pada kurangnya dialog dalam masa kanak- kanak dan masa berikutnya, karena orangtua terlalu menyibukkan diri sedangkan kebutuhan yang lebih mendasar yaitu cinta kasih diabaikan. Akibatnya anak menjadi terlantar dalam kesendirian dan kebisuannya. Ternyata perhatian orangtua dengan memberikan kesenangan materiil Universitas Sumatera Utara belum mampu menyentuh kemanusiaan anak. Dialog tidak dapat digantikan kedudukannya dengan benda mahal dan bagus. Menggantikannya berarti melemparkan anak ke dalam sekumpulan benda mati. c Perang dingin dalam keluarga Dapat dikatakan perang dingin adalah lebih berat dari pada kebudayaan bisu. Sebab dalam perang dingin selain kurang terciptanya dialog juga disisipi oleh rasa perselisihan dan kebencian dari masing-masing pihak. Awal perang dingin dapat disebabkan karena suami mau memenangkan pendapat dan pendiriannya sendiri, sedangkan istri hanya mempertahankan keinginan dan kehendaknya sendiri. Suasana perang dingin dapat menimbulkan : 1. Rasa takut dan cemas pada anak-anak. 2. Anak-anak menjadi tidak betah dirumah sebab merasa tertekan dan bingung serta tegang. 3. Anak-anak menjadi tertutup dan tidak dapat mendiskusikan problem yang dialami. 4. Semangat belajar dan konsentrasi mereka menjadi lemah. 5. Anak-anak berusaha mencari kompensasi semu. 2. Pendidikan yang salah a. Sikap memanjakan anak Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan Universitas Sumatera Utara mendidik seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang dibutuhkan seorang anak. Dan cara bagaimana pendidikan itu diberikan akan menentukan. Sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak. Pendidikan yang baik akan mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut. Anak itu menjadi seorang yang mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati sesama manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya. Sebaliknya pendidikan yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi anak. Salah satu pendidikan yang salah adalah memanjakan anak. Beberapa faktor yang menyebabkan orang tua memanjakan anaknya yaitu : a Orang tua anak tersebut dimanjakan oleh orang tuanya pula sehingga pengalaman itu diwariskan kepada anaknya. b Orang tua mempunyai konsep kebahagiaan yang kurang tepat. Misalnya kebahagiaan diidentik dengan menyenangkan hati anak-anaknya dengan menuruti semua permintaan mereka dengan memberi barang- barang lux, uang. c Sikap memanjakan dapat disebabkan juga karena orang tua dahulu mempunyai pengalaman hidup yang pahit dan miskin sehingga mereka ingin menghindari anak-anak mereka dari situasi yang serba sulit. d Orang tua yang banyak kegiatan dan bisnis sehingga tidak mempunyai waktu senggang yang cukup bagi anak-anaknya. Kegiatan overaktif ini dapat menimbulkan rasa bersalah bagi orang tua tersebut sehingga Universitas Sumatera Utara mereka menuruti semua permintaan atau memberikan barang-barang berharga sebagai substitusi kasih sayang mereka. e Kecendrungan orang tua yang kadang-kadang membedakan anak-anak mereka. Sikap membedakan biasanya dilatarbelakangi oleh faktor pandangan kebudayaan tertentu misalnya rasa bangga terhadap anak laki-laki. Keadilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang tuanya dan akan merasa iri hati dengan saudara kandungnya. Dalam hubungan ini biasanya anak melakukan protes terhadap orang tuanya yang diwujudkan dalam berbagai bentuk kenakalan. Berbagai cara orang tua dalam mendidik anak yang menggunakan otoriter dan adapula yang menggunakan demokrasi. Dalam satu keluarga bisa terjadi perbedaan dalam cara mendidik anak misalnya anak yang satu dididik secara otoriter dan yang lainnya secara demokratis. Sikap otoriter yaitu yang menentukan segala-galanya mengenai apa yang harus dilakukan oleh seorang anak setiap kali anak hanya boleh melakukan satu jenis perbuatan saja, bersifat personal dalam memberikan pujian dan celaan dan dalam memberikan bimbingan itu orang tua bersifat pasif, tidak turut secara aktif. Anak–anak yang orang tuanya otoriter banyak menunjukkan ciri-ciri pasif sikap menunggu dan menyerahkan segala kepada orang lain. Disamping rasa kecemasan dan mudah putus asa dalam jiwa anak. Sikap yang demokratis adalah memberikan kebebasan terlalu besar kepada anak dalam batas-batas tertentu; Universitas Sumatera Utara secara aktif orang tua ikut serta dalam memberikan pekerjaan, lebih bersifat objektif dalam memberikan pujian dan celaan. b. Anak tidak diberikan pendidikan agama Hal ini dapat terjadi bila orang tua tidak memberikan pendidikan agama atau mencarikan guru agama di rumah atau orang tua mau memberikan pendidikan agama dan mencarikan guru agama tetapi anak tidak mau mengikuti. Bagi anak yang tidak dapatmengikuti pendidikan agama akan cenderung untuk tidak mematuhi ajaran-ajaran agama. Seseorang yang tidak patuh pada ajaran agama mudah terjerumus pada perbuatan keji dan mungkar jika ada faktor yang mempengaruhi seperti perbuatan kenakalan remaja. 3. Anak yang ditolak Penolakan anak biasanya dilakukan oleh suami istri yang kurang dewasa secara fisik. Misalkan mereka mengharapkan lahirnya anak laki-laki tetapi memperoleh anak perempuan. Sering pula disebabkan oleh rasa tidak senang dengan anak pungut atau anak dari saudara yang menumpang di rumah mereka. Faktor lain karena anaknya lahir dengan keadaan cacat sehingga dihinggapi rasa malu. Anak-anak yang ditolak akan merasa diabaikan, terhina dan malu sehingga mereka mudah sekali mengembangkan pola penyesalan, kebencian, dan agresif.

D. Kendala-Kendala Polsekta Medan Baru Dalam Mencegah Kenakalan Geng Motor

Pasal 4 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia menjelaskan: Universitas Sumatera Utara Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Berdasarkan kutipan isi Pasal 4 di atas dapat dilihat peranan kepolisian sangat sentral sekali dalam hal terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketenteraman masyarakat, termasuk halnya dalam penanganan geng motor. Kenyataan yang diterima oleh masyarakat dalam kaitannya dengan keberadaan geng motor dengan ketentuan hukum khususnya Pasal 4 Undang- Undang Kepolisian, secara nyata bahwa kepolisian belum mampu mencapai tujuannya tersebut. Salah satunya adalah adanya kerugian masyarakat terhadap keberadaan geng motor tersebut. Perilaku remaja dewasa ini diekpresikan dengan berbagai cara. Salah satu nya diwarnai dengan bentuk kekerasan. Media sering memberitakan banyak perkelahian remaja yang dilakukan oleh para pelajar diberbagai kota di Indonesia. Bentuk ekspresi bebas para pelajar lainnya yang tak kalah heboh sekaligus meresahkan masyarakat adalah terbentuknya geng. Kelompok siswa yang didirikan dengan banyak sisi negatifnya. Bentuk dari geng pelajar ini bukan saja ditunjukan dengan nongkrong atau bergerombol selama waktu sekolah atau di luar sekolah. tetapi ada juga yang menggunakan kendaraan dan bergerombol di malam hari. Bentuk geng ini dikenal dengan nama geng motor. Bagi para pelajar kota besar, misalnya Bandung dan Jakarta. Kelompok ini Universitas Sumatera Utara sudah tidak asing lagi, sudah menjadi buah bibir dalam masyarakat. Perilaku geng motor ini ternyata tidak menjadi monopoli kota besar Jakarta atau Bandung saja, namun kini juga merambat pada kota besar lainnya seperti Medan. Masih teringat jelas pada bulan agustus lalu, geng motor Medan ini sempat merusak Pos Polantas pada tanggal 21 Agustus 2011 dan sebuah Klinik Kesehatan di Medan tanggal 22 Agustus 2011. Perlakuan mereka yang penuh kekerasan tersebut mendapat kecaman berbagai pihak. 35 Dengan jumlah sekitar 15 sampai dengan 20 sepeda motor dan diperkirakan kurang lebih dari 30 orang mereka para remaja melalui geng motor menunjukkan identitas atau jati diri dari geng motor tersebut. 36 Untuk menuntaskan masalah tersebut, Polresta Medan telah melakukan berbagai razia. Namun kelompok geng motor tersebut masih juga belum jera. Terkadang ketika dini hari, mereka mulai bergerombol kembali. Walau berusaha menghindari polisi, keberadaan mereka telah menjadi trauma masyarakat. Memang bukan kali ini saja masalah geng motor terjadi di Medan, sudah lama masalah ini menjadi keresahan masyarakat. Seolah-olah, setiap remaja kurang gaul jika tidak membentuk gang motor tertentu seperti yang sudah punya nama sebelumnya. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar dalam masyarakat. Apakah orang tuanya tidak memperdulikan anaknya. Sedangkan si anak tersebut masih tergolong muda dan wajib diawasi secara ketat oleh orang tua. Lalu bagaimana dengan pihak 35 Kompasiana, “Masalah Gank Motor di Medan: Perlu Penanganan Serius Orang Tua, Sekolah dan Polisi”, http:lifestyle.kompasiana.comurban20111009masalah-gank-motor-di- medan-perlu-penanganan-serius-orang-tua-sekolah-dan-polisi, Diakses tanggal 12 Mei 2012. 36 Hasil Wawancara Dengan Bapak Dony, Kepala Kepolisian Sektor Medan Baru, tanggal 19 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara sekolah. Apakah dapat mencuci tangan dalam masalah ini, tentu saja tidak. Seharusnya, sekolah melalukan berbagai program pencegahan, misalnya dengan melakukan penyuluhan rutin, pengawasan bahkan biar perlu razia secara mendadak tentang keberadaan para siswanya. Dalam hal ini, peran sekolah tentu saja bukan hanya untuk menularkan ilmu pengetahuan tetapi juga mengajarkan dan membentuk sikap dan moral siswa yang baik. Di sinilah sekolah harus ikut serta bersama orang tua dan pihak polisi untuk mencegah dan memberantas geng motor ini. Bagi pihak Kepolisian, tentu sudah merupakan kewajiban. Mereka harus dapat menyelesaikan permasalahan ini sampai tuntas dan mencegah timbul permasalahan yang sama dikemudian hari. Pengetatan dalam perolehan SIM, kerjasama rutin dengan dunia pendidikan, penyuluhan masyarakat, razia yang terprogram dan terencana perlu menjadi perhatian utama. Kenyataan yang ditemukan geng motor tetap melakukan aksinya dalam berbagai bentuk kejahatan. Oleh sebab itu kendala-kendala yang dilihat sebagai faktor hambatan dalam mencegah kenakalan geng motor adalah: 1. Pelakunya adalah individu yang dikategorikan anak dan masih berada di bawah umur. Anggota geng motor didominasi oleh anak-anak yang berada di bawah umur. Kondisi dari keadaan ini tentunya memberikan hambatan bagi penegak hukum dalam menindak geng motor yang melakukan kejahatan. 2. Kecepatan berpindah geng motor antara satu tempat dengan tempat yang lain. Geng motor identik dengan sarana motor yang dipakainya. Kecepatan Universitas Sumatera Utara berpindah dalam kajian ini adalah apabila geng motor melakukan kejahatan di suatu tempat mereka dapat seketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Keadaan ini tentunya menjadi kendala bagi kepolisian dalam penanggulangan kejahatan yang dilakukan oleh geng motor. 3. Jumlah anggota kepolisian kurang sepadan dengan jumlah geng motor. Apabila ditelaah dari sekian banyaknya jumlah anggota geng motor maka hal yang menjadi kendala lainnya jumlah anggota kepolisian tidak berbanding signifikan dengan para geng motor. 4. Adanya arogansi masyarakat yang mencoba menggangu geng motor. Adanya arogansi masyarakat yang mencoba mengganggu geng motor. Pola ini biasanya dilakukan tatkala ada seorang geng motor yang dipukuli oleh masyakat maka teman-teman geng motor tersebut akan melakukan pembalasan. 5. Tidak diketahui identitas para anggota geng motor. Para anggota geng motor tidak secara administrasi tercatat. Mereka tumbuh dan berkembang sedemikian rupa, tanpa adanya persyaratan tertentu. Kenyataan ini memberikan hambatan dalam penegakan hukum khususnya mengidentifikasi siapa saja masyarakat khususnya anak-anak yang menjadi geng motor. 6. Aktivitas geng motor yang dilakukan dilakukan di malam hari. Sebagaimana dipahami bahwa geng motor melakukan aktivitasnya pada malam hari. Hal ini memberikan keadaan kekurang siapan kepolisian dalam penanggulangannya karena jumlah anggota kepolisian berbanding tidak signifikan dengan anggota kepolisian pada malam hari. 7. Karena wilayah Polsekta Medan Baru sebagai tumpuan tempat berkumpulnya Universitas Sumatera Utara seluruh geng motor dari daerah-daerah lain sebagai lintasan bagi geng motor untuk menuju ke daerah Jalan Gagak Hitam atau dikenal degan istilah Ring Road tepatnya di depan Galon Petronas. Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN OLEH POLSEKTA MEDAN